Anda di halaman 1dari 2

1.

Dalam terdapat tujuh jenis kerugian produksi yang dapat terjadi di perusahaan serta masing-
masing kerugian produksi memiliki perlakuan akuntansi yang berbeda-beda yang dapat
diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut :

1) Bahan Baku Sisa (Scrap)


Bahan baku sisa dapat berupa: (1) serbuk (filling) atau sisa-sisa tertinggal setelah bahan
baku diproses misalnya serbuk gergajian kayu; (2) bahan baku cacat (defective) yang
tidak dapat digunakan maupun diretur ke pemasok; dan (3) bahan rusak (spoiled) akibat
kecerobohan karyawan atau kerusakan mesin. Bahan baku sisa masih dapat dijual jika
memiliki nilai. Perlakuan atas penjualan bahan baku sisa tersebut, jika nilainya tidak
signifikan pada umumnya akan ditampung ke pendapatan lain-lain. Namun, jika hasil
penjualan bahan baku sisa memiliki nilai yang signifikan maka akan ditampung dalam
akun barang dalam proses pesanan tertentu dan mendebit sediaan bahan baku sisa.

2) Produk Rusak (Spoiled)


Pada kerugian ini, produk rusak yang dimaksud bukanlah hancur yang secara teknis dan
ekonomis tidak dapat dibetulkan. Produk rusak yang dimaksud adalah berupa produk
baik setengah jadi maupun produk jadi yang tidak memenuhi standar spesifikasi.

3) Produk Rusak Karena Pelanggan


Jika pelanggan mengubah spesifikasi pada saat produk yang awalnya dipesan sudah
dalam proses pengerjaan maka kerugian yang timbul dibebankan kepada pelanggan
dengan menambah pada kos produk pesanan. Produk yang sudah terlanjur dikerjakan
dan tidak terpakai akan dicatat sebagai sediaan.

4) Produk Rusak Karena Kegagalan Internal


Kegagalan internal adalah kesalahan yang disebabkan karyawan, kerusakan mesin,
kesalahan proses, dan lain sebagainya. Jika hasil penjualan produk tidak dapat menutupi
kos yang timbul akibat kerusakan ini maka dibebankan ke kos overhead aktual dan
dilaporkan secara periodik kepada manajemen. Namun, jika kos terdistorsi karena
kerugian yang timbul sangat signifikan maka sebaiknya kerugian tersebut dilaporkan
secara terpisah dan dilaporkan di Laporan Laba Rugi sebagai Rugi Luar Biasa.

5) Produk Cacat (Defective Goods)


Produk cacat yang masih bisa diperbaiki akan diperbaiki dengan proses pengerjaan
produk cacat yang disebut dengan istilah rework (pengerjaan kembali). Produk cacat
dapat melalui proses pengerjaan kembali karena pelanggan yang meminta perubahan
spesifikasi atau adanya kegagalan internal.

6) Pengerjaan Kembali Karena Pelanggan


Pengerjaan kembali adalah proses memperbaiki barang. Perlakuan biaya pengerjaan
kembali tersebut bergantung pada penyebabnya misalnya karena kesalahan pelanggan
dalam melakukan pemesanan. Jika demikian, maka biaya pengerjaan kembali
dibebankan kepada pelanggan yang idealnya ditutup oleh peningkatan harga jual.

7) Pengerjaan Kembali Karena Kegagalan Internal


Pengerjaan kembali juga dapat disebabkan oleh kegagalan internal seperti kesalahan
karyawan, kerusakan mesin, kesalahan proses dan sebagainya yang bersumber dari
dalam perusahaan itu sendiri. pada umumnya biaya pengerjaan kembali dibebankan
pada seluruh produksi dengan cara memperhitungkan biaya pengerjaan kembali ke
dalam tarif biaya overhead pabrik dan secara periodik dilaporkan ke manajemen.

Sumber : BMP EKMA4315 Modul 6 Hal.6.5 – 6.10

2. Menurut saya pribadi dari berdasarkan pembahasan pada poin 1 diatas dari ketujuh
jenis kerugian produksi yang dapat terjadi, yang paling merugikan ialah Kegagalan
Internal, karena dengan terjadi kegagalan internal seperti misalnya, ketika karyawan keliru
dalam memasang per suspensi saat perakitan, tentu perlu penggantiaan per sesuai dengan
spesifikasi pesanan. Dengan demikian maka kos yang dikeluarkan akan menjadi dua kali
lipat. Demikian menurut pendapat saya mengenai kos yang palling merugikan perusahaan.

3. Produk yang hilang secara alami tentu saja dapat terjadi pada PT Komputer Scifindo,
Salah satu bahan baku yang mungkin mengalami hal tersebut adalah komponen
elektronik yang rentan terhadap kerusakan atau kehilangan akibat faktor lingkungan
atau penyimpanan yang tidak tepat. Misalnya seperti, apabila komponen
semikonduktor terkena suhu atau kelembaban ekstrem, mereka dapat mengalami
kerusakan atau kehilangan fungsionalitas. Untuk itu, penting bagi suatu perusahaan
seperti PT Komputer Scifindo untuk memiliki pengendalian yang tepat dalam hal
penyimpanan dan perlindungan bahan baku agar dapat mengurangi risiko produk
hilang secara alami dan mengoptimalkan proses produksi mereka.

Sumber Referensi :
1. Narsa, I Made. Niluh Putu Dian Rosalina Handayani Narsa. 2020. EKMA4315 – Akuntansi
Biaya. (Edisi 3). Tangerang Selatan : Univeritas Terbuka (Modul 6)

Anda mungkin juga menyukai