Anda di halaman 1dari 6

Nama : Alda Ardinati Diskusi Resume BMP Perekonomian Indonesia

Nim : 041874902 Modul 2 Pertanian Dan Industrialisasi Di Indonesia

Modul 2

Kegiatan belajar 1

A. Perkembangan Pertanian Indonesia

Dinamika perkembangan pertanian Indonesia menunjukan kecenderungan yang cukup


memprihatinkan. Dalam kurun waktu tahun 2001-2003 sebanyak 610.596 ha sawah(termasuk yang
produktif) berganti menjadi kawasan pemukiman dan kegiatan lain.meskipun lahan pertanian
menyempit,jumlah petani justru meningkat 20,8 juta (1993)menjadi 25,4 juta (sensus pertanian 2003).rata
rata kepemilikan lahan petani mengalami penurunan drastis yaitu tinggal kurang dari 0,25 ha per jiwa
(Bambang ismawan,2005).

Pendapatan semusim (padi) hanyalah antara 325.000-543000,atau hanya 81,250,00-135.000

 Dalam studi di temukan bahwa 80% pendapatan rumah tangga petani kecil berasal berasal dari
kegiatan luar sektor pertanian (non farm) situasi di perburukan dengan terancamnya
ekologis(lingkungan) yang menjadi basis pertanian.rusaknya sistem ekologis itu di tandai dengan
merosotnya tingkat kesuburan tanah Antara lain karena massifnya penggunaan bahan an -organik
dalam pupuk dan obat pembasmi hama. Departemen Kimpraswil menyarankan bahwa 1,5 juta ha
lahan irigasi yang menjadi tumpuan penyediaan air bagi tanaman pertanian yang telah rusak.
 Fase penting perkembangan kondisi, sistem dan struktur pertanian Indonesia
1. Struktur pertanian Indonesia tidak lepas dari bentuk proses kololianisme bangsa lain yang
berlangsung sangat lama.
2. Sistem kapitalisasi yang berlaku sesudahnyapun hanya menjdikan Indonesia sebagai
ondermaning besar sekaligus sumber buruh murah bagi perusahaan-perusahaan swasta
Belanda.
3. Reformasi agraria melalui UU pokok Agraria1960 yang mengatur retribusi tanah dan UU
perjanjian bagi hasil (1964) yang mengubah pola bagi hasil untuk struktur.
4. Resolusi hijau yang mengimbas ke Indonesia di tandai dengan penggunaan bibit-bibit baru
dan teknologi(biologis dan kimiawi)pemberantasan hama dari luar negeri Indonesia memang
mampu melakukan swasembada beras pada tahun 1984.
5. Liberalisasi pertanian disyaratkan IMF dan WTO kini di tandai oleh bebas masuknya produk
produk pertanian (pangan ) seperti beras,gula,daging,ayam,jagung, dan buah-buahan yang
memukul petani dalam negeri.

B. Masalah Struktural Pertanian Indonesia

Merumuskan bahwa masalah struktural itu adalah bagaimana mentransformasikan puluhan juta
kaum tani miskin marjinal kedalam dunia pertanian yang lebih modern dan yang memungkinkan mereka
hidup layak. Prof.mubyarto pada tahun 1989 sudah menguraikan berbagai persoalan mendasar pertanian
di Indonesia,diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Jarak waktu yang lebar antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan dalam pertanian.
B. Pembiayaan pertanian.
C. Tekanan penduduk.
D. Pertanian subsistem.

Mengacu pada kerangka pemikiran John madeley (2005),masalah struktural pertanian adalah berupa
kerawanan pangan yang terkait dengan kedaulatan dan ketahanan pangan. Berbagai aspek internal-
eksternal yang menjadi faktor penyebab (langsung dan tidak langsung) kerawanan pangan di Indonesia
antara lain adalah:

1. Tanah tandus dan bencana alam.


2. Terbatasnya sumber-sumber pendanaan.
3. Banyak utang negeri yang membebani anggaran negara.
4. Pengabaian peran perempuan
5. Konflik kepentingan dalam penguasaan dan penggunaan lahan.
6. Perubahan iklim akibat pemanasan global.
7. Perubahan jumlah produk yang semakin pesat.
8. Merosotnya ketersediaan air.
9. Tidak di kembangkannya diversifikasi pangan secara serius.
10. Pemangkasan dana kesehatan yang meningkat.

C. Kebijakan kebijakan pembangunan pertanian

Bidang-bidang kebijakan pertanian yang spesifik meliputi kebijakan harga, kebijakan pemasaran
dan kebijakan struktural.

D. Pertania Indonesia di era liberalisasi

Liberalisasi sektor pertanian di awali dengan masuknya Indonesia ke dalam perjanjian


(Agriculture on aggeement) AOA di tahun 1995 dan di terimanya letter of internet (lol) IMF di tahun
1997. Berapa ketentuan yang di atur AoA sebagai berikut (Setiawan,2003:73) :

A. Pengurangan dukungan domestik.


B. Pengurangan subsidi ekspor.
C. Perluasan akses pasar.

Liberalisasi pertanian telah merugikan pertanian Indonesia misalnya liberalisasi pemberkasan yaitu
(Setiawan:69) :

I. Subsidi pupuk di cabut pada tanggal 2 Desember 1998.


II. Monopoli impor beras oleh Bulog di cabut akhir tahun 1999.
III. Bea masuk komoditas pangan di patok maksimum 5%.

Liberalisasi pertanian merupakan akses penerapan pasar (perdagangan) bebas pasar bebas
pertanian sendiri sebenarnya mempunyai cacat baik dalam tataran filosofi teoritis,. Maupun tataran
empris - aplikatifnya secara teoritis pasar bebas pertanian hanya akan menguntungkan
menyejahterakan kedua belah pihak apabila dua asumsi utamanya terpenuhi yaitu tingkat kemajuan
ekonomi dan teknologi antar kedua negara seimbang dan modal tidak dapat langsung bergerak lintas
negara.

E. Pembangunan pertanian yang menyejahterakan petani

Mubyarto (2000) menegaskan bahwa kebijakan pembangunan pertanian yang berorientasi pada
kesejahteraan petani harus berisi kebijakan-kebijakan tentang penanggulangan kemiskinan,karena dalam
kenyataannya petani yang lahan garapannya sangat sempit (petani gurem) selalu berpolah nafkah ganda
yaitu tidak mungkin menggantungkan pendapatnya hanya dari usaha tani saja tetapi juga dari usaha usaha
lainya (off farm) di luar usaha tani.secara spesifik Mubyarto menguraikan beberapa kebijakan komoditi
pertanian yang berorientasi pada kesejahteraan petani sebagai berikut :

1. Indonesia patut kembali mewujudkan swasembada beras.


2. Tidak hanya beras tetapi komoditi jagung dan kedelai kini di impor dalam jumlah besar
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
3. Jika kini Indonesia mengimpor gula hampir sama besar dengan volume produksi dalam
negeri menimbulkan pertanyaan kebijakan pertanian, apa yang salah di masa lalu?Inpres
no 9/1975 tentang TRI (tebu rakyat intensifikasi)melarang pabrik pabrik gula (BUMN
maupun pabrik pabrik swasta ) menyewa tanah rakyat untuk menanam tebu dengan
alasan naif "tebu harus di tanam oleh petani sendiri.
4. Untuk mempertahankan perangsang berproduksi bagi petani dalam berbagai komoditi
yang di hasilkannya, pemerintah harus merevitalisasi kebijakan harga dasar padi
sekaligus dalam kaitannya dengan harga-harga gula jagung,kedelai dan harga tertinggi
bagi sarana produksi pupuk dan obat obatan (pestisida dan insektisida).

Kegiatan belajar 2

Industrialisasi di Indonesia

A. SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI DI INDONESIA

Industrialisasi mulai berkembang di Indonesia pada pemerintahan rezim orde baru melalui UU no
1 tahun 1967tentang penanaman modal asing (PMA) pemerintah melakukan riberalisasi untuk menarik
modal asing dengan tujuan menggairahkan perekonomian yang lesu.

Sejak awal dekade 1970-an hingga pertengahan dekade 1980-an pemerintahan mengembangkan
strategi industri substitusi impor.(ISI). Strategi ini bertujuan untuk menghemat devisa dengan cara
mengembangkan industri yang menghasilkan barang pengganti barang impor, di dasari pada strategi
tersebut pemerintahan membatasi masuknya investor asing dengan berbagai ketentuan antara lain
pembatasan pemberian lisensi penetapan pangsa modal PMA relatif terhadap modal domestik, dan
pelarangan PMA bergerak di sektor pertahanan ke amannnan,sektor strategi (telekomunikasi) dan sektor
publik, (listrik dan air minum)(Pangestu,1995:1-3).

Di dorong oleh keadaan tersebut dan jatuhnya harga minyak pada awal tahun 1980 an,
pemerintah mengubah strategi industrialisasi dari industri substitusi impor (isi) menjadi industri promosi
ekspor(IPE). Deregulasi pada tahun 1984 menggairahkan industri terutama bidang manufaktur.pada tahun
1986, pemerintah meringankan syarat PMA dengan memperbolehkan kepemilikan modal sampai 20%
dan berkembang hingga 51% setelah 10 tahun beroperasi.kebijakan paling expensif terjadi pada tahun
1999 dengan PP. no 20/1999 yang memungkinkan kepemilikan modal PMA hingga 95%.

B. STRUKTUR INDUSTRI DI INDONESIA

Struktur industri di Indonesia masih belum dalam (shallow) dan belum seimbang (untuk
balanced). Struktur pasar industri manufaktur Indonesia berciri oligopolis karena empat perusahaan
terbesar dalam industri yang sama mempunyai konsentarlisasi industri di atas 40%.padahal mayoritas 7
dari 9 subsektor industri manufaktur memiliki rasio konsentrasi di atas 40 %.penyebab gurunya
konsentrasi industri setidaknya karena efek intensitas dan efek struktural(penurunan pangsa industri
dengan tingkat konsentrasi tinggi).

C. MASALAH STRUKTURAL INDUSTRI INDONESIA

Hasil penelitian UNIDO(united nation industrial development organizational),bahan khusus PBB


yang berfungsi meningkatkan proses industrialisasi di negara-negara berkembang dan untuk pemberian
country service framework for Indonesia (CSFI), menunjukan adanya peningkatan industrialisasi
Indonesia,meskipun masih tertinggal bila di bandingkan dengan negara ASEAN,penelitian tersebut
menunjukan bahwa Indonesia sejak tahun 1980 di peringkat 75 menjadi 54 tahun 1990 dan naik lagi
menjadi 38 pada tahun 2000.

Di bandingkan dengan negara tetangga seperti maksiat, Indonesia cukup tertinggal.malasia pada
tahun 1980 berada di peringkat 50, yang menjadi peringkat 15 pada tahun2000. Thailand dari peringkat
47 tahun 1980 menjadi 23 pada tahun 2000. Sementara pilipina dari peringkat 42 tahun 1980 menjadi 25
pada tahun 2000.berdasarkqn peringkat ini tampak sekali bahwa kondisi pertumbuhan industrialisasi di
Indonesia memang lambat. Ada lima faktor yang dapat mendorong terjadinya pertumbuhan industri.

1. Peningkatan SDM.
2. Pembangunan infrastruktur yang memadai.
3. Adanya investasi asing langsung/Foreign direct Investment (FDI).
4. Pembayaran yang di hasilkan dari faktor menarik.
5. Peningkatan riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai.

D. BIROKRASI YANG BELUM EFISIEN

Birokrasi perizinan di Indonesia tergolong memakan waktu lama bila di bandingkan dengan
negara tetangga di ASEAN.faktor birokrasi dan waktu tunggu tersebut dapat menyebabkan investasi di
Indonesia menjadi tidak menarik lagi,sehingga banyak modal yang akan mengalir ke negara yang
menjanjikan.selain itu kondisi perekonomian memang berpengaruh terhadap iklim berinvestasi.

E. KLASIFIKASI DAN KONSENTRASI INDUSTRI DI INDONESIA

Sektor industri saat ini merupakan sektor utama dalam perekonomian indonesia.hal itu sektor ini
merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia selama 10 tahun terakhir
pergolongan Industri indonesia di bagi menjadi 4 yaitu industri besar,industri sedang, dan industri
kerajinan rumah tangga.dasar pengelompokan ini adalah pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang ada di
dalamnya tanpa memperhatikan penggunaan mesin produksi yang di gunakan. Industri besar perusahaan
yang jumlah pekerjaan ya 100 orang atau lebih. Industri sedang jumlah pekerjanya antara 22-99 orang.
Industri kecil memiliki pekerjaan antara 5-19 orang,sedangkan industri rumah tangga jumlah pekerjaan
yang antara 1-4 orang.

Dari sisi hasil, industri dapat di kelompokkan menjadi tiga yaitu sektor primer sekunder,dan
tersier. Sektor primer meliputi,tanaman pangan, peternakan perikanan perhutanan, pertambangan. Sektor
sekunder meliputi Industri,makanan,takstil,barang dari kulit,industri kayu ,kertas dan percetakan
kimia,farmasi,karet,dan plastik,mineral non logam,logam mesin dan elektronika,alat kedokteran dan
kendaraan bermotor. Sektor industri tersier meliputi :listrik,gas, dan air, konstruksi peradangan dan
reparasi, hotel dan restoran, transportasi, gudang dan komunikasi, perumahan kawasan industri serta
perkantoran.

Nilai investasi asing yang merupakan cerminan pertumbuhan industri di dalam negeri sari tahun
ke tahun mengalami pasang surut.terlebih setelah krisis ekonomi melanda Indonesia sejak tahun
1997/1998. Dari tiga sektor industri yang paling banyakendapat investasi asing dari mulai tahun 1997
sampai tahun2005 adalah sektor industri sekunder. Hal itu terlihat dari 2,629.8 juta US dolar tahun 1997
meningkat menjadi 4,028.5 juta dolar. Masuknya investasi sektor industri sekunder mulai menurun sejak
tahun 2001 menjadi 2,172.0 juta dolar.tahun 2004 mulai naik kembali menjadi 2,820,9 juta dolar.

F. KEPEMILIKAN DAN PENGEMBNGAN INDUSTRI

Perusahaan pemerintah merupakan aktor yang utama hampir semua faktor dari
manufaktur,finansial sampai pada pertanian.saat itu. Belum ada investasi asing yang besar di Indonesia,
karena masih adanya pembatasan terhadap masuknya modal asing.kepemilikan manufaktur menunjukan
adanya kebijakan-kebijakan yang saling mempengaruhi dan faktor ekonomi industrial. Adanya hambatan
tarif dan non tarif terhadap produksi asing semakin membuat perusahaan dalam negeri terutama milik
negara tidak melakukan pembenahan dirinya. Krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi menyebabkan
perusahaan banyak yang kolaps.sektor yang paling banyak terkena dampaknya adalah perbankan.
Perbankan di Indonesia hampir sebagian besar mengalami kesulitan likuiditas keuangan sehingga
pemerintah memulai bank Indonesia memberikan bantuan dengan dana badan likuiditas bank Indonesia
(BLBI).

Ketidakjelasan tentang kepemilikan dan aturan yang memadai menyebabkan kerugian yang di
alami oleh negara dan swasta akibat krisis sangat besar. Internasional monetary fund ( IMF). Kepemilikan
pemerintah pada berbagai sektor tahun 1980-an masih mendominasi, bila di bandingkan dengan
kepemilikan asing maupun swasta. Sektor migas,alat transportasi,perbankan lainnya masih di miliki oleh
pemerintah. Perubahan secara signifikan setelah terjadi krisis ekonomi tahun 1997. Saat setelah krisis,
pemerintah mulai menjual sebagian perusahaan-perusahaan BUMN sebagai konsekuensi dari kesepakatan
dengan IMF.

G. KEBIJAKAN INDUSTRI INDONESIA.

Beberapa hal yang bisa di tawarkan sebagai solusi terhadap permasalahan industrialisasi tersebut
adalah sebagai berikut pertama,membuat regulasi yang jelas terkait kebijakan industri dan teknologi
Indonesia. Kedua membuat regulasi baru agar setiap industri memberikan sharing minimal 15% dari
asetnya baik berupa SDM maupun dana untuk kegiatan new development dan design produk dengan
keharusan menyertakan dengan tenaga kerja lokal. Ketiga secara umum menaikan iklim penelitian baik di
instansi pemerintah seperti LIPI dan BPPT, juga di berbagai perguruan tinggi dalam koridor kerja sama R
dan D pada teknologi terapan (applied technologi) yang di biayai industri.

H. TANTANGAN INDUSTRI NASIONAL DI ERA GLOBALISASI

Di era globalisasi ketika ada tekanan. Dari luar untuk menghilangkan berbagai proteksi industri
besar di tanah air sedang di uji ketangguhannya.penghapusan proteksi yang menimbulkan ekonomi biaya
tinggi, harus di barengi dengan berbagai persiapan kelembagaan, infrastruktur dan suprastruktur dalam
upaya meningkatkan daya saing di pasar global.

Anda mungkin juga menyukai