Anda di halaman 1dari 2

1).

Untuk klasifikasi kos dalam Job-Order Costing telah dijelaskan bahwa komponen kos produksi
harus dapat diidentifikasi secara langsung ke setiap pesanan. Meskipun kos overhead tidak dapat
ditelusuri langsung ke masing-masing pesanan, namun tarif pembebanannya harus jelas sehingga
nilai kos overhead yang dibebankan logis. Komponen bahan baku meliputi bahan baku langsung
yang dibebankan secara langsung ke akun barang dalam proses setiap pesanan, dan bahan baku
tidak langsung yang diakumulasi terlebih dahulu ke akun buku besar overhead kontrol atau overhead
aktual. Dalam hal pembebanan gaji dan upah tenaga kerja terdiri atas komponen langsung yang
dibebankan secara langsung ke akun barang dalam proses, dan komponen tidak langsung ditampung
ke dalam akun buku besar overhead kontrol. Untuk komponen kos overhead, nilai yang dibebankan
ke akun barang dalam proses menggunakan tarif pembebanan yang ditentukan di awal. Pada setiap
akhir tahun buku (akhir tahun) dilakukan penutupan akun overheaddibebankan (applied overhead)
ke akun overhead control (actual overhead). Ada kemungkinan terjadi perbedaan jumlah sehingga
timbul selisih. Selisih yang timbul bisa mengguntungkan (yang dibebankan lebih besar dari aktual)
atau sebaliknya merugikan. Selisih ini ditutup ke akun laba rugi. Selanjutnya dalam Job-Order Costing
untuk mengakumulasi setiap kos yang di bebankan ke pesanan tertentu dalam sebuah metode
akumulasi kos berdasarkan pesanan yang terdapat dalam dokumen yang disebut dengan kartu kos
pesanan. Kartu kos pesanan ini dapat berbentuk Skontro dan Stafel. Pada kartu kos pesanan
berbentuk Skontro atau menyamping, komponen kos produksi pesanan disusun menyamping. Bahan
baku langsung paling kiri, kemudian dibagian tengah adalah kolom untuk mencatat kos tenaga kerja
langsung. Kolom paling kanan adalah untuk mencatat kos overhead yang dibebankan. Sedangkan
pada kartu kos pesanan berbentuk Stafel , komponen-komponen kos produksi pesanan disusun ke
bawah. Komponen bahan baku langsung paling atas, komponen kos tenaga kerja langsung di bagian
tengah, dan paling bawah komponen kos overhead yang dibebankan. Tetapi untuk penggunaan kartu
kos pesanan ini modelnya tidak harus menggunakan bentuk Skontro atau Stafel, karena sebenarnya
setiap perusahaan biasanya telah mendesain bentuk kartu sendiri yang sudah terintegrasi dengan
sistem akuntansi dan sistem pelaporan secara keseluruhan.

2). Menurut saya PT Komputer Scifindo tergolong sebagai Job-order firms, hal ini dikarenakan
metode yang digunakan untuk akumulasi kos pada job-order costing hanya dapat diterapkan pada
perusahaan-perusahaan yang memproduksi produk berdasarkan pesanan. Dan berikut beberapa
karakteristik job-order costing :

1. Jasa atau produk yang diproduksi sangat bervariasi, sesuai pesanan

2. Kos diakumulasi per pesanan setiap kali satu pesanan selesai dikerjakan

3. Kos per unit dihitung dengan cara membagi total kos pesanan dengan jumlah unit produk yang
diproduksi untuk pesanan bersangkutan

4. Setiap komponen kos produksi dapat diidentifikasi langsung ke masing-masing pesanan, kecuali
kos bersifat umum dan bersama, misalnya overhead. Jadi, dalam job-order costing kos produksi
diklasifikasikan menjadi kos bahan baku langsung, kos tenaga kerja langsung dan overhead

5. Setiap pesanan harus dibuatkan kartu pesanan untuk mencatat setiap kos yang dibebankan untuk
pesanan bersangkutan.

Setelah kita membaca beberapa karakteristik dari job-order costing, dapat disimpulkan bahwa
karakterisktik-karakteristik tersebut sesuai dengan PT Kompoter Scfindo yang hanya memproduksi
produk tergantung dari jumlah pesanan yang diterima.
3). Mengapa Job-Order Costing merupakan sistem kos normal? Hal ini dikarenakan sistem kos yang
digunakan adalah sistem kos normal. Dimana komponen kos utama yang dibebankan sebesar nilai
aktual untuk pesanan bersangkutan, namun untuk kos overhead harus menggunakan jumlah yang
diperkirakan dikonsumsi oleh pesanan bersangkutan. Biasanya dibebankan dengan menggunakan
tarif tertentu. Tarif yang digunakan ini dapat berupa tarif fungsional (tradisional) atau tarif
berdasarkan aktivitas (ABC).

Sumber : BMP EKMA4315 Akuntansi Biaya

Anda mungkin juga menyukai