Anda di halaman 1dari 24

KORUPSI SECARA UMUM

Nama kelompok :

MAIKEL M. TORE

DEAN A. SINADIA

RIKA FEBRIANTI

SOPIAH

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN TOLI-TOLI
PENGERTIAN

Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni


berubah dari kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang
sebaliknya. Sedangkan kata corruptio berasal dari kata kerja
corrumpere, yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar
balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap.

Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi.


Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk
merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau
melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan
merugikan orang lain. Hal yang paling mengidentikkan perilaku
korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan
pribadi.

Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged


Dictionary) korupsi didefinisikan sebagai penyimpangan atau
perusakan integritas dalam pelaksanaan tugas-tugas publik dengan
penyuapan atau balas jasa. Sedangkan pengertian ringkas yang
dipergunakan World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan
publik untuk keuntungan pribadi (the abuse of public office for
private gain).

Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank


(ADB) adalah korupsi melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai
sektor publik dan swasta, dimana mereka dengan tidak pantas dan
melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri dan atau orang-
orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk
melakukan hal-hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan
dimana mereka ditempatkan.

Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa


korupsi secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan,
jabatan atau amanah secara melawan hukum untuk memperoleh
keuntungan atau manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang
dapat merugikan kepentingan umum.
Model, Bentuk dan Jenis Korupsi

Tindak pidana korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan,


penyuapan dan gratifikasi pada dasarnya telah terjadi sejak lama
dengan pelaku mulai dari pejabat negara sampai pegawai yang paling
rendah. Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu kebiasaan
(habit) yang tidak disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan
menerima upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas tertentu ataupun
yang lain dan pada akhirnya kebiasaan tersebut lama-lama akan
menjadi bibit korupsi yang nyata dan dapat merugikan keuangan
negara.

Beberapa bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:

Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima


suap, baik berupa uang maupun b rang.

Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian


sumber daya yang dilakukan oleh pihakpihak tertentu yang
mengelola sumber daya tersebut, baik berupa dana publik atau
sumber daya alam tertentu.

Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang


melibatkan penipuan (trickery or swindle). Termasuk didalamnya
proses manipulasi atau mendistorsi informasi dan fakta dengan
tujuan mengambil keuntungan-keuntungan tertentu.

Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan


cara paksa atau disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh
pihak yang memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafia-
mafia lokal dan regional.

Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang


berimplikasi pada tindakan privatisasi sumber daya.

Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara. Serba


kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi
berjamaah.
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh
reformasi, M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat
jenis korupsi, yaitu (Anwar, 2006:18):

Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan


pengusaha kepada penguasa.

Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki


kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat
peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha ekonominya.

Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan


kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.

Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara


secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan
sejumlah keuntungan pribadi.

Diantara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis


adalah: pungutan liar, penyuapan, pemerasan, penggelapan,
penyelundupan, pemberian (hadiah atau hibah) yang berkaitan
dengan jabatan atau profesi seseorang.

Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden


dalam Toward a General Theory of Official Corruption menguraikan
secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:

Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.

Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran


pemerintah, menipu dan mencuri.

Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan


penggelapan uang, mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi,
menggelapkan pajak, menyalahgunakan dana.

Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan,


memberi ampun dan grasi tidak pada tempatnya.
Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan
memperdaya, memeras.

Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian


palsu, menahan secara tidak sah, menjebak.

Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain


seperti benalu.

Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan, meminta


komisi.

Menjegal pemilihan umum, memalsukan kartu suara, membagi-bagi


wilayah pemilihan umum agar bisa unggul.

Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk


kepentingan pribadi; membuat laporan palsu.

Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan


surat izin pemrintah.

Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak, dan


pinjaman uang.

Menghindari pajak, meraih laba berlebih-lebihan.

Menjual pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik kepentingan.

Menerima hadiah, uang jasa, uang pelicin dan hiburan, perjalanan


yang tidak pada tempatnya.

Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar gelap.

Perkoncoan, menutupi kejahatan.

Memata-matai secara tidak sah, menyalahgunakan telekomunikasi


dan pos.
Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah jabatan,
dan hak istimewa jabatan.

Adapun beberapa pernyataan ahli yang menyimpulkan beberapa poin


penyebab korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut:

peninggalan pemerintahan kolonial.

kemiskinan dan ketidaksamaan.

gaji yang rendah.

persepsi yang popular.

pengaturan yang bertele-tele.

pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

Penyebab korupsi

Penyebab Korupsi di Indonesia

Mengutip dari Jurnal Keadilan Progresif Fakultas Hukum Universitas


Bandar Lampung, penyebab korupsi di Indonesia dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yakni penyebab internal dan
eksternal.Berikut penjelasan selengkapnya ;

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri


seseorang. Persepsi terhadap korupsi atau pemahaman seseorang
mengenai korupsi tentu berbeda-beda. Salah satu penyebab korupsi
di Indonesia adalah masih bertahannya sikap primitif terhadap
praktik korupsi karena belum ada kejelasan mengenai batasan bagi
istilah korupsi. Sehingga terjadi beberapa perbedaan pandangan
dalam melihat korupsi.

Kualitas moral dan integritas individu juga berperan penting dalam


peyebab korupsi di Indonesia dari faktor internal. Adanya sifat
serakah dalam diri manusia dan himpitan ekonomi serta self esteem
yang rendah dapat membuat seseorang melakukan korupsi. 

Penyebab Korupsi di Indonesia

Mengutip dari Jurnal Keadilan Progresif Fakultas Hukum Universitas


Bandar Lampung, penyebab korupsi di Indonesia dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yakni penyebab internal dan
eksternal.Berikut penjelasan selengkapnya ;

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri


seseorang. Persepsi terhadap korupsi atau pemahaman seseorang
mengenai korupsi tentu berbeda-beda. Salah satu penyebab korupsi
di Indonesia adalah masih bertahannya sikap primitif terhadap
praktik korupsi karena belum ada kejelasan mengenai batasan bagi
istilah korupsi. Sehingga terjadi beberapa perbedaan pandangan
dalam melihat korupsi.

Kualitas moral dan integritas individu juga berperan penting dalam


peyebab korupsi di Indonesia dari faktor internal. Adanya sifat
serakah dalam diri manusia dan himpitan ekonomi serta self esteem
yang rendah dapat membuat seseorang melakukan korupsi. 

Adapun beberapa pernyataan ahli yang menyimpulkan beberapa poin


penyebab korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut:

 peninggalan pemerintahan kolonial.

 kemiskinan dan ketidaksamaan.

 gaji yang rendah.

 persepsi yang popular.

 pengaturan yang bertele-tele.


 pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

Selain faktor-faktor internal di atas, terdapat faktor-faktor internal


lainnya, faktor tersebut yaitu :

Aspek Perilaku Individu:

1. Sifat tamak atau rakus

Korupsi yang dilakukan bukan karena kebutuhan primer


atau kebutuhan pangan. Pelakunya adalah orang yang
berkecukupan, tetapi memiliki sifat tamak, rakus,
mempunyai hasrat memperkaya diri sendiri. Unsur
penyebab tindak korupsi berasal dari dalam diri sendiri yaitu
sifat tamak/rakus.

2. Moral yang kurang kuat

Orang yang moralnya kurang kuat mudah tergoda untuk


melakukan tindak korupsi. Godaan bisa datang dari berbagai
pengaruh di sekelilingnya, seperti atasan, rekan kerja,
bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan.

3. Gaya hidup yang konsumtif

Gaya hidup di kota besar mendorong seseorang untuk


berperilaku konsumtif. Perilaku konsumtif yang tidak
diimbangi dengan pendapatan yang sesuai, menciptakan
peluang bagi seseorang untuk melakukan tindak korupsi.
Aspek Sosial

Keluarga dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku


korup. Menurut kaum bahviouris, lingkungan keluarga justru dapat
menjadi pendorong seseorang bertindak korupsi, mengalahkan sifat
baik yang sebenarnya telah menjadi karakter pribadinya. Lingkungan
justru memberi dorongan, bukan hukuman atas tindakan koruptif
seseorang.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri


seseorang. Faktor eksternal yang menjadi penyebab korupsi
di Indonesia adalah sebagai berikut;

1. Hukum

Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi


masih sangat lemah. Hukum tidak dijalankan sesuai
prosedur yang benar, aparat mudah disogok sehingga
pelanggaran sangat mudah dilakukan oleh masyarakat.

2. Politik

Monopoli Kekuasaan merupakan sumber korupsi, karena


tidak adanya kontrol oleh lembaga yang mewakili
kepentingan masyarakat. Faktor yang sangat dekat dengan
terjadinya korupsi adalah budaya penyalahgunaan
wewenang yang berlebih dalam hal ini terjadinya KKN.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masih sangat
tinggi dan tidak adanya sistem kontrol yang baik
menyebabkan masyarakat meng anggap bahwa korupsi
merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi.

3. Sosial

Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi seseorang


untuk melakukan korupsi. Korupsi merupakan budaya dari
pejabat lokal dan adanya tradisi memberi yang
disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab.

Terdapat aspek-aspek yang menjadi penyebab orang-orang


melakukan tindak pidana korupsi, terutama di Indonesia. Aspek-
aspek penyebab korupsi di Indonesia tersebut meliputi:

1. Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi 

Aspek pertama yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah


sikap masyarakat terhadap praktik korupsi. Misalnya, dalam sebuah
organisasi, kesalahan individu sering ditutupi demi menjaga nama
baik organisasi. Demikianlah tindak korupsi dalam sebuah organisasi
sering kali ditutup-tutupi. Akibat sikap tertutup ini, tindak korupsi
seakan mendapat pembenaran, bahkan berkembang dalam berbagai
bentuk.

Sikap masyarakat yang berpotensi memberi peluang perilaku korupsi


antara lain:

Nilai-nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung untuk


terjadinya korupsi. Misalnya masyarakat menghargai seseorang
karena kekayaan yang dimilikinya. Akibatnya masyarakat menjadi
tidak kritis terhadap kondisi, seperti dari mana kekayaan itu berasal.

Masyarakat menganggap bahwa korban yang mengalami kerugian


akibat tindak korupsi adalah negara. Padahal justru pada akhirnya
kerugian terbesar dialami oleh masyarakat sendiri. Contohnya, akibat
korupsi anggaran pembangunan menjadi berkurang, pembangunan
transportasi umum menjadi terbatas.

Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat dalam perilaku


korupsi. Setiap tindakan korupsi pasti melibatkan masyarakat, namun
masyarakat justru terbiasa terlibat dalam tindak korupsi sehari-hari
dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.

Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dicegah dan


diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan korupsi. Umumnya masyarakat menganggap bahwa
pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah tanggung jawab
pemerintah.

2. Aspek Ekonomi

Aspek kedua yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah


ekonomi. Kondisi ekonomi sering membuka peluang bagi seseorang
untuk korupsi. Pendapatan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
atau saat sedang terdesak masalah ekonomi membuka ruang bagi
seseorang untuk melakukan jalan pintas, dan salah satunya adalah
dengan melakukan korupsi.

3. Aspek Politis

Aspek ketiga yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah


masalah politis. Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum
adalah contoh tindak korupsi, yaitu seseorang atau golongan tertentu
membeli suatu atau menyuap para pemilih/anggota partai agar dapat
memenangkan pemilu. Perilaku korup seperti penyuapan, politik
uang merupakan fenomena yang sering terjadi.

4. Aspek Organisasi

Organisasi dalam arti yang luas adalah yang dimaksud, termasuk


sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi biasanya
memberi andil pada praktik terjadinya korupsi karena membuka
peluang atau kesempatan terjadinya korupsi. Aspek-aspek penyebab
korupsi dalam sudut pandang organisasi meliputi:

Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin.

Tidak adanya kultur budaya organisasi yang benar.

Kurang memadainya sistem akuntabilitas.

Kelemahan sistem pengendalian manajemen.


Pengawasan yang terbagi menjadi dua, yakni pengawasan internal
(pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pemimpin)
dan pengawasan eksternal (pengawasan dari legislatif dalam hal ini
antara lain KPKP, Bawasda, masyarakat dll).

Suap (Bribery) adalah pembayaran dalam bentuk uang atau barang


yang diberikan atau diambil dalam hubungan korupsi. Suap
merupakan jumlah yang tetap, persentase dari sebuah kontrak, atau
bantuan dalam bentuk uang apapun. Biasanya dibayarkan kepada
pejabat negara yang dapat membuat perjanjuan atas nama negara
atau mendistribusikan keuntungan kepada perusahaan atau
perorangan dan perusahaan.

Penggelapan (Embezzlement) adalah pencurian sumberdaya oleh


pejabat yang diajukan untuk mengelolanya. Penggelapan merupakan
salah satu bentuk korupsi ketika pejabat pemerintah yang
menyalahgunakan sumberdaya public atas nama masyarakat.

Bentuk atau perwujudan utama korupsi menurut Amundsen dalam


Andvig et al. (2000) menyebutkan bahwa terdapat 6 karakteristik
dasar korupsi, yaitu:

3. Penipuan (Fraud) adalah kejahatan ekonomi yang melibatkan jenis


tipu daya, penipuan atau kebohongan. Penipuan melibatkan
manipulaso atau distorsi informasi oleh pejabat publik. Penipuan
terjadi ketika pejabat pemerintah mendapatkan tanggungjawab untuk
melaksanakan perintah. Memanipulasi aliran informasi untuk
keuntungan pribadi.

4. Pemerasan (Extortion) adalah sumberdaya yang diekstraksi


dengan menggunakan paksaan, kekerasan atau ancaman. Pemerasan
adalah transaksi korupsi dimana uang diekstraksi oleh mereka yang
memiliki kekuatan untuk melakukannya

5. Favoritisme adalah kecende-rungan diri dari pejabat negara atau


politisi yang memiliki akses sumberdaya negara dan kekuasaan
untuk memutuskan pendistribusian sumberdaya tersebut. Favoritisme
juga memberikan perlakuan istimewa kepada kelompok tertentu.
Selain itu, favoritisme juga mengembangkan mekanisme
penyalahgunaan kekuasaan secara privatisasi.

6. Nepotisme adalah bentuk khusus dari favorit ism, menga lokasikan


kontrak berdasarkan kekerabatan atau persahabatan.

DAMPAK KORUPSI PADA EKONOMI

Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau uang


rakyat dalam praktek APBN dan APBD menguap oleh perilaku
korupsi. Sekitar 30-40 persen dana menguap karena dikorupsi, dan
korupsi terjadi 70 persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh
pemerintah.

Dampak Korupsi terhadap Sosial dan Kemiskinan

Praktek korupsi menciptakan ekonomi biaya tinggi yang


membebankan pelaku ekonomi. Kondisi ekonomi biaya tinggi ini
berimbas pada mahalnya harga jasa dan pelayanan publik karena
harga yang ditetapkan harus dapat menutupi kerugian pelaku
ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan karena
penyelewengan yang mengarah ke tindak korupsi.

Dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintahan

Aparat hukum yang semestinya menyelesaikan masalah dengan adil


dan tanpa adanya unsur [emihakan, seringkali harus mengalahkan
integritasnya dengan menerima suap, iming-iming, gratifikasi atau
apapun untuk memberikan kemenangan.

Dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi

Konstituen didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang


diberikan pleh calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati
atau percaya terhadap kemampuan dan kepemimpinannya. korupsi
yang menyandera pemeirntahan akan menghasilkan konsekuensi
menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikuasai pemilik
modal/kapitalis).
Dampak korupsi terhadap penegakan hukum

Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan


sebagai pengampu kebijakan negara diantaranya menghambat peran
negara dalam pengaturan alokasi dan menghambat negara melakukan
pemerataan akses dan asset.

Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan

Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan diantaranya


melemahkan alutsista dan SDM karena anggaran hankam menguap
sia-sia. Seringkali kita mendapatkan berita dari berbagai media
tentang bagaimana egara ain begitu mudahnya menerobos batas
wilayah negara Indonesia.

Dampak korupsi terhadap kerusakan lingkungan

Dampak korupsi terhadap lingkungan diantaranya menurunnya


kualitas lingkungan. Akibat yang dihasilkan oleh perusakan alam ini
sangat merugikan khususnya bagi kualitas lingkungan itu sendiri.
Dari kasus ilegal loging saja disinyalir kerugian negara yang terjadi
sampai 30-42 triliun rupiah per tahun.

 
5 Cara untuk Mulai Mencegah Korupsi dari Diri
Sendiri

1. Atur cash flow

Sadar enggak sih, bahwa hampir setiap masalah keuangan yang


terjadi selalu bersumber pada masalah cash flow. Termasuk jika kita
sering melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada korupsi.
Jika cash flow sehat, keuangan sehat, maka kita pun jadi enggak
kepingin untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Yes,
kadang memang hanya sesimpel itu sih. Jadi, sudahkah kita
mempunyai cash flow yang sehat? Sudahkah kita mempunyai catatan
keuangan yang–meski sederhana–tetapi traceable? Ke mana saja
perginya uang kita, apakah bisa ditelusur dengan jelas? Apakah kita
sekarang sudah enggak pernah kerasa ada tanggal tua dan tanggal
muda? Nah, banyak kan, indikasi cash flow yang sehat dan enggak
sehat itu? So, penting bagi kita untuk bisa belajar menyehatkan cash
flow. QM Financial punya kelas finansial online khusus untuk
belajar mengatur cash flow lo! Pastinya, manfaatnya beda banget
dengan sekadar baca-baca artikel gratis di internet, atau mengikuti
tip-tip dari akun-akun media sosial. Karena di kelas online cash flow,
kamu akan praktik langsung dengan berbagai formula yang sudah
disiapkan oleh para trainer QM Financial yang berpengalaman.
Kamu bisa langsung simulasi dengan berdasarkan kondisi
keuanganmu saat ini. Baca selengkapnya
di https://qmfinancial.com/2019/12/mencegah-korupsi-dari-diri-
sendiri/

2. Bayar utang dengan disiplin

Cash flow sehat, maka seharusnya kamu pun enggak masalah


untuk mengangsur utang produktif yang menjadi tanggung
jawabmu sekarang. Ini juga merupakan salah satu akar masalah
keuangan besar yang sering terjadi lo. Banyak banget ternyata
karyawan yang terlilit utang–mulai dari utang panci, utang beli
gawai terbaru dan tercanggih, utang KPR, utang kendaraan
bermotor, utang kartu kredit, hingga utang liburan. Utang memang
diperbolehkan kok. Kan, namanya juga manusia, maunya banyak,
duit terbatas. Apalagi jika kita memang pengin mengejar sesuatu
yang bernilai nominal besar tetapi menjadi jaminan hidup.
Rumah, misalnya. Tapi ya mesti diingat, kalau pinjam harus
dikembalikan. Jadi, kalau utang ya harus dibayar. Karena itu,
penting untuk memastikan bahwa kita mampu bayar sebelum
melakukan utang. Banyak tindakan korupsi terjadi lantaran si
pelaku terlilit utang. Karena “kepepet”, maka ia pun melakukan
fraud di kantor. So, mari kita mencegah korupsi diri kita sendiri,
mulai dari bijak dalam berutang dan kemudian disiplin dalam
membayarnya.

3. Bangun aset aktif

Aset aktif yang dapat memberikan pendapatan pasif dapat


membantu memperlancar cash flow. Setuju kan, sampai di sini?
So, jika memang sudah mampu, coba bangun aset aktif kita
sendiri, karena hal ini juga bisa menjadi satu tindakan untuk
mencegah korupsi diri kita sendiri. Pelajari profil risiko diri
sendiri, lalu pilih aset aktifmu dengan bijak.

4. Fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab

kita Yes, fokuslah pada hal-hal yang menjadi tanggung jawab kita.
Selesaikan dengan baik, dan sesuai kesepakatan atau aturan yang
ada. Ini merupakan salah satu hal yang paling pertama bisa kita
lakukan untuk mencegah korupsi diri kita sendiri terjadi. Selalu
ingat, bahwa penyelewengan wewenang dan tanggung jawab–
sekecil apa pun–bisa jadi bibit tindakan korupsi di kemudian hari,
yang kemudian bisa menyulitkan diri kita sendiri.

5. Miliki gaya hidup yang sesuai kemampuan

Penting nih. Jangan terlalu banyak membandingkan diri dengan


orang lain. Orang lain usia 20-an kok sudah jadi CEO, sudah jadi
rektor, sudah berprestasi ini itu, sedangkan diri sendiri apa kabar?
Jangan pernah berpikiran seperti itu ya. Ingat, bahwa Barack
Obama mulai jadi presiden di usia 40-an, dan Trump di usia 70-
an. Masing-masing orang punya timeline sendiri-sendiri. Setiap
orang menjalani kehidupan yang perjuangannya enggak sama, jadi
enggak bisa dibandingkan. So, enggak usah banyak gaya.
Sesuaikan saja dengan kemampuan kita. Apa adanya kita. Kalau
bisa mensugesti hal ini pada diri sendiri, sepertinya ini akan
menjadi langkah paling efektif untuk mencegah korupsi.

So, siap untuk mencegah korupsi yang dimulai dari diri sendiri?
Good luck!

Mereformasi administrasi publik dan manajemen keuangan

Reformasi yang berfokus pada peningkatan manajemen keuangan


dan memperkuat peran lembaga audit di banyak negara telah
mencapai dampak yang lebih besar daripada hanya melakukan di 
sektor publik dalam mengendalikan korupsi.
Bahkan salah satu reformasi tersebut merupakan pengungkapan
informasi anggaran, yang dimana upaya ini dilakukan untuk
mencegah pemborosan dan penyalahgunaan sumber daya.
Misalnya, dengan melakukan transparansi dan partisipatif ,
dimana cara ini juga melatih masyarakat setempat untuk
mengomentari anggaran yang diusulkan pemerintah daerah
mereka.

Namun harus diakui cara ini belum bisa diterapkan di banyak


negara, karena ada dampak yang harus dipikirkan dan
dipertimbangkan.
Mengenali jenis korupsi

Korupsi tidak hanya menyangkut suap, tapi juga bicara mengenai


masyarakat ekonomi lemah, yang masih sering menjadi sumber
daya yang perannya belum maksimal di tengah suatu ngara. Itulah
mengapa sangat penting untuk memahami berbagai jenis korupsi
untuk mengembangkan respons yang cerdas, dan sesuai dengan
kebutuhan negara tersebut.

Memaksimalkan kekuatan masyarakat

Kontribusi masyarakat di setiap aspek bagian negara yang masih


relevan, dapat membantu pemerintahan. Untuk itu dalam hal ini
sangat perlu untuk melakukan identifikasi prioritas, masalah, dan
menemukan solusi. Setiap kontribusi yang diberikan masyarakat
akan sangat bermanfaat untuk kemajuan suatu negara, meskipun
hanya dapat dilakukan dalam skala kecil. Misalnya saja dengan
melakukan inisiatif pemantauan masyarakat dalam beberapa kasus
berkontribusi pada deteksi korupsi, mengurangi kebocoran dana,
meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan publik.
Menggunakan Jalur Komunikasi Alternatif

Saat membacanya mungkin Anda merasa kebingungan, namun


dalam hal ini kita sedang berbicara tentang bagaimana menyatukan
proses formal dan informal, yang dimana berarti Anda dapat
melakukan kerjasama dengan pemerintah dan kelompok non-
pemerintah atau organisasi, untuk mengubah perilaku dan memantau
kemajuan.

Memanfaatkan teknologi

Bersyukur saat ini sudah teknologi yang menunjang segala aktivitas


masyarakat, menjalin komunikasi serta untuk membangun pertukaran
yang dinamis hingga  berkelanjutan antara pemangku kepentingan
utama baik pemerintah, warga negara, bisnis, kelompok masyarakat
sipil, media, akademisi dll.

Bahkan dengan teknologi seperti internet siapapun dapat melakukan


tindakan pencegahan baik di tingkat  global dan lokal, yang dapat
disesuaikan dengan skala dan ruang lingkup itu sendiri. Sehingga
sangat disarankan untuk masyarakat dapat memanfaatkan teknologi
dan ikut terlibat dengancara yang bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian


Hukum, Jakarta: Rajawali Pers.

Bintoro, Sutarno dan Johnson Ridwan Ginting, 2014, Profil Lembaga


Antikorupsi di Berbagai Negara, Jakarta: Komisi Pemberantasan
Korupsi.

Cahaya, Suhandi dan Surachmin, 2011, Strategi & Teknik Korupsi,


Jakarta: Sinar Grafika.

Danil, Elwi, 2012, Korupsi,Jakarta: Rajawali Pers.

Djaja, Ermansjah, 2010, Meredesain Pengadilan Tindak Pidana


Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika.

Toegarisman, Adi, 2016, Pemberantasan Korupsi dalam Paradigma


Efisiensi, Jakarta: Kompas.

Anda mungkin juga menyukai