Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1 PENGANTAR SOSIOLOGI HUKUM (B)

Analisis Masalah Maraknya Pejabat Pajak yang Memiliki Harta Banyak


Prof. Dr. Pangerang Moenta, S.H., M.H.

WAHDATUNNISA

B011211104

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2023
A. Pengantar

Pajak seringkali didefinisikan dengan iuran wajib dari masyarakat sebagai


wajib pajak kepada pemerintah sebagai pemungut pajak. Belakangan ini
maraknya perilaku hedonisme oleh pemungut pajak yang kemudian disebut
sebagai pejabat pajak memunculkan kontroversi di kalangan publik. Gaya
hidup glamor yang dipamerkan di media sosial pejabat pajak maupun anggota
keluarganya memunculkan asumsi-asumsi negatif akan sumber kekayaan
petugas pajak itu sendiri. Kemudian salah satu kasus yang menjadi viral yaitu
tindakan anarkis anak pejabat pajak yang menganiaya seorang anak dibawah
umur hingga mengalami koma, membuat masyarakat geram karena sikap
semena-mena dari anak pejabat pajak tersebut. Bahkan setelah ditelusuri
kendaraan mewah pejabat pajak tersebut yang sering dipamerkan di sosial
media ternyata belum membayar pajak yang telah jatuh tempo. Ini terkesan
lucu karena pejabat pajak tetapi malah nunggak pajak. Tentu dari semua
problematika diatas diperlukan analisis sistematis dan komprehensif disertai
solusi yang solutif.

B. Pembahasan

Banyaknya kompleksitas yang menyorot pada kehidupan mewah pejabat pajak


membawa publik kepada perspektif penghasilan yang diduga dari uang
‘panas’. Lantaran harta kekayaan pejabat pajak kerap konfrontasi dengan profil
yang dinilai tidak wajar karena beberapa harta kekayaannya tidak terdaftar di
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Hal ini kemudian
erat kaitannya dengan Nominee atau modus yang sering dipakai oleh pelaku
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dimana memakai nama orang lain
untuk melakukan transaksi perbankan ataupun pembelian aset.

Saat ini publik beramai-ramai menyorot gaya hidup mewah mantan pejabat
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Rafael Alun Trisambodo, setelah anaknya,
Mario Dandy Satrio melakukan penganiayaan terhadap anak pengurus GP
Ansor. Dalam Laporan Hasil Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diketahui Rafael memiliki harta
sebesar Rp 56 miliar. Kekayaan Rafael bahkan jauh mengalahkan Dirjen Pajak
(Rp 14,4 miliar) dan hampir menyamai harta Menteri Keuangan Sri Mulyani
yang mencapai Rp 58 miliar. Padahal, ia merupakan pegawai eselon III di DJP
dengan gaji maksimal Rp 81 juta per bulan. Namun, sejumlah aset Rafael
diduga tidak masuk dalam LHKPN. Bahkan beberapa di antaranya tidak
menggunakan namanya. Hal inilah yang memunculkan kecurigaan telah
terjadinya perbuatan nominee. Ini juga diperkuat dengan laporan bahwa
beberapa aset seperti rumah mewah dan mobil rubicon yang sering dipamerkan
bukan atas nama Rafael itu sendiri.
Dan dugaan tersebut terbukti benar, melangsir dari Kepala Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sosok yang menjadi nominee atau
kuasa dari Rafael Alun Trisambodo, diduga adalah mantan pegawai Ditjen
Pajak dan sudah kabur. Sosok nominee itu disebut-sebut bekerja sebagai
seorang konsultan pajak. PPATK juga mencium adanya praktik profesional
money launderer atau pencucian uang profesional.

Dalam landasan filosofis pancasila, Indonesia merupakan negara hukum yang


menjadikan Pancasila sebagai landasan Filosofis suatu negara. Landasan
filosofis yang didapatkan dari jiwa bangsa Indonesia itu sendiri, akan
memberikan legitimasi terhadap pembentukan aturan-aturan hukum dan
memberikan kewenangan kepada struktur hukum (legal structure) untuk
mencapai tujuan penegakan hukum, guna mencapai kesejahteraan bangsa
(welfare state). Dalam Pancasila Sila ke-5 digambarkan bahwa philosophies
norm menginginkan adanya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan
tersebut akan terwujud jika seluruh permasalahan di suatu negara dapat
dipecahkan. Salah satu permasalahan di suatu negara adalah timbulnya
kejahatan yang akan merugikan masyarakat lainnya.

Dalam dunia kriminologi, dikenal istilah “White Collar Crime”. Kejahatan ini
merupakan klasifikasi kejahatan yang mana manusia berintelektual serta
memiliki jabatan-jabatan penting dalam suatu instansi sebagai pelaku utama
maupun menjadi aktor di belakang layar dalam suatu perjalanan kasus
kejahatan tersebut. pelaku kejahatan yang dikategorikan sebagai penjahat
kerah putih ini kerap kali melakukan suatu perbuatan yang dapat merugikan
perekonomian negara, yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan bagi
diri sendiri, maupun untuk mendapatkan keuntungan bagi sekelompok orang.

dengan kecerdasan intelektualnya secara otomatis melakukan pencucian uang


dengan cara berusaha untuk membawa kabur uang hasil tindak pidana yang
dilakukannya, dengan tujuan agar tidak terdeteksi oleh siapapun dan bertujuan
untuk membuat seolah uang hasil tindak pidana yang dilakukannya tersebut
bukan merupakan hasil tindak pidana dengan berbagai modus operandi
pencucian uang (money laundering).

Dari segi yuridis normatif tindakan mantan pejabat Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) Rafael Alun Trisambodo bertentangan dengan konstitusi,
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002, yang kemudian telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang tindak pidana pencucian uang.
Serta dalam undang-undang nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Dalam penjelasan di UU 25/2003 tersebut dijelaskan, pencucian uang adalah


perbuatan menempatkan, mentransfer membayarkan, membelanjakan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau
perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
menyamarkan asal usul harta kekayaan, sehingga seolah-olah menjadi harta
kekayaan yang sah. Bagi para pelaku tindak pidana pencucian uang seperti
yang tertera dalam UU 25/2003 akan dipenjara paling singkat 5 tahun dan
paling lama 15 tahun, dan denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak
Rp 15 miliar.

Dalam tataran sosiologis empiris, bukan menjadi rahasia umum kasus yang
dilakukan oleh Gayus Tambunan mantan pegawai negeri sipil pada Direktorat
Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Indonesia berlapis-lapis. Mulai dari
memanipulasi pajak, menyuap hakim, menyuap petugas LP hingga membuat
paspor palsu. Akibat ulahnya itu, pria bernama lengkap Gayus Halomoan
Partahanan Tambunan ini memiliki akumulasi vonis selama 29 tahun penjara.

serta kasus TPPU dan Gratifikasi Eks Pejabat Pajak, Angin Prayitno Aji.
Angin merupakan terdakwa kasus tindak pidana pencucian uang (TPPU) dan
gratifikasi terkait pengurusan pajak di Ditjen Pajak. Dalam kasus ini, Angin
Prayitno Aji didakwa menerima gratifikasi Rp 29.505.167.100 atau Rp 29,5
miliar dari 6 perusahaan dan 1 perorangan. Ini membuktikan dalam
kenyataannya banyaknya harta kekayaan pegawai pajak tidak dapat menjamin
pertanggungjawaban kebenaran harta mereka itu sendiri.

ini membuat masyarakat kehilangan relevansi harus melapor pada institusi


yang citranya buruk. Citra Pajak sudah 12-12 dengan kepolisian pasca kasus
Sambo. Sudah tukang tagih, keluarganya suka pamer kekayaan tapi ternyata
kekayaan itu berasal dari pajak rakyat. Sehingga akan merugikan pejabat pajak
lainnya yang jujur dan berintegritas dalam bekerja karena asumsi ini
ditudingkan ke semua ASN pajak.

Dari kasus Gayus dan Rafael patut diduga kebocoran ada pada level paling
bawah. Level ASN yang justru melayani hari-hari dengan wajib pajak. Ini
membuktikan bahwa reformasi perpajakan juga belum sepenuhnya menyentuh
level bawah, masih pada perbaikan sistem perpajakan tetapi belum menyentuh
level personal di arus bawah. Karena bukankah akan lebih mudah bagi
aparatur yang dengan kekuatan super bisa mudah membongkar kekayaan
orang, Menkeu Sri Mulyani mungkin bisa menskrining orang-orang dekatnya,
selevel dirjen tetapi bagaimana dengan eselon III dan II dan I?

Dirjen Pajak sudah sangat cekatan dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor
SE-05/PJ/2022 Tahun 2022 tentang Komite Kepatuhan. Tugas komite ini
berfungsi merencanakan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan
peningkatan kepatuhan Wajib Pajak pada tingkat Kantor Pelayanan Pajak
(KPP). Juga komite ini harus berani memeriksa petugas pajak yang tindak
tanduknya merugikan pajak secara kelembagaan. Maksudnya, komite juga
mengemban tugas sebagai polisi rahasia yang mengawasi, memata-matai
tindak tanduk keseharian ASN pajak.

Ia mengemban tugas inspektorat mirip seperti tim khusus Unit Kerja Presiden
Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP atau UKP4)
untuk meminimalisir kejadian seperti Gayus dan Rafael, dimana pengawasan
tidak berhenti pada kinerja ASN, tetapi menelisik ke dalam hingga gaya hidup.

lde bekas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama patut untuk
didengungkan ulang. Yakni pembuktian terbalik, dimana ASN, khususnya
Pajak yang memang mendapatkan remunerasi jumbo reformasi kelembagaan
Kementerian Keuangan harus membuktikan dari mana asal kekayaan yang
mereka miliki. Ini perlu diinformasikan ke publik.

Selama ini kewajiban pembuktian terbalik masih diterapkan pada kasus tindak
pidana korupsi, pada pasal Pasal 37, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ada baiknya, semangat pasal
ini diterapkan pada kewajiban LHKPN, sehingga publik tidak bertanya-tanya
mengapa harta seorang pejabat bisa sebesar itu.

C. Kesimpulan
Kata siapa pejabat pajak tidak boleh memiliki harta yang banyak? yang tidak
boleh adalah mendapatkannya itu dengan cara relasi kuasa, suap, korupsi dan
sebagainya. Dari penjelasan diatas maka untuk menghindari penyalahgunaan
wewenang oleh para ASN khususnya dibidang perpajakan maka dirasa
perlunya membentuk komite inspektorat yang mengawasi kinerja dan gaya
hidup pejabat pajak. Disamping proses screening yang selektif oleh berbagai
golongan pejabat pajak dalam melaporkan harta kekayaan mereka di LHKPN.
Penegakan hukum yang represif guna mencegah terjadinya kasus-kasus seperti
Rafael dan Gayus Tambunan dan penguatan integritas ASN itu sendiri.
Referensi

Syakirun Ni'am, Kompas.com, Nominee Rafael Alun Diduga Eks Pegawai Pajak dan Sudah Kabur
https://nasional.kompas.com/read/2023/03/06/12535641/nominee-rafael-alun-diduga-eks-pegawai-paja
k-dan-sudah-kabur

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia, Mahfud Ungkap Kasus Rafael Alun Masuk Ranah Tindak Pidana,
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230310184919-4-420762/mahfud-ungkap-kasus-rafael-alun-m
asuk-ranah-tindak-pidana

Afif, tesis unad,


http://scholar.unand.ac.id/55736/2/BAB%20I%20%20%28TESIS%20AFIF%29%20%28wm%29.pdf

Irfan Kamil, Kompas.com, Kasus TPPU dan Gratifikasi Eks Pejabat Pajak, Jaksa KPK Hadirkan
Kakak Tiri Angin Prayitno Aji,
https://nasional.kompas.com/read/2023/03/07/13540331/kasus-tppu-dan-gratifikasi-eks-pejabat-pajak-j
aksa-kpk-hadirkan-kakak-tiri

Anda mungkin juga menyukai