Tahun 2015-2017
Abstrak
Dana desa merupakan bentuk konkret upaya pemerintah pusat untuk mendorong
pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan daerah pedesaan di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dana desa terhadap kondisi
kemiskinan daerah penerima Dana Desa. Data dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif.
Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi kemiskinan dan
perkembangan Dana Desa di Pulau Jawa. Sementara, metode analisis kuantitatif yang dipilih
adalah Fixed Effec Model untuk mengkaji pengaruh Dana Desa dan beberapa faktor ekonomi
sebagai kontrol variabel. Hasil estimasi kami menunjukkan bahwa Program Dana Desa
berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk miskin, namun efek yang
dihasilkan relatif kecil. Peningkatan sebesar satu persen nominal Dana Desa hanya akan
mengurangi jumlah orang miskin sebesar 0.002 persen di daerah tersebut–variabel lain tetap.
Hal itu mengindikasikan pemanfaatan Dana Desa kurang optimal. Oleh karena itu, Pemerintah
Pusat mesti memberikan perhatian lebih dalam pada perumusan kebijakan dan konsep
pembangunan komprehensif untuk mencapai sasaran-sasaran yang sudah ditetapkan.
Indonesia belum merasa sejahtera meskipun sebagaimana mandat dari pemerintah pusat pada
sumber daya alam yang dimilki bangsa sangat daerah. Pemanfaatan dana ini guna untuk
besar. Sepertinya tujuan-tujuan pembangunan membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
belum tercapai dan masih banyak kendala- pelayanan dan infrastruktur dasar, serta
kendala yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. pemberdayaan masyarakat di pedesaan. Adanya
dana desa ini sesungguhnya merupakan salah
Membicarakan berhasil atau tidaknya suatu satu implementasi dari visi pemerintah pusat yang
pembangunan di suatu negara, seharusnya juga ingin membangun Indonesia dari pinggiran.
perlu untuk ditinjau seperti apa proses dan
outcome dalam perspektif kedaerahan atau Berdasarkan pada gambaran kondisi yang
antardaerah. Sayangnya, perspektif seperti ini dijelaskan diatas, pokok dari penelitian ini secara
seringkali luput dari sorotan para perumus lebih lanjut akan meneliti bagaimana pemanfaatan
kebijakan. Terlebih jika pembahasan dana desa dalam hal pembangunan. Utamanya
pembangunan dalam perspektif daerah ini lebih dari pembangunan tersebut akan spesifik melihat
mengerucut pada permasalahan pembangunan sejauh apa efektifitas dana desa terhadap
yang ada di pedasaan. pengaruh terhadap kemiskinan. Adapun cakupan
wilayah yang akan diteliti dipilih Pulau Jawa
Desa sebagai unit kesatuan pemerintahan sebagai area pengamatan.
tersendiri yang ada di suatu wilayah seringkali
mengalami ketertinggalan pembangunan Tinjauan Literatur
ketimbang kota. Akses pemberdayaan
sumberdaya manusia dalam bentuk sarana Kemiskinan
pendidikan, pelayanan kesehatan dan sanitasi,
serta sarana dan prasarana infrastruktur dasar Badan Pusat Statistik (BPS, 2019) menyatakan
masih dapat kita lihat jauh sekali dari kondisi ideal bahwa kemiskinan merupakan ketidakmampuan
dibeberapa lokasi. Kondisi yang timpang dengan individu atau kelompok untuk memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach) seperti
kota tentu membuat distribusi pendapatan
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan
menjadi tidak merata dan mendorong fenomena
yang diukur dari sisi pengeluarannya. Saat ini,
urbanisasi ke kota-kota terdekat. Padahal
masalah kemiskinan menjadi lebih kompleks
sebagaimana kita ketahui desa masih menjadi
sehingga permasalahan kemiskinan menjadi
penyedia sumber tenaga kerja dan juga penyedia
sebuah masalah yang multidimensional.
kebutuhan pangan, tidak hanya secara regional
Kemiskinan dianggap tidak lagi hanya dipahami
namun juga dalam skala nasional.
dari ketidakmampuan ekonomi suatu individu
Untuk mewujudkan pemerataan pendapatan dan tetapi juga kegagalan dalam memenuhi hak-hak
dasar dan perbedaan perlakuan bagi individu atau
pembangunan, pemerintah membentuk skema
kelompok dalam menjalani hidup yang lebih
penyaluran dana yang langsung menargetkan
bermartabat.
desa sebagai upaya percepatan pembangunan.
Kita mengenalnya sebagai Program Dana Desa Menurut Sukmaraga (2011:15) penyebab
yang mana sudah terinisiasi dan terlaksana sejak
kemiskinan adalah lingkaran kemiskinan yang
tahun 2015. Dana desa merupaka alokasi dana
tidak berujung pangkal. Rendahnya kualitas
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
sumber daya manusia menyebabkan rendahnya
Belanja Negara (APBN) dimana peruntukannya
produktivitas kerja. Rendahnya produktivitas
langsung kepada Desa dan atau Desa Adat.
berakibat rendahnya pendapatan yang diterima.
Mekanisme penyalurannya melalui transfer dari
Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Ali Akbar Nurisra, Mardiyat Usman, Redi Sunarta
rendahnya tabungan dan investasi, sehingga multidimensi yang disusun berdasarkan pada
akumulasi modal rendah dan berdampak pada tingkat rumah tangga dan Multidimensional
terbatasnya lapangan kerja dan berarti Poverty Index (MPI) dengan memperhitungkan
meningkatnya jumlah pengangguran. Jumlah akibat adanya interaksi negatif ketika orang-orang
pengangguran yang semakin meningkat mengalami berbagai kekurangan yang lebih buruk
menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk dengan melihat kekurangan-kekurangan yang
miskin. terjadi di seluruh negara secara keselurahan,
menghitung rata-ratanya, dan
Badrudin (2012) menjelaskan bahwa kemiskinan mengkombinasikannya (Todaro et al, 2011).
memiliki beberapa jenis sebagai berikut :
Menurut World Bank, penduduk miskin adalah
1. Kemiskinan relatif, yaitu kemiskinan yang individu yang memiliki pengeluaran per hari
terjadi akibat adanya pengaruh kebijakan sebesar US$2 atau kurang dengan menggunakan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah metode purchasing power parity (PPP). Saat ini,
belum mampu menjangkau seluruh lapisan penduduk yang dianggap miskin di Indonesia
masyarakat sehingga terjadi distribusi yang tidak adalah individu yang memiliki pengeluaran per
merata. hari sebesar US$1 atau kurang. Namun, indikator
garis kemiskinan yang digunakan oleh Indonesia
2. Kemiskinan absolut, ketidakmampuan individu
dianggap sebagai klasifikasi penduduk sangat
atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan pokok
miskin (extreme poor) oleh indikator garis
minimum seperti pangan, sandang, tempat
kemiskinan World Bank.
tinggal, kesehatan, dan pendidikan yang
diperlukan untuk bertahan hidup dan bekerja. Pemerintah Pusat sudah membuat Peraturan
Kebutuhan pokok minimum diukur menggunakan Presiden (Perpres) Republik Indonesia nomor 13
ukuran kemampuan finansial individu atau tahun 2009 tentang koordinasi penanggulangan
kelompok. kemiskinan menyatakan bahwa kebijakan atau
program dari pemerintah pusat dan pemerintah
3. Kemiskinan struktural, kemiskinan yang terjadi
daerah dilakukan secara sistematis, terencana,
akibat kondisi struktur atau tatanan kehidupan
dan bersinergi dengan dunia usaha dan
yang tidak menguntungkan. Maksudnya adalah
masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk
kondisi struktur atau tatanan kehidupannya tidak
miskin dalam rangka meningkatkan derajat
hanya menyebabkan kemiskinan tetapi juga
kesejahteraan rakyat. Salah satu program yang
melanggengkan kemiskinan di dalam kondisi
dikeluarkan oleh pemerintah sebagai upaya
struktur atau tatanan kehidupan masyarakat.
menanggulangi kemiskinan adalah dana desa.
4. Kemiskinan kultural, kemiskinan yang terjadi
akibat dari faktor-faktor adat dan budaya suatu
Dana Desa
daerah yang membelenggu individu tetap melekat
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014
dengan indikator kemiskinan.
menyatakan bahwa dana desa adalah dana yang
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
Badan Pusat Statistik (BPS, 2019) menyatakan
negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa
bahwa individu yang memiliki rata-rata
yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan
pengeluaran per kapita perbulan di bawah garis
belanja daerah (APBD) kabupaten/kota dan
kemiskinan termasuk kategori penduduk miskin.
Garis kemiskinan merupakan indeks kemiskinan
Analisis Dampak Dana Desa Terhadap Kemiskinan Pulau Jawa Tahun 2015-2017
pemerintah pusat memiliki wewenangan untuk memiliki tiga manfaat sebagai berikut:
manusia pada suatu daerah akan mengurangi (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi
jumlah penduduk miskin di daerah. yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah,
bunga modal dan keuntungan; semuanya
Produk Domestik Regional Bruto sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak
langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB
Angka-angka Pendapatan Regional atau Produk
mencakup juga penyusutan dan pajak tidak
Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
langsung neto (pajak tak langsung dikurangi
suatu indikator berupa data agregat yang dapat
subsidi).
dipakai untuk mengukur tingkat pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. PDRB juga dapat dipakai
3. Pendekatan Pengeluaran PDRB, dimana
sebagai bahan evaluasi kegiatan pembangunan
semua komponen permintaan akhir yang terdiri
ekonomi yang telah dilaksanakan baik oleh
pemerintah maupun non pemerintah. PDRB juga dari : (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga
dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan lembaga swasta nirlaba, (2) pengeluaran
dalam kurun waktu tertentu, dapat konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal
menggambarkan struktur ekonominya dan dapat tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori, dan
menggambarkan analisanya terhadap kinerja (5) ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor
sektor perekonomian (Mudji et al, 2017). dikurangi impor).
Badan Pusat Statistik (BPS, 2019) menyatakan Menurut Gumilang (2017) pertumbuhan ekonomi
bahwa untuk menghitung angka-angka PDRB sangat penting untuk pengentasan kemiskinan.
terdapat tiga pendekatan yang digunakan sebagai Manfaat pertumbuhan ekonomi yang cepat akan
berikut : menyebar ke seluruh golongan masyarakat.
Selanjutnya teori tersebut dikatakan sebagai teori
1. Pendekatan Produksi PDRB, dimana jumlah
Trickle Down yang dominan dalam teori
nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan
pembangunan untuk pengentasan kemiskinan.
oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu
Tujuan dari teori Trickle Down adalah mencapai
negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga
satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam
mengalir dari kelompok kaya ke kelompok miskin
penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan
melalui fungsi-fungsi dalam ekonomi. Tetapi
usaha (sektor) sebagai berikut : (1) sektor
pertumbuhan ekonomi tidak selalu bersifat dan
pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan,
berefek Trickle Down, pertumbuhan ekonomi yang
(2) sektor pertambangan dan penggalian, (3)
tinggi akan pula diikuti dengan adanya masalah
sektor industri pengolahan, (4) sektor listrik, gas,
ketimpangan distribusi pendapatan.
dan air bersih, (5) sektor kontruksi, (6) sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, (7) sektor Hubungan Kemiskinan dengan Dana
pengangkutan dan transportasi, (8) sektor
Desa
keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, dan
Dana desa merupakan salah satu program yang
(9) sektor jasa-jasa termasuk jasa pelayanan
dibuat oleh pemerintah pusat sebagai upaya
pemerintah. dalam mendorong pembangunan daerah,
khususnya pembangunan daerah pedesaan di
2. Pendekatan Pendapatan PDRB, yaitu jumlah
Indonesia. Dana desa merupakan dana yang
balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor bersumber dari APBN pemerintah pusat dan
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di digunakan untuk mengentaskan kemiskinan
suatu negara dalam jangka waktu tertentu dengan cara memperbaiki indeks Pembangunan
Analisis Dampak Dana Desa Terhadap Kemiskinan Pulau Jawa Tahun 2015-2017
manusia (IPM) masyarakat pedesaan yang akan Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia yang
berdampak pada pertumbuhan PDRB masyarakat dilihat dengan proxy Indeks Pembangunan
pedesaan sehingga tingkat kemiskinan akan Manusia di suatu provinsi mengindikasikan bahwa
menurun.
provinsi tersebut mampu mengalokasikan belanja
daerahnya guna meningkatkan nilai atau kualitas
Menurut Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
penduduknya. Dengan meningkatnya nilai IPM,
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Permen
maka kualitas penduduk tersebut meningkat dan
DPDTT) Nomor 19 tahun 2017 tentang
diiringi juga dengan peningkatan produktivitas.
penetapan prioritas penggunaan dana desa
Sehingga ada indikasi kuat bahwa kemiskinan
menyatakan bahwa salah satu prioritas
dapat ditekan karena pemenuhan hak-hak dasar
penggunaan dana desa diperuntukan untuk
seperti pemberdayaan pendidikan dan kesehatan
pengadaan, pembangunan, dan pengembangan
telah mampu di bangun oleh pemerintah daerah
sarana prasarana di bidang kesehatan
tersebut (Sukmaraga & Hayati, 2011).
masyarakat dan bidang pendidikan dan
kebudayaan. Berdasarkan peraturan tersebut Setelah kualitas sumber daya manusianya
penggunaan dana desa salah satunya di berhasil diperbaiki maka akan berpengaruh
prioritaskan untuk memperbaiki sumber daya terhadap indeks pembangunan manusia yang
manusia yang dimiliki oleh daerah pedesaan. dimiliki oleh daerah pedesaan menjadi meningkat
juga kualitasnya. Setelah indeks pembangunan
Hubungan Kemiskinan dengan IPM manusia yang dimiliki daerah pedesaan
meningkat maka akan berpengaruh terhadap
Todaro et al, (2011) mengatakan bahwa
pertumbuhan PDRB masyarakat pedesaan
pembangunan manusia merupakan tujuan
sehingga tingkat kemiskinan akan menurun di
pembangunan itu sendiri. Pembangunan manusia
daerah pedesaan. Namun, pertumbuhan PDRB
memainkan peranan kunci untuk
masyarakat pedesaan juga berdampak negatif
mengembangkan kapasitasnya agar tercipta
yang menyebabkan ketimpangan pendapatan
pertumbuhan serta pembangunan yang
individu di pedesaan.
berkelanjutan. Peningkatan kualitas SDM akan
mampu memberikan pengaruh yang besar Hubungan Kemiskinan dengan Sektor
terhadap pengurangan angka kemiskinan. A.
Pertanian
Napitupulu (2007), mengatakan bahwa Indeks
Pembangunan Manusia mempunyai pengaruh Sektor pertanian di Indonesia, sampai dengan
dalam penurunan jumlah penduduk miskin. tahun 2017 kontribusi sektor ini terhadap Produk
Sehingga semakin tinggi kualitas manusia pada Domestik Bruto (PDB) secara keseluruhan
suatu daerah akan mengurangi jumlah penduduk mencapai 13,7 persen. Namun sektor ini lah yang
miskin di daerah (Suliswanto, 2010). Sri Wahyudi justru menyerap tenaga kerja paling banyak
menyatakan ada pengaruh negatif antara IPM ketimbang sektor lainnya. Hingga Agustus 2017
terhadap kemiskinan di Indonesia sebesar 4.59%. Sebanyak 29,7 persen tenaga kerja di Indonesia
Apabila IPM naik sebesar 1% maka kemiskinan bekerja di sektor pertanian. Masalah utama yang
akan mengalami penurunan sebesar 4.59%. harus dihadapi dalam membangun pertanian dan
pedesaan adalah produktivitas tenaga kerja dan
penguasaan aset produktif yang rendah. Data
BPS menunjukkan bahwa kemiskinan di
Ali Akbar Nurisra, Mardiyat Usman, Redi Sunarta
perdesaan menurun cukup pesat. Namun, Suryahadi et al. (2009) serta Suryahadi dan
kesenjangan antara tingkat kemiskinan perdesaan Hadiwidjaja (2011), menunjukkan pentingnya
dan perkotaan melebar. Hal ini tidak lepas dari transformasi pekerjaan pada upaya
fakta bahwa sebagian besar masyarakat miskin di penanggulangan kemiskinan melalui pendidikan
perdesaan bekerja di sektor pertanian. Porsi dan mekanisasi pertanian agar meningkatkan
masyarakat miskin di pedesaan telah menurun marginal produktivitas petani.
secara signifikan, tetapi porsi masyarakat miskin
di sektor pertanian tidak banyak berubah. Sektor Metode Penelitian
pertanian yang menjadi sumber penghidupan
mayoritas masyarakat desa tidak mampu Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
memberikan penghasilan memadai bagi pengaruh dana desa terhadap perubahan jumlah
masyarakat miskin dan rentan. Sementara, penduduk miskin. Maka penelitian ini besifat
alternatif penghidupan lain belum muncul atau explanatory, yaitu penelitian yang menjelaskan
dikenal. hubungan kausal variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis (Kuncoro, 1997). Sampel
Todaro et al (2011) berpendapat bahwa kebijakan yang digunakan adalah seluruh kabupaten/kota di
dalam mengatasi kemiskinan seharusnya lebih Jawa dengan kriteria terdapat penduduk miskin
diarahkan untuk membangun pedesaan dan menerima Dana Desa. Set Data diperoleh
khususnya pada sektor pertanian karena dari kumpulan data sekunder berupa publikasi
banyaknya jumlah orang miskin yang hidup di daring Badan Pusat Statistik dan Kementerian
kawasan pedesaan. Sesuai dengan hal tersebut, Keuangan yang dapat bebas diakses oleh publik.
Mubyarto (1983) mengungkapkan bahwa Data tersebut terkait dengan variabel nominal
pembangunan pertanian di Indonesia harus Dana Desa dan Jumlah orang miskin per
diartikan sebagai pembaruan penataan pertanian kabupaten/ kota pada periode 2015-2017, variabel
sebagai upaya mengatasi kemiskinan atau lain berfungsi sebagai kontrol variabel.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
kurang beruntung di pedesaan dengan cara Tabel 1. Daftar Variabel yang Akan Digunakan
maksimalisasi sumber daya utama pembangunan No. Variabel Penelitian
pertanian. (Krisnawati, Suman, & Saputra, 2018).
Nominal Dana Desa Per Kab/Kota
1
Peter Timmer telah berkali-kali mengatakan (Ribu Rupiah)
bahwa sektor pertanian sangat potensial untuk Jumlah Orang Miskin Per Kab/Kota
meningkatkan produktivitas tenaga kerja 2
(Ribu Orang)
pedesaan. Apabila pendapatan petani ikut
meningkat sekalipun tingkat harga tidak berubah
Indeks Pembangunan Manusia
3
maka ekonomi pedesaan akan lebih baik, karena ( 0 – 100)
tingkat pengeluaran terhadap produk-produk PDRB Sektor Pertanian
nonfarm juga meningkat. Pembangunan pertanian
4
(Miliar Rupiah)
menjadi landasan utama menuju modemisasi
Laju Pertumbuhan PDRB Harga
pembangunan ekonomi agar sektor pertanian, 5
industri dan jasa dapat saling bersubstitusi. (Arifin, Konstan 2010 ( %)
2006). Studi-studi terdahulu tentang
penanggulangan kemiskinan di Indonesia, seperti
Analisis Dampak Dana Desa Terhadap Kemiskinan Pulau Jawa Tahun 2015-2017
Data dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. adalah laju pertumbuhan ekonomi
Metode deskriptif digunakan untuk memberikan kabupaten/kota -i tahun ke-t.
gambaran mengenai kondisi kemiskinan dan
perkembangan Dana Desa di Pulau Jawa. Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi data
Sementara, metode analisis kuantitatif digunakan panel, yaitu Pooled Least Square (PLS) , Fixed
untuk mengkaji pengaruh Dana Desa dan Effects Model (FEM) , dan Random Effects Model
beberapa faktor ekonomi sebagai kontrol (REM) (Gujarati, 2004). PLS hanya
terhadap jumlah orang miskin di kabupaten/kota mengkombinasikan data time series dan cross
tersebut. Analisis kuantitatif yang digunakan section tanpa melihat perbedaan antarwaktu dan
adalah model regresi panel data untuk individu sehingga dapat dikatakan bahwa metode
mengidentifikasi dan mengukur efek sederhana estimasi model ini sama dengan metode OLS.
yang tidak dapat diatasi dalam data cross section FEM ini mengasumsikan bahwa perbedaan
atau time series saja (Firdaus, 2011). antarindividu dapat diakomodasi dari perbedaan
intersepnya, namun slope antarindividu sama.
Teknik analisis regresi yang digunakan adalah
Model FEM digunakan untuk melihat dampak dari
dengan model double log untuk mengukur
variabel-variabel time-variant terhadap dependen
elatisitas unit dan juga sebagai normalisasi
variabel. Terakhir, pendekatan REM yang
distribusi data. Sementara, perumusan model
disusun berdasarkan beberapa studi literatur yang mengasumsikan setiap individu mempunyai
membahas deteminan kemiskinan. Antara lain, perbedaan intersep yang bersifat stokastik. Model
studi tentang dampak pertumbuhan ekonomi ini sangat berguna jika individu yang
terhadap penurunan kemiskinan (Siregar & merepresentasikan populasi diambil secara acak.
Wahyuniarti, 2007; Suryahadi, Suryadarma, &
Model terbaik bisa ditentukan melalui uji
Sumarto, 2009); Analisis Pengaruh Indeks
ekonometrika yaitu Uji Chow, Uji Hausman, dan
Pembangunan Manusia terhadap kemiskinan
Uji LM Breush-Pagan. Pertama kita lakukan Uji
(Kristianto & I, 2017; Subanidja & Suharto, 2013;
Hausman untuk memilih model yang terbaik
Sudarlan, 2015); Dan analisis sektor pertanian
antara Fixed Effect Model dengan Random Effect
terhadap penurunankemiskinan (Hermawan,
Model. Berdasarkan hasil pengujian Hausman
2015; Satrio, 2018).
diketahui bahwa chi2() sebesar 81.64 atau
Berikut spesifikasi model regresi panel yang probabilitas Cross-section random sebesar 0.000,
digunakan: maka dengan alpha 5% kita tolak nol hipotesis tes
tersebut. Sehingga dapat diputuskan model yang
= + + + dipilih adalah menggunakan Fixed Effect.
+ + Selanjutnya, Uji statistik Chow dilakukan untuk
memilih antara model Pooled Least Square atau
Dimana : adalah Jumlah penduduk miskin Fixed Effect Model. Hasil dari uji statistik Chow
kabupaten/kota-i tahun ke-t. adalah Jumlah diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.00. Maka
dengan alpha 5%, kita menolak hipotesis untuk
Dana Desa kabupaten/kota-i tahun ke-t;
menggunakan model Pooled Least Square. Oleh
adalah Indeks pembangunan manusia
karena itu, penelitian ini akan menggunakan
kabupaten/kota -i tahun ke-t; adalah
model Fixed Effect.
PDRB sektor usaha pertanian, kehutanan, dan
perikanan kabupaten/kota -i tahun ke-t;
Ali Akbar Nurisra, Mardiyat Usman, Redi Sunarta
Tabel 2. Perkembangan Dana Desa dan Penduduk Miskin per Provinsi Tahun 2015 - 2017
Pada tahun 2017 terjadi penurunan jumlah Peningkatan sangat dratis tersebut tidak lepas
penduduk miskin di provinsi Jawa Barat, Jawa dari keputusan penganggaran Pemerintah Pusat
Tengah, Jawa Timur, dan D.I Yogyakarta. yang meningkatkan alokasi Dana Desa dari Rp9
Sedangkan untuk provinsi Banten mengalami Triliun menjadi Rp50 Triliun di tahun 2016 atau
Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang residual. Oleh karena itu, model yang digunakan
mengalami peningkatan anggaran dana desa memiliki masalah heteroskedastisitas dan
secara signifikan pada tahun 2016 dan 2017 autokorelasi, jadi harus dilakukan modifikasi
terjadi di Kabupaten Bogor, Garut, dan Cirebon. model dahulu. Pelanggaran dua asumsi klasik
Untuk kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang diatas dapat diatasi dengan pendekatan cluster-
mengalami peningkatan anggaran dana desa robust standard errors. Dan menujukan hasil
secara signifikan pada tahun 2016 dan 2017 estimasi lebih efisien dari sebelumnya.
terjadi di Kabupaten Kebumen, Pati, dan
Hasil uji-F untuk menguji goodness-fit model yang
Purworejo. Sedangka kabupaten di Provinsi Jawa
sudah diperbaiki juga mengalami peningkatan
Timur yang mengalami peningkatan anggaran
menjadi sebesar 39.48, maka dengan alpha 5%
dana desa secara signifikan pada tahun 2016 dan
kita bisa menolak nol Hipotesis Uji-F. Dengan
2017 terjadi di Kabupaten Bojonegoro,
Lamongan, dan Malang. Peningkatan anggaran kata lain, secara bersamaan variabel bebas yang
digunakan berpengaruh signifikan terhadap
tidak lepas dari jumlah desa yang berada di
jumlah orang miskin penerima Dana Desa di
kabupaten/kota tersebut.
Pulau Jawa. Disisi lain, dari hasil pengolahan data
Hasil Estimasi Model diperoleh nilai koefisien determinasi (R-squaered)
sebesar 0.5332 artinya bahwa 53.32% variasi
= jumlah orang miskin dapat dijelaskan oleh
variabel yang sudah kita dipilih. Disisi lain,
sisanya sebesar 46.68% variabel kemiskinan bisa
Fixed Effect Model sudah dipilih sebagai dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar
pendekatan yang akan dilakukan. Namun, ada penelitian ini.
beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam
Sementara untuk mengetahui variabel dependen
persamaan regresi agar estimasi Best Linier
dipengaruhi secara parsial oleh independen
Unbiased Estimate (BLUE). Maka dilakukan
variabel kita dapat menggunakan uji-t. Hasil
beberapa uji statistik untuk melihat terdapat
pengujian t-statistik dengan alpha 5%
pelanggaran pada asumsi klasik. Pertama semua
menunjukkan bahwa variabel Dana Desa secara
residual atau error harus mempunyai varian yang
signifikan memengaruhi jumlah orang miskin
sama, homoskedastis. Sedangkan bila varian
Kabupaten/Kota di Pulau Jawa penerima
berubah-ubah disebut heteroskedastisitas. Kita
program. Jika terjadi peningkatan sebesar satu
dapat melakukan Wald Test, NCV Test atau
persen nominal Dana Desa, maka akan
Breush Pagan Test untuk mendeteksi
mengurangi jumlah orang miskin sebesar 0.002
keberadaan heteroskedastisitas. Dari hasil Wald
persen di daerah tersebut–cateris paribus.
test, diketahui bahwa terdapat heteroskedastisitas
dalam spesifikasi model yang telah dibuat.
Sedangkan, dari ketiga variabel kontrol yang
digunakan, hasil pengujian t-statistik dengan
Kedua, kita haruh menguji apakah terdapat
alpha 5% menyatakan bahwa hanya variabel laju
keterkaitan antar residual atau error. Kita bisa uji
pertumbuhan ekonomi saja yang tidak secara
otokorelasi di data panel menggunakan
signifikan memengaruhi jumlah orang miskin
Wooldridge Test. Dari hasil Wooldridge Test
(Tabel 6.). Hal tersebut mengindikasikan
menunjukkan bahwa terdapat otokorelasi antar
Ali Akbar Nurisra, Mardiyat Usman, Redi Sunarta
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Relatif Alokasi Dana Desa dan Penduduk Miskin
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada periode estimasi kami yang menunjukkan bahwa Program
2015-2017 belum memberikan manfaat secara Dana Desa berpengaruh signifikan terhadap
signifikan bagi orang miskin di daerah penelitian pengentasan kemiskinan, namun efek yang
ini. dihasilkan relatif sangat kecil.
Dana Desa dan Kemiskinan Selain pemanfaatan Dana Desa yang kurang
Sejauh ini, pemanfaatan Dana Desa berfokus optimal, formula alokasi 90:10 juga tidak relevan
pada pembangunan fisik–84% digunakan untuk untuk dilanjutkan jika memang distribusi Dana
pembangunan sarana dan prasarana fisik Desa ditujukan untuk membantu masyarakat
pedesaan, sedangkan hanya 6.5% untuk miskin keluar dari garis kemiskinan karena
pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan sisanya mengabaikan heterogenitas desa-desa di
untuk kegiatan pemerintahan dan sosial Indonesia (Handra et al., 2017). Desa-desa yang
kemasyarakatan (World Bank, 2015). Pemerintah berukuran besar di mana jumlah orang miskin
desa masih tertuju pada pemenuhan kebutuhan hidup juga besar, menerima dana desa relatif
fasilitas/infrastruktur dasar yang hasilnya dapat sama besarnya dengan desa yang lebih kecil.
dirasakan seluruh warga desa (SMERU Research Sebanyak 34% atau 27 juta penduduk miskin atau
Institute, 2018). Penggunaan Dana Desa untuk hampir miskin tinggal di 10% desa dengan Dana
kegiatan peningkatan kapasitas, peningkatan Desa per kapita terendah (World Bank, 2015).
pelayanan kesehatan, pendidikan serta usaha
ekonomi desa masih sangat terbatas. Secara keseluruhan, tidak ada persentase alokasi
Dana Desa melebihi porsi jumlah miskin di Pulau
Pembangunan infrastruktur diharapkan akan Jawa. Pulau Jawa mendapatkan dana desa jauh
menyerap tenaga kerja, sekaligus di bawah proporsi penduduk miskin dibandingkan
membangkitkan ekonomi desa. Akan tetapi, wilayah lain di Indonesia. Provinsi Jawa Barat
belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi memiliki selisih persentase paling besar dua
yang inklusif, terutama penyerapan tenaga kerja tahun terakhir dibandingkan provinsi lain di Pulau
dari kelompok miskin. Fenomena tersebut Jawa. Selisih dari kelima provinsi tersebut makin
nampak tidak sesuai tujuan pembangunan desa lama semakin besar gap yang terjadi. Oleh
yang tercantum di Pasal 78 UUD Desa. Hasil karena itu, distribusi Dana Desa kurang
Analisis Dampak Dana Desa Terhadap Kemiskinan Pulau Jawa Tahun 2015-2017
Kesimpulan
Kemiskinan merupakan persoalan yang bersifat
kompleks dan multidimensi, oleh karena itu
dibutuhkan peran pemerintah untuk mengatasi
atau menanggulanginya. Dana desa merupakan
sebuah program pemerintah pusat dengan salah
satu tujuannya adalah mengentaskan kemiskinan
di daerah pedesaan. Selain itu, dana desa juga
menjadi salah satu upaya dari pemerintah pusat
untuk mendorong pembangunan di daerah
pedesaan.
Siregar, H., & Wahyuniarti, D. (2007). Dampak Suryahadi, A., Suryadarma, D., & Sumarto, S. (2009).
pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan The effects of location and sectoral components
jumlah penduduk miskin. Jurnal Institut Pertanian of economic growth on poverty: Evidence from
Bogor, 24–40. Indonesia. Journal of Development
Economics, 89(1), 109-117.
Subanidja, S., & Suharto, E. (2013). The Dominant
factors in The Causes of Poverty Level in World Bank. (2015). Indonesia Economic Quaterly,
Indonesia. International Journal of Arts & December 2015.
Sciences (IJAS), 68–76.
Todaro, Michael P. dan Smith, Stephen C. 2011.
Sudarlan. (2015). Contribution Of Human Development Pembangunan Ekonomi. Edisi 11. Jakarta:
Index On Per Capita Income Growth And Poverty Erlangga.
Alleviation In Indonesia. International Journal Of Republik Indonesia. 2014. Undang Undang Nomor 6
Scientific & Technology Research, 4(8), 4–9. Tahun 2014 tentang Desa
Lampiran