Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan karunia-Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita
terhadap ilmu pengetahuan dalam hal ini kaitannya dengan Teori Akuntansi.

Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang


kami miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi,
terutama dari media internet dan media lainnya.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang tidak


dapat kami sebutkan satu persatu, yang sangat membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini kami masih jauh dalam
sempurna, oleh karena itu kami berharap akan adanya masukan yang membangun
sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca makalah
ini.

Sekian dan terimakasih.

Bandung, 04 April 2017

Peyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang Makalah...............................................................................5
B. Rumusan Makalah........................................................................................6
C. Maksud dan Tujuan Makalah........................................................................6
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Penelitian Akuntansi Perilaku: Definisi Dan Cakupan.................................7
B. Mengapa BAR Penting?...............................................................................8
1. Pengembangan Riset Akuntansi Perilaku.............................................10
2. Gambaran Umum Pendekatan untuk Memahami Informasi Pengolahan
11
a. The Brunswik Lens Model...............................................................11
b. Metode Process Tracing....................................................................14
c. Penilaian Probabilistik......................................................................18
d. Studi Model Lensa Bukti...............................................................21
C. Penilaian ahli dan aturan praktis.................................................................33
D. Akuntansi dan perilaku...............................................................................34
E. Keterbatasan BAR......................................................................................37
F. Isu Untuk Auditor.......................................................................................38
BAB III PENUTUP..............................................................................................42
A. Simpulan.....................................................................................................42
B. Saran...........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................43
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah


Akuntansi keperilakuan merupakan bidang yang relatif baru dibandingkan
dengan bidang ilmu akuntansi lainnya. Penelitian terkait dengan akuntansi
keperilakuan merupakan suatu penelitian yang cukup menarik dilakukan oleh
akademisi, mahasiswa maupun praktisi. Penelitian aspek keperilakuan dalam
akuntansi akan memberikan manfaat antara lain menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi accounting regulator dan meningkatkan efisiensi bagi akuntan
dan profesi lainnya.
Ada dua aspek yang perlu digarisbawahi dalam behavioral accounting
research (BAR) yaitu behavioral (keperilakuan) dan akuntansi. Behavioral
accounting research menurut Hofstedt dan Kinard (1970) seperti dikutip oleh
Godfrey, et al. (2010 : 446) adalah the study of the behavior of accountants or the
behavior of non-accountants as they are influenced by accounting functions and
reports. Penelitian akuntansi keperilakuan berusaha mendalami perilaku dari
akuntan maupun perilaku dari non-akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi dan
informasi akuntansi.
Siegel (1989:3) menyatakan bahwa behavioral science adalah human side of
social science. Ilmu keperilakuan ini tidak terlepas dari disiplin ilmu psikologi,
sosiologi, teori organisasi, ilmu politik, dan antropologi. Ditinjau dengan sudut
pandang teori akuntansi, behavioral accounting research (BAR) merupakan
bagian dari positive research yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan
fakta. Namun BAR berbeda dibandingkan dengan penelitian positif lainnya
seperti penelitian terkait agency theory dan penelitian pasar modal.
Penelitian keagenan bertujuan untuk mencari manfaat ekonomis apa yang
diperoleh akuntan dari tindakannya memilih metode akuntansi yang ada. Dalam
penelitian keagenan diasumsikan bahwa principal adalah pihak yang risk neutral
sedangkan agen adalah pihak yang risk and effort averse. Jawaban yang diperoleh
dari penelitian keagenan adalah akuntan melakukan tindakan pemilihan metode
akuntansi yang ada bertujuan untuk meningkatkan utilitas bagi dirinya. Dalam
penelitian keperilakuan BAR, akuntan maupun pihak-pihak yang dipengaruhi oleh
fungsi dan informasi akuntansi merupakan pihak-pihak yang bebas dari asumsi.
Mayoritas objek penelitian BAR adalah individu, tetapi objek BAR dapat juga
berupa kelompok kecil dari organisasi atau kondisi lingkungan. Di samping itu,
BAR juga menekankan pada dimensi yang lain dari norma-norma sosial antara
lain fairness (kewajaran), equity (keadilan), trust (kepercayaan), honesty
(kejujuran) serta keinginan untuk bekerja sama.

B. Rumusan Makalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
rumusan makalah ini adalah:
1. Apa definisi dan cakupan Penelitian Akuntansi Perilaku ?
2. Mengapa Behaviour Accounting Research penting?
3. Bagaimana penilaian ahli dan aturan praktis dalam BAR?
4. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi dan Perilaku ?
5. Apa keterbatasan dalam Behaviour Accounting Research?
6. Bagaimana permasalahan Behaviour Accounting Research bagi auditor?

C. Maksud dan Tujuan Makalah


Maksud dan tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui definisi dan cakupan Penelitian Akuntansi Perilaku.
2. Mengetahui pentingnya Behaviour Accounting Research.
3. Mengetahui penilaian ahli dan aturan praktis dalam BAR.
4. Mengetahui maksud dari Akuntansi dan Perilaku.
5. Mengetahui keterbatasan Behaviour Accounting Research.
6. Mengetahui permasalahan Behaviour Accounting Research bagi auditor

BAB II

PEMBAHASAN

Learning Objective 1
A. Penelitian Akuntansi Perilaku: Definisi Dan Cakupan
Penelitian akuntansi perilaku telah didefinisikan sebagai: Studi tentang perilaku
akuntan atau perilaku non-akuntan karena mereka dipengaruhi oleh fungsi dan
laporan akuntansi.
Penelitian akuntansi perilaku (BAR), riset pasar modal dan penelitian teori
keagenan semua bisa disebut penelitian 'positif' dalam arti bahwa semua
penelitian ini terfokus dengan menemukan 'fakta': penelitian pasar modal
menanyakan 'bagaimana pasar sekuritas bereaksi terhadap informasi akuntansi?',
teori agensi menanyakan insentif ekonomi apa yang menentukan pemilihan
metode akuntansi?, dan penelitian perilaku menanyakan bagaimana individu
benar-benar menggunakan dan memproses informasi akuntansi?. Namun,
penelitian-penelitian ini juga sangat berbeda dalam banyak hal. Misalnya,
penelitian pasar modal melihat pada tingkat makro dari agregat pasar, sedangkan
teori keagenan dan akuntansi perilaku fokus pada tingkat mikro dari manajer dan
perusahaan. Penelitian pasar modal dan teori keagenan keduanya berasal dari
disiplin ilmu ekonomi dan dipisahkan dengan motivasi sebenarnya dari individu
dengan mengasumsikan bahwa setiap orang adalah rational wealth maximizer
(meningkatkan kekayaan yang rasional). Akuntansi perilaku, di sisi lain, berasal
dari disiplin ilmu lain seperti psikologi, sosiologi dan teori organisasi, dan
umumnya tidak membuat asumsi tentang bagaimana orang berperilaku: tujuannya
untuk menemukan mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Akibatnya, masing-masing dari tiga ajaran penelitian akuntansi dirancang untuk
menjawab jenis pertanyaan yang sangat berbeda tentang praktek akuntansi.
Penelitian dalam akuntansi perilaku sangat besar dan telah meliputi banyak bidang
yang berbeda dari aktivitas akuntansi. Beberapa studi mengenai BAR, misalnya,
telah diterapkan di bidang audit untuk meningkatkan pengambilan keputusan
auditor. Sebagai contoh, ketika auditor merencanakan cara mereka akan
melakukan audit terhadap klien tertentu, mereka harus menilai seberapa besar
risiko yang terkait dengan klien. Semakin tinggi risiko, semakin banyak pekerjaan
audit yang harus dilakukan. Menilai risiko adalah tugas yang sangat kompleks
yang dapat memiliki konsekuensi serius bagi auditor (dan investor) jika penilaian
yang salah dibuat dan auditor akibatnya melakukan audit yang buruk. BAR telah
digunakan untuk membantu menganalisis penilaian risiko auditor dan
memperbaiki penilaian auditor. Area utama lain BAR ada di bidang akuntansi
manajemen. Misalnya, BAR telah digunakan untuk membantu menggali dan
memahami berbagai masalah insentif dan disinsentif yang terkait dengan berbagai
jenis proses penganggaran dan bagaimana bentuk organisasi dan sistem akuntansi
dapat mempengaruhi perilaku individu dalam perusahaan. Namun, karena ini
tercatat pada laporan keuangan, fokus utama bab ini yaitu kandungan informasi
pada laporan keuangan untuk pengguna eksternal perusahaan. Jenis utama BAR di
area ini dikenal sebagai Human Judgment Theory (HJT) atau Human Information
Processing (HIP) dan meliputi penilaian dan pengambilan keputusan oleh akuntan
dan auditor dan pengaruh output dari fungsi ini pada penilaian pengguna dan
pengambilan keputusan. Tujuan dari penelitian dalam model ini lebih sering
menjelaskan dan memprediksi perilaku pada individu atau grup. Hal ini juga
berkaitan dengan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Dalam konteks
akuntansi keuangan, yang bertujuan diterjemahkan ke dalam meningkatkan
pengambilan keputusan oleh para produsen (termasuk auditor) dan pengguna
laporan akuntansi.

Learning Objective 2

B. Mengapa BAR Penting?


Ada sejumlah alasan yang sangat baik bahwa BAR penting untuk praktisi
akuntansi dan pihak lain:
Dibahas pada awal bab ini bagaimana penelitian akuntansi lainnya seperti
pasar modal dan teori keagenan tidak dilengkapi untuk menjawab
pertanyaan tentang bagaimana orang-orang menggunakan dan memproses
informasi akuntansi. Untuk mengisi kekosongan ini kita membutuhkan
penelitian yang secara khusus meneliti kegiatan pengambilan keputusan
informasi akuntansi dari pembuat, pengguna, dan auditor.
BAR dapat memberikan informasi berharga ke berbagai jenis cara dari
pembuatan pengambil keputusan, mengolah dan bereaksi terhadap item
tertentu informasi akuntansi dan metode komunikasi. Kita dapat
menggunakan informasi ini untuk meningkatkan pengambilan keputusan
dalam berbagai cara seperti yang dijelaskan kemudian dalam bab ini ketika
kita membahas "Brunswik Lens Model". Meningkatkan pengambilan
keputusan penting, tentu saja, untuk pengguna informasi keuangan (yang
ingin menghindari membuat keputusan yang buruk yang mengakibatkan
kerugian) dan penyusun serta auditor informasi keuangan (yang ingin
menghindari digugat). Pemahaman tentang aspek pemrosesan informasi
akuntansi juga penting bagi akuntan dalam karirnya. Sebagai profesional
informasi, akuntan harus mengembangkan keahlian yang tinggi dalam
pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi. BAR dapat
membantu dalam memulai pelatihan dan pengetahuan yang meningkatkan
keahlian tersebut, sehingga memungkinkan akuntan untuk melakukan
yang lebih baik di tempat kerja dan meningkatkan kesempatan akuntan
untuk mendapatkan pekerjaan, mendapatkan promosi dan mencapai gaji
yang lebih baik.
BAR berpotensi dapat memberikan informasi yang berguna kepada
regulator akuntansi seperti Australian Accounting Standards Board
(AASB). Karena tujuan utama akuntansi adalah untuk memberikan
informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan, anggota AASB terus
membahas dengan masalah yang berkaitan dengan metode akuntansi dan
jenis pengungkapan yang akan "berguna" untuk para pengguna laporan
keuangan. Peneliti akuntansi perilaku dapat langsung mempelajari pilihan
akuntansi khusus dan melaporkan kepada pembuat standar metode dan
pengungkapan mana yang akan meningkatkan keputusan pengguna.
Temuan BAR juga dapat menyebabkan efisiensi dalam praktek kerja
akuntan dan profesional lainnya. Misalnya, keahlian anggota senior dan
anggota berpengalaman dari sebuah perusahaan akuntansi dapat dicatat
dan dimanfaatkan dengan metode BAR untuk mengembangkan sistem
pakar (expert system) terkomputerisasi untuk berbagai konteks
pengambilan keputusan. Sistem pakar (expert system) ini dapat digunakan
untuk melatih praktisi yang tidak berpengalaman dan untuk melakukan
tugas-tugas rutin yang seharusnya mengikat waktu berharga dari staf yang
berpengalaman. Beberapa perusahaan akuntansi, misalnya, telah
menggunakan metode BAR untuk mengembangkan expert system untuk
melakukan penilaian risiko klien audit yang potensial. Di masa lalu, tugas
ini memakan waktu yang akan dilakukan oleh anggota senior dari
perusahaan akuntansi, tetapi skrining rinci klien potensial kini dapat
dilakukan oleh staf yang kurang berpengalaman dengan menggunakan
expert system, untuk review akhir oleh perusahaan partner.

1. Pengembangan Riset Akuntansi Perilaku


Istilah "BAR" pertama kali muncul dalam literatur pada tahun 1967, tetapi
penelitian HTJ memiliki dasarnya dalam literatur psikologi dari Ward Edwards
pada tahun 1954. Penerapan penelitian untuk akuntansi dan audit dilakukan pada
tahun 1974 ketika Ashton menerbitkan sebuah studi eksperimental dari penilaian
pengendalian internal dilakukan oleh auditor.
30 tahun terakhir setelah melihat ledakan BAR dalam penelitian umum
dan HJT pada khususnya, terutama dalam audit, di mana penilaian untuk proses
audit sangat penting. Untuk batas tertentu, pengembangan penelitian perilaku di
bidang akuntansi keuangan telah dikalahkan oleh dominasi contracting theory
sejak 1980-an. Namun demikian, informasi penting dalam hubungan antara
informasi akuntansi dan perilaku manusia telah muncul.
Banyak disiplin ilmu (misalnya ilmu politik, teori organisasi, sosiologi,
dan statistik) telah memainkan peran dalam pertumbuhan BAR, tapi sejauh ini
ilmu perilaku yang paling penting dalam hal kontribusinya adalah psikologi.
Pertumbuhan penelitian HTJ dalam akuntansi berutang banyak terhadap adaptasi
metode penelitian yang digunakan dalam literatur psikologi, yaitu Bunswik Lens
Model. Teknik ini merupakan suatu pendekatan penelitian baru yang kuat yang
dapat diterapkan pada pertanyaan lama yang diperhatikan oleh pengguna data.
Ashton menjadi peneliti akuntansi pertama yang menggunakan teknik ini, diikuti
oleh Libby yang pertama kali menggunakannya dalam konteks yang berorientasi
pengguna. Kedua peneliti ini terus memainkan peran yang dominan dalam
pengembangan BAR.

2. Gambaran Umum Pendekatan untuk Memahami Informasi Pengolahan


Tujuan dasar dari penelitian HJT adalah untuk menggambarkan cara orang-orang
menggunakan dan memproses bagian informasi akuntansi (dan lainnya) dalam
konteks tertentu pengambilan keputusan. Kami menyebut deskripsi tentang proses
pengambilan keputusan oleh seseorang sebagai "model". Jadi, misalnya, kita
dapat menggunakan teknik penelitian HJT sebagai "model" (atau mewakili) cara
di mana seorang petugas pinjaman bank memproses berbagai item informasi
seperti laba dan angka arus kas untuk membuat keputusan tentang apakah akan
menyetujui aplikasi pinjaman dari sebuah perusahaan. Meskipun Brunswik Lens
Model telah menjadi metode dominan dalam mengembangkan model
pengambilan keputusan, ada juga dua pendekatan penelitian utama lainnya. Salah
satunya disebut "proses tracing", yang merupakan upaya untuk membangun
sebuah tree representation dari keputusan penilaian seseorang, dan yang lainnya
dikenal sebagai paradigma "penilaian probabilitas", di mana proses pengambilan
keputusan direpresentasikan sebagai pernyataan probabilitas yang didasarkan
pada dalil Baye. Masing-masing dari tiga pendekatan ini untuk menjelaskan
(modeling) pengambilan keputusan diuraikan di bawah ini.

a. The Brunswik Lens Model


Sejak pertengahan 1970-an, model lensa Brunswik telah digunakan sebagai
kerangka kerja analisis serta dasar untuk studi penilaian yang kebanyakan
melibatkan prediksi (misalnya kebangkrutan) dan/atau evaluasi (misalnya
pengendalian internal). Peneliti menggunakan model lensa untuk menyelidiki
hubungan antara beberapa isyarat (atau potongan informasi) dan keputusan,
penilaian atau prediksi, dengan mencari keteraturan dalam tanggapan kepada
isyarat ini. Para pengambil keputusan (misalnya petugas pinjaman bank)
dipandang melihat melalui lensa isyarat (misalnya rasio keuangan) yang secara
probabilitas dihubungkan dengan peristiwa, untuk mencapai suatu kesimpulan
tentang peristiwa itu (misalnya kemungkinan kredit default/non-default).
Representasi yang dijelaskan dalam gambar 13.1 akan membantu membuat proses
ini lebih jelas.
Gambar 13.1
Dalam mengembangkan versi tertentu dari Bunswik Lens Model, subjek
diminta untuk membuat penilaian untuk sejumlah besar kasus yang didasarkan
pada seperangkat isyarat yang sama. Misalnya, mereka mungkin akan diminta
untuk menilai apakah beberapa perusahaan cenderung gagal, dinilai dari modal
kerja perusahaan, price-earnings, laba bersih per saham, quick ratio, debt to equity
dan rasio lainnya. Sebuah model linier, menggambarkan hubungan fungsional
antara isyarat (rasio) dan tanggapan (kemungkinan kegagalan), kemudian
dibangun sebagai sarana mewakili cara di mana informasi diproses oleh individu.
Menggunakan model 13.1 sebagai contoh, petugas pinjaman bank diberikan rasio
keuangan dan informasi akuntansi lainnya untuk perusahaan yang berbeda.
Petugas pinjaman bank diminta untuk membuat penilaian, atas dasar informasi ini,
tentang perusahaan mana yang akan gagal membayar pinjaman mereka dan
perusahaan mana tidak akan gagal. Sebuah analisis regresi kemudian dilakukan
dengan menggunakan respon petugas bank (yaitu default / non-default) sebagai
variabel dependen dan rasio keuangan dan data lainnya sebagai variabel
independen yang berusaha untuk menjelaskan penilaian petugas. Sebagai hasil
dari analisis kita mungkin, misalnya, sampai pada suatu model penilaian petugas
kredit bank dalam bentuk persamaan sederhana berikut:
Likelihood of default/non-default = a constant term 0.15 profit + 0.25 cash
flow + 0.50 debt to equity ratio + other
information cues + error
Masing-masing bobot beta dalam model regresi mewakili kepentingan
relatif dari isyarat informasi kepada petugas pinjaman bank ketika membuat
keputusan. Jadi, dalam persamaan di atas, rasio hutang terhadap ekuitas
dipandang sebagai isyarat yang paling penting untuk petugas bank karena
memiliki beta bobot tertinggi, diikuti oleh arus kas dan kemudian laba.
Bunswik Lens Model adalah alat yang sangat kuat untuk membantu kita
memahami proses pengambilan keputusan dalam situasi yang sangat spesifik.
Pikirkan tentang cara-cara model pada gambar 13.1 dapat digunakan untuk
meningkatkan pengambilan keputusan. Pertama, melihat sisi kiri dari diagram,
yaitu, hubungan antara hal kepentingan (default / non-default) dan variabel yang
digunakan untuk menilai peristiwa itu. Seperangkat studi lensa dapat menguji
hubungan antara peristiwa dan isyarat informasi yang digunakan oleh pengambil
keputusan untuk melihat apakah isyarat yang benar telah digunakan, yaitu,
apakah potongan informasi akuntansi merupakan indikator yang baik untuk
peristiwa tersebut. Jika isyarat informasi yang tidak relevan dengan keputusan itu,
maka para pengambil keputusan dapat diinformasikan mengenai hal ini dan
memberi tahu potongan informasi yang lebih bermanfaat. Perhatikan sisi kanan
diagram, yaitu, hubungan antara pengambil keputusan dan isyarat informasi.
Sebuah model pembelajaran lensa Brunswik dapat dilakukan untuk mempelajari
bagaimana pengambil keputusan benar-benar menggunakan isyarat informasi
akuntansi dan bobot yang mereka tetapkan untuk setiap isyarat.
Atas dasar set pertama studi kami, mungkin bisa menemukan bahwa pembuat
keputusan tidak melakukan pembobotan isyarat dengan benar. Mungkin,
misalnya, terlalu banyak penekanan pada angka laba ketika analisis tentang
isyarat informasi menunjukkan bahwa lebih banyak penekanan harus diberikan
kepada debt to equity ratio dan informasi arus kas operasi sebagai gantinya.
Berbekal informasi ini, kita kemudian bisa melatih pengambil keputusan untuk
mengubah bobot yang mereka berikan kepada isyarat informasi yang berbeda
untuk meningkatkan akurasi penilaian. Selain itu, kita mungkin menemukan
bahwa ada potongan informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan
yang tidak digunakan oleh pembuat keputusan. Sekali lagi, informasi ini dapat
digunakan dalam sesi pelatihan untuk meningkatkan kinerja pembuat keputusan.
Secara umum, penggunaan Bunswik Lens Model telah menyebabkan penemuan
informasi berharga mengenai:
Pola isyarat digunakan secara jelas dalam berbagai tugas
Bobot yang ditempatkan secara implisit oleh para pengambil keputusan di
berbagai isyarat informasi
Ketepatan relarif pengambil keputusan pada tingkat keahlian yang berbeda
dalam memprediksi dan mengevaluasi berbagai tugas
Kondisi di mana expert system dan/atau "model perilaku manusia"
melebihi perilaku yang dilakukan manusia
Stabilitas (konsistensi) dari penilaian manusia dari waktu ke waktu
Tingkat pemahaman yang dimiliki para pengambil keputusan mengenai
pola mereka menggunakan data
Tingkat konsensus ditampilkan dalam berbagai tugas keputusan kelompok.

Karena informasi ini berguna dalam memahami proses pengambilan keputusan,


peneliti telah (dan masih) mencoba untuk menentukan semua model keputusan
atau proses keputusan yang digunakan oleh berbagai kelas pengguna.

b. Metode Process Tracing


Seperti dijelaskan dalam bab ini, model pengambilan keputusan berasal dari
penggunaan model lensa Brunswik biasanya memiliki kekuatan prediktif yang
sangat baik. Memang, perbandingan prediksi model persamaan lensa dan
keputusannya pembuat keputusan biasanya menunjukkan bahwa model lensa
adalah prediktor yang lebih baik dari hal kepentingan daripada dari siapa model
itu berasal. Salah satu alasannya adalah bahwa model lensa statistik
menghilangkan banyak kesalahan acak yang menyusup ke penilaian manusia
karena hal-hal seperti kelelahan, sakit atau kurang konsentrasi. Namun, salah satu
batasan penting dari pendekatan lensa Brunswik adalah bahwa itu bukan
keterangan yang baik tentang bagaimana orang benar-benar membuat keputusan.
Penggunaan format persamaan implisit mengasumsikan bahwa pembuat
keputusan dapat secara simultan memproses semua item informasi, namun
sebagian besar pengambil keputusan melaporkan bahwa mereka menganalisis
masalah dalam proses langkah-demi-langkah, melihat satu bagian informasi
pertama, menilainya, pindah ke bagian informasi berikut, dan seterusnya sampai
keputusan tercapai.
Meskipun memiliki model yang merupakan prediktor yang baik sangat
penting, peneliti dan praktisi juga ingin menjelaskan bagaimana keputusan dibuat.
Penjelasan atas keputusan dapat membantu mengungkapkan kelemahan dalam
proses pengambilan keputusan yang kemudian dapat dihapus dengan pelatihan
dan perbaikan. Perbaikan ini pada gilirannya akan menyebabkan prediksi yang
lebih baik dari sebelumnya. Dalam upaya untuk membuat pendekatan langkah
bijaksana dalam pengambilan keputusan, beberapa penelitian HJT telah
menggunakan pendekatan yang berbeda untuk pemodelan pengambilan keputusan
yang disebut 'process tracing' atau metode verbal protocol. Dalam proses
tracing, pembuat keputusan mungkin diberikan serangkaian studi kasus untuk
menganalisa, tapi kali ini diminta untuk menggambarkan secara verbal setiap
langkah yang dilewati ketika membuat keputusan. Deskripsi verbal dicatat oleh
peneliti kemudian dianalisis untuk menghasilkan diagram decision tree untuk
mewakili proses keputusan pengambil keputusan.
Gambar 13.2 menyajikan hipotetis dari model decision tree penilaian petugas
pinjaman bank / non-standar. Setiap lingkaran (atau 'simpul') dari pohon
keputusan (decision tree) berisi pertanyaan yang terkait dengan langkah dalam
proses pengambilan keputusan. Tergantung pada jawaban atas pertanyaan dalam
node dari pohon, keputusan bisa diambil (kotak persegi pada gambar 13.2) atau
langkah lebih lanjut dibuat untuk mencapai keputusan. Jadi, misalnya, pada
gambar 13.2 langkah pertama dari proses pengambilan keputusan petugas bank
adalah untuk menanyakan apakah rasio hutang terhadap ekuitas lebih besar dari 3.
Jika jawabannya adalah 'ya', maka petugas segera menyimpulkan bahwa pemohon
pinjaman akan gagal. Jika jawabannya adalah 'tidak', maka petugas pergi ke tahap
berikutnya dari proses pengambilan keputusan dan bertanya apakah ukuran
perusahaan lebih besar dari $ 10 juta. Jawaban atas pertanyaan ini kemudian
mengarah ke pertanyaan lebih lanjut dan begitu seterusnya sampai pohon sampai
penilaian tercapai tentang kemungkinan pemohon pinjaman gagal.
Secara umum, decision tree yang berasal dari proses metode penelusuran
adalah deskripsi intuitif yang baik dari proses keputusan. Namun, relatif terhadap
Bunswik Lens Model, proses metode tracing tidak selalu menjadi prediktor yang
baik dari hal kepentingan. Salah satu alasannya, untuk ini adalah bahwa
pengambil keputusan sering mengalami kesulitan menjelaskan semua langkah
yang mereka lalui. Hal ini terutama berlaku untuk tugas-tugas yang dilakukan
pengambil keputusan rutin dan sering karena tugas menjadi begitu familiar bahwa
proses pengambilan keputusan secara implisit dan tidak sadar dalam pikiran
pembuat keputusan.

Gambar 13.2

Beberapa peneliti telah mencoba untuk mengatasi keterbatasan umum dari


kedua lensa dan proses pelacakan metode dengan menggabungkan kekuatan
prediktif dan deskriptif dari dua pendekatan. Salah satu alternatif tersebut adalah
teknik statistik yang dikenal sebagai Classification and Regression Trees (CART)
yang menggunakan metode statistik untuk partisi (atau split) output dari penilaian
pembuat keputusan dalam node keputusan yang memaksimalkan kekuatan
model untuk memprediksi dengan benar klasifikasi kasus yang berbeda ke dalam
jenis hak keputusan. Howieson menggunakan metode CART untuk rekomendasi
model aksi saham ('Beli', 'beli / tahan'. 'Tahan', 'terus / menjual', 'menjual') dari
tiga analis investasi Australia, menggunakan akuntansi dan informasi lainnya yang
diambil dari laporan perusahaan yang ditulis oleh analis. Gambar 13.3
menunjukkan ekstrak dari decision tree CART diturunkan untuk salah satu analis.

Gambar 13.3
Diagram menunjukkan berbagai variabel akuntansi digunakan oleh analis
untuk keputusan di beli, tahan, atau jual. Model CART menggabungkan kekuatan
yang kuat untuk mengklasifikasikan dengan benar rekomendasi analis dengan
deskripsi menarik yang intuitif dari proses pengambilan keputusan mereka.
Namun, ditemukan bahwa semakin banyak data yang tersedia untuk analisis,
semakin kompleks decision tree yang dihasilkan, sehingga lebih sulit untuk
menurunkan aturan sederhana untuk pelatihan analis lainnya. Kompleksitas relatif
decision tree telah menjadi masalah umum tidak peduli apakah process tracing
atau metode CART telah digunakan.

c. Penilaian Probabilistik
Model penilaian probabilistik berguna untuk melihat situasi dalam akuntansi
dimana keyakinan awal tentang prediksi atau evaluasi perlu direvisi sekali untuk
bukti lebih lanjut agar tersedia. Revisi investor terhadap keputusan investasi
sebagai bukti baru mengenai hasil dari gugatan terhadap perusahaan adalah
contoh dari situasi ini.
Model ini berpendapat bahwa cara normatif yang benar untuk merevisi
keyakinan awal, dinyatakan sebagai probabilitas subjektif, adalah dengan
menerapkan teorema Bayes, sebuah prinsip dasar teori probabilitas bersyarat.
Teorema Bayes menyatakan bahwa revisi (posterior) probabilitas dalam bukti
tambahan sama dengan kepercayaan asli (tingkat dasar) dikalikan dengan jumlah
dimana harapan sebelumnya harus direvisi, yaitu, oleh keinformatifan atau
diagnosa data yang baru.
Dengan demikian:
Peluang Prosterior (Probabilitas revisi) =
rasio kemungkinan (jumlah dimana harapan sebelumnya harus direvisi) x
peluang sebelumnya (probabilitas awal atau tarif dasar)

Sehingga sebenarnya, penilaian intuitif probabilitas, revisi probabilitas, dan


pilihan antara alternatif adalah perbandingan masing-masing dengan yang
ditetapkan oleh model formal atau 'jawaban yang optimal'.
Model ini telah diteliti secara luas di bidang psikologi. Sementara model
memiliki daya tarik logis tertentu, badan penelitian menunjukkan bahwa
pengambil keputusan manusia bukan statistik intuitif yang baik. Penelitian khusus
yang melibatkan akuntan dan auditor umumnya sepakat dengan temuan ini. Bukti
dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa akuntan dan auditor meminta
serangkaian 'aturan praktis', karena kompleksitas dari jenis penilaian yang mereka
butuhkan untuk membuat dan keterbatasan pengolahan informasi. Penilaian
probabilistik dapat digunakan dalam berbagai pengaturan keputusan.
Contoh non akuntansi, diambil dari Libby, mungkin membantu menjelaskan
penerapan normatif teorema Bayes.
Misalkan Anda bertanggung jawab atas keamanan bagi sebuah toko swalayan
besar. Suatu audit terbaru telah mengindikasikan bahwa kerugian karena
pencurian karyawan telah meningkat menjadi 10 persen dari penjualan.
Menanggapi keprihatinan atasan Anda, Anda mengadakan lie detector screening
program wajib bagi karyawan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa:
2 persen karyawan mencuri
Probabilitas bahwa karyawan akan menghasilkan respon 'menipu' pada
detektor kebohongan jika ia lakukan dalam kenyataan kebohongan
(positif benar) adalah 0,9
Probabilitas menghasilkan respon 'menipu' jika karyawan tidak
berbohong (positif palsu) adalah 0,12
Pertanyaan:
Jika karyawan menipu dalam menjawab pertanyaan, 'Anda mencuri dari toko?'
Berapa probabilitas bahwa karyawan ternyata memang mencuri?

Solusi normatif Bayes


Posterior odds = rasio kemungkinan x odds sebelumnya
= 0.90 / 0,12 x 0.02/0.98 = 0,153 / 1
Probabilitas = 0.153/1.153 = 13%

Libby berpendapat bahwa kebanyakan orang menunjukkan bahwa probabilitas


cukup tinggi, sekitar 80 persen.
Temuan bahwa pengambil keputusan tidak menerapkan aturan perkalian
Bayes ketika merevisi keyakinan sebelumnya terdapat dalam literatur penelitian
HIT. Hal ini menyebabkan para peneliti dalam psikologi menyelidiki aturan-
aturan apa yang digunakan. Mereka menemukan bahwa penjelasan tampaknya
terletak pada penggunaan aturan praktis atau bias, dimana orang-orang terpaksa
untuk menyederhanakan tugas-tugas penilaian yang kompleks.
Tiga kategori aturan praktis (dikenal dalam literatur sebagai 'heuristics') telah
diidentifikasi dalam literatur psikologi: keterwakilan, ketersediaan, dan penahan.
Seperti disebutkan sebelumnya, para peneliti akuntansi keuangan telah
mengumpulkan banyak bukti bahwa aturan praktis atau bias juga terdapat di
antara akuntan, auditor, dan pengguna laporan keuangan. Hal ini tidak berarti
bahwa aturan-aturan praktis yang selalu berfungsi atau aturan tersebut otomatis
menyebabkan penilaian yang buruk. Sebaliknya, sangat mungkin bahwa mereka
mewakili metode yang efisien dan efektif untuk menangani kompleksitas dan
keterbatasan proses kognitif. Bagian berikutnya dari bab ini menjelaskan
bagaimana masing-masing mengidentifikasi aturan praktis dalam beroperasi, dan
bukti review tentang keberadaan dan efek masing-masingnya dalam konteks
akuntansi.
Studi Model Lensa Bukti
Banyak penelitian telah menggunakan kerangka model lensa untuk memeriksa
akurasi prediksi manusia dalam kegagalan bisnis. Tugas ini penting dan realistis
bagi orang-orang seperti investor, petugas pinjaman bank, kreditur lain, dan
auditor. Secara umum telah diteliti dengan memberikan subjek dengan sejumlah
isyarat numerik seluruh kasus berulang dalam keberhasilan dan kegagalan bisnis
yang sebenarnya, yang diambil dari data arsip. Dengan demikian, dalam tugas
ini), sebuah solusi yang 'benar' ada sebagai tolok ukur untuk membandingkan
kinerja manusia.
Menggunakan model lensa sebagai alat penelitian dengan cara ini
memungkinkan analisis konsistensi dalam memberi penilaian, apakah 'model
perilaku manusia' dapat memprediksi lebih akurat daripada manusia. Hal ini juga
memungkinkan analisis kemampuan isyarat untuk memprediksi kejadian tersebut
(yang 'lingkungan prediktabilitas' menggunakan isyarat bobot ideal). Selain itu,
dapat memberikan wawasan mengenai tingkat kesepakatan antara pengambil
keputusan.
Model of human behaviour (Model Prilaku Manusia) dikembangkan
menggunakan representasi matematis dari pola individu dalam penggunaan
isyarat. Model ini kemudian diterapkan pada kasus-kasus tersebut. Bukti secara
konsisten menunjukkan bahwa mereka cukup mahir untuk mengembangkan
prinsip-prinsip atau model untuk memecahkan keberhasilan/kegagalan dalam
menggunakan rasio keuangan, tetapi ketika mengungguli model mereka sendiri
(disimpulkan dari pola penggunaan isyarat) diterapkan secara matematis karena
dua alasan: mereka salah menimbang petunjuk, dan mereka tidak konsisten
menerapkan aturan keputusan mereka karena faktor-faktor seperti kelelahan dan
kebosanan. Aplikasi matematika antara model lingkungan (dengan pembobotan
isyarat ideal) atau model prilaku manusia benar-benar konsisten dari waktu ke
waktu, menghilangkan kesalahan acak.
Libby adalah yang pertama dalam meneliti tugas penilaian kegagalan
bisnis, dan beberapa studi telah diikuti. Apa yang telah muncul dalam literatur
adalah pertanyaan apakah mengungkapkan dengan subjek tingkat aktual
kegagalan diperlukan untuk mencapai realisme dalam tugas. Tingkat aktual
kegagalan usaha sangat rendah yaitu kurang dari 5 persen. Oleh karena itu subjek
membawa ke tugas penilaian harapan bahwa jumlah kasus kegagalan akan
marjinal.
Di sisi lain, para peneliti tidak dapat berharap untuk mendapatkan bukti
dari pengaturan tugas ini kecuali jumlah kasus kegagalan yang sebenarnya 'wajar'
termasuk dalam bahan yang diberikan. Para peneliti umumnya menggunakan
tingkat kegagalan antara 33 persen dan 50 persen, dan percobaan memanipulasi
tingkat kegagalan dan pengungkapan/bukan pengungkapan sebelumnya telah
dilakukan. Hasilnya telah meyakinkan dalam hal sejauh mana pengungkapan
sebelumnya dari hal tingkat kegagalan sampel, tetapi tampaknya prediktabilitas
tugas dan keterwakilan informasi cukup berperan.
Variasi lain dari penelitian termasuk mengamati efek yang memungkinkan
subjek untuk memilih rasio, memeriksa dampak dari informasi yang berlebihan,
dan menganalisis tingkat keyakinan bahwa pengambil keputusan menempatkan
pada penilaian mereka dan apakah akurasi mempengaruhi keyakinan. Abdel-
Khalik dan El-Sheshai menyimpulkan bahwa itu adalah pilihan subjek informasi,
daripada pengolahan isyarat yang dipilihnya, bahwa keakuratan terbatas. Simnett
dan Trotman menemukan bahwa, meskipun subjek dapat menggunakan semua
informasi dari rasio yang dipilih, mereka tidak dapat meningkatkan kinerja ketika
diminta untuk menerapkan model isyarat-bobot yang ideal. Auditor
menyimpulkan bahwa ketika subjek tidak dapat memilih rasio mereka sendiri
maka dapat terjadi penurunan kinerja pemrosesan informasi mereka.
Literatur informasi yang berlebihan memiliki implikasi untuk presentasi
dan isu pengungkapan dalam akuntansi keuangan. Hal ini memberikan bukti
konsensus rendah dan konsistensi pengambilan keputusan lebih rendah untuk
individu mengalami overload. Diperkirakan bahwa, jumlah informasi meningkat,
awalnya penggunaan dan integrasi informasi meningkat. Namun, di luar beberapa
titik, hasil informasi tambahan dalam penurunan jumlah informasi diintegrasikan
ke dalam tugas pengambilan keputusan. Chewning dan Harrel, dalam tugas
prediksi financial distress, menemukan bukti dari teori di atas setelah subjek
diberi lebih dari 8 petunjuk (rasio keuangan). Libby mencatat bahwa penambahan
isyarat kurang valid untuk satu set yang berisi isyarat lebih valid dalam penurunan
kinerja, namun, penelitian lain telah mendeteksi tidak ada hubungan seperti itu.
Secara keseluruhan, literatur tentang informasi yang berlebihan telah
menghasilkan hasil yang kurang jelas. Salah satu alasan untuk kurangnya hasil
yang jelas pada studi yang berbeda adalah bahwa sebagian besar peneliti tidak
berusaha untuk menentukan apakah data tambahan yang disediakan benar-benar
'informatif' (yaitu relevan dengan keputusan di tangan). Selanjutnya, memiliki
sedikit usaha untuk melihat apakah pengambil keputusan benar-benar
menggunakan data tambahan yang disediakan oleh peneliti.
Penilaian literatur secara konsisten menemukan bahwa kedua ahli dan yang bukan
ahli adalah subjek yang percaya diri akan kemampuan mereka dalam tugas-tugas
penilaian tertentu. Terlalu percaya ini tampaknya berasal dari tiga faktor:
Kecenderungan bagi manusia untuk mencari dan kelebihan bobot
umpan balik positif
Terbatasnya sifat umpan balik dalam banyak kasus (misalnya
dalam kegagalan atau sulitnya memprediksi keputusan yang tepat
untuk tidak meminjamkan jarang dievaluasi)
Variabel saling ketergantungan dari tindakan dan hasil (misalnya
tindakan pinjaman/tidak meminjamkan mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan)
Libby dan Zimmer menemukan bahwa keakuratan penilaian meningkat dengan
meningkatnya kepercayaan diri, tapi penelitian lain telah menunjukkan bahwa
kepercayaan tidak berhubungan dengan akurasi.
Setelah memeriksa bukti model lensa yang dikumpulkan dari banyak keputusan,
termasuk prediksi kegagalan, Libby meringkas temuan kategori penelitian ini,
sebagai berikut:
Dalam banyak situasi pengambilan keputusan penting, prediktabilitas
lingkungan informasi yang tersedia rendah. Namun, dalam situasi di mana
prediktabilitas lingkungan relatif tinggi, penilaian prestasi yang buruk
adalah norma.
Kedua inkonsistensi manusia dan kesalahan pembobotan merupakan
isyarat berkontribusi pada pencapaian yang buruk. Menggabungkan
informasi kuantitatif dalam tugas yang berulang tidak muncul untuk
menjadi fungsi pada orang-orang yang berkinerja baik. Dengan demikian,
dalam situasi ini, menggantikan orang dengan model (misalnya model
regresi lingkungan, model manusia, dan model bobot yang sama)
menunjukkan janji untuk meningkatkan akurasi prediksi.
Meskipun pernyataan ini dibuat pada tahun 1981, bukti-bukti yang diperoleh sejak
saat itu tidak bertentangan dengan pengamatan Libby.
Teori dalam tindakan 13.1 memberikan contoh bagaimana akuntansi
mempengaruhi perilaku investor. Media rilis ini menggambarkan pengaruh
pertumbuhan Asosiasi Pemegang Saham Australia.

Penelitian-penelitan tentang Proses Penelusuran Bukti

Model Brunswilk Lens dan penelitian ragam proses penelusuran adalah teknologi
yang berbeda dengan tujuan yang sama dari pemodelan proses keputusan yang
selengkap mungkin. Pernyataan telah dibuat dari perbedaan utama antara kedua
metode pemodelan. Model Brunswilk Lens secara implisit memperlakukan proses
pengambilan keputusan sebagai kombinasi linear sederhana dari sinyal informasi
sedangkan decision tree pohon keputusan berasal dari proses penelusuran yang
mengakui sifat langkah demi langkah dalam pengambilan keputusan, di mana isi
informasi dari satu bagian data berinteraksi dengan potongan data lainnya.
Mayoritas studi yang telah menyelidiki linearitas penilaian pengambil keputusan
menyimpulkan bahwa asumsi kombinasi linier sederhana dari sinyal informasi
dibenarkan tetapi beberapa studi dalam konteks bisnis menemukan bahwa metode
proses penelusuran merupakan keuntungan teknik pemodelan untuk mewakili
pengambilan keputusan dalam beberapa konteks.
Kekuatan prediksi relatif dari lensa dan mode proses penelusuran telah
dipelajari dalam konteks bisnis oleh Lacker dan Lessig dan Selling dan Shank.
Dalam skenario pemilihan saham, Larcker dan Lessig menemukan bahwa model
proses penelusuran mengungguli model linier statistik, tetapi Selling dan Shank
menemukan sebaliknya ketika dua pendekatan dibandingkan dalam tugas yang
melibatkan prediksi kebangkrutan. Perbedaan-perbedaan dalam penelitian ini
mungkin mencerminkan komentar sebelumnya bahwa jenis tugas keputusan
membutuhkan gaya yang berbeda dari proses keputusan. Seperti biasa,
kompleksitas pengambilan keputusan manusia berarti bahwa penelitian yang lebih
mendalam diperlukan untuk memahami apa jenis karakteristik tugas keputusan
yang menentukan gaya yang paling tepat dalam pemrosesan informasi.
Format dan Penyajian Laporan Keuangan

Pada tahun 1976 Libby mengamati bahwa tiga pilihan dasar tersedia untuk
meningkatkan pengambilan keputusan:
Mengubah penyajian dan jumlah informasi
Mendidik para pengambil keputusan
Mengganti pengambil keputusan baik dengan model mereka
sendiri atau dengan model pembobotan sinyal yang ideal.
Mengingat pentingnya saran pertama kepada akuntan, auditor, regulator
dan pembuat standar, secara mengejutkan sedikit penelitian telah dilakukan dalam
memastikan format penyajian akuntansi yang ideal. Penelitian yang ada
cenderung untuk memeriksa perubahan radikal untuk penyajian laporan keuangan
dalam bentuk grafik multidimensi. Namun, dalam menanggapi kebutuhan dalam
literatur, para peneliti telah kembali ke masalah penyajian yang ideal dari fromat
tabel yang lebih tradisional. Informasi yang dimuat oleh literatur ini juga
berhubungan dengan pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan pengambilan
keputusan dari pengguna laporan keuangan.
Model Lensa berguna dalam membahas isu-isu penyajian laporan
keuangan serta analisis penilaian prediktif. Ini memungkinkan analisis akurasi
penilaian manusia dalam hal menentukan sejauh mana individu mendeteksi sifat
penting dari tugas penilaian dan konsisten menerapkan kebijakan penilaian. Jika
perubahan format laporan menghasilkan informasi yang meningkatkan salah satu
karakteristik di atas, akurasi penilaian manusia harus ditingkatkan. Tujuan
kegunaan keputusan (decision usefulness) diadopsi dalam kerangka kerja
konseptual, sebagian tergantung pada kemampuan pengguna untuk menafsirkan
data untuk investasi yang ditawarkan atau keputusan kredit. Dampak dari
perubahan format laporan pada kemampuan subyek untuk mendeteksi perubahan
status keuangan perusahaan dapat diuji dalam kerangka model yang lensa.
Grafik multidimensi yang paling diteliti telah dalam bentuk skema atau wajah-
wajah Chernoff seperti digambarkan pada Gambar 13.4
Wajah-wajah diatas dibentuk dengan memetakan transformasi variabel keuangan
ke fitur wajah. Ketelitian matematis dalam hal panjang hidung, sudut alis dan
kelengkungan mulut digunakan untuk mewakili perubahan posisi keuangan dari
satu periode ke periode berikutnya.
Bunga dalam model presentasi ini muncul pada tahun 1979 ketika
Moriarity melaporkan bahwa subjek yang menggunakan informasi keuangan
diwakili oleh grafif mengungguli model penekanan keuangan yang diterima
dengan baik. Seperti disebutkan sebelumnya, hal tersebut telah menjadi penelitian
yang konsisten yang menemukan bahwa model secara umum mengungguli
manusia sehingga bentuk presentasi ini menjanjikan. Stock dan Watson
menemukan hanya konfirmasi lemah dari hasil Moriarity dalam prediksi tugas
peringkat obligasi. Namun, mereka menemukan bahwa kinerja akurasi
menggunakan grafis multidimensi lebih unggul yang dicapai dengan presentasi
tabular konvensional. Hasil yang terakhir ini diadakan bahkan ketika subjek
memiliki minimal pelatihan akuntansi. Stock dan Watson menyimpulkan:
Pendekatan grafis multidimensi akan berguna bila biaya atau ketersediaan
data membuat model statistik yang baik mustahil untuk dibangun,
terutama jika hasil menggunakan grafik multidimensi yang setidaknya
sama baiknya dengan hasil model.

Sampai saat ini, penyusun laporan keuangan belum siap untuk mempublikasikan
grafik yang radikal dari wajah-wajah Chernoff. Namun, penggunaan warna dan
grafik yang lebih konvensional adalah umum. Para peneliti di bidang statistik,
psikologi, sistem informasi dan pendidikan telah meneliti keuntungan relatif dari
presentasi visual berbagai bentuk grafik dan tabel untuk menampilkan informasi
baik keuangan maupun non-keungan. Sampai saat ini, hasilnya bertentangan dan
dipertanyakan, tetapi umumnya ditemukan dalam konteks akuntansi dimana
penyajian mempengaruhi pengambilan keputusan.
Misalnya, Blocher, Moffie dan Zmud meneliti efek berbagai bentuk
presentasi (tabel dan grafik warna) pada akurasi dan bias keputusan auditor
internal. Mereka menemukan bahwa efektivitas relatif dari berbagai bentuk
presentasi adalah fungsi dari jumlah informasi yang disajikan dan harus diproses
oleh pengambil keputusan. Laporan grafik tampak lebih baik untuk tingkat
kompleksitas yang rendah dan laporan tabel untuk tingkat kompleksitas tinggi.
Davis, menggunakan mahasiswa MBA, meneliti dampak dari tiga format
grafis dari laporan keuangan (grafik garis, bar chart, pie chart) dan tabel
konvensional. Penelitian tersebut menemukan bahwa pembuat keputusan berusaha
untuk menjawab pertanyaan dari laporan dan bentuk penyajian interaktif
mempengaruhi kinerja. Tidak ada salah satu bentuk presentasi yang terbaik dalam
segala situasi.
Peramalan keuangan yang merupakan tugas Desanctis dan Javenpaa
memilih untuk menilai dampak dari grafik batang dibandingkan dengan tabel.
Mereka menemukan hanya perbaikan sederhana dalam akurasi perkiraan penilaian
yang terkait dengan format grafis dan kemudian hanya setelah praktik
menggunakan format yang disediakan kepada subjek. Ini adalah sesuatu yang
mengejutkan dalam menemuk dugaan nilai grafik dalam mendeteksi tren dan
hubungan. Para penulis memperingatkan bahwa ketika data akuntansi disajikan
dalam format grafik, pengguna dapat pergi melalui proses penyesuaian atau
belajar sebelum infromation grafik menjadi bermakna.
Dalam konteks audit, Ricchiute menemukan bahwa penilaian mengenai
penyesuaian yang diperlukan ke akun-akun dapat dipengaruhi oleh mode
penyajian information kepada auditor: visual dan / atau auditory. Karena
kebanyakan penelitian audit menyajikan materi tertulis kepada subjek (penerapan
melampaui setiap pengaturan penelitian).
Penelitian terbaru menegaskan bahwa dampak dan gaya format presentasi
yang berbeda tetap menjadi area yang kompleks yang memerlukan penyelidikan
konteks khusus lebih lanjut. Dalam dua studi yang didasarkan pada skenario
prediksi kebangkrutan, So dan Smith menyelidiki dampak warna grafis, gender,
kompleksitas tugas, dan format presentasi yang berbeda pada keakuratan prediksi
dari sampel terutama terdiri dari mahasiswa sarjana bisnis. Dalam salah satu
penelitian para pengambil keputusan menggunakan baik bar chart berwarna atau
hitam-putih dari rasio keuangan sebagai dasar penilaian mereka dalam tugas yang
berbeda baik dalam kompleksitas tinggi atau rendah (yang diukur dengan tingkat
inkonsistensi dalam rasio keuangan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa grafis
berwarna tidak efektif ketika tugasnya kompleks dan menariknya, wanita lebih
efektif dalam penggunaan warna daripada laki-laki. So dan Smith menyimpulkan
bahwa penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dalam hubungannya antara warna
dan pengolahan informasi untuk membantu dalam memahami hasil yang mereka
temukan.
Dalam studi lain, So dan Smith memperoleh hasil yang
mengkonfirmasikan penelitian Desanctis dan Jarvenpaa yang sebelumnya
menyebutkan untuk pendidikan lebih lanjut dalam penggunaan grafis. So dan
Smith meminta para pengambil keputusan untuk bekerja dengan salah satu dari
seperangkat data berikut: kombinasi tabel dan diagram batang, atau tabel dan
wajah-wajah Chernoff, atau tabel saja. Mereka menemukan bahwa pada situasi
dimana kompleksitas informasi tinggi, penggunaan tabel saja menyebabkan
akurasi tertinggi, menunjukkan bahwa penggunaan grafis dan representasi
bergambar data sebenarnya menyebabkan penurunan efektivitas pengambilan
keputusan pengguna. Salah satu alasan untuk ini mungkin keinginan pengambil
keputusan untuk memilih pilihan mudah ketika situasi yang kompleks, tapi
representasi data grafis dan bergambar seringkali lebih abstrak dan kurang rinci
dibandingkan dengan informasi yang ditemukan dalam tabel. Temuan ini menjadi
perhatian di zaman ketika banyak perusahaan yang beralih ke internet dan
presentasi style multimedia untuk berkomunikasi dengan para pemangku
kepentingan.
Contoh-contoh ini menunjukkan klaim Wainer dan Thiessen, bahwa tidak
ada teori yang berkembang dengan baik dan diuji yang bisa digunakan untuk
menentukan keadaan di mana berbagai bentuk presentasi yang paling tepat, tetap
benar. Situasi ini masih terus mungkin, setidaknya sebagian, disebabkan oleh
konsentrasi penelitian HJT dalam konteks audit selama dekade terakhir. Banyak
penelitian audit telah terjadi dalam kerangka penilaian probabilistik, bukti yang
dibahas pada bagian berikutnya.

Penelitian probabilitas penilaian bukti

Dalam banyak konteks akuntansi dan terutama dalam audit, tidak ada solusi yang
"benar" dengan penilaian yang dapat dibandingkan untuk menilai akurasi. Salah
satu cara untuk mengatasi kekurangan suatu kriteria benchmark yang digunakan
untuk menilai kinerja adalah untuk menguji tingkat konsensus mengenai
keputusan tertentu di sejumlah pengambil keputusan. Cara lain adalah dengan
menggunakan model matematis atau statistik. Sebagaimana dibahas dalam bagian
sebelumnya, penelitian penilaian probabilistik didasarkan pada analisis apakah
manusia merevisi keyakinan mereka sejalan dengan teorema Bayes, bukti baru
menjadi tersedia. Penelitian HJT dalam model secara konsisten menunjukkan
bahwa manusia memiliki berbagai tingkat keterampilan dan diamati melalui
berbagai tugas, merevisi probabilitas mereka sebelumnya pada tingkat lebih
rendah daripada yang ditentukan oleh teorema Bayes. Konservatisme ini telah
dikaitkan dengan penggunaan aturan praktis dan bias yang diadopsi sebagai cara
untuk menyederhanakan penilaian yang kompleks dalam rangka untuk
mengatasinya.
Tiga aturan praktis didefinisikan dalam literatur sebagai berikut:
Keterwakilan (Representativeness). Aturan ini menyatakan bahwa
ketika menilai kemungkinan bahwa item tertentu berasal dari populasi
item tertentu, penilaian orang akan ditentukan oleh sejauh mana item
tersebut mewakili populasi. Item atau kejadian yang dilihat oleh
pengambil keputusan sebagai sesuatu yang lebih representatif akan
dinilai dan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terjadinya
dibandingkan item atau kejadian yang kurang repsentative. Misalnya,
petugas pinjaman bank dapat menilai kemungkinan bahwa perusahaan
akan default (gagal bayar) atas pinjamannya dari seberapa mirip kondisi
perusahaan tersebut dengan contoh-contoh perusahaan yang gagal.
Seperti dijelaskan kemudian, penelitian telah menunjukkan bahwa
penggunaan aturan ini dapat menyebabkan keputusan yang buruk
karena pengambil keputusan yang menggunakannya sering
mengabaikan kesalahan lainnya berkaitan dengan tingkat di mana hal
kepentingan benar-benar terjadi dalam total populasi (ini disebut tingkat
dasar). Tingkat populasi kredit macet mungkin, misalnya 5% tetapi
pembuat keputusan mungkin mengabaikan informasi penting ini dan
akibatnya melebih-lebihkan tingkat kredit macet ketika mengevaluasi
sampel perusahaan terutama karena mereka (pembuat keputusan) hanya
mencari perusahaan yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan
stereotip.
Ketersediaan (Availability). Ketersediaan aturan praktis mengacu pada
penaksiran probabilitas dari suatu peristiwa berdasarkan peristiwa
tersebut masuk ke dalam pikiran. Konsekuensi dari penggunaan aturan
praktis ini adalah bahwa probabilitas terkait dengan peristiwa
sensasional kemungkinan akan overestimated.
Jangkar dan penyesuaian (Anchoring and adjustment). Aturan ini
mengacu pada proses penilaian umum di mana respon awalnya
dihasilkan atau diberikan berfungsi sebagai jangkar dan informasi lain
yang digunakan untuk mengatur respon itu. Konsekuensi dari aturan ini
adalah kemungkinan tidak cukupnya penyesuaian dalam kaitannya
dengan perubahan keadaan.

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, sebagian besar penelitian ke pertimbangan


probabilistik telah menggunakan auditor sebagai subjek. Auditor merupakan
subyek yang ideal untuk studi penilaian manusia dan penalaran probabilistik pada
khususnya, karena beberapa penilaian audit memerlukan kebutuhan untuk
merevisi penilaian dalam bukti tambahan. Selain itu, perusahaan akuntan publik
besar di AS sangat cooperative dalam menciptakan ketersediaan baik dana dan
praktik auditor untuk penelitian. Sebuah gambaran singkat dari penelitian yang
berkaitan dengan ketiga aturan praktis sebagai berikut.

Learning Objective 3
a) Keterwakilan: Bukti

Kahneman dan Tversky pertama kali melaporkan adanya keterwakilan dan


kecenderungan untuk mengabaikan tingkat dasar. Sejak itu, penelitian di kedua
bidang psikologis dan akuntansi telah menyelidiki fenomena tersebut. Bukti yang
meyakinkan dalam bahwa hal itu menunjukkan informasi tarif dasar kadang-
kadang diabaikan dan kadang-kadang digunakan secara tepat didalam menentukan
probabilitas dari suatu peristiwa. Penggunaan informasi tarif dasar tampaknya
sangat sensitif terhadap berbagai tugas dan konteks serta ini telah menyebabkan
hipotesis bahwa pertimbangan probabilistik melibatkan pengolahan kontingen.
Joyce dan Biddle menggunakan adaptasi akuntansi dalam detector
pencurian/kebohongan oleh karyawan contoh yang sebelumnya diberikan dalam
bab ini untuk menggambarkan penerapan teorema Bayes. Dalam contoh ini
berkaitan dengan penipuan manajemen, lagi tingkat dasar sangat rendah
digunakan. Seperti yang telah diperkirakan, seperti pada contoh sebelumnya,
subyek akan memberikan perhatian yang kecil untuk tingkat dasar rendah yang
diberikan. Sejak penilaian audit sering melibatkan tingkat dasar rendah, dampak
peristiwa tinggi (contohnya : fraud), penulis menekankan tentang implikasi dari
hasil ini. Namun, Holt meragukan temuan Joyce dan Biddle, memperdebatkan
bahwa hal itu adalah pengungkapan masalah. Mengarah ke efek framing, yang
telah didorong dari hasil mereka. Efek Framing didefinisikan sebagai perspektif
kognitif yang ditimbulkan oleh karakteristik tugas. Efek ini sering digambarkan
dengan menggunakan analogi half empty/half full glass di mana pesimistis
menganggap gelas sebagai setengah kosong (half empty) dan optimistis
memandang gelas yang sama sebagai setengah penuh (half full).

b) Ketersediaan: bukti

Dasar dari aturan ini adalah penilaian yang didasarkan pada pengambilan dari
memori atau konstruksi skenario yang relevan. Contohnya semakin cepat
mengingat masalah, atau semakin mudah orang untuk mengingat masalah atau
menghasilkan penjelasan tentang suatu peristiwa, semakin tinggi kemungkinan
terjadinya penilaian terjadinya peristiwa. Namun, ini membutuhkan sampel besar
dari probabilitas untuk meningkatkan akurasi prediksi.
Moser memeriksa ketersediaan aturan praktis sehubungan dengan
penilaian prediktif investor. Dia meminta setengah dari 58 subjek untuk membuat
daftar alasan-alasan target keuntungan perusahaan akan meningkat dan alasan
keuntungan perusahaan akan menurun. Subyek-subyek yang tersisa diurutkan
dalam susunan berlawanan. Moser menemukan bahwa kelompok pertama subjek
membuat prediksi probabilitas yang lebih tinggi mengenai peningkatan
keuntungan bagi perusahaan, meskipun tidak ada dasar objektif bagi optimisme
mereka. Hasil subjek mampu menghasilkan alasan paling mendukung yang dinilai
lebih mungkin. Dia menyimpulkan bahwa beberapa peristiwa lingkungan
mengenai perusahaan tertentu yang menyebabkan liputan berita yang tidak
proporsional mungkin sistematis mempengaruhi prediksi penilaian. Investor
individual mungkin baik overprice atau underprice saham karena kecenderungan
semuanya untuk berpikir tentang perusahaan dari perspektif yang sama - optimis
atau pesimis.

c) Penetapan dan penyesuaian: bukti

Joyce dan Biddle menggunakan kembali praktik auditor sebagai subyek dalam
memeriksa efek perubahan dalam sistem pengendalian internal pada perluasan
pengujian substantif (tes pemeriksaan yang dirancang untuk mencari keberadaan
kesalahan dolar di akun-akun). Diharapkan bahwa subjek akan menyesuaikan
perubahan dalam pengendalian internal dengan menyesuaikan cakupan audit
tetapi penyesuaian tidak akan cukup sebagai penetapan pada awal pengendalian
internal yang akan terjadi. Tidak ada bukti penetapan dan penyesuaian ditemukan.
Namun, Kinney dan Uecker tidak menemukan bukti penetapan dan penyesuaian
dalam review analitis (analisis rasio) dan uji kepatuhan (uji audit pengendalian
internal) tugas.

C. Penilaian Ahli Dan Aturan Praktis


Penelitian yang melibatkan penilaian ahli berkaitan dengan memeriksa proses
berpikir ahli dan penentu keahlian. Newell dan Simon memberikan kerangka
analisis dengan teori mereka yang dibatasi secara rasional. Mereka menyarankan
bahwa manusia memiliki sebuah memori jangka pendek dengan setiap kapasitas
terbatas (4-7 bagian) dan memori jangka panjang hampir tak terbatas. Struktur
dari ingatan dan karakteristik tugas ini menggabungkan untuk menentukan cara
berbagai jenis masalah diwakili dalam memori (representasi kognitif) yang pada
gilirannya menentukan cara masalah ini diselesaikan.
Banyak pekerjaan awal dalam memori ahli melibatkan praktisi medis dan
master catur. Kemampuan para ahli untuk secara efektif memperluas kapasitas
memori mereka dalam situasi yang berkaitan dengan keahlian mereka telah
menjadi temuan yang konsisten dalam literatur. Sepertinya sekelompok kecil nilai
isyarat mengingatkan seperangkat besar isyarat yang terkait dengan prototipe.
Penjelasannya terletak pada penggunaan keterwakilan untuk mengenali pola
umum dan membawa prototipe ke dalam memori jangka pendek dari memori
jangka panjang.
Bouwman menemukan bukti keterwakilan dalam tugas akuntansi ketika ia
meminta mahasiswa (pemula) dan 3 akuntan (ahli) untuk menganalisis empat
kasus yang berisi informasi keuangan yang luas untuk menentukan setiap bidang
masalah mendasar. Ia menemukan bahwa para ahli mengikuti strategi diarahkan
berdasarkan daftar cek, tren kompleks standar dan stereotip, dan dikembangkan
gambaran perusahaan secara keseluruhan. Para ahli, ketika menghadapi
pelanggaran stereotip, berusaha untuk mengungkap penyebabnya, mencari baik
bukti konfirmasi dan non-mengkonfirmasikan. Para mahasiswa, di sisi lain,
mengikuti strategi sekuensial diarahkan sederhana, mengevaluasi informasi
tentang urutan yang disajikan, mencari fakta yang signifikan yang dapat
menjelaskan situasi. Mereka mencari untuk konfirmasi bukti dan tidak berusaha
untuk menemukan penjelasan sebab akibat.
Sejumlah penelitian audit telah mengkonfirmasikan bahwa ahli audit yang
memiliki ingatan yang lebih baik, kemampuan integratif dan frekuensi kesalahan
kemampuan belajar dari yang dilakukan pemula. Ahli-ahli Audit menunjukan
bukti dari ketiga aturan praktis dan belum jelas bahwa ini hasil yang diperlukan
dalam kualitas rendah dalam pengambilan keputusan. Sifat double-entry dari
pembukuan berarti bahwa tes audit sering tumpang tindih dan mekanisme
(misalnya review partner) yang mencoba untuk menjamin kualitas. Metode proses
penelusuran yang mungkin menjadi cara yang baik untuk belajar lebih banyak
tentang perbedaan antara proses pengambilan keputusan para ahli dan pemula.
Pengetahuan ini akan berharga untuk tujuan pelatihan.

Learning Objective 4
D. Akuntansi Dan Perilaku
Akuntansi hadir sebagai fungsi langsung dari kegiatan individu atau kelompok
individu (didefinisikan sebagai entitas akuntansi). Terdapat sudut pandang yang
berbeda dari akuntansi, menunjukkan adanya kemungkinan sejumlah perspektif
akuntansi. Bahkan dalam periode peraturan pemerintah terpusat atas
pengungkapan akuntansi oleh perusahaan, ada ribuan pilihan dan asumsi yang
diperlukan antara alternatif teknik akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
untuk entitas perusahaan. Walaupun berada dalam peraturan lebih ketat dari
undang-undang perpajakan di Australia, ada kebijakan yang cukup besar dalam
teknik pengadopsian, dan interpretasi dari informasi yang dilaporkan, merupakan
masalah dari perspektif. Ada banyak kepentingan yang bersaing di berbagai orang
yang menginterpretasikan informasi keuangan yang dilaporkan oleh organisasi.
Pada dasarnya, para pengguna informasi akuntansi mewakili berbagai perspektif
dan tujuan, mulai dari kelompok karyawan (serikat buruh), pemegang saham
individu dan kelompok investor untuk pengelolaan organisasi, pembuat standar
akuntansi sering menghabiskan banyak waktu memperdebatkan validitas teknis
dari teknik khusus yang diusulkan. Namun, sebelumnya validitas teknis
merupakan masalah perspektif.
Tujuan dari bagian ini adalah untuk memperkuat tema yang mendasari seluruhnya
dan sejumlah bab lain dari buku ini, akuntansi yang merupakan fungsi dari
perilaku dan aktivitas manusia. Dengan demikian, informasi akuntansi akan
mempengaruhi perilaku baik dalam metode yang diadopsi untuk mengukur dan
melaporkan informasi, dan sebagai respon terhadap keterbukaan informasi.
Tanggapan terhadap informasi adalah fungsi dari perspektif manusia dan karena
itu tidak lepas dari tujuan pribadi dan kepentingan pengguna, apakah bertindak
sebagai seperti kepentingan individu atau sebagai kelompok. Akibatnya, akuntansi
beroperasi dalam lingkungan yang kompleks. Akuntan harus menyadari
lingkungan seperti ini dan menghargai dampak informasi akuntansi terhadap
perilaku.
Burchell dkk merangkum peran penting akuntansi dalam konteks board economic:
Data akuntansi sekarang digunakan dalam derivasi dan pelaksanaan
kebijakan untuk stabilisasi ekonomi, harga dan pengendalian upah untuk
regulasi sektor industri dan komersial tertentu dan perencanaan sumber
daya ekonomi nasional dalam kondisi peperangan dan perdamaian dan
kemakmuran dan depresi
Tidak lagi dilihat sebagai sekedar unit dari rutinitas kalkulatif, sekarang
berfungsi sebagai mekanisme terpadu dan berpengaruh untuk manajemen
ekonomi dan sosial.
Selain itu, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan dalam sistem akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
Akuntansi bukanlah proses satu arah, dengan informasi akuntansi mempengaruhi
perilaku atau mendorong respon pada bagian dari beberapa kelompok pengguna.
Informasi dan system akuntansi dipengaruhi dan diubah oleh faktor, yang
sebagian besar berada di luar kendali langsung akuntan. Menurut Zimmerman,
sistem akuntansi adalah komponen fundamental dari arsitektur organisasi, dengan
manajer senior yang terus berusaha mengadaptasi arsitektur untuk memastikan
struktur terbaik dari perusahaan. Zimmerman menyediakan dua pengamatan
penting tentang faktor yang mempengaruhi sistem akuntansi.
1. Perubahan dalam sistem akuntansi yang sudah terjadi dalam ruang hampa.
Perubahan sistem akuntansi umumnya terjadi pada waktu yang sama
sebagai perubahan dalam strategi bisnis perusahaan dan perubahan
organisasi lainnya, khususnya yang berkaitan dengan pemisahan hak
keputusan dan evaluasi kinerja dan sistem penghargaan.
2. Perubahan dalam arsitektur perusahaan, termasuk perubahan dalam sistem
akuntansi, yang mungkin terjadi dalam menanggapi perubahan dalam
strategi bisnis perusahaan yang disebabkan oleh guncangan eksternal dari
teknologi dan kondisi pasar pergeseran.

Informasi akuntansi sehingga secara signifikan mempengaruhi perilaku


individu baik dalam suatu entitas dan eksternal padanya. Namun, pengaruh dua
arah, dengan individu (atau grup individu) langsung dan tidak langsung
mempengaruhi struktur sistem akuntansi dan pengungkapan informasi. Jika
penelitian perilaku adalah untuk kemajuan dan memberikan pemahaman yang
berharga tentang hubungan yang kompleks, hal itu akan harus menyimpang dari
penelitian pasar modal yang beroperasi di bawah asumsi yang mewakili individu
atau kelompok pemegang saham sebagai seperangkat interchangeable blanks
(masing-masing berbagi kekuatan yang sama dari interpretasi, film dan
keyakinan) dan yang menerima bahwa ekonomi, masyarakat dan entitas di
dalamnya hidup organisme kompleks yang tidak bertindak dalam isolasi tetapi
efek satu sama lain dalam cara yang kompleks.

Learning Objective 5

E. Keterbatasan Bar
Gambaran umum BAR telah menunjukkan bahwa kita telah belajar banyak
tentang bagaimana pembuat keputusan yang berbeda menggunakan informasi
akuntansi. Namun, juga mengungkapkan bahwa ada signifikansi yang lebih bagi
kita untuk belajar di area ini. Frekuensi antara hasil studi sejenis hanya berarti
bahwa pengolahan informasi manusia jauh lebih kompleks daripada
pengembangan teori penelitian dan metode saat ini.
Maines berpendapat:
Sayangnya, tiga kritik dilontarkan terhadap penelitian ini telah membatasi
pengaruhnya. Pertama, studi tentang topik yang sama telah menghasilkan
hasil yang bertentangan, mencegah bimbingan konklusif untuk keputusan
kebijakan. Selain itu, subjek eksperimen dan pengaturan yang digunakan
dalam studi ini sering dari yang ditemukan dalam situasi penilaian nyata.
Akhirnya, para peneliti akuntansi telah mempertanyakan apakah kebijakan
harus dipengaruhi oleh penelitian tentang pengambil keputusan individu.

Keterbatasan BAR ini berarti belum mencapai tingkat yang sama dari
dominasi dalam literatur akademik saat ini dinikmati oleh pasar modal dan teori
keagenan sekolah penelitian. Secara keseluruhan, keterbatasan utama dari Bar
adalah kurangnya teori tunggal yang mendasari yang membantu dalam penyatuan
pertanyaan penelitian beragam dan temuan Bar. Berbeda dengan pasar modal dan
teori keagenan sekolah penelitian yang telah didasari kegiatan penelitian dan
pengembangan teori dalam bidang tertentu dari ekonomi, peneliti BAR telah
meminjam dari berbagai disiplin ilmu dan konteks dan tidak memiliki kerangka
kerja umum dalam yang mengembangkan generalisasi yang berguna bagi para
pembuat kebijakan. Terdapat juga tidak ada kemungkinan isyarat pengembangan
dari teori semacam itu di masa mendatang.
Namun demikian, hal itu tetap benar bahwa BAR adalah sekolah penelitian
yang berharga dan praktis. Metode BAR telah digunakan oleh banyak kelompok
pengambil keputusan untuk mengembangkan sistem ahli dan alat-alat praktis
lainnya untuk pengolahan informasi dan tujuan pelatihan di tempat kerja. BAR
juga alat-alat menawarkan janji yang mengungkapkan kesalahan sistematis
(seperti aturan yang berbeda praktis dibahas sebelumnya) yang dibuat oleh semua
pengambil keputusan dalam konteks tertentu yang memiliki implikasi untuk
perbaikan di tingkat makro. Misalnya, penelitian mulai menunjukkan bagaimana
jenis insentif menghadapi analisis saham pada bias tempat kerja keputusan
mereka.
Kepentingan yang lebih besar sekarang sedang ditunjukkan dalam pengembangan
pengukuran non-keuangan dari kinerja perusahaan seperti indikator kinerja
lingkungan dan sosial yang diusulkan dalam 'pelaporan triple bottom-line. Seperti
ada sedikit pengetahuan yang ada tentang apa pengukuran non-keuangan ini
seharusnya atau bagaimana mereka harus dilaporkan, Bar memiliki peran penting
untuk bermain dalam membantu praktisi akuntansi dan pembuat kebijakan dalam
mengembangkan daerah muncul seperti ini. Selanjutnya, kemajuan terus menerus
dalam teknologi penelitian dan metode akan memungkinkan para peneliti BAR
masa depan untuk mengembangkan hipotesis yang lebih kaya dan tes tentang
bagaimana pengambil keputusan proses informasi akuntansi.
Learning Objective 6

F. Isu Untuk Auditor


Sama seperti penelitian akuntansi perilaku dapat menjawab pertanyaan tentang
bagaimana orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi, penelitian
audit perilaku dapat menyelidiki bagaimana auditor melakukan tugas mereka dan
membuat penilaian mereka. Penelitian Archival tentang pilihan auditor, diperiksa
dalam bab-bab sebelumnya, sering memperlakukan proses audit sebagai 'kotak
hitam'. Hasil bahwa auditor besar atau spesialis yang terkait dengan biaya audit
yang lebih tinggi dan biaya modal yang lebih rendah diinterpretasikan sebagai
bukti bahwa auditor ini adalah kualitas yang lebih tinggi, tapi itu bukan bukti
langsung kinerja audit yang lebih baik. Penelitian perilaku mencoba untuk masuk
ke dalam kotak hitam ini untuk menguji karakteristik auditor yang berkinerja
lebih baik dan menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor.
Penelitian terdahulu dimulai dengan pertanyaan cukup jelas. Misalnya,
apakah pengalaman audit lebih meningkatkan kualitas auditor penilaian?
Meskipun kesederhanaan tampak dari pertanyaan ini, para peneliti segera
menemukan bahwa jawabannya tidak ada yang pasti. Kinerja Auditor bervariasi
antara pengaturan dalam cara-cara yang menunjukkan bahwa auditor memiliki
kedua pengetahuan umum, yang umum untuk semua auditor, dan pengetahuan
khusus yang diperoleh melalui praktek dan umpan balik dalam domain tertentu
atau konteks.
Salah satu konteks tertentu yang telah diteliti secara intensif adalah
pengalaman industri tertentu. Auditor dengan pengalaman dalam konteks industri
tertentu tampaknya memiliki kualitas penilaian auditor yang tinggi ketika bekerja
dalam konteks tersebut. Efek ini tampaknya terjadi karena auditor memperoleh
pengetahuan khusus ketika diberi kesempatan untuk menerima pelatihan khusus
industri baik formal maupun informal melalui pengalaman on-the-job dalam audit
lingkungan tim industri. Owhoso, Messier, dan Lynch menunjukkan bahwa ketika
auditor bekerja dalam tim spesialisasi industri mereka, mereka lebih efektif dari
auditor lain dalam mendeteksi kesalahan konseptual maupun mekanik. Jika
auditor diminta untuk bekerja di luar daerah spesialisasi mereka, mereka tidak
menunjukkan tingkat kinerja yang lebih besar. Temuan penelitian ini didukung
oleh pengamatan bahwa perusahaan audit besar mengatur praktek mereka suatu
lini industri yang lama.
Hasil Owhoso, Messier dan Lynch menunjukkan bahwa pengetahuan
khusus auditor tidak dapat dialihkan kepada konteks lain. Hammersley
menunjukkan bahwa ini adalah karena industri spesialis auditor dapat
menggunakan beberapa isyarat lebih efisien daripada auditor lain dalam industri
spesialis konteks. Petunjuk adalah potongan-potongan informasi, dan
Hammersley tertarik pada kinerja relatif spesialis dan non-spesialis auditor dalam
menggunakan isyarat tampaknya tidak berbahaya untuk membuat pola yang
mewakili keberadaan salah saji keuangan. Hasil nya menunjukkan perbedaan
dalam cara-cara yang spesialis dan non-spesialis auditor memahami isyarat ketika
mereka menaburkan seluruh informasi yang tersedia bagi auditor. Dia
menunjukkan bahwa auditor spesialis cenderung menggunakan prosedur yang
lebih efisien dan efektif untuk mendeteksi keberadaan salah saji, tapi hanya dalam
bidang spesialisasi mereka sendiri.
Penelitian industri spesialisasi berfokus pada kompetensi auditor, yang
merupakan salah satu bagian dari kualitas audit. Penelitian perilaku juga telah
menyelidiki isu seputar komponen lain dari kualitas audit, independensi auditor.
Koch dan Schmidt meneliti efek dari pengungkapan kepentingan atas keputusan
pelaporan auditor. Awalnya, dan konsisten dengan Kain, Loewenstein dan Moor,
mereka menemukan bahwa auditor lebih cenderung melaporkan secara keliru
ketika mereka mengungkapkan konflik kepentingan karena pengungkapan
tersebut meringankan keprihatinan moral mereka. Mereka merasa bahwa mereka
memiliki lisensi untuk melaporkan secara keliru karena investor seharusnya
menyadari adanya kemungkinan ini. Namun, Koch dan Schmidt menemukan
bahwa auditor yang lebih berpengalaman cenderung untuk melaporkan secara
keliru dalam situasi ini. Mereka juga menemukan bahwa ketika auditor tidak
mengungkapkan biaya mereka, mereka bekerja untuk membangun reputasi untuk
pelaporan jujur. Koch dan Schmidt menunjukkan bahwa meningkatkan
kompleksitas percobaan dengan memasukkan lebih banyak faktor, seperti
pengalaman dan reputasi, dapat menghasilkan hasil yang lebih kaya dan
pemahaman yang lebih dalam perilaku auditor.
Cara lain untuk menyelidiki independensi auditor adalah dengan meneliti
reaksi investrors untuk informasi tentang auditor. Misalnya, Davos dan Hollie dan
Dopuch, Raja dan Schwartz menyelidiki persepsi investor dari independensi
auditor ketika auditor menerima biaya layanan non-audit mengurangi dari klien
audit mereka. Kedua studi menemukan bahwa pengungkapan biaya non-audit
mengurangi akurasi persepsi investor independensi auditor. Hasil ini penting
karena bukti mereka menunjukkan bahwa meskipun auditor independen pada
kenyataannya, penampilan independensi bisa terganggu dan harga saham
terpengaruh. Peraturan seperti Sarbanes-Oxley Act (2002) diperkenalkan untuk
mencegah masalah independensi auditor dengan membatasi penyediaan auditor
layanan non-audit kepada klien mereka. Bahkan jika tidak ada penurunan
independensi yang sebenarnya untuk mencegah, peraturan ini dapat membantu
auditor dan klien mereka menghindari masalah yang disebabkan oleh gangguan
independensi yang dirasakan.
Penelitian eksperimental memiliki potensi untuk melengkapi penelitian
dengan menggunakan arsip data dengan berfokus pada perilaku auditor dan
investor. Namun, tantangan metodologis yang dihadapi oleh para peneliti perilaku
juga signifikan. Sering ada ketegangan antara membuat percobaan cukup realistis
dengan memasukkan banyak faktor kontekstual dan membuatnya cukup
sederhana sehingga peneliti dapat yakin bahwa mengamati hasil tersebut
disebabkan adanya manipulasi faktor spesifik dalam penyelidikan. Peneliti harus
mempertimbangkan semua masalah rancangan sebelum memasang subjek karena,
tidak seperti penelitian arsip data, tidak ada kesempatan untuk mengumpulkan
data tambahan di kemudian hari. Penelitian terus berkembang secara bertahap
dimana peneliti mencoba instrumen, konteks, dan subjek yang berbeda kasus.
BAB III PENUTUP

A. Simpulan
Behavioural accounting research didefinisikan sebagai: Studi perilaku
akuntan atau perilaku non akuntan dimana mereka dipengaruhi oleh fungsi
akuntansi dan laporan. Pentingnya BAR diantaranya:
a. Telah catat pada awal chapter ini bagaimana kelompok penelitian
akuntansi yang lain seperti pasar modal dan teori agensi tidak
memperlengkapi dengan jawaban pertanyaan tentang bagaimana orang-
orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi.
b. BAR dapat memberikan arti berharga dalam jenis cara yang berbeda pada
hasil, proses, dan reaksi pengambil keputusan pada fakta-fakta
(keterangan) informasi akuntansi dan metode komunikasi. Kita dapat
menggunakannya untuk memperbaiki pengambilan keputusan dalam
berbagai macam cara.
c. BAR berpotensi menyediakan informasi yang bermanfaat untuk regulator
akuntansi seperti Australian Accounting Standart Board (AASB). Sebagai
tujuan pokok akuntansi adalah untuk menyediakan informasi bermanfaat
untuk keputusan, anggota AASB terus berhadapan dengan masalah
dimana metode akuntansi dan apa tipe pengungkapan yang akan terbukti
bermanfaat untuk pengguna laporan keuangan.
BAR dapat memberikan pertanyaan tentang bagaimana orang-orang
menggunakan dan memproses informasi akuntansi, penelitian auditing
keperilakuan dapat memeriksa bagaimana auditor menunjukkan tugas audit dan
membuat opini.

B. Saran
Dalam mengkaji teori tentang Behavioural Accounting Research meskipun
banyak terdapat perbedaan pendapat, sebaiknya dari setiap pengamat akuntansi
dan dari kita sebagai mahasiswa harus mampu memberikan sikap dan keputusan
yang tepat dalam melihat apapun yang terjadi di dalam Behavioural Accounting
Research sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, et all. (2010). Accounting Theory 7th edition. Australia: John Wiley &
Sons Australia. Ltd

Anda mungkin juga menyukai