materi apa saja yang ada di BMP Perekonomian Indonesia, mulai modul 1 sampai modul 9.
Mahasiswa yang bernomor ganjil membuat resume dari modul yang ganjil (modul 1/3/5/7/7).
Sedangkan mahasiswa yang bernomor genap akan meresume salah satu materi di Modul 2/4/6/8.
Dengan demikian mahasiswa bisa belajar banyak dari materi yang sudah disajikan teman
temannya.
Sistem ekonomi adalah cara sebuah negara untuk mengatur jenis produk yang dihasilkan, menghasilkan
barang itu dan bagaimana barang tersebut didistribusikan kepada masyarakat. Penentuan sistem
ekonomi tidak dapat dilepaskan dari ideologi yang diyakini oleh negara. Pada dasarnya sistem ekonomi
dapat dibagi menjadi dua titik ekstrim yaitu Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sistem Ekonomi Sosialis. Pada
perkembangannya muncul Sistem Ekonomi Campuran yang menggabungkan kedua sistem ekonomi
sebelumnya.
REFORMASI EKONOMI
1. Pada tahun 1997-1998 Indonesia mengalami krisis moneter yang membawa perubahan drastis
pada perekonomian, ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah yang sangat drastis. Krisis
moneter ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di beberapa negara tetangga seperti
Malaysia dan Thailand.
2. Krisis moneter yang dialami oleh Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah defisit transaksi berjalan Indonesia yang cenderung membesar dari
tahun ke tahun, tingkat akumulasi inflasi Indonesia yang sangat tinggi dan utang luar negeri
Indonesia yang terlalu banyak sehingga terjadi outflow negatif.
Faktor eksternal yang mendorong terjadinya krisis moneter adalah pergerakan finansial di tiga
kutub dunia (AS, Eropa dan Jepang).
3. Krisis moneter yang dialami oleh Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor eksternal yang mendorong terjadinya krisis moneter adalah pergerakan finansial di tiga
kutub dunia (AS, Eropa dan Jepang), terdapat institusi finansial berbentuk negara dan lembaga
keuangan yang memiliki otoritas yang lebih besar daripada negara berkembang dan spekulasi yang
mengiringi gejolak finansial global.
4. Indonesia harus melaksanakan reformasi ekonomi, antara lain denga cara : memperbaiki
fundamental ekonomi yang bertitik tolak pada pemerataan ekonomi, melakukan tindakan yang
tegas dalam menentukan sistem kurs, menciptakan kestabilan politik dan keamanan, melakukan
reformasi institusi hukum dan birokrasi serta melakukan pemutihan utang luar negeri.
5. Reformasi ekonomi tersebut hanya dapat dilakukan jika para pemegang keputusan ekonomi
mengubah paradikma liberal menjadi paradikma ekonomi kerakyatan yang berdasar pada Pancasila
dan UUD 1945. Melalui sistem ekonomi kerakyatan diharapkan pemerataan ekonomi dapat
berjalan sehingga fundamental ekonomi bertumpu pada kemampuan sendiri bukan pada bantuan
asing . Lebih lanjut kemiskinan dan praktik KKN dapat ditekan karena semua pihak dilibatkan dalam
perekonomian.
Masalah-masalah struktural perbankan Indonesia terhadap sektor moneter (keuangan) dan peranan
perbankan
Krisis moneter 1997 berdampak luas dan lama terhadap perekonomian dan khususnya perbankan di
Indonesia. Sejak digulirkan Pakto’88 sudah dapat terindikasi lemahnya perbankan Indonesia. Ciri-ciri
yang memperkuat indikasi tersebut antara lain : pertama, rendahnya rasio modal terhadap aktiva
produktif, kedua rendahnya persyaratan modal minimum untuk mendirikan bank di Indonesia
(merupakan yang terendah di Asia saat itu) dan faktor ketiga adalah tingginya jumlah kredit yang
bermasalah.
Dampak terbesar krisis moneter bagi perbankan adalah menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
bank. Lumpuhnya sektor perbankan saat itu sangat berpengaruh dalam kegiatan ekonomi masyarakat,
terutama yang menggunakan fasilitas bank.
Dalam kondisi yang demikian pemerintah melakukan langkah pengetatan moneter sebagai reaksi
merosotnya nilai rupiah terhadap valuta asing. BI juga melakukan penghentian transaksi Surat Berharga
Pasar Uang (SBPU), menarik dana BUMN dan menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang
bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk dan tatanan industri perbankan untuk rentang
waktu sampai sepuluh tahun kedepan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa
datang oleh API dilandasi visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional.
Ada enam pilar sistem perbankan nasional dalam API, yaitu :
1. Struktur perbankan yang sehat
2. Sistem pengaturan yang efektif
3. Sistem pengawasan yang independen dan efektif
4. Industri perbankan yang kuat
5. Infrastruktur pendukung yang mencukupi
6. Perlindungan konsumen
Ada beberapa cara yang telah ditempuh pemerintah untuk menyehatkan perbankan Indonesia, yaitu
sebagai berikut :
1. Likuidasi Bank
2. Penggabungan Bank (Merger)
3. Restrukturisasi Perbankan
4. Rekapitalisasi Perbankan.
KEBIJAKAN ANGGARAN
kebijakan anggaran dapat diartikan sebagai kebijakan untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran
negara agar sesuai dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.
Kebijakan anggaran yang berpijak pada pencapaian tujuan nasional di atas perlu diterapkan dengan
penuh kesadaran, komitmen, dan tanggung jawab.
Mubyarto (2005) menyarankan agar dalam perencanaan APBN pemerintah tidak berlaku “lebih besar
pasak daripada tiang”. Artinya, sedapat mungkin dihindari pengeluaran yang lebih besar dibanding
penerimaan negara, atau yang disebut sebagai kebijakan anggaran defisit, apalagi jika pemerintah
belum mampu mengelola anggaran secara efektif dan efisien.
PRIVATISASI
Pengertian dan Konsep Privatisasi
Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan dan mengurangi beban pemerintah, Badan-badan
Usaha Milik Negara (governmentowned companies) diarahkan untuk melakukan korporatisasi
(corporation) dan privatisasi (privatization).
Korporatisasi dapat diartikan sebagai menerapkan pola-pola manajemen unit bisnis swasta dalam
badan-badan usaha milik negara tersebut dan menghapuskan pola-pola birokrat atau pemerintahan
yang sering mencemari manajemen BUMN. Privatisasi atau swastanisasi adalah melepaskan sebagian
atau seluruh saham kepada pihak swasta, baik itu secara langsung maupun melalui pasar modal (go
public).
PENGANGGURAN DI INDONESIA
Satu kekeliruan serius yang lain dari para ekonom terutama yang belajar dari model-model ekonomi
Neoklasik adalah melihat masalah kesempatan kerja sebagai masalah pengangguran seperti halnya
fenomena pengangguran di negara yang sudah maju di dunia Barat. Pengangguran di negara-negara
industri maju selalu dianggap masalah serius karena penganggur adalah “korban” perekonomian yang
lesu, yang tidak tumbuh, atau tumbuh pada tingkatan rendah. Di Indonesia dan banyak negara
berkembang lain, kesempatan kerja yang lebih besar adalah kesempatan kerja mandiri (self-
employment) bukan kesempatan kerja dengan upah (wage-employment).
Kebijakan ketenagakerjaan Indonesia harus menjawab tiga persoalan mendasar, pertama, terus
menciptakan kesempatan kerja baru sehingga dapat mengimbangi laju pertambahan angkatan kerja
yang ada, serta dapat menyerap angkatan kerja yang saat ini masih menganggur ataupun setengah
menganggur (under unemployment). Kedua, memberikan tingkat upah yang layak untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Ketiga, meningkatkan produktivitas dari para pekerja yang ada, sehingga
dapat menghasilkan produk yang kompetitif, sehingga mendorong produksi lanjut.
GLOBALISASI DAN KRISIS ILMU EKONOMI
GLOBALISASI EKONOMI INDONESIA
Deregulasi perdagangan yang ditetapkan pemerintah pada tahun 1980-an mendorong terjadinya
globalisasi ekonomi di Indonesia. Masuknya modal asing secara besar-besaran dan berkurangnya
hambatan perdagangan membuat Indonesia terbuka pada globalisasi. Selain itu, Indonesia juga terlibat
dengan berbagai perjanjian ekonomi yang mendukung globalisasi.
Keikutsertaan Indonesia dalam globalisasi ekonomi mungkin tidak berakibat buruk jika Indonesia
memang mampu secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian ekonomi sehingga perekonomian
menjadi lebih efisien dan daya saingnya meningkat. Globalisasi ekonomi Indonesia berdampak buruk
karena justru meningkatkan hambatan perdagangan yang ditimbulkan oleh blok perdagangan,
meningkatnya defisit neraca berjalan sebagai akibat meningkatnya impor dan pembayaran jasa serta
repatriasi keuntungan investasi asing.
Agar globalisasi ekonomi dapat memberi keuntungan bagi Indonesia maka harus dilakukan beberapa
perubahan seperti meningkatkan partisipasi warga negara melalui perombakan IMF, mendirikan
lembaga keuangan global yang baru dan menghargai alam.
Proses Globalisasi ekonomi ditandai dengan terjadinya transaksi antar negara (ekspor-impor). Indonesia
baru mulai menggencarkan perdagangannya tahun 1980an. Alasan Indonesia memicu perdagangan luar
negeri adalah jatuhnya harga minyak dunia yang menyebabkan Indonesia tidak dapat mengandalkan
devisa dari perdagangan minyak saja.
Menyusul upaya pemerintah melakukan diversifikasi ekspor non migas, Indonesia mengambil keputusan
untuk bergabung dengan berbagai organisasi perdagangan internasional seperti APEC (1989), AFTA
(1992) dan WTO/GATT (1996).
Prinsip dan aturan perdagangan multilateral dalam GATT (General Agreement on Tariff and Trade), pada
dasarnya terdiri dari tiga hal pokok : pertama, prinsip resiprokal atau timbal balik, artinya perlakuan
yang diberikan suatu negara kepada negara lain harus diimbangi pula dengan perlakuan yang sama dari
negara lain ke mitra dagangnya. Kedua, prinsip non diskriminasi atau perlakuan yang sama. Prinsip ini
dikenal pula dengan sebutan most favored nation (MFN) yang maknanya adalah apabila kita
mengistimewakan suatu negara maka keistimewaan tersebut harus kita berikan ke negara lain. Prinsip
ketiga adalah kejelasan dan keterbukaan. Artinya perlakuan dan kebijakan yang dilakukan suatu negara
harus transparan, jelas dan dapat diketahui mitra dagangnya.
Keikutsertaan Indonesia dalam globalisasi ekonomi mungkin tidak berakibat buruk jika Indonesia
memang mampu secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian ekonomi sehingga perekonomian
menjadi lebih efisien dan daya saingnya meningkat. Bahkan jika siap, pasar Indonesia menjadi lebih luas
yang akan mendorong kegairahan ekonomi domestik.
Pukulan paling besar yang disebabkan oleh globalisasi ekonomi Indonesia diterima oleh sektor jasa.
Proses transmisi dan reformasi yang sedang berjalan, jika berhasil, akan membuat dampak globalisasi
yang lebih menguntungkan bagi kita.
Globalisasi tidak saja berdampak terhadap kondisi makro ekonomi, tetapi juga pada perilaku
masyarakat. Keterbukaan ekonomi mengakibatkan : pertama, makin ketatnya persaingan antar individu
yang memperkuat individualitas. Kedua, munculnya sifat hedonisme yang membuat manusia selalu
memaksa dirinya untuk mencapai kepuasan dan kenikmatan pribadinya. Ketiga, sikap individualistis
menimbulkan pula ketidakpedulian antar sesama.
Sumber :
BMP Perekonomian Indonesia (Modul 1, 3, 5, 7, 9)
Materi Inisiasi 1, 3, 5, 7, 9