Anda di halaman 1dari 10

RESUME JURNAL

FAIR VALUE ACCOUNTING: EFFECTS ON BANKS' EARNINGS VOLATILITY,


REGULATORY CAPITAL, AND VALUE OF CONTRACTUAL CASH FLOWS
Mary E. Barth A., Wayne R. Landsman B., James M. Wahlen

Journal of Banking & Finance 19 (1995) 577-605

PENDAHULUAN

Tahun 1980-an merupakan kegagalan terbesar lembaga keuangan di AS. Krisis


simpan pinjam dan perhatian yang luas atas kelangsungan hidup sistem perbankan AS
menyebabkan banyak yang mempertanyakan tentang kegunaan akuntansi biaya historis,
karena terlihat bahwa banyak lembaga yang gagal ialah yang memiliki kekayaan ekonomi
bersih yang negatif, meskipun berdasar pada akuntansi biaya historis mereka dalam
melaporkan kekayaan bersih positif yang melebihi dari regulatory requirement. Akuntansi
biaya historis tidak menyebabkan lembaga keuangan gagal. Namun, banyak yang percaya
bahwa akuntansi nilai wajar akan menyebabkan regulator dan pengguna laporan keuangan
lainnya mampu mengatasi lebih awal kesulitan lembaga keuangan. Mereka juga
menganjurkan menggunakan akuntansi nilai wajar, karena lebih baik dalam mencerminkan
nilai ekonomi yang mendasarinya. Di bawah nilai wajar, perubahan nilai wajar yaitu
keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi diakui dalam laba saat ini. Sebaliknya, di
bawah biaya historis, perubahan nilai biasanya tidak diakui sampai direalisasi.

Fokus penelitian pada jurnal ini adalah sehubungan dengan sekuritas investasi bank.
Pada bulan Mei 1993, Financial Accounting Standards Board (FASB) menerbitkan Statement
of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 115, "Accounting for Certain Investments in
Debt and Equity Securities. Penelitian ini fokus pada sekuritas investasi karena merupakan
satu-satunya aset atau kewajiban bank yang akan secara substansial diubah oleh SFAS 115.
Salah satu dampak yang diinginkan dari standar ini adalah untuk mengakui sekuritas investasi
pada nilai wajarnya. Di bawah aturan akuntansi sebelumnya, sebagian besar sekuritas
investasi bank diakui pada biaya historis. Meskipun SFAS 115 berlaku untuk semua entitas,
manajer bank adalah yang paling terus terang dalam mengkritik, karena investasi sekuritas
merupakan sebagian besar total aset bank. Karena nilai wajar mencerminkan kondisi pasar
secara umum selain kondisi khusus untuk lembaga tertentu, banyak manajer bank
mengungkapkan kekhawatiran bahwa pengguna laporan keuangan terutama investor dan
regulator akan disesatkan oleh akuntansi nilai wajar.
Selama public hearing FASB, perwakilan dari American Bankers Association, the
Independent Bankers Association of America, dan perusahaan audit nasabah bank, antara lain
menegaskan bahwa:
1. earnings number berdasarkan nilai wajar untuk sekuritas investasi cenderung lebih
tidak stabil daripada biaya historis. Karena peningkatan volatilitas ini tidak
mencerminkan volatilitas ekonomi yang mendasari operasi bank, maka akan terjadi
keputusan alokasi modal yang tidak efisien oleh investor, sehingga menaikkan biaya
modal dari bank,
2. Menggunakan akuntansi nilai wajar untuk sekuritas investasi mungkin menyebabkan
bank melanggar regulatory capital requirements yang lebih sering, sehingga akan
terjadi intervensi peraturan yang berlebih atau yang mengarah ke costly actions oleh
manajer bank untuk mengurangi risiko dari intervensi regulatory. Regulator
mungkin mempertimbangkan bank dengan kerugian sekuritas belum direalisasi yang
substansial melanggar regulatory capital requirements,
3. Karena arus kas kontraktual tetap untuk investasi dalam sekuritas hutang yang
dimiliki hingga jatuh tempo, perubahan nilai wajar sekuritas tersebut tidak relevan
untuk menilai ekuitas bank. Dengan demikian, perubahan tersebut tidak harus
menjadi komponen dari laba.

Penelitian ini menyelidiki validitas empiris dari tiga kekhawatiran dengan menyajikan
kembali earnings dan pengukuran regulatory capital untuk mencerminkan pengungkapan
estimasi nilai wajar sekuritas investasi:
1. Penelitian ini memeriksa bagaimana akuntansi nilai wajar mempengaruhi volatilitas
earnings dan apakah incremental volatility tercermin dalam harga saham perbankan.
Menemukan bahwa incremental volatility bergantung pada apakah investor melihat
volatilitas nilai wajar earnings sebagai proxy yang lebih baik untuk risiko ekonomi
daripada volatilitas earnings biaya historis,
2. Penelitian ini memperkirakan dampak dari akuntansi nilai wajar pada frekuensi
pelanggaran regulatory capital requirements. Risiko regulasi merupakan salah satu
komponen risiko ekonomi total untuk bank. Dengan demikian, penelitian ini juga
memeriksa apakah setiap potensi peningkatan risiko regulasi yang terkait dengan
akuntansi nilai wajar tercermin dalam harga saham. Efek hubungan harga tergantung
pada apakah investor menilai probabilitas positif dari intervensi regulatory
berdasarkan akuntansi nilai wajar, dan apakah pelanggaran nilai wajar saat ini
membantu memprediksi pelanggaran masa depan aktual,
3. Penelitian ini menguji apakah perubahan suku bunga terkait dengan perubahan nilai
wajar sekuritas investasi mempengaruhi penilaian mereka atas arus kas yang
diharapkan di masa depan.

A. EARNING VOLATILITY
Pada bagian Earning Volatility ini membahas dua pertanyaan spesifik yaitu:
1. Sejauh mana earnings menjadi lebih variabel jika menggunakan akuntansi nilai wajar
untuk sekuritas investasi daripada menggunakan biaya historis?
2. Apakah peningkatan varians dirasakan oleh investor dan tercermin dalam harga
saham bank sebagai resiko tambahan?

Penelitian ini menghitung variabilitas earnings untuk historical cost net income (HCNI), fair
value net income (FVNI), dan net income before securities gains and losses (PRENI), maka
dapat dilihat :

a) Panel A: Akuntansi nilai wajar untuk sekuritas investasi meningkatkan volatilitas


earnings konsisten dengan pernyataan manajer bank bahwa akuntansi nilai wajar
untuk sekuritas investasi meningkatkan volatilitas earnings.

b) Panel B: Peningkatan keseluruhan variabilitas earnings yang disebabkan akuntansi


nilai wajar untuk sekuritas investasi umumnya timbul dari perubahan lingkungan
ekonomi bank dari waktu ke waktu yang mempengaruhi semua bank, misalnya
fluktuasi suku bunga pasar.

B. REGULATORY CAPITAL VIOLATIONS

Berdasarkan temuan sebelumnya, diharapkan rasio regulatory capital berdasarkan


akuntansi nilai wajar menjadi lebih bervariasi daripada berdasarkan biaya historis. Penelitian
ini menguji perbedaan mean dan varians antara rasio regulatory capital yang dihitung
berdasarkan biaya historis (HCRC) dan akuntansi nilai wajar (FVRC). Karena biaya historis
digunakan untuk menentukan regulatory capital, maka dianggap pelanggaran di bawah
akuntansi biaya historis sebagai pelanggaran aktual dari regulatory capital requirement.

C. CONTRACTUAL CASH FLOWS AND CHANGES IN FAIR VALUES

Untuk menguji kritik manajer bahwa perubahan suku bunga adalah valuation
irrelevant karena arus kas kontraktual adalah tetap untuk investasi dalam sekuritas utang
yang dimiliki hingga jatuh tempo. Hasil menunjukkan bahwa koefisien net income per share
before securities gains and losses dan interest revenue (PRENIX) adalah signifikan positif.
Lebih penting lagi, koefisien pendapatan bunga bervariasi secara signifikan dari waktu ke
waktu. Dengan demikian, anggapan bankir bahwa fluktuasi nilai sekuritas investasi yang
timbul dari perubahan suku bunga adalah tidak relevan tidak didukung oleh data. Dalam
menilai ekuitas umum, investor mempertimbangkan tidak hanya jumlah arus kas kontraktual
masa depan yang bank akan terima, tetapi juga tingkat suku bunga (atau harga) yang
mempengaruhi arus kas di masa depan.

RINGKASAN DAN KESIMPULAN


Penelitian ini menyelidiki tiga pernyataan dari kritikus akuntansi nilai wajar untuk
sekuritas investasi mengenai efek potensial terhadap volatilitas laba, tingkat regulatory
capital, dan nilai arus kas kontraktual yang berkaitan dengan sekuritas investasi. Penelitian
membahas pernyataan ini dengan menyatakan kembali earnings dan regulatory capital untuk
mencerminkan perkiraan nilai wajar dari sekuritas investasi bank. Penelitian ini menemukan
hal-hal sebagai berikut.

Pertama, menggunakan akuntansi nilai wajar untuk investment securities gains and
losses,, earnings bank lebih stabil daripada yang dihitung dengan menggunakan biaya
historis. Volatilitas earnings biaya historis merupakan proxy yang lebih baik untuk risiko
ekonomi daripada volatilitas earnings nilai wajar ketika menilai ekuitas bank, volatilitas
tambahan ini tidak terkait dengan harga saham perbankan.

Kedua, akuntansi nilai wajar untuk sekuritas investasi telah digunakan untuk
menentukan regulatory capital selama periode sampel, bank akan melanggar regulatory
capital requirement lebih sering daripada di bawah akuntansi biaya historis. Meskipun
regulatory capital tidak dihitung menggunakan akuntansi nilai wajar selama periode sampel,
pelanggaran di bawah akuntansi nilai wajar membantu memprediksi pelanggaran regulatory
capital dimasa depan. Namun, potensi peningkatan resiko peraturan yang terkait dengan
akuntansi nilai wajar tidak tercermin dalam harga saham bank. Bukti juga menunjukkan
bahwa hipotesis pelanggaran nilai wajar bukan merupakan information events pada pasar
sebaliknya pelanggaran biaya historis merupakan information events.
Ketiga, bertentangan dengan pernyataan para pendukung akuntansi biaya historis,
perubahan suku bunga yang menyebabkan perubahan nilai wajar sekuritas investasi tercermin
dalam harga saham perbankan. Earnings multiples yang berbeda diterapkan ke pendapatan
bunga bank sebagai perubahan suku bunga, meskipun arus kas kontraktual dari sekuritas
investasi tidak berubah. Dengan demikian, perubahan suku bunga tampak merupakan valuasi
yang relevan. Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa tiga kekhawatiran para
bankir tentang menggunakan akuntansi nilai wajar untuk sekuritas investasi adalah tidak
didukung oleh data.
RESUME JURNJAL
FAIR VALUE ACCOUNTING AND THE MANAGEMENT OF THE FIRM
BENZION BARLEV AND JOSHUA RENE HADDAD
Critical Perspectives on Accounting (2003) 14, 383415

PENDAHULUAN
Historical cost accounting (HCA) telah digantikan oleh paradgima baru yaitu fair
value accounting (FVA). Perubahan ini mencerminkan kebutuhan para pengguna akuntansi
keuangan dan upaya standar akuntansi untuk membalik pola penurunan relevansi informasi
keuangan (Francis & Schipper, 1999; Lev & Zarowin, 1999).
Laporan keuangan berbasis HCA mengaburkan posisi keuangan dan hasil usaha yang
nyata dari suatu perusahaan dan memberikan banyak ruang untuk manipulasi. Seringkali nilai
buku historis aktiva dan kewajiban memiliki hubungan jauh dengan nilai pasar. Situasi ini
memungkinkan manajemen untuk memanipulasi laba yang dilaporkan dan untuk
menyembunyikan kurangnya prestasi nyata perusahaan. Sedangkan FVA mengukur dan
mengungkapkan nilai saat ini dari aset dan kewajiban sehingga lebih memiliki relevansi nilai.
Literatur akademik memberikan bukti yang konsisten yang menunjukkan bahwa nilai wajar
instrumen keuangan tertentu harus dimasukkan dalam neraca, kemudian perubahan nilai
wajar instrumen tersebut harus dimasukkan dalam laporan laba rugi (AAAs Financial
Accounting Standards Committee, 1998).
Meskipun demikian, nilai laporan keuangan tidak tergantung pada hubungan statistik
antara akuntansi dan return pasar (Francis & Schipper, 1999). Nilai ini seharusnya diukur dari
segi kontribusinya terhadap fungsi stewardship, pengurangan biaya agensi, dan peningkatan
efisiensi manajemen. Hal itu seharusnya dinilai juga dengan memberikan informasi yang
relevan kepada stakeholders dan pekerja dalam konflik sosial mereka.
Pelaporan nilai wajar aset dan kewajiban dalam neraca menarik perhatian pemegang
saham terhadap nilai ekuitas dan perubahan periodik atas nilai tersebut, sebagaimana
tercermin oleh mekanisme pasar yang menentukan harga aset dan kewajiban. Hal ini nantinya
akan meningkatkan pentingnya fungsi stewardship. Manajer akan diminta untuk menjaga dan
mempertahankan nilai ekuitas serta memperhitungkan usaha mereka. Selain itu, pemegang
saham akan berada dalam posisi untuk membedakan antara dua tugas manajemen:
mempertahankan ekuitas dan menghasilkan laba atas ekuitas. Model FVA akan
mempengaruhi manajemen yang efektif dari perusahaan. FVA akan mengurangi konflik agen-
prinsipal dan biaya agensi, dan dapat meningkatkan efisiensi pengoelolaan perusahaan.
Prospek baru pada tugas manajemen menyebabkan dasar dan perubahan substansial
dalam persepsi manajer atas kewajiban mereka kepada pemegang saham. Manajer yang
memahami dualitas pada tugas mereka juga harus menerapkan metode manajemen risiko
untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan-tujuan ini secara bersamaan, kemudian juga
harus menyadari arena bisnis lokal dan global, dan juga memanfaatkan kegiatan lindung nilai
(termasuk penggunaan derivatif). Ekspansi dalam tujuan dan metode manajemen akan
membawa perubahan kognitif dalam pengelolaan organisasi.
Kita mungkin mengharapkan perubahan dalam persepsi laporan keuangan dari
pemegang saham. Dalam penyusunan laporan keuangan berbasis HCA, manajer memiliki
kekuatan dominan atas proses. Mereka mampu mengelola pendapatan dan dapat melakukan
"window-dress" dalam laporan posisi keuangan. Oleh karena itu, "managers voice" ini
secara jelas didengar dan sangat tercermin. Paradigma FVA dapat mengurangi "managers
voice" dalam mendukung "markets voice", dalam ekonomi pasar sempurna dan lengkap,
"markets voice" memiliki kekuasaan atas pengukuran, penilaian dan pelaporan aset. Dalam
situasi yang lebih realistis, nilai wajar dari banyak item akuntansi tidak didefinisikan dengan
baik. Situasi ini menimbulkan permasalahan pelaksanaan paradigma nilai wajar, tapi tidak
ada cara untuk membatalkan penggunaannya. Oleh karena itu, ketika menganalisis laporan
keuangan FVA, pemegang saham harus peka terhadap "markets voice".

RINGKASAN DAN KESIMPULAN


Jurnal ini berfokus pada proses pengembangan paradigma FVA dan dampak potensial
dari FVA pada filosofi manajemen secara umum dan strategi manajemen perusahaan pada
khususnya. Argumen pertama dari jurnal ini adalah bahwa proses pengembangan paradigma
FVA adalah natural. Hal ini mencerminkan proses globalisasi dan integrasi ekonomi
internasional. Dengan demikian, proses ini mungkin tidak terhenti atau dihentikan. Meskipun
demikian, hal itu mungkin akan tertunda. Argumen kedua dari jurnal ini adalah bahwa FVA,
karena waktu dan relevansi nilai informasi yang dipasok yang mungkin membawa perubahan
dalam filosofi manajemen dan strategi manajemen perusahaan. Laporan keuangan berbasis
FVA menempatkan ekuitas pada fokus yang menarik. Menjaga nilai ekuitas dan melaporkan
hasil usaha mereka akan menjadi tujuan implisit. Menanggapi filosofi manajemen baru yang
menggabungkan pemeliharaan nilai, profitabilitas dan efisiensi akan muncul. Sebuah strategi
manajemen baru, salah satu yang memanfaatkan teknik-teknik baru dari lindung nilai akan
berkembang. Manajemen risiko akan menjadi bagian integral dari manajemen bisnis dan akan
melibatkan penyelidikan konsisten lokal serta tren pasar global dan penggunaan metode
lindung nilai baru.
FVA mungkin juga berdampak pada pelaporan keuangan. Mengingat situasi di mana
GAAP memberikan pemegang saham dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
melacak aktivitas manajer, kebutuhan untuk laporan rinci yang menjelaskan tindakan manajer
tidak bisa dihindari. Sebuah sistem dual pelaporan, di mana HCA diberikan bersama FVA
adalah jalan yang paling menjanjikan. Sebuah laporan laba rugi komprehensif dapat menjadi
alternatif dalam sistem dual pelaporan. Ide-ide ini tidak baru dalam akuntansi dan dapat
dengan mudah diimplementasikan. Akhirnya, FVA akan berpengaruh pada lebih banyak aspek
akuntansi, termasuk audit dan harmonisasi akuntansi internasional

REFERENSI

Barlev, Benzion dan Haddad, J.R. 2003. Fair Value Accounting and the Management of the
Firm. Critical Perspectives on Accounting 14, pp. 383415.

Barth, M.E., Landsman, W.R., Wahlen, J.M. 1995. Fair Value Accounting: Effects on Banks'
Earnings Volatility, Regulatory Capital, and Value of Contractual Cash Flows. Journal
of Banking and Finance 19, pp. 577-605.

Anda mungkin juga menyukai