Anda di halaman 1dari 47

MATERI AJAR

SISTEM EKONOMI INDONESIA

Oleh :

Anak Agung Nyoman Sri Wahyuni, SE, MSi

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

STISIP MARGARANA TABANAN

2013

1
SISTEM EKONOMI INDONESIA
BAGIAN I

1. TEORI DAN SEJARAH GAGASAN EKONOMI

Tahun 1945–1966 Krisis ekonomi (inflasi, pengangguran, krisis politik, kemiskinan).


Tahun 1996 Ekonomi mulai tertata (investasi bergulir, pengangguran dapat ditekan).
Tahun 1974 Ekonomi terkoyak (isu malaria dipicu oleh sentimen investasi asing khususnya
Jepang).
Tahun 1981/ 1982 Krisis minyak (anjloknya harga minyak).
Tahun 1983 – 1988 Ekonomi bergeser ke sektor swasta (Perbankkan).
Tahun 1997 Krisis moneter berubah menjadi krisis ekonomi dan politik (jebolnya mata uang
rupiah).

Panggung Ekonomi Indonesia tidak pernah sepi dari hiruk pikuk peristiwa dramatis.
Sejak kemerdekaan, krisis ekonomi datang silih berganti. Tahun 1945 – 1966 masa
pancaroba perekonomian karena sebagian besar kegiatan domestik ditindih oleh krisis
politik yang tidak pernah bosan hadir di tengah-tengah mansyarakat. Tahun 1966 ekonomi
ambruk, yang ditandai dengan inflansi nyaris tanpa batas (650%), pengangguran tak
terbendung, dan kemiskinan kian menyeruak.

Orde Baru, ekonomi mulai ditata sehingga sedikit demi sedikit menghasilkan
capaian yang lumayan, misalnya investasi bergulir dan pengangguran dapat ditekan.

Tahun 1974, Ekonomi terkoyak kembali setelah peristiwa malaria meletus, yang dipicu oleh
sentimen investasi asing (khususnya dari Jepang). Kemudian kondisi stabil hingga tahun
1981/1982 situasi ekonomi mengalami krisis minyak, dimana harga minyak anjlok menjadi
sekitar 9 dollar AS/ barel. Padahal 70 – 80 penerimaan Negara saat itu tergantung dari
minyak.

Sejak itu, Pemerintah mulai menggeser beban kegiatan ekonomi ke sektor swasta,
salah satunya lewat deregulasi perbankkan dikeluarkan sejak tahun 1983 berpuncak tahun
1988. Kebijakan ini bersemangat memberikan keleluasaan kepada bank domestik maupun
asing untuk beroperasi dan membuka cabang di Indonesia, disamping aturan pelonggaran
pemberian kredit, sehingga rata-rata pertumbuhan ekonomi tiap tahun sekitar 7 %.Bersama

2
dengan Negara-negara Asian lainnya seperti Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand,
Hongkong, Taiwan dan China, Indonesia oleh Bank Dunia dianggap Negara yang
pertumbuhannya ajaib.

Rupanya pertumbuhan ekonomi ajaib itu hanya maya mirip buih (bubble economy)
yang gampang runtuh akibat gangguan-gangguan baik datang dari external maupun internal.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disokong oleh beberapa praktik negative seperti :
deregulasi perbankkan tidak dibarengi dengan instrumen pengawasan dan penegakan
regulasi (law enforcement) sehingga banyak perbankkan beroperasi secara tidak hati-hati
(unprudent) seperti pelanggaran legal lending limit (LLL).

1. Dunia bisnis di Indonesia tumbuh karena proteksi yang berlebihan dari pemerintah
sehingga ketika dihadapkan dengan kompetisi terbuka (pasar international) langsung
ambruk.

2. Dunia ekonomi Indonesia sangat tergantung dari bahan baku impor serta struktur
keuangan yang lebih besar utang ketimbang asetnya (khususnya dari utang luar
negeri), sehingga begitu utang jatuh tempo perusahaan tidak bisa membayar.

Situasi tersebut kemudian bersua dengan jebolnya tanggul mata uang rupiah yang
dinaikkan oleh para spekulasi di pasar valuta asing (valas). Peristiwa tahun 1997 memicu
krisis moneter berubah menjadi krisis ekonomi dan politik yang sungguh tidak gampang
untuk diredakan.

Alternatif pemecahan ekonomi politik sudah disusun, misalnya desentralisasi


ekonomi, perbaikan iklim usaha, tata kelola pemerintahan, independensi bank sentral dan
efisiensi BUMN, namun hasilnya tetap kurang mengembirakan. 10 tahun pasca krisis
ekonomi kondisi tetap belum banyak perubahan. Persoalan-persoalan itu masih bisa
diperpanjang dengan fakta kian memburuknya jumlah pengangguran terbuka dan setengah
mengganggur th 2006 mencapai 40 juta jiwa, sektor pertanian yang semakin tidak terawat
dan ludesnya kekayaan sumber daya alam (SDA) akibat proses eksploitasi yang tidak
terukur.

3
2. DARI ADAM SMITH SAMPAI EKONOMI PANCASILA

ADAM SMITH (1723 – 1790) Teori ekonomi pasar murni/ sistem ekonomi yang
terdesentralisasi.Krisis ekonomi Asia di samping telah menyadarkan Negara-negara yang
terkena krisis untuk mawas diri seraya mengenali kelemahan-kelemahan fundamental
ekonomi masing-masing, juga memaksa setiap Negara menyoroti kelemahan-kelemahan
sistem (sistemik) kapitalisme yang sudah mengglobal dan yang seakan-akan telah
menenggelamkan sistem sosialisme.

Teori ekonomi pasar murni dikemukakan pertama kali oleh Adam Smith (1723-
1790) yang kelak disebut sistem kapitalis yang terdesentralisasi karena Negara (Pemerintah)
sama sekali tidak tertarik atau lebih tepat tidak boleh mengaturnya.

1. Invisible hand dianggap memadai untuk mengatur perekonomian dengan hasil yang
memuaskan semua orang.

2. Setia orang dibiarkan mengejar kepentingan masing-masing maka tanpa disadari


keinginan setiap orang akan terpenuhi dengan sendirinya dan akan tercapailah
kesejahteraan umum (genera welfare).

Namun dalam kenyataan ada jurang besar antara teori dan praktek, antara das Sein
dan das Sollen. Banyak sekali halangan terwujudnya kesejahteraan umum melalui
pengejaran kepentingan perorangan, misalnya karena begitu mudahnya muncul monopoli,
kecendrungan produksi barang-barang yang cepat rusak (agar segera ditukar barang
penggantinya), eksternalitas berupa populasi, dan makin banyak produksi barang-barang
publik seperti keamanan nasional yang tidak dibayar oleh orang seorang.

Ketidak mampuan sistem kapitalis murni ala Adam Smith untuk mewujudkan
kesejahteraan umum melahirkan sistem tandingannya yaitu :
1. Sistem kapitalis (state capitalis atau economic nationalism) diusulkan oleh Friedrich
List (1789-1846) adalah sistem kapitalis yang diatur dan dipimpin oleh Negara.
Negara-negara Asia Tenggara dianggap berhasil menerapkan sistem ini, namun
ditolak oleh penulis-penulis lain seperti : Yoshihara Kunio yang melukiskannya
sebagai bukan kapitalis murni tetapi kapitalis semu (Ersatz Capitalism).

4
2. Welfare State adalah sistem kapitalis dengan pengaturan alokasi dana-dana
pemerintah untuk mengadakan redistribusi kekayaan nasional. Sistem ini merupakan
penyempurnaan state capitalis oleh Adolf Wagner.
3. Ekonomi Campuran (mixed economy) disempurnakan oleh J.M. Keynes (1936).

Sistem yang berseberangan dengan tiga sistem kapitalis di atas adalah sistem
sosialisme baik sosialisme murni yang diterapkan secara penuh di Uni Soviet dan sejumlah
Negara Eropa Timur mulai tahun 1922 (Lenin) sampai 1991 maupun sistem sosialisme yang
bercampur dengan sistem pasar (mixed socialism) yang diterapkan di RRC, Yogoslavia
serta sejumlah Negara Afrika.

1. Kapitalisme : Negara-negara nonblock seperti Chile, Kenya dan Singapura.

2. Kapitalisme Negara : Mexico, Negeria, Indonesia.

3. Kapitalisme Campuran : Hampir semua Negara Eropa Barat.

4. Sosialisme : semua Negara Eropa Timur.

Kelak ditambah sistem yang kelima yaitu :

5. Sistem Pasar Sosialis (socialist market economy).

Sistem ekoonomi ditujukan untuk :

Mewujudkan kesejahteraan warganya, maka dalam praktek setiap Negara bebas mengatur
kebijakan ekonomi yang dianggap paling cocok untuk mencapainya.

Pengaturan-pengaturan ini mencakup 4 hal yaitu :

1. Pengorganisasian putusan-putusan ekonomi penting (sentralisasi atau desentralisasi).

2. Penyediaan informasi dan koordinasi bagi warga masyarakat (pasar atau


perencanaan terpusat).

3. Pemilikan faktor-faktor produksi (pribadi, koperasi atau kolektif).

4. Sistem perangsang (moril atau materiil).

5
Sesudah 1989, setelah rubuhnya tembok Berlin, Jerman Barat menyatu dengan
Jerman Timur kemudian merupakan perubahan fundamental sistem ekonomi Rusia dan
Negara Eropa Timur, maka sistem Kapitalisme dan variasi-variasinya diterapkan di
beberapa Negara. Sistem ekonomi sejumlah Negara Komunis tidak diubah secara radikal
seperti Rusia sesudah 1991, RRC dab Vietnam tetap berpegang pada sisitem Sosialisme
(dengan pasar, sistem pasar sosialisme).

Di Negara-negara sosialis memiliki faktor-faktor produksi oleh perorangan mulai


dilonggarkan, tetapi perencanaan terpusat tetap dipertahankan dan perusahaan Negara
berperan besar dalam struktur ekonomi nasional. Selama 54 tahun kemerdekaan Indonesia
mengalami 3 tahap pembangunan nasional yaitu : 1. Pembangunan Politik (1945-1969)
adalah pembangunan bangsa (nation building).

2. Pembangunan ekonomi (1969-1994) menekankan pada peningkatan pendapatan


per kapita (pangan, sandang, papan)

3. Pembangunan sosial (1994-2019) pembangunan Indonesia seutuhnya,


pendidikan, kesehatan, kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya.

3. PEMBANGUNAN SOSIAL ADALAH PEMBANGUNAN EKONOMI

Dalam satu artikel yang kini sudah menjadi klasik Nancy Birdsall dari Bank Dunia
menguraikan secara meyakinkan bahwa investasi dalam bidang kesehatan dan pendidikan
yang biasanya masuk kategori pembangunan sosial, dalam waktu relatif singkat mempunyai
dampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional, maksudnya pengeluaran-pengeluaran
sosial atau pembangunan sosial sebenarnya tidak berbeda dengan pembangunan ekonomi
karena pengeluaran-pengeluaran nasional yang berupa investasi-investasi sosial telah
memungkinkan manusia meningkatkan kualitasnya sebagai sumberdaya yang mampu
menghasilkan produk materiil yang lebih tinggi dari pada sebelumnya.

……………investments in people, in human and social development, have among the


highest economic return of all possible spending directed to long term economic
development.

6
Pengertian ini ditekankan karena : agar penerapan ilmu ekonomi tidak kebablasan
yang terlalu spesialistis yang mengabaikan sama sekali aspek-aspek non ekonomi dari
perilaku manusia. Artinya model-model (pembangunan) ekonomi hanya memasukkan
variable-variabel ekonomi saja dan variable non ekonomi dianggap tidak penting atau tidak
ada artinya sehingga kebijaksanaan-kebijaksanaan yang hasilkan dari teori-teori ekonomi
yang demikian juga menjadi tidak realistis dan sekaligus tidak relevan.

Perkembangan teori atau ilmu ekonomi yang tidak realistis dan tidak relevan pada
awalnya bersumber dari reaksi spontan pemikiran deduktif rasional yang mengkhawatirkan
bahwa system ekonomi kapitalisme ajaran Adam Smith tidak menghasilkan kesejahteraan
umat manusia. Kekhawatiran akan terjadinya jurang kesejahteraan antara dua klas
masyarakat merupakan keprihatinan Karl Mark yang tercantum dalam tulisan pertamanya
bersama Friedrich Engle, Manifesto Komunis (1848), yang dikembangkan lebih lanjut
dalam tiga jilid bukunya Das Kapital (1867 dst).

Meskipun teori ekonomi sosialisme Marx terbukti keliru setelah diterapkan 70 tahun
di Uni Soviet (dengan akibat bubarnya Uni Soviet itu sendiri tahun 1991), tetapi kritik
terhadap kelemahan mendasar teori ekonomi kapitalisme tidak pernah kendor. Dengan
puncaknya terjadi tahun 1936 pada saat system kapitalisme mengalami depresi sangat parah
dan bersifat global yang menyengsarakan tidak saja kaum buruh, tetapi juga para
pengusaha, tuan tanah, dan pemodal itu sendiri. Teori ekonomi J.M. Keynes yang bersifat
umum (general theory) tidak hanya menunjukkan kekeliruan teori pendahulunya yang
sempit dan khusus (klasik dan neoklasik) tetapi juga merupakan kesadaran total dan
menyeluruh tentang kelemahan mendasar dari teori ekonomi kapitalisme ala Adam Smith.

Dengan teori barunya Keynes dianggap berjasa menyelamatkan kapitalisme itu


sendiri, dan system kapitalisme yang sudah disempurnakan akhirnya mengalami
perkembangan yang mengglobal dan merajai system ekonomi dunia, terbukti dengan
takluknya system sosialisme pada tahun 1991.

Yang cukup menakjubkan adalah bahwa koreksi total teori ekonomi kapitalisme oleh
Keynes masih dianggap oleh sementara pakar ekonomi arus utama sebagai tidak apa-apa.
Meskipun selamatnya system kapitalisme dunia dari kebangkrutan adalah berkat perubahan
fundamental dari teori banyak pakar ekonomi masih merasa teori ekonomi murni ala Adam
Smith yaitu Laissez Faire masi tetap berlaku (tak tergoyahkan). Dan di fakultas-fakultas

7
ekonomi tidak mudah menyadarkan dosen-dosennya bahwa ilmu ekonomi benar-benar
sudah berubah. Teori ekonomi yang dijadikan dasar kebijaksanaan ekonomi banyak Negara
dan diajarkan kepada para mahasiswa adalah teori ekonomi “klasik” dan “Nei-Klasik” lama,
padahal kemudian sudah banyak buku ditulis tentang “New Economics”. Empat buku dapat
disebutkan disini sebagai contoh :
1. Is Economics Relevan ? (R. Heilbroner & A.M. Ford, 1971).
2. What,s Wrong With Economics ? (Benjamin Ward, 1972).
3. Economics in the Future : toward a new paradigm (Kurt Dopter, editor 1981).
4. Toward the Next Economics and Other Essays (Peter Drucker, 1981).

Kejengkelan yang memuncak dari sejumlah pakar ekonomi reformis tentang keras
kepalanya rekan-rekan mereka mempertahankan teori-teori ekonomis yang sudah usang dan
ketinggalan zaman ini, tercermin antara lain dalam buku Paul Ormerod “ The Death of
Economics (1994) yang disadur ke dalam bahasa Indonesia oleh Parakitri Simbolon dengan
judul sama “Matinya Ilmu Ekonomi” (Gramedia, 1997).
Mayoritas pakar ekonomi termasuk yang berada di perguruan-perguruan tinggi bias
disebut ekonom arus utama (mainstream economist). Yang menyedihkan adalah bahwa para
ekonom arus utama tdak mau tahu betapa besar peranan kekeliruan kebijaksanaan
pembangunan nasional disebabkan oleh kekeliruan teori ekonomi sangat tidak merata
(timpang) dan secara tidak langsung menyumbang pada terjadinya krisis ekonomi seperti
yang dialami Indonesia sekarang. Kegelisahan macam inilah pada tahun 30an melahirkan
teori Revolusioner J.M. Keynes.

4. KRISIS EKONOMI DAN KRISIS ILMU EKONOMI


Buku Paul Ormerod “The Deat of Economics (1994) dengan 10 bab dimulai dengan
bab Krisis Ekonomi dab diakhiri dengan Ilmu Ekonomi ditinjau kembali (Economics
Revisited). Tanggal 15 Januari 1998, Presiden Suharto menyerah pada IMF yang
memaksakan dipakainya resep-resep ekonomi kapitalis untuk mengatasi krisis moneter
Indonesia. Buku di atas cukup menyadarkan adanya hubungan erat antara ilmu ekonomi dan
system ekonomi dengan krisis ekonomi yang sudah dua tahun melanda Indonesia dan Asia
Timur, akibat dari investasi berlebihan (over investment) terutama dalam sector real estate
yang sesungguhnya kurang produktif tetapi sangat menguntungkan. Sektor ini dibiayai
dengan kredit-kredit perbankkan, maka krisis ekonomi ini sebagai krisis perbankan dengan

8
akibat banyak bank harus tutup dan pemerintah terpaksa turun tangan dengan program
restrukturisasi dan rekapiralisasi perbankkan.
Penyimpangan yang amat besar dengan konsekuensi analitik yang serius adalah
tentang peranan individu dalam masyarakat yang tidak dianggap penting oleh ekonom masa
kini, padahal dianggap sangat penting oleh Adam Smith.
Adam Smith was a philosopher as well as an economist, famous in his time as much
for his theory of moral sentiments as for the wealth of nation. And as he understood so well,
society is more than the sun of its individual parts.
Pandangan asli Adam Smith inilah yang meyakinkan kita tentang kebenaran asas
kekeluargaan (brotherhood) dan bentuk usaha bersama yang tercantum dalam pasal 33 UUD
1945 yang juga diartikan sebagai asas demokrasi ekonomi atau asas kerakyatan kita.
Frabs Seda yang ikut terlibat dalam diskursus tentang Ekonomi Pancasila pada tahun
1981, dan sebagai ekonomom yang ikut langsung berkiprah dalam kegiatan ekonomi praktis
sebagi materi baik dalam Orde Lama maupun Orde Baru, menyatakan bahwa Ekonomi
Pancasila lahir dari suatu political will, benar-benar merupakan tanggapan terhadap amanat
penderitaan rakyat.
Ekonomi Pancasila mempunyai rasionalitas sendiri, yakni sejarahnya dan cita-
citanya. Bukan rasionalitas ilmiah dan teori-teori. Tetapi ini tidak berarti bahwa ia tidak bias
menjadi obyek studi penelaahan dan penelitian ilmiah, dengan menjadikan perumusan
political will bangsa tersebut suatu bangunan hokum-hukum ekonomi yang menjadi dasar
pengaturan tata laku dan tata hubungan ekonomi.

5. SEJARAH GAGASAN EKONOMI INDONESIA


Satu konsep buku teks tentang sejarah ekonomi Indonesia yang disusun oloeh 4
ekonomm 3 dari anggota tim adalah ahli asing dan hanya seorang yaitu Dr. Thee Kian Wie
dari Indonesia baru saja dibahas di satu seminar di Universitas Gadjah Mada,
Dalam kenyataan studi tentang sejarah ekonomi sungguh amat besar manfaatnya
karena disamping begitu banyak masalah-masalah ekonomi masa kini bersumber pada masa
lalu, sejarah ternyata banyak berulang.

9
6. PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
Rumusan UUD 1945 (gagasan Moh. Hatta) berbunyi :“Perekonomian Indonesia
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Negara menguasai
bumi, air dan segala kekayaan alam sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat dan cabang-
cabang produksi yang penting serta menguasai hajat kehidupan orang banyak, dikuasai
Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ekonomi rakyat adalah : Landasan ekonomi nasional yang harus dilindungi dan
dikembangkan menuju ketahanan ekonomi nasional yang andal dan tangguh.
Ir. Soekarno menunjukkan :
Sistem kapitalis – liberalisme telah benar-benar menyengsarakan rakyat Indonesia,
isme yang paling tepat untuk melawannya adalah Marhaenisme yaitu Marxisme yang
diterapkan di Indonesia, yang mengajarkan cara-cara perjuangan dan asas untuk mengusir
kapitalisme dan imperialisme.
Selama 21 tahun pertama Indonesia merdeka (1945-1966) perekonomian bangsa
menghadapi tantangan dan ujian berat termasuk didalamnya rongrongan politik baik dari
dalam maupun dari luar, yang nyaris meruntuhkan sendi-sendi ekonomi nasional.
Tahun 1956 : Perpecahan kepemimpinan politik nasional sehingga Moh. Hatta
mengundurkan diri sebagai wakil Presiden RI.
Tahun 1957 : Terjadinya upaya pemisahan diri sebagian wilayah RI di Sumatra dan
Sulawesi.
Tahun 1959 : Meskipun paham kapitalisme-liberalisme secara konstitusional ditolak dengan
diberlakukannya lagi UUD 1945, tetapi sistim ekonomi nasional berkembang menjadi
system etatistik (serba Negara) yang mematikan segala daya kreasi masyarakat.
Tahun 1959-1966 : Berlangsung ekonomi komando selama 7 tahun.
Tahun 1966 : Perekonomian Indonesia mencapai titik paling kritis dengan heperinflasi 650
%.
Tahun 1963 : Soekarno menyampaikan konsep ekonomi terkenal yaitu Dekon (Deklarasi
Ekonomi) yang berisi janji atau tekad untuk menggunakan system ekonomi pasar, sebagai
koreksi atas praktek-praktek ekonomi komando. Tekad ini tidak dapat dilaksanakan karena
partai-partai politik sesuai aspirasinya menafsirkan pengertian secara berbeda-beda,
sehingga kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mengikutinya tidak ada yang dapat berjalan.
Ekonomi Orde Baru 1966 secara radikal mengembalikan arah perjalanan system
ekonomi Indonesia. Paradigma pembangunan mengarah pada penerapan demokrasi

10
ekonomi, dan politik ekonomi diarahkan pada upaya dan cara-cara mengerakkan kembali
roda ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
- percetakan uang yang telah berlangsung hampir tanpa kendali dihentikan.
- Anggaran belanja pemerintah dibuat berimbang.
- Produksi dalam negeri, khususnya pangan, dirangsang untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi penduduknya yang terus bertambah.
- Sistem ekonomi pasar bebas mulai berjalan normal.
- Pembangunan ekonomi diatur melalui serangkaian REPELITA dimulai dg repelita I
(1969-1974).
- Pertumbuhan ekonomi selama lima Repelita mamapu meningkatkan posisi Indonesia,
dari Negara miskin menjadi Negara berpendapatan menengah.

7. EKONOMI ORDE BARU


H.W. Arndt memberikan garis-garis besar pergeseran paragdima pembangunan
berdasarkan perubahan tekanan kebutuhan umat manusia yang menjagat (global) sebagai
berikut :
1. Kemajuan materi
2. Pertumbuhan ekonomi
3. Tujuan-tujuan social (kemiskinan, kesenjangan, pengangguran).
4. Pembangunan berkelanjutan.
Paradigma pembangunan ekonomi Indonesia telah diwadahi dengan baik dalam
konsep politik “Trilogi Pembangunan” yaitu :
Tiga persyaratan yang terkait erat secara saling memperkuat dan saling mendukung yaitu :
- Stabilitas nasional yang mantap dan dinamis dalam bidang politik dan ekonomi.
- Pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
- Pemerataan pembangunan.

8. PEMBANGUNAN YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT


Selam 54 tahun usia RI dapat kita kenali trilogi pembangunan dalam konteks sejarah
perjalanan bangsa sbb:
1. Tahap pembangunan bangsa (nation building), 1945-1969.
2. Tahap pembangunan ekonomi (1969-1994)
3. Tahap pembangunan manusia (1994-2019)

11
Dari segi teori ekonomi pembangunan, pembangunan ekonomi disebut berhasil apabila ada
kenaikan besar dalam volume dan nilai produksi barang dan jasa, sehingga kesejahteraan
masyarakat meningkat.
Emil Salim pernah mengajukan analisis bahwa perekonomian Indonesia sejak akhir
masa penjajahan cendrung bergerak ke kiri berarti peranan pemerintah lebih besar
(sosialistis), dank e kanan berarti kekuatan pasar bebas lebih berperanan, Jamie Mackie dan
Andrew Mac Intyre mewadahi berbagai kepentingan yang berkontes ke dalam 3 mazhab
politik ekonomi sbb:
1. Kaum teknokrat (ekonom) yang kompak dan berpaham pasar bebas (free-
marketers) dan mereka merada di 3 pusat kekuasaan yaitu: Departemen Keuangan,
Bappenas, dan Bank Indonesia.
2. Kaum intervensionis yang menginginkan peran besar dari Negara dalam
pembangunan khususnya dalam proses menuju industrialisasi.
3. Kaum nasionalis pola lama (old style Nationalist) yang ingin selalu berpegang teguh
pada idiologi bangsa sebagaimana tercantum dalam pasal 33 UUD 1945.
Dalam kenyataan sulit membedakan ketiganya, maka ada 2 alternatif keterangan:
1. Teori tentang eksistensi tiga mazhab tidak tepat, berarti para teoritis belum mampu
memahami prilaku ekonomi dan politik bangsa Indonesia dengan teori-teori mereka.
2. Bangsa/ manusia Indonesia memang prilakunya tidak dapat dianalisis dengan teori-
teori yang berkembang di dunia Barat.

9. EKONOMI PANCASILA
Pada th 1981 terjadi perdebatam nasional tentang konsep Ekonomi Pancasila.
Dengan tajam ekonom Moh Hatta, yang mantan wakil presiden dan guru para teknokrat,
mengkritik bahwa politik ekonomi pemerintah Orde Baru memang masih berdasarkan UUD
1945, tetapi dibawah teknokrat sering menyimpang karena politik liberalisme dipakai
sebagai pedoman.

12
BAGIAN II

1. GLOBALISASI DAN KEAJAIBAN EKONOMI ASIA


Globalisasi merupakan saudara kembar perdagangan bebas.
Globalisasi adalah :
Perluasan kegiatan ekonomi melintasi batas-batas politik nasional dan regional
dalam bentuk peningkatan gerakan barang dan jasa termasuk buruh (tenaga kerja),
modal, teknologi dan informasi melalui perdagangan.
Globalisasi Melelahkan.
Tajuk rencana harian Kompas tanggal 26 Oktober 1998 tentang “Pause” globalisasi
mewakili rasa kesal banyak pihak menghadapi kondisi ekonomi di dalam maupun di luar
negeri. Globalisasi Ekonomi: telah membuat senang sejumlah kecil orang, tetapi lebih
banyak orang yang dibuat susah, report dan sangat capai. Tahun 1994 pertemuan APEC di
BOGOR :
Globalisasi meskipun tidak bakal disukai tokh tidak dapat kita hindari, suka tidak
suka, siap tidak siap, globalisasi harus kita terima.
Globalisasi Ekonomi merupakan:
Gerakan yang datang dari kalangan Negara-negara industri maju dengan sistem
kapitalisme yang mulai jenuh di dalam batas-batas Negara mereka, sehingga harus
bergerak keluar mencari lebensraum yang lebih luas, maka batas-batas Negara lain
mereka terjang (borderless world) demi keleluasaan modal global untuk beroperasi.
Inilah paham fundamentalisme pasar bebas.

Meskipun banyak yang menerangkan bahwa krisis ekonomi disebabkan KKN yang
merajalela, namun perlu diteliti jangan-jangan krisis ini disebabkan ketidak berdayaan
sistem ekonomi yang selama ini tidak kita dukung dengan ideologi bangsa yang mantap dan
kukuh yaitu Pancasila. Pancasila yang telah menyelamatkan Bangsa Indonesia dari
kehancuran politik tahun 1965, ternyata dalam bidang ekonomi telah kita sia-siakan
kemampuannya sebagai senjata menghadapi (sistem) ekonomi kapitalis yang rakus yang
merajalela menjarah seluruh dunia. Jika Pancasila berhasil melawan kemunis th 1965,
ternyata ideologi ini kita ragukan kemampuannya melawan kapitalisme – liberal yang sama
rakusnya.

13
2. PEMBANGUNAN EKONOMI YANG KEBABLASAN
Krisis benar-benar memporak- porandakan perekonomian Indonesia para pemimpin
khususnya dari dunia bisnis dan orang setelah menyadari kemudian memang benar-benar
menyesalinya. Negara-negara Asia yang berkaitan dengan krisis ekonomi dibagi 2 :
1. Negara yang terkena krisis secara hebat dan amat menyakitkan (Thailand, Korea
Selatan, Indonesia, Malaysia).
2. Negara yang terkena krisis biasa-biasa saja (Cina, Vietnam, Taiwan, Hongkong).

Jepang salah satu Negara pemasok modal jangka pendek yang terlalu royal
(generous) yang menyebabkan Negara-negara yang disebut di atas over borrowing. Filipina
sedikit tergores krisis karena sejak awal tidak ikut serta dalam klab Asian Miracle.
Asian Miracle artinya :
Negara-negara Asia yang terkena krisis adalah Negara-negara yang ekonominya
telah tumbuh secara berlebihan tanpa pernah menghitung biaya yang harus
dibayarnya (growth at any prices).
Makin besar aliran modal dari luar negeri lebih-lebih jika modal asing ini sebagian besar
berjangka pendek (dan tidak dijamin) maka resikonya sangat besar dan dengan mudah
menggoncangkan kurs rupiah kita terhadap dollar dan sulit sekali untuk mengendalikannya.
Globalisasi tidak pernah diprakarsai oleh Negara-negara berkembang yang miskin,
tetapi oleh para pemodal besar (Capitalist) yang memerlukan ekspansi pasar atas barang-
barang yang di negeri asalnya semakin sumpek (jenuh).
Abad 18 dan 19 globalisasi dimulai saat revolusi industri di Inggris : meningkatkan hasil-
hasil industri yang mencari pasar.
Akhir abad 20 globalisasi jauh lebih agresif karena tidak saja menyangkut barang-barang
dan teknologi tetapi sekarang dalam bentuk modal dan teknologi informasi.
Dewasa ini terutama di Asia, Jepang menjadi pemain utama melampaui peranan Amerika
Serikat. Jepang dianggap sebagai model pembangunan yang sukses yang patut ditiru, dan
sudah benar-benar dijadikan panutan oleh banyak Negara Asia Timur dan Asia Tenggara,
tetapi sekaligus dianggap sebagai “biang keladi” krisis ekonomi di Asia.

14
3. GLOBALISASI DAN GOMBALISASI
Globalisasi adalah :
Perluasan perdagangan dan investasi yang dari asal katanya saja jelas prakarsanya
dating tidak dari Negara-negara terbelakang yang ingin maju, tetapi dari Negara-
negara industri maju yang ingin ke luar dari batas-batas Negara asalnya, karena
pasar negaranya cendrung/ bahkan sudah mencapai kejenuhan. Hal yang mendukung
globalisasi: revolusi teknologi komunikasi yang melalui komunikasi elektronik amat
memudahkan perpindahan modal dari satu Negara ke Negara lain dalam hitungan
detik.
Proses globalisasi menimbulkan akibat :
Meningkatkan ketimpangan antara wilayah yang langsung terlibat seperti Jabotabek
di Indonesia dan Shenzhen di RRC dengan wilayah yang tidak terjangkau globalisasi
walaupun kaya sumberdaya seperti Kalimantan dan Irian Jaya, sehingga daerah-daerah yang
terisolasi menjadi relative lebih miskin lagi karena tidak memperoleh perhatian dan
pembangunannya, dengan kata lain : setiap proses globalisasi selalu ada wilayah yang
menglobal yang pertumbuhan ekonominya meningkat, tetapi ada yang menjadi lebih
gombal atau terjadi proses gombalisasi (lebih miskin dari sebelumnya).

Proses inilah yang memberi inspirasi pada Michel Chossudovsky dengan bukunya
“The globalization of poverty: impacts of IMF and Word Bank Reforms (1997) dengan
kasus 10 negara yaitu:
2 di Afrika : Somalia dan Rwanda
3 di Asia : India, Bangladesh dan Vietnam
3 di America Latin : Brazil, Peru dan Bolivia
2 Negara bekas system ekonomi “Sosialis-Komunis” : Rusia dan Bosnia Herzegovina.

4. KEMISKINAN GLOBAL (global poverty atau world poverty)


Misi Bank Dunia memerangi kemiskinan global diucapkan dalam pidato penting
Presiden Bank Dunia Robert McNamara tahun 1973 di Nairobi, Kenya.
Tetapi dalam praktek proyek-proyek pembangunan yang dibantu Bank Dunia di
Negara-negara berkembang masih lebih banyak diarahkan pada proyek-proyek ekonomi
yang layak yang menjamin kembalinya dana yang ditanam dibandingkan proyek-proyek
anti kemiskinan yang lebih bersifat proyek-proyek social sulit bersaing dalam
pembiayaannya.

15
5. AKHIR KEAJAIBAN EKONOMI ASIA
Amat menarik membandingkan dua buku yang terbit dua tahun berturut-turut
dengan tema yang sama namun isinya berbeda seperti bumi dan langit. Tahun 1997 buku I
berjudul Harimau (Tiger: leader of the new Asia-Pacific).
Memuji-muji para pemimpin Negara-negara Asia yang telah dengan pragmatisme
luar biasa membawa negaranya menempuh revolusi damai membangun ekoonomi. Dengan
bangga pengarang menyebut abad 20 hanya ada 3 peristiwa besar yang patut dicatat dalam
sejarah yaitu :
1. Pembangunan ekonomi pasca perang Dunia I (1914-1918).
2. Pembangunan ekonomi pasca perang Dunia II (1939-1945).
3. Kebangkitan ekonomi Asia Timur dan Asia Tenggara (1966-1990).
Tahun 1998 buku II berjudul Harimau Jinak (Tigers Tamed : The end of the asian
miracle). Penulis barat selalu kagum secara berlebihan pada angka pertumbuhan ekonomi
sebagai satu-satunya indicator kemajuan, dan sebagai pembuka cerita keajaiban Asia adalah
selalu kasus Korea Selatan dan Taiwan. Korea Selatan naik pendapatan perkapitanya dari
US $ 80 menjadi US $ 10.000 dalam 25 tahun, demikian juga Taiwan.
Bahwa kini terbukti ketimpangan ekonomi menjadi bom waktu meledak krisis Asia,
pada waktu itu ditolak sebagai “omong kosong” dan jelas dianggap tidak penting.
Kasus pembangunan yang melewati rakyat jelas merupakan ironi terhadap idiologi
Pancasila yang telah diterima sebagai idiologi bangsa. Faktor lain yang telah memperburuk
situasi krisis ekonomi kita adalah bahwa pemerintah Orde Baru begitu yakin bahwa
kebijaksanaan yang telah dilaksanakan sudah benar dan arahnya telah benar. Kepercayaan
diri pemerintah Orde Baru yang bias dikatakan “Kebablasan” inilah yang menjadi awal atau
telah memicu meledaknya bom waktu krisis ekonomi. Indonesia sebaiknya percaya bahwa
ada model Indonesia yang cocok bagi Bangsa Indonesia yaitu model Pancasila.

5. SISTEM EKONOMI TRANSISI ATAU REFORMASI SISTEM EKONOMI

Tahun 1993 Bangsa Indonesia bersiap-siap memasuki PJP II dan Repelita VI, terbit
satu buku “Laporan Penelitian” Bank Dunia, yang bagi mereka yang waspada merupakan
perangkap berbagai keterlanjuran yang kemudian kita perbuat. Saat itu rakyat Indonesia
sudah diperingatkan agar hati-hati GBHN 1993 mengingatkan bahwa:

16
Pembangunan telah berhasil meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan
rakyat pada umumnya walaupun masih ada ketimpangan ekonomi dan kesenjangan social
yang menuntut usaha yang sungguh-sungguh untuk mengatasinya, agar tidak berkelanjutan
dan berkembang kea rah keangkuhan dan kecendrungan social.
Pernyataan keras tidak diperhatikan karena tahun yang sama Bank Dunia
menganggap perekonomian Indonesia merupakan salah satu dari “East Asian Miracle” yang
diberi definisi sebagai kombinasi dari “Rapid, substainable growth with highly equal
income distribution”. Dalam bacaan kita secara kristis atas Buku Bank Dunia, amat sulit
menemukan alas an keajaiban Indonesia, kecuali:
- Keberhasilan penurunan pertumbuhan benduduk.
- Keberhasilan mencapai swasembada beras tahun 1984.
- Konsistensi Indonesia dalam mempertahankan APBN yang selalu
berimbang.
- Indonesia dipuji pintar memanfaatkan bonanza minyak dan dalam
menyesuaikan kebijakan ekonomi makro pada saat harga ekspor minyak anjlog
tahun 1982-1986.
- Selebihnya ukuran keajaiban banyak didasarkan pada ukuran
konvensional pertumbuhan ekonomi (GDP & GNP).

17
BAGIAN 111
SISTEM EKONOMI & PENGALAMAN SEJARAH

1. ANTARA KAPITALISME & SOSIALISME


* Tahun 1978 – 1979 : RRC sebagai Negara komunis terbesar di dunia sudah mulai
menganut system socialist market economy dalam bentuk contract/ production
Responsibility system dalam pertanian.
 Tahun 1986 : 5 tahun sebelum sistem pasar bebas diterapkan di Rusia, Vietnam sebagai
Negara-negara satelit Uni Soviet melaksanakan Renovasi (Doi Moi).
* Tahun 1991 (bangkrutnya Uni Soviet) : Banyak orang mulai bicara tentang sistem-sistem
ekonomi yang berubah ke arah satu sistem dominan yang berorientasi pasar dan
meninggalkan sistem ekonomi dengan perencanaan sentral.
 Negara Asia Timur dan Tenggara yang menerapkan sistem pasar tetapi dengan arahan
dan pimpinan langsung dari pemerintah adalah :
- Indonesia - Korea Selatan
- Malaysia - Taiwan
 Tugas Pemerintah di semua Negeri ini adalah :
Memadukan (integrasi) dan mengkoordinasikan upaya-upaya ekonomi perorangan dan
kelompok-kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan bersama (unifiel social
purpose).

ADAKAH SISTEM EKONOMI BARAT ?


 Konsep sistem ekonomi Barat tidak banyak disebut dalam buku-buku karena
:Kapitalisme itulah sistem ekonomi yang diajarkan & dianut di Eropa/ Barat berasal dari
ajaran-ajaran klasik Neoklasik yang mendasarkan pada ajaran pasar bebas.
 Perkembangan awal ajaran pasar persaingan bebas langsung ditentang oleh ajaran
sosialisme Karl Marx (Marxisme dan kemudian Leninisme) karena dianggap tidak akan
menghasilkan kebahagiaan manusia dan Manusia akan menjadi sekedar alat produksi
yang diatur oleh para pemilik modal yang sangat berkuasa.
 Uni Soviet yang percaya pada kebenaran Marxisme – Leninisme memutuskan
menerapkan langsung paham yang bukan kapitalisme ini dari 1922-1991 selama 70 th.

18
 Rusia tidak tanggung-tanggung berbalik 180 derajat mengubah sistem ekonominya
menjadi sistem persaingan pasar bebas seperti yang dijalankan di dunia Barat. Hasilnya
suatu malapetaka : produksi nasional Rusia th 1991 – 1994 jatuh 56 % dan laju inflasi
tahunan adalah 880 % yang dampaknya terus berlanjut bagi kehidupan politik dan sosial
warga Rusia.
 Tahun 1991 dengan diterimanya sistem ekonomi pasar bebas di Rusia dan Eropa Timur,
berarti tidak dikenal lagi sistem ekonomi Timur, maka sistem ekonomi kapitalisme
dianggap telah menjadi sistem ekonomi global yang diterapkan di mana-mana.
 Kesimpulan di atas dianggap Naif, tidak begitu saja diterima oleh Kyoko
Sheridan dalam bukunya Emerging Economic System in Asia yang menguraikan kasus
8 Negara Asia yaitu : Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Filipina, Indonesia, Vietnam,
Rusia dan Cina, disertai pembahasan khusus sistem ekonomi ASEAN dan peranan
bisnis pengusaha-pengusaha Cina perantauan.

JAPAN

 Japan sebuah model sistem ekonomi dapat ditelaah sejarahnya sejak


Restorasi Meiji tahun 1868. Para pemimpin Meiji mempercepat pembangunan ekonomi
Jepang melalui industrialisasi tanpa menanyai rakyat terlebih dahulu.
 Tiga Pemimpin Meiji
1. OKUBO TOSHIMICHI (1833).
Menggelorakan semangat rakyat Jepang untuk membangun agar menjadi Negara yang
perkasa. Awal dari “Regulated Capitalism|” kapitalisme dengan pimpinan Negara.
2. FAKUZAWA YUKICHI (1835 – 1901)
Menekankan pentingnya pendidikan menuju peradaban modern. Fukuzawa mendirikan
sekolah yang menarik para mantan samurai belajar ilmu ekonomi dan perdagangan
untuk kemudian mendirikan industri-industri modern seperti : kereta api, telkom, Bank,
asuransi, percetakan, pertambangan dan industri-industri baja.
3. SHIBUSAWA EIICHI (1840 – 1931)
Meneladani bangsa Jepang membangun industri-industri besar disegala bidang. Etika
bisnis harus didasarkan pada kejujuran, kebebasan dan semangat berkoperasi serta
perasaan tanggung jawab sosial (cooperative spirit and a sense of social responsibility).

19
 Pendekatan Meiji adalah upaya dan program-program yang terarah untuk meningkatkan
motivasi manusia dan individu dengan mengkaitkan mereka dengan motivasi nasional.
 Hasil kerja keras terlihat dalam bentuk kekuatan industri baru dan
hasilnya, hanya dinikmati oleh yang kaya berupa pemenuhan kebutuhan-kebutuhan non
esensial, yang miskin terlupakan.
 Tahun 60-an rakyat menuntut perubahan kebijaksanaan ekonomi nasional yang lebih
menekankan pada produksi kebutuhan-kebutuhan masyarakat banyak dan perbaikan
lingkungan.
 Memuncak tahun 1971 dalam bentuk jeritan “ to hell with GNP”.
 Tahun 1995 MITI menerbitkan “Policy Guidelines” yang menegaskan perlunya
reformasi sistem ekonomi (building a new economy community).
 Menghadapi masa depan disusun empat skenario :
1. Natural – trend Japan
2. Mend Japan
3. Advance Japan 4. Reform Japan
 Hanya Mend Japan yang tidak menginginkan peranan Negara dalam pembangunan.
Mereka menghendaki sistem ekonomi yang lebih bebas lagi yang merangsang semangat
wiraswasta dan membantu transformasi ekonomi ke arah struktur produksi yang lebih
efisien.
 Natural-Trend Japan, Advance Japan dan Reform Japan lebih menyukai keterlibatan
Negara dalam perekonomian termasuk dalam program pembangunan sosial
membuktikan bahwa sistem ekonomi campuran (mixed economy) dianggap lebih cocok
bagi rakyat dan Bangsa Japang.

RUSIA
 Pembubaran Uni Siviet tahun 1991 telah menghancurkan perekonomian Rusia,
permasalahan pada liberalisasi total yang terlalu cepat dan tidak tepat termasuk
privatisasi perusahaan-perusahaan Negara yang tanpa perhitungan.
 Perubahan semacam ini disebut shock therapy strategy (Januari 1992) dengan dampak
negative yang luar biasa.
 Otoritas Rusia berdasarkan nasehat dari IMF, Bank Dunia dan pakar-pakar ekonomi
Barat yang ortodoks, terlalu disiplin menetapkan “the prices and policies right” bukan

20
pada “getting the institution right” dan karena penerapan teori-teori ortodoks terhadap
perekonomian transisi.
 Teori –teori Ekonomi Neoklasik Ortodoks adalah : Teori yang hanya sesuai bagi
perekonomian yang sudah maju dengan menganggap lembaga-lembaga yang diperlukan
sudah ada, berfungsi baik, dan pelaku-pelaku ekonomi bertindak rasional dan etik.
 Yang sesungguhnya diperlukan adalah pembangunan dan pengembangan kelembagaan
selangkah demi selangkah secara terencana sehingga transisi dapat berjalan mulus &
lancar.

RRC
 RRC berdiri tahun 1949, perekonomiannya diatur melalui perencanaan sentral. Hak
milik atas faktor-faktor produksi berada di tangan Negara dan pertanian diselenggarakan
secara kolektif.
 Perbedaan besar antara Rusia tahun 1917 dan RRC tahun 1949 adalah : RRC merupakan
Negara amat miskin dan belum memiliki industri-industri maju seperti halnya Rusia
(sebelumnya Uni Soviet). Meskipun Uni Soviet sebagai Negara Sosialis lebih tua dan
lebih maju dibandingkan RRC, ternyata RRC memiliki daya tahan lebih kuat sebagai
sistem ekonomi sosialis karena berangkat dari sistem ekonomi yang rendah dan
kemajuannya dicapai secara gradual, sehingga sistem (pasar) ekonomi rakyatnya yang
bersifat kekeluargaan tidak pernah hilang sama sekali, maka saat dilakukan reformasi
dan liberalisasi tidak diperlukan perubahan drastis ke sistem ekonomi pasar yang baru
seperti halnya di Rusia.
 Pada Kongres Nasional ke 14 bulan October 1992 sebagai tindak lanjut bubarnya sistem
ekonomi Komunis Uni Soviet, RRC menetapkan sistem ekonomi baru yang disebut
Ekonomi Pasar Sosial (Socialist Market Economy) dengan tekanan pada pasar dan
bukan pada sosialisnya.

VIETNAM
 Kemerdekaan Vietnam dari Perancis tahun 1945 diikuti perang dengan
Amerika Serikat yang berlangsung 30 tahun sampai 1975.
 Bersatunya kembali Vietnam, muncul masalah baru dalam sistem
pengelolaan perekonomian 2 Vietnan yang amat berbeda.

21
 Tahun 1986 menjelang tahun-tahun penarikan tentara Vietnam dari
Kamboja (kondisi damai), kongres partai ke 6 memutuskan DOI MOI (renovasi) yang
berarti diterapkannya sistem ekonomi pasar sosialis.
 Keputusan ini mampu membangkitkan kembali pertanian Vietnam
sehingga produksi padi meningkat 80 % dan Vietnam mampu memperoleh devisa dari
ekspor 2,5 juta ton beras.
 Doi Moi tidak saja berarti reformasi ekonomi, tetapi juga mendefinisikan
kembali tujuan sosial dan politik sosialisme.
 Para pemimpin Vietnam ingin menghindari situasi transisi ekonomi ke
sistem ekonomi kapitalisme dan bertekad menggunakan kekuatan Negara untuk
menyelamatkan hasil-hasil positif bidang sosial (equity) yang dicapai sebelumnya,
sekaligus untuk menjamin bahwa pertumbuhan (growth), tidak perlu terjadi dengan
mengorbankan pembangunan (development).

TAIWAN
 Cina Taiwan Negara amat kecil dengan penduduk 21, 4 juta , tahun 1995.
 Dalam periode hanya 30 tahun Cina berkembang sangat cepat dari Negara pertanian
miskin menjadi Negara industri yang mengglobal karena : kerja keras rakyatnya,
pemerintah yang kuat dengan kebijaksanaan ekonomi yang fragmatis (memimpin
langsung usaha-usaha swasta baik di dalam/ ke luar negeri), dukungan awal yang all out
dari pemerintah (penduduk) Amerika Serikat.
 Land Reform : kunci utama sehingga pertanian benar-benar bangkit untuk memberi
cukup pangan bagi penduduknya.
 Taiwan adalah kisah sukses sistem kapitalis/ ekonomi pasar dengan campur tangan
Negara.
 Selanjutnya industrialisasi mengikuti secara runtut petunjuk text book ekonomi
neoklasik yaitu :
- Kebijakan substitusi impor (1950 – 1960).
- Perangsangan ekspor (1960 – 1973).
- Pendalaman basis industri (1973 – 1980).
- Inovasi & teknologi tinggi (mulai 1980)
- Internasionalisasi ekonomi modern (mulai 1987).

22
KOREA SELATAN
 Korea Selatan adalah kisah sukses system kapitalis/ ekonomi pasar dengan campur
tangan Negara.
 Tahun 1960 Korea Selatan merupakan salah satu Negara termiskin di dunia.
 Tahun 1980 tahun melampaui banyak Negara dalam tingkat GNP per kapita (US$ 100 –
US$ 5.000) yaitu : Malaysia, Thailand, Filipina, Argentina, Brasilia dan Mexico.
 Demikian besarnya peranan Negara dalam memberikan perangsang-perangsang pada
dunia usaha swasta, sampai-sampai sistem ekonominya disebut “Kapitalisme
Terkomando” (command capitalism) atau “Guide capitalism with command
components”.
 Ciri khas ekonomi Korea yang berbeda jauh dengan sistem ekonomi Taiwan adalah
dalam peranan Chaebol (konglomerat) atau di Jepang disebut Zaibatsu, memang
Chaebol banyak mengandalkan KKN dalam mengembangkan bisnisnya, sehingga 2
orang Presidennya diadili dan dihukum penjara karena korupsi.

FILIPINA
 Filipina merupakan Negara paling kapitalistik di ASEAN dan bahkan lebih buruk lagi
bersifat kapitalisme perkoncoan (crony capitalism). Di bawah Presiden Marcos yang
berkuasa selama 23 tahun, pertumbuhan ekonomi di Filipina adalah paling lamban,
jurang kaya – miskin yang lebar dan kemiskinan yang parah.
 Program Land Reform atau agrarian reform yang dianggap bisa mengurangi
ketidakmerataan ekonomi dan sosial tidak berjalan lancar karena para pemilik tanah
(landlords) sering berusaha membatalkannya dengan berbagai cara. Dan program
pengurangan kemiskinan juga menjadi tersendat. Program “ASEAN Tiger by 2000”
yang dicanangkan Presiden Ramos sulit tercapai jika dominasi politik keluarga-
keluarga, tuan-tuan tanah dan sistem perkoncoan masih terus berlaku. Maka kemerataan
dan keadilan sosial yang menjadi cita-cita Bangsa dan rakyat Filipina hanya akan
tercapai melalui perubahan budaya.
ASEAN

23
 Kyoko Sheridan dengan sangat tepat menyatakan bahwa “Keajaiban Asia” tidak boleh
diasumsikan akan berlangsung terus, karena pada dasarnya sistem kapitalisme bukan
sistem yang stabil, sebaliknya sistem kapitallisme mengandung unsur-unsur
ketidakstabilan.

2. SISTEM EKONOMI PASAR SOSIAL


Model Ekonomi Pasar Sosial Jerman
Banyak ekonom arus utama menolak konsep ekonomi kerakyatan yang telah
menjadi ketetapan MPR RI (No. XVI/1998), dengan alasan bahwa konsep itu hanya berciri
normatif, tidak positif, artinya belum ada data ilmiah empirik apapun yang dapat
mendukung hukum-hukumnya. Ekonom lain berkeberatan untuk menerima konsep ekonomi
rakyat yang diskriminatif. Ekonom yang dengan sengit keberatan mengacu pada pasal-pasal
Undang-undang Dasar atau Idiologi karena hanya merupakan konsep gagah-gagahan,
padahal banyak contoh Negara-negara yang tanpa konsep gagah-gagahan malah bisa lebih
maju seperti Taiwan, Thailand, dll.
Idiologi suatu bangsa yang tercantum dalam Undang-undang Dasar tidak sepatutnya
diremehkan dalam penyusunan sistem ekonomi yang dianggap cocok bagi bangsa yang
bersangkutan.
Cabang ilmu ekonomi kelembagaan (institutional economics) yang mengoreksi
paham ekonomi ortodok, dengan menganggap penting kelembagaan masyarakat seperti
idiologi, agama dan moral. Dalam kaitan dengan moral, Adam Smith dalam bukunya The
Theory of Moral Sentiments (1759) mengemukakan sifat-sifat manusia yang bersimpati satu
sama lain adalah sama pentingnya dengan sifat manusia yang egois. Manusia tidak hanya
bersemangat bersaing tetapi juga bekerjasama sehingga bukan hanya pengertian competitive
advantage, yang dianggap penting tetapi konsep cooperative advantage juga untuk
mencapai efisiensi ekonomi. Dengan moral dan semangat kerjasama (social cooperation),
maka tekanan yang berlebihan pada upaya mencapai efisiensi, sebaiknya dilengkapi dengan
upaya mencapai keadilan (justice, equity) yang harus dianggap sama pentingnya dalam
kehidupan ekonomi dan sosial setiap masyarakat.

Sistem Ekonomi Pasar Sosial (SEPS)


Buku Social Market Economy: An Economic System for Developing Countries
diterbitkan tahun 1990 dan disunting oleh ekonom muda Jerman (lahir 1948) Winfried Jung.
Buku yang disunting merupakan keprihatinan anak muda terhadap sistem ekonomi Negara-

24
negara sedang berkembang. Semangatnya adalah bahwa ada jalan ke tiga yang tidak harus
berupa sistem ekonomi komando (sosialis) yang sudah bangkrut di Eropa Timur (1991),
tetapi juga bukan sistem kapitalis liberal.

Dasar-dasar Intelektual dan Sejarah


Landasan ilmiah SEPS adalah kombinasi prinsip-prinsip kebebasan dengan
kemerataan sosial, jadi bukan pasar bebas yang liberal dan juga bukan paham ekonomi
monetaris yang tidak menghendaki campur tangan pemerintah dalam bentuk apapun. Ada 6
kriteria SEPS.
1. Ada kebebasan individu dan sekaligus kebijaksanaan perlindungan usaha.
Persaingan di antara perusahaan-perusahaan kecil maupun menengah (ekonomi
rakyat) harus dikembangkan.
2. Prinsip-prinsip kemerataan sosial menjadi tekad warga masyarakat.
3. Kebijaksanaan siklus bisnis dan kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.
4. Kebijaksanaan pertumbuhan menciptakan kerangka hukum dan prasarana (sosial)
yang terkait dengan pembangunan ekonomi.
5. Kebijaksanaan struktural.
6. Komunitas pasar dan komunitas persaingan.
Salah satu faktor lain yang mendukung keberhasilan penerapan SEPS di Jerman
adalah keberhasilan Mentri Ekonomi Federal Ludwig Erhard, pendukung utama konsep ini,
yang berhasil membabat hambatan dari banyak orang yang menentang pikiran-pikiran
tentang SEPS ini.
Peranan Pemerintah
Intervensi ekonomi pemerintah hanya diperlukan jika persaingan yang efektif
ternyata tidak berjalan, dan jika produksi dan pengembangan nilai serta prinsip-prinsip
dasar tidak dapat dipercayakan kepada pihak-pihak swasta. SEPS memerlukan pemerintah
yang kuat, yang harus melakukan campur tangan (menguasai) jika benar-benar diperlukan
(prinsip subsideritas).
Fungsi Persaingan
Persaingan yang efektif merupakan unsur sentral dan tak terpisahkan dalam SEPS.
Persaingan efektif memerlukan perlindungn usaha dan dorongan pemerintah, dan
merupakan instrumen yang paling efisien untuk mencapai alokasi sumberdaya yang
optimal, dan produktivitas yang optimal.
Aspek Sosial

25
Aspek sosial sangat penting dalam SEPS yaitu :
1. Peningkatan standar hidup kelompok bependapatan rendah.
2. Perlindungan semua warga masyarakat dari kesulitan hidup dan masalah-masalah
sosial lain sebagai akibat dari resiko-resiko kesulitan hidup.
Tujuan-tujuan sosial dapat dicapai melalui :
1. Pertumbuhan ekonomi
2. Distribusi pendapatan yang adil (tingkat upah dan keuntungan perusahaan yang layak
dan wajar, sistem perpajakan antar strata pendapatan yang adil dan menjaga stabilitas
harga untuk mewujudkan keadilan sosial).
3. Asuransi sosial
4. Kesejahteraan sosial.
Pembagian pendapatan yang adil harus selalu dijaga dengan cara memberi
perhatian pada
1. Tingkat dan pertumbuhan upah.
2. Sistem perpajakan yang adil.
3. Stabilitas Harga.
4. Persamaan peluang (bekerja dan berusaha) bagi semua warga masyarakat.
Dalam asuransi sosial minimal harus ada :
1. Asuransi pengangguran.
2. Asuransi hari tua.
3. Asuransi kesehatan.
4. Asuransi kecelakaan.
Dalam Kesejahteraan sosial dikenal dengan program-program :
1. Bantuan sosial.
2. Bantuan perumahan.
3. Bantuan sosial lain-lain (bantuan untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak).
Aspek Regional dan Internasional
Tujuan SEPS secara global adalah :
1. Meningkatkan standar hidup penduduk semua Negara di dunia melalui pertumbuhan
ekonomi international yang didorong melalui perdagangan bebas.
2. Kenaikan standar hidup yang lebih cepat bagi warga Negara-negara miskin melalui
bantuan pembangunan dari Negara-negara kaya kepada Negara-negara miskin.
Penerapan SEPS di Negara Sedang Berkembang.
Sistem ekonomi diberi definisi sebagai :
A set of rules and institutions which may be considered as an attempt to find a solution for
certain economic and social problems in a society.

26
Aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang khas dalam SEPS didasarkan pada 3
prinsip:
1. Individualitas (personality) yang menekankan pada hak asasi dan kehormatan
perkembangan kepribadian (kebebasan berproduksi, konsumsi, pemilihan profesi
dan pekerjaan).
2. Solidaritas, didasarkan pada ketergantungan individu pada masyarakat. Setiap
manusia mempunyai kewajiban social satu sama lain.
3. Subsideritas, setiap individu berkembang antara 2 kutub individualitas dan
solidaritas, dan proses ini harus dilindungi aturan-aturan kelembagaan.
Modul SEPS dibentuk dalam prinsip-prinsip yang mencakup 4 bidang yaitu :
1. Perencanaan dan kemampuan perusahaan-perusahaan dan kemampuan dalam
pengambilan keputusan produksi dan investasi.
2. Koordinasi dari rencana-rencana ekonomi yang sudah terdesentralisasi melalui
pasar persaingan.
3. Perkembangan dan perlindungan lembaga-lembaga pasar oleh Negara (hukum
persaingan, aturan-aturan moneter dan keuangan).
4. Kebijakan yang aktif dari Negara, yang disamping menghormati dasar-dasar
komunitas dengan pasar, juga bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi yang
setabil yang menghasilkan keseimbangan sosial.

3. Sistem Ekonomi Dualisme


Sejak jaman penjajahan sampai sekarang ini perekonomian Indonesia masih juga
menunjukkan cirri-ciri adanya dualism, baik dualism yang bersifat teknologis maupun yang
bersifat ekonomis, sosial dan cultural. Masalah dualism telah dibahas secara mendalam oleh
ahli ekonomi Indonesia dan ahli ekonomi asing J. Boeke, yang mengadakan penelitian
untuk program doctor ekonominya di Indonesia pada thun 1953 memberikan definisi yang
termasyhur mengenai masyarakat dualistis sebagai :
“Masyarakat yang mempunyai gaya sosial berbeda, yang masing-masing hidup
berdampingan. Dalam proses evolusi ke dua gaya sosial tersebut mewakili tahap
perkembangan sosial yang berbeda, dipisahkan oleh satu gaya sosial lain yang
mewakili suatu tahap transisi, misalnya masyarakat sebelum kapitalisme dan

27
masyarakat kapitalisme maju yang dipisahkan oleh masyarakat kapitalisme awal.
….Di dalam masyarakat dualistis …. Satu dari kedua system sosial yang hidup
berdampingan itu, dan selau yang lebih maju, berasal dari luar masyarakat tersebut
dan mengalami perkembangan di lingkungan yang baru tanpa menggeser atau
berasimilasi dengan system sosial yang asli. Dan akhirnya tidak akan timbul atu ciri
umum yang berlaku di masyarakat tersebut secar keseluruhan”.ualisme adalah
kkonsep yang menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian lama terus melebar
antara Negara-negara kaya dan miskin, serta di antara orang-orang kaya dan miskin
pada berbagai tingkatan di setiap Negara. Pada dasarnya konsep ekonomi dualisme
ini terdiri dari empat elemen kunci sebagai berikut:
1. Beberapa kondisi berbeda, terdiri dari elemen “superior” dan “inferior”, hadir
secara bersamaan (atau berkoeksistensi) dalam waktu dan tempat yang sama.
Inilah hakikat dari konsep dualism. Contoh penerapan konsep dualism ini antara
lain dapat dilihat pada pemikiran A. Lewis tentang koeksistensi metode-metode
produksi modern di kota dan metode tradisional di pedesaan, koeksistensi
kelompok elit yang kaya raya dan terdidik dengan banyaknya orang-orang
miskin yang buta huruf, adanya koeksistensi antara Negara-negara industri yang
serba makmur yang berkuasa dengan Negara-negara agraris kecil yang miskin
serta lemah di dalam perekonomian internasional.
2. Koeksistensi tersebut bukanlah satu hal yang bersifat sementara atau tradisional,
melainkan satu hal yang bersifat baku, permanen atau kronis. Koeksistensi ini
juga bukan merupakan fenomena sesaat yang akan mengikis seiring dengan
berlalunya waktu. Artinya, elemen yang superior memiliki kekuatan untuk
mempertahankan superioritasnya, sedangkan elemen yang inferior tidaklah
mudah untuk meningkatkan posisinya. Dalam kalimat lain, koeksistensi
internasional antara kaya dan miskin bukanlah hanya merupakan sesuatu
fenomena sejarah yang akan membaik dengan sendirinya bila saatnya sudah tiba.
3. Kadar superioritas serta inferioritas dari masing-masing elemen tersebut bukan
hanya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, melainkan bahkan
cenderung meningkat. Sebagai contoh, kesenjangan produktivitas antara para
pekerja di Negara-negara maju dengan para pekerja di Negara-negara
berkembang tampaknya semakin lama semakin lebar.
4. Hubungan saling keterkaitan antara elemen-elemen yang superior dengan
elemen-elemen yang inferior tersebut terbentuk dan berlangsung sedemikian

28
rupa sehingga keberadaan elemen-elemen superior sangat sedikit atau sama
sekali tidak membawa manfaat untuk meningkatkan kedudukan elemen-elemen
yang inferior. Dengan demikian apa yang disebut sebagai prinsip “penetesan
kemakmuran ke bawah” (trickle down effect) itu sesungguhnya sulit diterima.
Bahkan di dalam kenyataannya, elemen-elemen superior tersebut justru tidak
jarang memanfaatkan, memanipulasi, mengekploitasi ataupun menggencet
elemen-elemen yang inferior. Jadi, yang mereka kembangkan justru
keterbelakangannya.
Unsur pemikiran pokok yang terkandung pada masyarakat dualistis telah secara
implicit terkandung dalam teori perubahan struktural dan secara eksplisit telah dinyatakan
dalam teori ekonomi pembangunan ketergantungan internasional, sehingga konsep
masyarakat dualistis telah merupakan dasar teori pembangunan ekonomi.

4. Sistem Ekonomi Sosialis ala Indonesia


Istilah sistem ekonomi sosialis ala Indonesia muncul ada periode akhir dari
kepemimpinan Presiden Sukarno, yakni sekitar tahun 1960. Pada periode tersebut kiblat
politik Indonesia adalah ke Negara-negara sosialis Eropa Timur, Rusia dan RRC, tidak ke
Negara-negara kapitalis Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pada periode tersebut Indonesia
adalah anti neo kolonialisme dan neo liberalism, dan malahan keluar dari Perserikatan
Bangsa-bangsa, dan membentuk masyarakat baru yang disebut New Emerging Forces.
Perekonomian pada periode itu sangat mirip dengan system perekonomian Negara sosialis,
yang antara lain, sebagai berikut :
1. Pemerintah Indonesia telah menyusun Pembangunan Semesta Berencana Delapan
Tahun 1960-1968. Rencana tersebut bersifat menyeluruh di segala sector dan seluruh
wilayah (semesta), namun belum sempat dilaksanakan.
2. Perusahaan-perusahaan besar dimiliki oleh Negara.
3. Sistem perbankan; semula adalah bank-bank swasta milik Belanda yang telah
dinasionalisasi menjadi milik pemerintah, kemudian diubah menjadi sistem
perbankan Rusia, dengan cara mengubah nama-nama bank pemerintah menjadi satu
nama dengan unit-unit tertentu. Contoh : Bank Indonesia diubah menjadi Bank
Negara Indonesia Unit I.
4. Sistem Devisa yang dipakai waktu itu adalah sistem devisa yang sangat umum
dipakai oleh Negara-negara sosialis, yakni Exchange Control.

29
5. Sistem Ekonomi Pancasila

Istilah sistem ekonomi Pancasila ini muncul pada periode penggal ke dua dari masa
Pemerintahan Orde Baru, yakni setelah Pelita III (1974-79). Muncul wacana, system
ekonomi apakah yang dianut oleh Indonesia pada saat itu. Ada sekelompok pakar yang
mengatakan system ekonomi kita adalah system ekonomi Pancasila. Kubu dari kelompok
ini dasarnya di Universitas Gajah Mada dan Institut Pertanian Bogor. Pelopornya
diantaranya Profesor Mubyarto. Namun tidak sedikit ahli yang tidak setuju dengan wacana
tersebut. Mereka pada umumnya berasal dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan
Universitas Indonesia. Namun perlu dipahami bahwa di Universitas Gajah Mada dan IPB
sendiri pun tidak kurang ahli yang tidak sependapat dengan wacana bahwa sistem
perekonomian yang dianut Indonesia saat itu adalah sistem Ekonomi Pancasila.
Sistem perekonomian pada saat itu ditandai, antara lain oleh hal-hal berikut :
1. Perencanaan ekonomi.
2. Peranan perusahaan asing.
3. Peranan perusahaan domestic.
4. Peranan IGGI (Inter Gobermental Group on Indonesia) dan IMF (Internasional
Monetary Fund).
5. Sistem devisa.

Terlepas dari beberapa keberatan terhadap konsep sistem ekonomi Pancasila yang
bergema pada waktu itu, kelompok Prof Mubyarto tetap berpandangan bahwa Indonesia
nantinya/ seharusnya menganut system ekonomi Pancasila, meskipun mereka sadar bahwa
keadaan perekonomian saat itu lebih menyerupai ekonomi kapitalis/ liberal. Menurut
mereka setidaknya ada 5 ciri-diri dari system ekonomi Pancasila tersebut yang harus
diperhatikan, yakni :
1. Adanya peran dominan koperasi dalam kehidupan ekonomi.
2. Diterapkannya rangsangan-rangsangan yang bersifat ekonomis maupun moral
untuk menggerakkan roda perekonomian.
3. Ada kecendrungan dan kehendak sosial yang kuat kea rah egalitarianism atau
pemerataan sosial.

30
4. Diberikannya prioritas utama pada terciptanya suatu perekonomian nasional
yang tangguh.
5. Pengandalan pada sistem desentralisasi
6. Sistem Ekonomi Kerakyatan
Demontrasi mahasiswa (rakyat) yang menuntut turunnya Suharto dari pemerintahan pada
tahun 1997 dan meminta agar dilaksanakan reformasi. Reformasi yang dituntut adalah,
antara lain, reformasi di bidang politik dan reformasi di bidang ekonomi. Reformasi di
bidang politik adalah kebebasan bersuara, berpolitik, atau secara singkatnya adalah
kebebasan demokrasi, yang selam pemerintahan Suharto (1965-1997) sangat dikekang atau
dipasung. Reformasi di bidang ekonomi dikatakan bahwa di bawah presiden Suharto
pemerintah terlalu memihak kepada perusahaan besar, pada hal terbukti dari krisis yang lalu
(1997) bahwa usaha kecil dan menengah atau usaha rakyat terbukti tahan banting. Yang
mengalami kehancuran pada krisis 1997 adalah usaha besar, PHK juga dilakukan oleh
perusahaan besar, perusahaan multinasional. Kredit diarahkan terutama untuk kepentingan
perusahaan besar. Dominasi asing dalam perekonomian, seperti misalnya peranan Bank
Dunia, IMF dan lembaga asing lainnya, dianggap sebagai satu hal yang berlebihan dan
rakyat menginginkan agar perekonomian lebih bersifat berdiri di atas kaki sendiri. Oleh
karena itu hutang kepada IMF dan Bank Dunia dibayar lunas. Namun hutang luar negeri
tidak seluruhnya lunas dan dalam waktu setahun, dan ironisnya adalah bahwa sementara
hutang luar negeri berkurang ternyata hutang dalam negeri meningkat dengan tajam.
Beberapa hal berikut ini merupakan kebijakan pemerintah selama dalam system ekonomi
kerakyatan :
1. Peranan IGGI dikurangi, semula diganti dengan CGI (consultative Group on
Indonesia) sehingga badan tersebut hanya bersifat konsultasi dalam menyusun
kebijaksanaan ekonomi.
2. Investasi asing dengan UUPMA dan investasi dalam negeri dengan UUPMDN, yang
memberikan prioritas pada pengusaha besar tidak banyak mendapat sorotan, tidak
dihapuskan, namun berjalan seperti semula.
3. Tampak adanya usaha swastanisasi perusahaan Negara namun belum selesai dan
usaha swastanisasi ini merupakan isu internasional dan bukanlah disebabkan oleh
karena system ekonomi kerakyatan.
4. Dari tinjauan di atas dan pengamatan yang mendalam, system ekonomi kerakyatan
ini masih mempunyai cirri sangat kental sebagai system ekonomi pasar.

31
KESIMPULAN
Secara ekstrem sistem ekonomi di dunia dapat dibedakan menjadi suatu sistem pasar
(kapitalis) dan sistem perencanaan pusat (komunis-sosialis), namun tidak ada kapitalis
murni maupun komunis murni. Semua Negara di dunia ini mengakui pentingnya peranan
Negara dalam perekonomian. Dengan peran Negara yang penting ini,Negara-negara
kapitalis telah menjadi Negara kesejahteraan (welfare state). Di lain pihak, dengan
kehancuran Uni Soviet dan RRC yang telah mendekati system pasar dalam
perekonomiannya, maka system perekonomian baik bagi Negara kapitalis maupun Negara
sosialis makin mendekat satu sam lainnya, kesemuanya merupakan Negara yang
memntingkan kesejahteraan masyarakat.
Perekonomian Indonesia dari sejak penjajahan Belanda sampai sekarang ini masih
tetap ditandai oleh perekonomian yang bersifat dualistis. Pada masa pemerintahan Sukarno,
perekonomian tidak mendapatkan perhatian yang semestinya, sehingga terjadi kemerosotan
ekonomi. Pada akhir pemerintahannya (Sukarno) sebagain besar aktivitas ekonomi dikuasai
oleh Negara (perusahaan Negara) dan koperasi, sehingga sistem perekonomian mendekati
sistem sosialis, yang bersifat agak berbeda dengan sistem sosialis pada umumnya sehingga
disebut sistem Perekonomian Sosial Ala Indonesia.
Pada masa pemerintahan Suharto, ekonomi merupkan komando. Sistem
perekonomian pasar bebas, swasta memegang peran penting dalam perekonomian, namun
memakai perencanaan lima tahun. Pada akhir pemerintahan Suharto, perekonomian sangat
mencirikan pasar bebas. Keadaan yang demikian ini menggugah semangat juang beberapa
ekonom untuk merumuskan bagaimana idealnya perekonomian Indonesia diatur. Akhirnya
muncul istilah ekonomi Pancasila. Istilah itu tidak begitu lama bergaung, akhirnya dilanda
oleh arus reformasi yang memunculkan istilah ekonomi kerakyatan.
Sesungguhnya sistem perekonomian yang berlaku di Indonesia dapat dimasukkan
pada salah satu dari sistem perekonomian yang berlaku di dunia. Pemberian istilah ekonomi
Sosialis ala Indonesia, ekonomi Pancasila, dan ekonomi Kerakyatan sesungguhnya lebih
bersifat akademis dan angan-angan dibandingkan dengan ekonomi praktis. Sifat akademis
ini telah muncul pada saat perekonomian Indonesia dibayangkan akan take-off, satu istilah
yang berangkali tidak diperlukan oleh rakyat banyak. Demikian juga sistem Ekonomi Sosial
ala Indonesia, sistem Ekonomi Pancasila, dan sistem Ekonomi Kerakyatan.

32
BAGIAN IV
EKONOMI KELEMBAGAAN INDONESIA

1. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Perekonomian Indonesia merdeka selama 54 th belum mengikuti pola
perkembangan yang mantap dan berkelanjutan karena polanya sering berubah-ubah
mengikuti perkembangan berbagai factor luar (eksternal) yang kadang tak terduga,
misalnya:
 Krisis energi dunia 1970-an telah menaikkan harga ekspor minyak bumi Indonesia
secara mendadak dan luar biasa tingginya sehingga Repelita I (1969-1974) dengan
anggaran awal yang moderat sepat berubah menjadi ekonomi manja yang boros
devisa pada Repelita II (1974-1979).
 Ekonomi Bonansa Minyak, APBN didominasi penerimaan Negara dari minyak
bumi dan gas, telah mengubah upaya-upaya awal peningkatan pemerataan pada
Repelita II menjadi ekonomi yang lebih mengarah kepada ekspansi kegiatan
ekonomi.
 Pertengahan Repelita III (1979-1984) Akhir ekonomi bonanza minyak, Ketika
harga ekspor minyak bumi Indonesia kembali anjlok, yang memaksa pemerintah
mengambil kebijaksanaan drastic mengurangi anggaran pembangunan (1x dalam
sejarah), dan mengadakan devaluasi yang cukup menyakitkan (1983).
 Akhir Repelita III (1983) untuk pertama kali pemerintah memperkenalkan
kebijaksanaan deregulasi (dan debirokratisasi) yang disamakan dengan pengertian
leberalisasi, karena memang didisain untuk memberukan kebebasan lebih besar
pada dunia usaha. Deregulasi dan leberalisasi berjalan semakin intensif pada
Repelita IV yang mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan Pakto 88 dan
menghasilkan iklim usaha yang sangat merangsang pertumbuhan ekonomi nasional.

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESENJANGAN SOSIAL


- PJP I (1969-1994) perekonomian Indonesia secara keseluruhan tumbuh amat pesat
(hampir 7 % per tahun), karena kebijakan leberalisasi telah sangat merangsang
kegiatan ekonomi.

33
- Repelita V (1969-1994, periode akhir PJP I) bahkan berkembang proses
konglomerasi dari sejumlah perusahaan swasta besar yang dikenal sebagai
konglomerat yang dianggap sebagai berkah dan juga ancaman, karena pesatnya
konglomerasi berarti pula meningkatnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan
sosial yang merisaukan dan mengganggu ketentraman kehidupan ekonomi
masyarakat.
Laporan Bank Dunia tentang ekonomi Indonesia tahun 1992 berjudul Indonesia:
Sustaining Development, dibahas 3 dimensi komplementer pembangunan berkelanjutan
yaitu :
1. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan memanfaatkan
kesempatan membanglun dan diversifikasi pembangunan yang semakin meningkat.
2. Meningkatkan pemerataan dengan cara mengurangi kemiskinan dan memperluas
atau memperlebar partisipasi masyarakat dalam membangun.
3. Melindungi lingkungan hidup melalui konservasi sumberdaya dan membatasi
polusi.
Masalah monopoli dan oligopoly, yang bagi masyarakat luas sulit dilacak factor-
faktor penyebabnya, telah diingatkan dalam GBHN 1993 sebagai berikut :
Dalam pelaksanaan demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila, disamping
dihindarkan system free-fight liberalism dan etatism, juga harus dihindarkan
persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam
berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan
bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.

PERAN NEGARA DALAM PEREKONOMIAN


Menganalisis peran Negara dalam perekonomian teknokrat ekonomi Emil Salim
menyimpulkan perekonomian Indonesia selama 65 tahun (1931-1995) memang bergejolak
terus-menerus dari ekonomi liberal ke ekonomi komando meskipun periodenya tidak selalu
sama:
I 1930 - 1942 (12 tahun) Liberal
II 1942 –1950 ( 8 tahun) Komando
III 1950 –1959 ( 9 tahun) Liberal
IV 1959 - 1968 ( 9 tahun) Komando
V 1968 – 1978 (10 tahun) Liberal
VI 1978 – 1983 ( 5 tahun) Komando

34
VII 1983 - 1993 (10 tahun) Liberal

Radius Prawiro dalam buku “sejarah” Pembangunan Ekonomi Indonesia berjudul


“Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi : Pragmatisme Dalam Aksi” membagi periode
Ekonomi Orde Baru menjadi tiga, sebagai berikut :
I 1966-1970 (14 th) Mencari stabilitas pada titik balik
II 1970 – 1983 ( 13 th) Pertumbuhan di tengah kemelut global.
III 1983 – 1993 (10 th) Dekade Deregulasi : Mengarah kepada
consensus.
Pembagian dalam tiga periode ini terkesan bahwa system pembangunan ekonomi
Indonesia sekedar mengikuti atau tunduk pada apa yang terjadi dan berkembang dalam
perekonomian global. Indonesia memang terlalu lemah untukikut menentukankancah
percaturan ekonomi dunia, juga untuk menetapkan model pembangunan yang sesuai dengan
kepribadian Indonesia.
Rasa percaya diri bangsa Indonesia saat bertekad merdeka tahun 1945 dengan cara
penegasan cirri-ciri nasional dari system ekonomi yang dipilih yaitu “usaha bersama” yang
berasas kekeluargaan sebagaimana termuat jelas dalam pasal 33 UUD 1945.

Dalam versi dari Emil Salim maupun Radius Prawiro, dengan secara empiric
menganalisis ekonomi-politik sejak Indonesia merdeka, disimpulkan terjadinya siklus
ekonomi tujuh tahunan sebagai berikut:
I 1945-1952 Ekonomi Perang
II 1952-1959 Awal penyusunan ekonomi nasional
III 1959-1966 Ekonomi Komando
IV 1966-1973 Awal Demokrasi Ekonomi
V 1973-1980 Ekonomi Bonansa Minyak
VI 1980-1987 Ekonomi Keprihatinan
VII 1987-1994 Ekonomi Konglomerasi
VIII 1994-2001 Menuju Ekonomi Kerakyatan

Secara singkat 25 tahun pertama kemerdekaan (1945-1970) dapat kita sebut sebagai
tahap awal pembangunan bangsa (nation building), 25 tanun berikutnya (1970-1995)
sebagai tahap pembangunan ekonomi, dan 25 tahun mendatang (1995-2020) sebagai tahap
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

35
IDEOLOGI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Idiologi Negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, yang secara tegas tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, tidak diragukan lagi. Pancasila dan UUD 1945 menentukan
eksistensi Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Setelah perekonomian Indonesia mengalami banyak kemajuan, menjadi amat
terbuka dan menyatu dengan ekonomi global, banyak di antara teknokrat ekonomi kita
merasa tidak perlu mengartikan pasal 33 UUD 1945 sebagai mengkoperasikan seluruh
kegiatan ekonomi. Pada sector ekonomi modern asas kekeluargaan harus kita beri
penafsiran lain. Namun Bung Hatta menyatakan bahwa koperasi adalah sokoguru ekonomi
Indonesia, karena koperasi mendidik self help dan tertuju untuk membela kepentingan
bersama sebagai bagian dari masyarakat.
Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa koperasi adalah wadah kegiatan ekonomi
rakyat.
 Ekonomi rakyat adalah landasan dan sekaligus sumber ketahanan ekonomi nasional,
maka bertemulah pengertian asas kekeluargaan dalam UUD 1945 dengan pengalaman
sejarah perekonomian kita sejak kemerdekaan, bahwa ekonomi rakyat hanya dapat
bertahan dan berkembang melalui pengorganisasian usaha bersama berlandaskan asas
kekeluargaan.
 Organisasi Koperasi adalah organisasi yang mengandung jiwa dan semangat demokrasi
ekonomi dengan kemakmuran masyarakat lebih diutamnakan ketimbang kemakmuran
orang seorang.
 Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang maju melalui usaha-usaha
bekerjasama, bukan dengan cara bersaing saling mematikan.

Dalam kondisi riil perekonomian Indonesia, ketika suasana kekeluargaan antarbisnis


memang tidak mudah ditemukan , yang mudah ditemukan justru persaingan bebas yang
tidak sehat dengan monopolis atau monopsonis selalu memenangkan persaingan, dan yang
kecil atau lemah tergusur dari kancah persaingan.
Kondisi ketidakseimbangan dalam persaingan pasar inilah yang dicoba dikoreksi
oleh pemerintah melalui upaya-upaya pemberdayaan ekonomi rakyat pada awal Repelita
VI, melalui:

36
 Dukungan-dukungan permodalan dan kemudahan-kemudahan pada ekonomi rakyat.
 Sikap pemihakan dari birokrasi pemerintah. Pemihakan pada ekonomi rakkyat dan
koperasi sebagai wadahnya adalah amanat konstitusi sekaligus misi ideologis untuk
mewujudkan masyarakat ekonomi yang adil dan merata, suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

AKAN BERKELANJUTANKAH PEMBANGUNAN KITA


Pada awal pembangunan berencana (Repelita), dua per tiga bangsa kita masih hidup
dalam tingkat kesejahteraan yang amat rendah, namun dalam periode 30 tahun banyak
kemajuan kehidupan yang telah kita capai seperti :
 Jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan telah berhasil kita
turunkan dalam jumlah besar.
 Dalam bidang pemenuhan kebutuhan pokok sandang pangan, yang tahun
1975 lalu kita masih bergantung pada Negara lin, ki sebagian besar sudah
dapat kita penuhi dari prosuksi dalam negeri.
 Mutu kesehatan dan pendidikan sudah meningkat secara mencolok, bahkan
ada wilayah-wilayah di Negara kita seperti DI Yogyakarta yang status
kesehatannya sudah hampir setara dengan Negara maju.

Tugas kita melanjutkan secara konsisten dan terus menerus kemajuan-kemajuan


yang telah kita raih tersebut, dan berusaha jangan sampai muncul lagi factor-faktor yang
menghambat. Salah satu masalah lain yang merupakan kerisauan nasional adalah kesulitan
mencegah membesarnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial.

Bulan Maret 1995 Indonesia berpartisipasi penuh dalam KTT Pembangunan sosial di
Kopenhagen yang menyepakati 10 komitmen nasional dan internasional untuk
pembangunan sosial , mencakup :
 Penghapusan kemiskinan
 Penciptaan kesempatan kerja penuh dan produktif.
 Meningkatkan integrasi sosial.
 Komitmen setiap Negara untuk menjamin bahwa anggaran dan
kebijaksanaan nasional makin diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan

37
dasar, mengurangi ketimpangan dan mengatasi kemiskinan sebagai tujuan
strategis.

Pembangunan Berkelanjutan adalah


Pembangunan yang tidak boleh hanya dinikmati oleh sebagian kecil warga dan
golongan ekonomi kuat, tetapi harus dinikmati secara merata oleh seluruh anggota
masyarakat, termasuk generasi mendatang atau pembangunan yang hyarus terus berlanjutk
yang tidak mengandung kemungkinan berhenti mendadak, tanpa dapat diantisipasi yang
berkaitan dengan daya dukung fisik lingkungan hidup manusia dan ketahanan sosial.

Ketahanan Sosial (social sustainability) adalah :


Daya dukung kelembagaan sosial yang dapat menjamin kesinambungan kehidupan
masyarakat.

PEMBANGUNAN DENGAN MEMPERCAYAI RAKYAT MISKIN


Inpres No. 5/1993 tentang peningkatan penanggulangan kemiskinan (PPK) yang
terkenal sebagai program IDT adalah salah satu upaya pemerintah untuk menerapkan
strategi pembangunan yang berkelanjutan. Melihat hasil-hasil pelaksanaan program IDT di
berbagai daerah, contoh yang berhasil baik sesuai konsep/ filsafat dasarnya adalah DI
Yogyakarta dan Bali, karena pengaruh lembaga-lembaga adapt yang kuat dan mapan.
Sosialisasi atau persiapan sosial masyarakat miskin yang dilaksanakan beberapa bulan
sebelumnya dimulainya program dipahami dengan baik oleh penduduk miskin maupun
pejabat dan aparat pemerintah desa dan kecamatan.
Birokrasi yang amat kuat dapat menjadi musuh pembangunan berkelanjutan karena
kekakuannya, kelambanannya, koordinasi yang buruk, sifat korupsinya, maupun daya
tanggapnya yang rendah terhadap control sosial maupun umpan balik dari masyarakat.
Dampak positif perkembangan IDT adalah :
 Kesejahteraan penduduk miskin baik berupa peningkatan pendapatan,
maupun membeli barang-barang tahan lama atau kemampuan yang meningkat dalam
pembiayaan pendidikan anak-anak dan peningkatan kualitas kesehatan keluarga.

MEMBANGUN SECARA TIDAK BENAR

38
KASUS IRIAN JAYA
Sejak persiapan program IDT pada akhir 1993 dan awal 1994 para penggagas program
yakin akan kesulitan besar yang akan dihadapi dalam pelaksanaanya di Irian Jaya, karena:
 Misi utama program IDT adalah mengembangkan ekonomi rakyat yang sudah ada,
namun kebanyakan desa di Irian Jaya ekonomi rakyat yang akan dikembangkan
memang benar-benar belum ada.
 Banyak ditemukan dana IDT dipakai untuk membeli bibit/ anak babi, karena babi
diperlukan untuk mas kawin atau pesta/upacara adat.

Karena belum berkembangnya ekonomi rakyat inilah, maka pemerintah daerah


propinsi Irian Jaya menempuh kebijaksanaan menunda atau mengangsur pecairan dana IDT
dua kali masing-masing 50%, dengan harapan dana IDT tahap I terjamin pemamfaatannya.
Karena tahap pencairan ini didak disertai upaya membina, memantau dan mendampingi
pokmas IDT dalam mengembangkan usaha/ kegiatan ekonomi sehingga laporan dari
lapangan tidak mengenai hasil dan masalah pengembangan usahan tahap I mengakibatkan
pencairan tahap II tidak terjadi/ tertunda.

Pendamping.
Bahwa pendampingan atas pokmas-pokmas IDT mutlak perlu dalam pengembangan usaha-
usaha ekonomi anggota pokmas juga sudah diakui dan menjadi kesepakatan semua pihak,
namun beratnya medan dan lokasi desa yang sulit dijangkau sehingga program
pendampingan di Iruan Jaya tidak mencapai hasil yang diharapkan.

Pendekatan Partisipatif
Kegiatan Kaji Tindak Partisipatif (KTP) pada empat kecamatan di Jayawijaya yang sudah
berjalan 16 bulan dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat desa tertinggal
(MDT) memacu kegiatan ekonomi mereka menjadi tumbuh dan berkembang secata
berkelanjutan (sustainable economy).

2. SISTEM EKONOMI KERAKYATAN


Ekonomi Kerakyatan adalah :
Istilah yang relatif baru, yang menggantikan istilah ekonomi rakyat yang konotasinya
dianggap negatif dan bersifat diskriminatif.

39
Pakar-pakar ekonomi muda (arus utama) merasa muak (fed up) dengan istilah-
istilah sistem ekonomi Pancasila, karena :
 Istilah-istilah ekonomi ditunggangi pesan-pesan politik dari pemerintah
atau pejabat-pejabat pemerintah, tidak saja kata rakyat atau ekonomi kerakyatan
dicurigai bahkan kata Pancasila dianggap terlalu berat untuk dipakai sebagai nama
sistem ekonomi yang cocok atau tepat bagi Indonesia.
 Pemerintah Orde Baru telah secara sepihak memonopoli pengertian dan
memanfaatkannya sebagai pembenaran (justification) atas berbagai kebijaksanaan atau
politik ekonomi liberal yang berpihak pada ekonomi konglomerasi.

EKONOMI KERAKYATAN SEBAGAI SISTEM EKONOMI


Sri-Edi Swasono dosen sistem ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang
berani dan tegas berbicara tentang Sistem Ekonomi Indonesia yang seharusnya secara
mantap disebut Sistem Ekonomi Pancasila, dalam pidato pengukuhan Guru Besar Juli 1988
dengan judul Demokrasi Ekonomi: Komitmen dan pembangunan Indonesia Sri-Edi
mengatakan :
Sistem ekonomi Indonesia yang berdasarkan atas Demokrasi Ekonomi itu akan lebih cepat
terwujud jika dalam setiap penyusunan kebijaksanaan dikaitkan lebih langsung dengan
butir-butir demokrasi ekonomi. Dengan demikian perencanaan pembangunan sekaligus
perencanaan sistem, dan pembangunan ekonomi sekaligus merupakan pembangunan
sistemnya.

Widjojo Nitisastro, pemimpin teknokrat ekonomi pemerintah Orde Baru, menaruh perhatian
besar pada nasib ekonomi rakyat, untuk membangunnya dikembangkan sistem ekonomi yg
mengacu pada Pancasila dan UUD 1945.
…..pembangunan ekonomi rakyat harus diberikan prioritas utama di antara soal-soal
nasional……Landasan idiil dalam membina Sistem Ekonomi Indonesia dan yang sementara
harus tercermin dalam kebijaksanaan ekonomi ialah Pancasila dan UUD 1945. Hakekat
dari landasan idiil ini adalah pembinaan sistem ekonomi terpimpin berdasarkan pancasila.
Pada sidang istimewa MPR Nopember 1998 dihasilkan Sejumlah ketetapan
reformatif yang mengamanatkan pemerintah Reformasi Pembangunan untuk mengadakan
berbagai koreksi fundamental dan total terhadap tatanan-tatanan ekonomi Orde Baru.
Ketetapan ini berjudul Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi, berarti ada
perintah untuk menyusun Politik Ekonomi Baru yang berbeda, karena politik ekonomi lama

40
yang diterapkan pemerintah Orde Baru tidak membangun dan mengembangkan ekonomi
rakyat. Sebaliknya politik ekonomi dalam bentuk deregulasi bersifat liberal (kebablasan)
yang lebih menguntungkan sejumlah kecil perusahaaan swasta konglomerat. Inilah pola
pembangunan ekonomi konglomerasi.
Tentang liberalisasi yang kebablasan ini Frans Seda selalu menunjuk pada kelalaian
kita untuk melaksanakan ajaran-ajaran Bung Hatta.
“yang lebih prihatin lagi, bahwa sementara tantangan-tantangan secara fundamental itu
terjadi pemerintah sepertinya tidak siap, dan datang dengan konsep-konsep pragmatis dan
piecemeal seperti kebijakan deregulasi, debirokrasi,join grup ini, join grup sana, tanpa ada
suatu visi yang konsepsional komprehensif dan strategis. Dalam hal ini kita dapat berguru
pada Bung Hatta”.

TAP No. XVI/1998 menegaskan perlunya penerapan sistem ekonomi kerakyatan yang
berpihak pada upaya-upaya pemberdayaan ekonomi rakyat.
Perberdayaan ekonomi rakyat dianggap urgen karena :
1. Terjadinya ketertinggalan sektor ekonomi rakyat dari sektor ekonomi menengah dan
besar.
2.Ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial atara keduanya (miskin-kaya) sudah
terlalu besar sehingga menimbulkan keangkuhan dan kecemburuan sosial.
Kita mencemaskan bahwa tekad para pakar ekonomi untuk berpikir rasional obyektif
mengakibatkan mereka menolak mengacu pada sistem nilai bangsa Indonesia yaitu
Pancasila.
Sistem Ekonomi Idonesia adalah :
Sistem ekonomi kerakyatan yang mampu mewujudkan demokrasi ekonomi dalam tata
ekonomi nasional.
Berbagai pikiran (ideas) dari para ekonom adalah penting, namun yang lebih penting adalah
kesepakatan tentang aturan kelompok orang serta organisasi-organisasi ( resmi dan
kebiasaan) dalam produksi, distribusi dan penggunaan barang dan jasa.
Sistem nilai atau ideologi suatu bangsa menentukan sistem ekonomi melalui
bekerjanya lembaga-lembaga ekonomi yang dibentuk masyarakat.
Ideologi Ekonomi adalah : Himpunan gagasan yang menjadi landasan tindakan-tindakan
ekonomi warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya dan secara bersama
mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

41
Inilah paham demokrasi ekonomi ala Indonesia sebagaimana termuat dalam penjelasan
pasal 33 bahwa produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau
pemilikan anggota-anggota masyarakat.
EKONOMI KERAKYATAN DAN GLOBALISASI
Dalam kancah persaingan global yang makin kompetitif maka peningkatan daya saing
ekonomi nasional mutlak dibutuhkan dan tak mungkin ditawar – tawar lagi untuk
menyelamatkan negara. Yang terasa aneh adalah ungkapan yang mucul dalam sidang APEC
di Bogor Nopember 1994 yaitu “siap tidak siap, suka tidak suka”, kita harus ikut globalisasi
karena kita sudah berada didalamnya. Ungkapan ini bisa diartikan adanya rasa percaya diri
dan optimisme Indonesia bakal mampu bersaing dalam kancah prekonomian global, namun
yang juga dapat dibantah adalah bahwa Indonesia “dipaksa” melaksanakan tindakan-
tindakan ekonomi yang mungkin tidak kita sukai karena jelas-jelas merugikan ekonomi
nasional atau melemahkan ketahanan nasional. Sudah diperingatkan oleh Hadi Soesastro
bahwa globalisasi adalah berbahaya, mahal, dan resikonya besar bagi Negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Jika memang demikian, mengapa kita harus
melaksanakannya juga?
Diterapkannya sistem ekonomi kerakyatan yaitu yang demokratis dan benar-benar sesuai
dengan sistem nilai bangsa Indonesia ( sistem ekonomi atau aturan main yang kita buat
sendiri ) tentunya memberikan peluang bahwa aturan main itu lebih sesuai dan lebih tepat
bagi bangsa Indonesia dalam upaya mewujudkan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.
Kita merasa pesimis menghadapi kekuatan-kekuatan ekonomi raksasa dari luar, sehingga
untuk berpikir beda saja sudah dianggap tidak wajar.
“Mengapa dalam suasana globalisasi kita justru bertumpu pada ekonomi rakyat yang
sudah jelas tertinggal dan rendah efisiensinya?”.
Adalah amat keliru menjadikan persaingan bebas secara global sebagai tujuan.
Pembangunan nasional adalah mewujudkan ketahanan nasional yang kuat dan tangguh
yang sudah terbukti tidak dapat diandalkan pada sejumlah kecil pengusaha konglomerat ,
tetapi justru harus mengandalkan kekuatan dan ketahanan ekonomi rakyat. Jika dalam krisis
ekonomi yang kini masih berlangsung ekonomi rakyat terbukti tahan banting dan banyak
yang justru dapat lebih berkembang, maka jika kita berhasil memberdayakannya, ketahanan
ekonomi nasional akan lebih kuat dan lebih tangguh lagi dimasa depan.

EKONOMI KELEMBAGAAN DAN EKONOMI KERAKYATAN

42
Dengan teori-teori ekonomi yang konvensional yang bertumpu pada paradigma
persaingan bebas liberal terbukti bangsa Indonesia tidak mampu dan tidak berdaya
mengembangkan politik ekonomi yang menguntungkan seluruh rakyat Indonesia. Ada teori
ekonomi yang berbeda yang lebih mengandalkan upaya-upaya manusia untuk bekerjasama
(cooperation) dan bukan persaingan (competition). Bung Hatta yang pakar ekonomi dan
sekaligus perumus pasal-pasal kesejahtraan sosial dalam UUD 1945 menganjurkan koperasi
sebagai bangun/ bentuk perusahaan yang sesuai dengan bentuk usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan.
Douglas C. North, penerima hadiah Nobel Ekonomi tahun 1993 yang Guru besar
Ekonomi Kelembagaan generasi baru, meneruskan tokoh-tokoh ekonomi kelembagaan
sebelumnya yaitu J.R. Commons, Thornstein Veblen, dan Gunnar Myrdal dari Swedia .
Tekanan dari ilmu ekonomi kelembagaan yaitu :
 Manusia menciptakan dan menggunakan lembaga-lembaga tertentu untuk
memecahkan berbagai konflik ekonomi di dalam masyarakat.
 Mencari kemungkinan-kemungkinan tindakan bersama (collective action) dan
kerjasama antar manusia (human cooperation) untuk mengatasi konflik-konflik
sosial-ekonomi.
Ekonomi Ortodoks :
 Percaya bahwa persaingan bebas akan menghabiskan “harmoni” dan efisiensi.
Terjadinya krismon dan krisis ekonomi di Indonesia tidak diduga siapapun hanya
menunjukkan kurangnya perhatian ekonom pada peranan lembaga-lembaga ekonomi, sosial
dan budaya masyarakat.
Perhatian para ekonom lebih tertuju pada indicator-indikator ekonomi makro kuantitatif
(dapat diukur dengan angka-angka) seperti :
o Angka-angka inflasi.
o Pertumbuhan ekonomi
o Cadangan devisa yang dikenal sebagai fundamental ekonomi.
Budaya suatu bangsa merupakan factor utama pembentuk lembaga yaitu aturan-aturan yang
melarang atau membolehkan suatu tindakan dilakukan seseorang. Douglas North
menegaskan tiga komponen lembaga, yaitu :
1. Batasan-batasan informal (informal constraints),
2. Aturan-aturan formal (formal rules), dan
3. Paksaan pematuhan terhadap keduanya (enforcement of both).

43
Ekonomi Kelembagaan adalah :
Cabang ilmu ekonomi yang percaya adanya peran lembaga-lembaga dalam kinerja ekonomi
suatu masyarakat, karena batasan-batasan dan aturan-aturan yang dibuat masyarakat yang
bersangkutan dipatuhi atau dapat dipaksakan pematuhannya.
Lembaga adalah : aturan main.
Organisasi adalah : pemain, yaitu kelompok-kelompok masyarakat dan perorangan warga
masyarakat yang terikat dalam kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama, seperti badan-
badan politik, ekonomi, sosial dan pendidikan.

PERAN PEMERINTAH DALAM EKONOMI KERAKYATAN


Peranan positif lembaga dalam membantu masyarakat meningkatkan kesejahteraan,
atau dalam hal koperasi mampu memperjuangkan kepentingan ekonomi anggota-
anggotanya, maka pemerintah atau Negara (the state) yang demokratis harus mampu
berperanan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga
atau sekedar meningkatkan kepastian hokum.
Berbagai organisasi bentukan pemerintah menurut Douglas North mungkin saja efisien
tetapi efisien dalam membuat suatu masyarakat tidak produktif.
Contoh: pemberian uang sogok (korupsi) kepada pejabat-pejabat/ instansi pemerintah untuk
mempercepat suatu urusan bisnis.

EKONOMI KERAKYATAN MENGISI OTONOMI DAERAH


TAP No. XVI/ 1998 tentang Politik Ekonomi.
TAP No. XV tentang Otonomi Daerah.
UU No. 22/1999 tentang pemerintahan daerah
UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keungan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah.
Kedua UU yang akan efektif berlaku tahun 2000 ini akan berarti kenaikan yang sangat besar
dari dana-dana pembangunan daerah berupa bagian daerah dari penerimaan PBB, bea
peerolehan hak atas tanah dan bangunan, dan penerimaan daerah dari sumberdaya alam
minyak, hutan dan perikanan, sehingga daerah yang kaya akan sumberdaya alam tidak saja
akan menguasai lebih banyak untuk pembangunan daerah, tetapi juga akan mempunyai
wewenang jauh lebih besar dari sebelum reformasi untuk mengarahkan pemanfaatannya.
Dengan demikian penerapan sistem ekonomi kerakyatan akan mampu mengembangkan
program-program kongkrit bagi pemerintah daerah yang lebih mandiri, dan lebih mampu
mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah.

44
TEORI BESAR EKONOMI KELEMBAGAAN
Ilmu ekonomi kelembagaan generasi kedua sebagai teori besar ekonomi dengan tokoh
utamanya Dauglas North nampak lebih dekat pada teori ekonomi Neoklasik ketimbang
ekonomi kelembagaan generasi pertama (Veblen dkk), terutama dalam teori pilihan rasional
(rational choice).
Dalam kaitan krisis ekonomi Indonesia dengan peranan besr dari pengusaha konglomerat,
yang bekerjasama secara kolusif dengn pejabat-pejabat Negara, teori ekonomi kelembagaan
mampu menjelaskan berfungsinya apa yang disebut Negara pemangsa (predatory state)
yang perlu dalawan dan ditundukkan dengn lembaga-lembaga buatan masyarakat sendiri
yaitu masyarakat madani (civil society). Akhirnya yang baru dari teori kelembagaan adalah
kemungkinan adanya keseimbangan ganda (multiple equilibria) sebagai lawan dari teori
keseimbangan umum (general equilibrium theory).

EKONOMI KELEMBAGAAN BAGI INDONESIA


Cabang ilmu ekonomi kelembagaan di Amerika Serikat lahir dan berkembang
bersamaan dengan kondisi kacau yaitu terjadinya perubahan-perubahan besar dalam
perekonomian menjelang akhir abad 19.
1. Pertumbuhan perusahaan-perusahaan besar.
2. Tekanan atas harga hasil-hasil pertanian.
3. Tumbuhnya serikat-serikat buruh dan tekanan terhadapnya.
4. Krisis keuangan yang silih berganti.
5. Masalah migrasi, urbanisasi dan korupsi dalam pemerintahan.
Titik balik yang amat penting dari ajaran ekonomi baru adalah keterlibatan langsung
pemerintah dalam perekonomian, pemerintah harus memihak pada golongn ekonomi lemah
yang dikenal dengan ekonomi rakyat.
Tekad ini kemudian melalui reformasi diatur dalam TAP MPR RI No. XVI/1998 dengan
konsideran antara lain sebagai berikut:
a. bahwa pelaksanaan amanat Demokrasi Ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal
33 UUD 1945 belum terwujud.
b. Bahwa sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan tantangan Pembangunan
Nasional, diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan
kesempatan, dukungan dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup

45
koperasi, usaha kecil dan menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi
nasional.

PENUTUP
Sistem ekonomi yang berjiwa kerakyatan tidak lahir dalam reformasi ekonomi
akhir-akhir ini, tetapi sudah sejak gerakan kemerdekaan dan kebangkitan nasional 1908 dan
1928.
Sistem ekonomi kerakyatan yang dikembangkan melalui proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945 adalah untuk melepaskan rakyat dari belenggu kapitalisme global abad 19
dan 20. Perlawanan terhadap globalisasi dan liberalisasi akhir abad 20 dan awal 21 yang
kembali mengancam kehidupan ekonomi rakyat hanya dapat dilakukan melalui penguatan
sestem ekonomi (aturan main) yang berjiwa kerakyatan.

46
DAFTAR PUSTAKA

Mubyarto, 1961, Sistem Dan Moral Ekonomi Indonesia, LP3ES Jakarta.

--------, 1997, Ekonomi Pancasila : Landasan Pemikiran Mubyarto, Aditya Media,

Jakarta.Haryono

--------, 1999, Reformasi Sistem Ekonomi : Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi Kerakyatan,

Aditya Media, Jakarta.

--------, 2000, Membangun Sistem Ekonomi, BPFE, Yogyakarta.

Nehen, 2012, Perekonomian Indonesia, Udayana University Press, Denpasar

47

Anda mungkin juga menyukai