Anda di halaman 1dari 5

NAMA : JELLY TRISNA JAHYA

NIM : 22334050
MATKUL : PENDIDIKAN KEWARWANEGARAAN
PRODI : KEPERAWATAN

Korupsi sebagai pelanggaran konstitusi terhadap UUD 1945 di Indonesia

Apa itu konstitusi?

Konstitusi merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar (hukum dasar yang
meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis yang mengatur suatu pemerintahan
yang di selenggarakan di suatu negara.

Apa itu korupsi?

Apa yang di maksud dengan korupsi? Apakah korusi itu sama dengan pencurian? Dilihat
dari banyak berita yang beredar korupsi hampir sama dengan kasus pencurian, yang dilakukan
oleh maling- maling elit, yang berpendidikan, dan cerdas. Korupsi yang akan kita bahas kali ini
yaitu Korupsi yang bertemakan “KEUANGAN”. Korupsi bukanlah sesuatu yang asing lagi di
telinga kita. Korupsi adalah tindakkan yang merusak, menyogok dan merugikan orang lain.
Korupsi bahkan sulit untuk di lepaskan dari kehidupan sehari-hari. Tindakan korupsi bisa berupa
bisa berupa tindakan memberi suapan kepada pihak yang dianggap penting untuk menjalankan
misinya dan mendapatkan keuntungan sepihak, mengambil sesuatu yang bukan haknya. Tindakan
korupsi adalah tindakan yang melanggar hukum. Pelaku- pelaku korupsi bukan hanya pejabat-
pejabat politik saja, tetapi bahkan di dalam lembaga pendidikan korupsi bisa terjadi, Dan bahkan
juga orang-orang di lembaga yang seharusnya dipercayai untuk memberantas korupsi saja sering
terlibat kasus korupsi. Artian korupsi dari segi hukum adalah perbuatan yang melanggar hak azasi
manusia sedangkan artian dalam segi demokrasi adalah melanggar hak konstitusi warga negara
dan merugikan seluruh bangsa.

Telah banyak kasus tentang orang- orang tidak pernah kita sangka, ternyata terlibat kasus
busuk ini.Seperti para pegawai negeri, butakah mata para koruptor sehingga bisa melakukan
tindaka ini. Dengan adanya korupsi banyak orang akan menggangap bahwa politik itu kotor,
memang ada alasan bagi setiap orang bisa mengemukakan bahwa politik itu kotor, yaitu orang
yang duduk sebagai anggota politik seringkali menyalahgunakan wewengnya, tdak jarang dari
para koruptor yang mementikan nafsu akan uang dan kekayaan, dan memicu ketakutan dalam
masalah perekonomiannya, untuk tunjang msa depan, salah satunya yaitu dengan “ sedia payung
sebelum hujan”. Jadi dengan duduknya di posisi yang srategi dan memiliki wewenang maka
kesempatan tersebut akan dimanfaat dengan sebaik-baiknya.
Sudut pandang hukum terhadap tindak pidana korupsi
 Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian Negara (Pasal 2)
 Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat merugikan
keuangan/kedudukan yang dapat merugikan keuangan/perekonomian Negara (Pasal 3)
 Penyuapan (Pasal5, Pasal 6, dan Pasal 11)
 Penggelapan dalam Jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10)
 Pemerasan dalam Jabatan (Pasal 12)
 Berkaitan dengan Pemborongan proyek pengadaan barang/jasa pemerintah (Pasal 7)
 Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)
Tindak pidana korupsi secara garis besar
 Perbuatan melawan hukum;
 Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
 Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
 Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
 Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi;
 Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar;
 Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka;
 Saksi atau ahli yang tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu;
 Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi
keterangan palsu;
 Saksi yang membuka identitas pelapor;
 Perencanaan kegiatan yang menggunakan anggaran sektor public kebijakan pemerintah
tentang anggaran belanja proses tahapannya tidak Profesional terutama dalam pengadaan
barang/jasa dan lain sebagainya

Bagian dari tindak pidana korupsi


 Kerugian keuangan negara,
 Pemberi dan Penerima Suap pejabat di lingkungan birokrasi pemerintah[9]
 Perbuatan curang
 Benturan kepentingan dalam pengadaan barang/jasa,
 Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
 Penggelapan dalam jabatan,
 Pemerasan dalam jabatan,
 Pungutan liar (pungli),
 Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
 Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang
diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan
antara korupsi dan kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi
atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan Pemilihan Umum partai politik ada yang legal di satu
tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain
Apa Hubungannya dengan Konstitusi?

Lalu mengapa Konstitusi runtuh jika korupsi masih merajalela? Hal ini di karenakan di
dalam pengertian konstitusi menurut Aristoteles dan Plato, konstitusi adalah sistem polis (tata
hidup bersama), soal bagaimana antara yang memerintah dan diperintah (pemimpin dengan warga
negaranya, misalnya, soal bagaimana roda ekonomi negara diatur, jikalau korupsi masih tetap di
lestarikan bagaimana ekonomi negara dapat berjalan dengan baik, bagaimana mensejahterakan
rakyat, Jadi sangat jelas kalau tindakan korupsi adalah tindakan dapat menyebabkan runtuhnya
Konstitusi. Kasus korupsi ini masuk ke dalam teori Plato yang mengemukakan tentang bentuk-
bentuk negara. dimana ia mengindentik bentuk negara dengan karakter manusia, yaitu
TIMOCRACY Victory- loving (haus akan kemenangan). Bagi Plato , Manusia yang penuh
dengan nafsu akan kemenangan adalah manusia yang haus untuk menguasai yang lain.Sukar di
bayangkan suatu roda ekonomi dapat berjalan dengan baik dan keadilan/hormani dapat terjadi
dalam pemerintahan semacam ini.dan dalam pendapat nya kedua yaitu system pemerintah
Oligarchy ( cinta dan kemewahan) . ( Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini, hlm 18-21).

Konstitusi juga semua lembaga hukum yang menyelesaikan segala perkara negara lalu
bagaimana jika orang yang di percaya untuk menjalankan amanat rakyat terlibat kasus
korupsi,kemana lagi harus mengeluh kesahkan segala perkara, jika yang sebagai sosok penetral
semua masalah, bukankah bisa hancur kalau para anggota MK terlibat kasus korupsi, benteng
hukum Indonesia akan goyah jika sang penetral mudah tergoda dengan harta. Jadi
kesimpulannya, orang yang melakukan korupsi adalah orang-orang yang mengedepankan
kepentingan diri sendiri haus akan kemewahan, dengan cara mengelapkan uang rakyat, akibatnya
perekonamian di Indonesia menjadi morat marit dan kemakmuran akan sulit diciptakan.
Konstitusi memiliki peran penting dan strategi dalam menghadapi dunia yang tanpa batas ini,
yang bisa merusak tujuan negara. Sebuah negara negara bisa terbentuk salah satu karena adanya
Kontitusi, konstitusi adalah perekat bangsa, seperti dijelaskan tadi bahwa, konstitusi adalah dasar
pembentuk negara, jadi setiap orang yang berbeda suku, agama,ras budaya, akan bisa bersatu jika
mengingat bahwa kita ini satu negara. Konsitusi adalah sebagai hukum dasar, atu sering di sebut
sebagai sumber hukum tertinngi dalam tatanan hukum negara merupakan acuan awal atau
menjadi rujukan tersusunnya

Contoh Kasus

Tahun 2017 banyak berita yang terdengar di masyarakat adalah kasus korupsi yang dialami
para pejabat negara yang harusnya menjaga justru menyalahgunakannya dan hal ini yang menjadi
paling sulit untuk dipecahkan solusinya karena aparat sendiri kewalahan dengan kasus korupsi
dan suap. Kasus korupsi sendiri sudah biasa di kalangan masyarakat tetapi kasus satu ini sangat
membuat Geger yaitu kasus korupsi dan suap Hambalang yang terjadi di Jawa Barat oleh
kemenpora yang juga melibatkan pejabat tinggi negara, kasus suap Hambalang terbukti yang
paling lama pemecahannya karena banyak pihak yang terkait di dalam kasus tersebut.

Kasus korupsi suap itu sendiri terjadi banyak versi yang terjadi di masyarakat Indonesia salah
satunya Hambalang itu sendiri yang menjadi sorotan karena kerugian negara sangat besar.
Menurut Seut, kasus ini terjadi sangat lama dan lama pemecahannya karena pembuktian dalam
kasus keterangan para saksi dan tersangka. Karena Apabila ada tersangka yang mengajukan diri
sebagai Justice Collaborator (JC), tetapi karena yang tidak sesuai maka KPK sulit menjerat pihak
lain.
Adik dari Andi Mallarangeng yaitu Choi Mallarangeng memanfaatkan jabatan kakaknya
untuk kesenangan sendiri dan mendapatkan keuntungan uang sebesar 4 miliar. Hal ini juga
melanggar pasal 2 ayat 1 tentang pelanggaran hukum yang menguntungkan diri sendiri dan orang
lain. Choi disangka telah melanggar pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 3 undang-undang
pemberantasan tindak pidana korupsi juncto pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP pidana.

Dalam hal ini Hakim mengatakan keterlibatan coy Mallarangeng dalam proyek terjadi saat
pertemuan di ruang kerja Andi Mallarangeng lantai 10 gedung kemenpora bersama dengan
banyak pejabat lainnya dan juga PT adhi Karya.

Contoh kasus diatas sudah jelas berlawanan dengan konstitusi negara karena konstitusi
sendiri mempunyai arti aturan yang menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara. Di negara
Republik Indonesia konstitusi diartikan undang-undang dasar dan juga mempunyai arti adalah
peraturan dasar yang memuat ketentuan pokok yang menjadi sumber perundang-undangan. Jadi
masalah di atas sudah pasti melanggar konstitusi negara. Kasus Hambalang itu melanggar
peraturan negara karena korupsi sudah jelas dilarang karena itu merugikan negara dan juga rakyat
sendiri. Hal itu seharusnya seorang pejabat memberikan contoh yang baik untuk masyarakat agar
diikuti tetapi justru menjadi kebalikan pejabat banyak yang melakukan pelanggaran dan
hukumnya pun bisa ditawar dengan uang.

Menurut saya seharusnya pemerintah lebih tegas dalam menangani permasalahan soal
kasus korupsi yang semakin meresahkan dan merajalela karena hal itu menurut saya sangat
meresahkan dan membuat masyarakat menjadi ragu tentang upaya pemerintah. Pemerintah lebih
bijak dan bertanggung jawab dalam hal memberantas korupsi di Indonesia. Contohnya saja kasus
di atas yaitu Hambalang yang menyerap banyak nama pejabat negara. Seharusnya pejabat
mempunyai rasa tanggung jawab juga untuk negara. Tetapi kasus diatas menunjukkan pejabat
negara yang justru melanggar aturan itu sendiri. Kasus korupsi di atas dikuatkan oleh undang-
undang sebagai peraturan tertinggi. Di dalam kasus Hambalang nama yang terlibat yaitu:

1. Andi Mallarangeng yang melanggar pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 2 Undang-undang
No.30/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dan pasal 3 tentang penyalahgunaan
kewenangan negara yang menyebabkan kerugian negara, sementara pasal 2 ayat 1 tentang
pelanggaran hukum yang menguntungkan diri sendiri dan orang lain.
2. Dedi kusnindar Kepala Biro keuangan dan rumah tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga
(KEMENPORA) yang juga menjadi tersangka karena telah menyalahgunakan jabatan sebagai
pejabat pembuat komitmen (PPK). Dedi terkena pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 3 Undang-undang
No.31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dan pasal 55 ayat 1 KUHP.

3. Anas Urbaningrum yang menjabat anggota DPR yang juga melanggar pasal 12 huruf A atau
huruf B dan atau pasal 11 Undang-undang No.31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi.

4. Direktur operasi sekaligus Kepala Divisi konstruksi 10 aktif PT Adhi Karya, Teuku Bagus
Mokhamad Nooe sebagai tersangka karena melanggar pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 3 Undang-
undang No.31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi juga pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP.

g melanggar pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 2 Undang-undang No.30/1999 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi dan pasal 3 tentang penyalahgunaan kewenangan negara yang
menyebabkan kerugian negara, sementara pasal 2 ayat 1 tentang pelanggaran hukum yang
menguntungkan diri sendiri dan orang lain.

2. Dedi kusnindar Kepala Biro keuangan dan rumah tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga
(KEMENPORA) yang juga menjadi tersangka karena telah menyalahgunakan jabatan sebagai
pejabat pembuat komitmen (PPK). Dedi terkena pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 3 Undang-undang
No.31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dan pasal 55 ayat 1 KUHP.

3. Anas Urbaningrum yang menjabat anggota DPR yang juga melanggar pasal 12 huruf A atau
huruf B dan atau pasal 11 Undang-undang No.31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi.

4. Direktur operasi sekaligus Kepala Divisi konstruksi 10 aktif PT Adhi Karya, Teuku Bagus
Mokhamad Nooe sebagai tersangka karena melanggar pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 3 Undang-
undang No.31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi juga pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP.

Kasus diatas saya jadikan contoh pelanggaran konstitusi negara karena kasus itu sangat
merugikan negara juga melanggar aturan yang berlaku, kasus itu menguntungkan diri sendiri dan
memperkaya diri sendiri dan orang lain.

Menurut saya saat seorang melakukan tindak pidana suap atau korupsi mereka tidak
pernah memikirkan apa akibat dari semua itu yang mereka pikirkan hanya mereka bisa
bersenang-senang menggunakan uang yang bukan haknya itu. Tindakan seperti itu adalah pejabat
yang tidak ingin rakyatnya sejahtera, mereka hanya mementingkan diri sendiri dan kebutuhan
sendiri tidak untuk. Mereka hanya mementingkan diri sendiri dan kebutuhan sendiri tidak untuk
rakyat. Mereka tidak tahu kalau masih banyak rakyatnya yang kekurangan dan miskin seharusnya
bantuan mereka keluarkan bukan memakan orang yang tidak hanya untuk kesenangan pribadinya.
Mereka ingin banyak uang tetapi cara mereka mendapatkannya yang salah dan sifat mereka tidak
patut di contoh oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai