Anda di halaman 1dari 2

Berawal dari kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satrio anak seorang pejabat eselon III

Ditjen Pajak terhadap David Ozora.

Akhirnya kasus tersebut membuka tabir harta kekayaan pejabat dan pegawai pajak Kementerian
Keuangan yang tidak akuntabel.

Sejak kasus penganiayaan itu menjadi sorotan pubilik, pelaporan harta kekayaan pejabat dan
pegawai pajak makin meningkat.

Catatan Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK), LHKPN oleh pejabat dan pegawai Kementerian
Keuangan (Kemenkeu) dari semua eselon di unit kerja Direktorat Jenderal Pajak meningkat.

31.182 pejabat atau sekitar 97,49 persen pejabat dan pegawai Direktorat Jenderal Pajak sudah
memberi laporan di laman elhkpn.kpk.go.id.

Di situs tersebut menyajikan peta pelaporan dan kepatuhan suatu instansi kementerian maupun
lembaga.

Saat ini, masih ada 807 atau 2,51 persen pejabat dan pegawai di lingkungan Kemenkeu belum
melaporkan harta kekayaan per-tahun 2022 kepada KPK.

Meningkatnya LHKPN dari pejabat dan pegawai yang melapor kekayaan meningkat tiga kali lipat
sejak Kamis (23/2/2023).

Saat itu, 13.885 pejabat dan pegawai Kemenkeu belum melaporkan harta kekayaannya kepadSelata

Rabu (1/3/2023) ini KPK berencana mengklarifikasi harta kekayaan Rafael Alun di Gedung Merah
Putih, Jakarta Selatan.

Menurut Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, jika ada transaksi janggal bisa jadi bukti awal dugaan
tindak pidana korupsi yang dilakukan Rafael.

“KPK juga pernah punya pengalaman dari LHKPN dan dari PPATK di mana kita mendapat transaksi
yang mencurigakan atau terhadap aset-aset yang kemudian tidak dilaporkan yang kemudian kita
klarifikasi yang bersangkutan tidak bisa membuktikan asal kekayannya itu, menjadi indikasi atau
refleks terjadinya suatu penyimpangan dalam hal ini korupsi,” katanya, Selasa (28/2/2023).

Dikatakan Alex, banyak pejabat memiliki harta yang tidak sesuai dengan profilnya.

Besaran kekayaannya dinilai tidak cocok dengan penghasilannya sebagai aparatur sipil negara (ASN).

“Saya mendapat forward ternyata pejabat Keuangan kaya-kaya. Ada juga yang
menyampaikannya sekalipun pejabat sangat rendah,” imbuhnya.
KPK juga tidak hanya akan mengklarifikasi pejabat dengan harta kekayaan yang
tinggi.
Sebab, beberapa pejabat dengan posisi strategis memiliki laporan harta
kekayaan yang rendah seperti nilai tunai di bawah Rp100 juta.
“Tidak hanya yang tinggi (kekayaannya, Red) saja yang akan kita klarifikasi,
termasuk yang kita duga yang melaporkan rendah belum benar juga,” katanya.
Sebelumnya, gaya hidup mewah pejabat dan keluarga di lingkungan Kemenkeu
menjadi sorotan setelah mencuatnya kasus penganiayaan terhadap Cristalino
David Ozora yang merupakan anak dari pengurus Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor
Jonathan Latumahina.
Mario Dandy Satriyo adalah pelaku penganiayaan tersebut.
Mario Dandy merupakan anak dari pejabat eselon III yang menduduki posisi
Kepala Bagian Umum Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Jakarta Selatan II,
Rafael Alun Trisambodo.
Sejak kasus penganiayaan ini mencuat, Rafael sudah dicopot dari jabatannya
tersebut.
Belakangan, Rafael mengajukan pengunduran diri sebagai ASN Kemenkeu.
Harta kekayaan Rafael menjadi sorotan publik. Berdasarkan data LHKPN, Rafael
memiliki harta kekayaan senilai total Rp56.104.350.289.
Angka itu empat kali lipat dari harta pimpinannya yaitu Dirjen Pajak Kemenkeu
Suryo Utomo senilai Rp14 miliar.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 

Anda mungkin juga menyukai