Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI, FAKTOR, DAN BENTUK-BENTUK KORUPSI.

Pengertian korupsi adalah suatu tindakan dari seseorang yang menyalahgunakan sebuah kepercayaan
dalam suatu masalah maupun organisasi guna memperoleh keuntungan pribadi.
Korupsi menurut Black Law Dictionary adalah suatu bentuk perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja dan bermaksud untuk mendapatkan keuntungan yang tidak resmi dengan terlebih dulu
menggunakan hak hak dari pihak yang lain, secara salah dalam sebuah jabatannya ataupun
karakternya dalam mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri ataupun orang lain yang
berlawanan dengan kewajibannya dan hak hak dari mereka yang seharusnya menerimanya.
Korupsi dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Berikut ini penjelasan mengenai faktor-faktor terjadinya korupsi;
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan suatu sifat yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Dasar perilaku korup
menurut faktor internal disebabkan dari adanya (1) sifat tamak dari seseorang yang seakan selalu
merasa tidak pernah cukup dengan apa yang diperolehnya, dan (2) gaya hidup yang konsumtif dimana
setia manusia akan terus berusaha untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak akan terus berkurang,
namun senantiasa terus bertambah.
2. Faktor Eksternal
Selain faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang mempengaruhi terjadi atau tidaknya perilaku
korup. Faktor eksternal ini diantaranya adalah;
(1) faktor politik
(2) faktor hukum
(3) faktor ekonomi
(4) faktor organisasi

Korupsi berdampak buruk bagi suatu negara baik itu negara maju maupun negara yang sedang
berkembang. Namun begitu, dalam negara yang maju, risiko terjadinya korupsi sangatlah kecl karena
orang orang yang hidup di negara maju mempunyai pandangan yang cukup kritis serta teknologi yang
maju untuk mencegah tindakan korupsi.
Selain itu, di negara maju, kesejahteraan individu senantiasa terjamin yang akan menghindarikan
individu tersebut untuk melakukan hal hal yang sifatnya buruk seperti halnya korupsi. Hal ini
tentunya sangat berbeda bagi negara yang sedang berkembang.
Orang orang yang ada di negara berkembang masih sangat sedikit yang peduli terhadap negaranya
sehingga para penguasa memiliki celah yang besar untuk melakukan korupsi, salah satunya terjadi di
Indonesia. Selain itu, di negara berkembang seperti Indonesia masih sangat kurang undang undang
yang menekan terjadinya korupsi.
Dampak dengan adanya korupsi di negara berkembang adalah menghalangi perekonomian untuk
rakyat sehingga rakyat akan semakin sengsara. Selain itu berdampak pada harga barang dan jasa di
suatu negara. Banyak pengusaha besar yang menyuap para petinggi pemerintahan agar para
pengusaha bisa mempermainkan harga dengan seenaknya sendiri. Hal tersebut tentunya akan
berdampak pada kebutuhan rakyat kecil yang semakin tidak berdaya.
Selain itu korupsi berdampak pada infrastruktur negara yang rusak. Rusaknya infrastruktur seperti
jalan raya, jembatan, dan fasilitas umum lainnya karena tindakan korupsi.
Korupsi antara pejabat pemerintah dengan pengusaha yang membuat infrastruktur membuat
pengusaha tidak melakukan dengan serius kerjaannya dan hanya dikerjakan asal asalan sehingga
infrastruktur tersebut cepat rusak.
Hal tersebut terbukti dengan pengerjaan pengaspalan diberbagai wilayah di Indonesia. Banyak
pengerjaan pengaspalan jalan yang dilakukan seenaknya sendiri yang berakibat jalan rusak lagi dalam
waktu yang cukup singkat.

Bentuk-bentuk korupsi seperti apakah yang banyak dilakukan oleh koruptor?


Tindak pidana korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan, penyuapan dan gratifikasi pada
dasarnya telah terjadi sejak lama dengan pelaku mulai dari pejabat negara sampai pegawai yang
paling rendah. Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu kebiasaan (habit) yang tidak disadari oleh
setiap aparat, mulai dari kebiasaan menerima upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas tertentu ataupun
yang lain dan pada akhirnya kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan
dapat merugikan keuangan negara.
Beberapa bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:
Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa uang maupun
barang.
Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang dilakukan oleh pihak-
pihak tertentu yang mengelola sumber daya tersebut, baik berupa dana publik atau sumber daya alam
tertentu.
Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan (trickery or swindle).
Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan
mengambil keuntungan-keuntungan tertentu.
Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau disertai dengan
intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafia-
mafia lokal dan regional.
Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada tindakan
privatisasi sumber daya. Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara dan serba
kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi berjamaah.
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M. Amien Rais yang
menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu (Anwar, 2006:18):
Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada penguasa.
Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan ekonomi kepada
eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha
ekonominya.
Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan
sebagainya.
Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenang-wenang untuk
dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi.
Diantara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah: pungutan liar, penyuapan,
pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian (hadiah atau hibah) yang berkaitan dengan
jabatan atau profesi seseorang.

Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General Theory of
Official Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:
(-) Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.
(-) Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah, menipu dan mencuri.
(-) Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang, mengalirkan uang
lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak, menyalahgunakan dana.
(-) Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi ampun dan grasi tidak
pada tempatnya.
(-) Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan memperdaya, memeras.
(-) Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian palsu, menahan secara tidak sah,
menjebak.
(-) Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti benalu.
(-) Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan, meminta komisi.
(-) Menjegal pemilihan umum, memalsukan kartu suara, membagi-bagi wilayah pemilihan umum agar
bisa unggul.
(-) Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi; membuat
laporan palsu.
(-) Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan surat izin pemrintah.
(-) Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak, dan pinjaman uang.
(-) Menghindari pajak, meraih laba berlebih-lebihan.
(-) Menjual pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik kepentingan.
(-) Menerima hadiah, uang jasa, uang pelicin dan hiburan, perjalanan yang tidak pada tempatnya.
(-) Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar gelap.
(-) Perkoncoan, menutupi kejahatan.
(-) Memata-matai secara tidak sah, menyalahgunakan telekomunikasi dan pos.
(-) Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah jabatan, dan hak istimewa jabatan.

Di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini pun telah banyak kasus korupsi yang dilakukan oleh
pejabat-pejabat negara, berikut ini beberapa pejabat negara yang terlibat kasus korupsi;
Setya Novanto
Setya Novanto adalah politisi dari Partai Golongan Karya (Golkar). Sejak 1999 ia sudah masuk ke
gedung parlemen sebagai anggota DPR, dan pada 2014 terpilih menjadi Ketua DPR RI.
Memasuki 2018, Setya Novanto terbukti bersalah dalam korupsi pengadaan KTP Elektronik yang
merugikan negara hingga Rp2,3 triliun. Ia lantas dikenai hukuman kurungan selama 15 tahun dan
dengan Rp500 juta.
Berapa gajinya? Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2000, gaji pokok yang diterima
Setya Novanto sebagai Ketua DPR sebesar Rp5 juta, plus tunjangan jabatan Rp18 juta, tunjangan
kehormatan Rp6,6 juta, dan tunjangan-tunjangan lain sebesar Rp21,6 juta.
Kalau ditotal, selama masa jabatannya Setya Novanto menerima sekitar Rp60 juta tiap bulan plus
rumah jabatan, mobil, pengawalan, fasilitas kredit, honor sidang, dan lain sebagainya.

Akil Mochtar
Akil Mochtar terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi pada 2013. Belum genap setahun
menjabat, ia lantas diberhentikan karena menjadi tersangka dalam kasus suap sengketa Pilkada
Banten.
Padahal, kalau melihat gajinya Akil Mochtar bisa mendapat ratusan juta setiap bulan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2014, gaji ketua MK telah ditetapkan sebesar Rp121 juta
per bulan. Selain itu, ketua MK juga mendapatkan fasilitas penunjang lain seperti rumah dinas,
ajudan, hingga kendaraan.
Saat ini Akil Mochtar tengah menjalani hukuman penjara seumur hidup di Lembaga Pemasyakatan
(LP) Sukamiskin, Bandung,Jawa Barat.

Patrialis Akbar
Patrialis Akbar adalah hakim konstitusi periode 2013 -2017. Namun di akhir periode jabatannya,
Patrialis dipidana karena terbukti menerima suap dari pengusaha impor daging untuk memenangkan
uji materi UU tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Apakah gaji Patrialis kecil? Tentu tidak. Menurut PP Nomor 55 Tahun 2014 seorang hakim konstitusi
berhak menerima gaji pokok Rp4,2 juta, plus tunjangan jabatan yang mencapai Rp73 juta per bulan.
Untuk setiap penanganan perkara, hakim MK juga berhak mendapat uang tambahan sebanyak Rp5
juta.
Irman Gusman
Irman Gusman sudah masuk ke pemerintahan sejak 1999. Saat itu ia masuk sebagai anggota MPR dan
dikenal sebagai penggagas lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Bertahun-tahun kemudian
ia lantas terpilih sebagai Ketua DPD RI periode 2014 – 2016.
Sebagai Ketua DPD RI, Irman Gusman memperoleh gaji sekira Rp62 juta per bulan. Namun, pada
2016 Irman tertangkap tangan menerima uang suap terkait pengurusan kuota gula impor. Irman
kemudian dihukum 4,5 tahun penjara di LP Sukamiskin.

Andi Mallarangeng dan Suryadharma Ali


Andi Mallarangeng adalah Menteri Pemuda dan Olah Raga di era Presiden SBY. Sedangkan
Suryadharma Ali menjadi Menteri Agama di era yang sama.
Sebagai Menteri, keduanya diberikan gaji sekitar Rp18 juta per bulan, di luar berbagai tunjangan
jabatan. Namun dalam masa jabatannya, Andi Mallarangeng tertangkap korupsi dalam proyek
pembangunan pusat olahraga Hambalang. Sedangkan Suryadharma Ali tertangkap korupsi dana haji.

Sekian artikel saya mengenai korupsi, wassalamualaikum wr, wb.


NURUL MUFIDA

19 01 017

Anda mungkin juga menyukai