Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medulla
oblongata otak. Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan
bantuan kontraksi otot-otot perut.

B. Etiologi
Muntah sendiri bukanlah penyakit, melainkan gejala dari kondisipenyakit lain.
Gejala muntah merupakan hal yang umum terjadi. Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau
minuman seperti alkohol dapat menyebabkan muntah. Muntah dengan frekuensi yang sering
yang tidak berhubungan dengan penyebab diatas mungkin merupakan gejala dari cyclic vomiting
syndrome (sindrom muntah berulang). Pada kondisi ini muntah dapat berlangsung sampai
dengan sepuluh hari lamanya. Biasanya kondisi ini disertai dengan mual dan kekurangan energy.
Sindrom ini biasanya terjadi pada anak-anak, yang berusia sekitar 5 tahun.

C. Penyebab Vomitus
Penyebab muntah adalah perubahan kimia yang mengiritasi bagian otak,tepatnya pada
chemoreceptor trigger zone (CTZ) atau dikenal juga dengan nama pusat muntah. Pusat muntah
merupakan beberapa reseptor pada otak yang dapat mendeteksi zat beracun dan memicu
terjadinya muntah. Terdapat banyak hal yang bisa menjadi penyebab dan faktor resiko muntah.
Beberapa diantaranya meliputi:
1. Morning sickness saat kehamilan (muntah yang dialami pada saat kehamilan, biasanya
pada pagi hari)
2. Gastroenteritis (infeksi pada lambung dan usus halus) dan infeksi bakteri serta virus
lainnya.
3. Migrain
4. Mabuk saat berkendara
5. Keracunan makanan
6. Efek samping obat-obatan termasuk kemoterapi pada kanker
7. GERD (Gastroesophageal reflux disease)
8. Obstruksi usus (sumbatan usus)
9. Gangguan pencernaan
10. Sakit kepala
11. Terlalu banyak makan
12. Cedera otak
13. Mengonsumsi zat toksin, seperti alkohol
D. Patofisiologi
Impuls-impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls-
impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon terhadap
distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respon terhadap rangsangan
kimiawi oleh bahan yang menyebabkan muntah. Muntah merupakan respon refleks simpatis
terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan aktivitas otot perut dan pernafasan. Proses
muntah dibagi dalam 3 fase berbeda yaitu:
1. Nausea
Merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dalam,
labirin atau emosi dan tidak selalu diikuti oleh muntah.
2. Redching
Merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spamodie dengan grotis tertutup, bersamaan
dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan
tekanan intratorak yang negative.
3. Emesis (Ekspusi)
Terjadi bila fase readching mencapai puncaknya yang ditandai dengan kontraksi kuat otot
perut, diikuti dengan bertanbah turunnya diafragma, disertai dengan penekanan
mekanisme antireflug. Pada fase ini pylorus dan antrum berkontraksi fundus dan
esophagus relaksi dan mulut terbuak.

E. Manifestasi Klinik
Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah:
1. Hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan
karena kehilangan darah.
2. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan-keluhan itu
misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat
lokasinya
3. Kadang-kadang disertai dengan mual-mual dan muntah
4. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala.
5. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan
secara fisis akan dijumpai tanda-tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami
perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik
yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut priyanto, 2019 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien gastritis adalah:
a. Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit,Trombosit.
b. Pemeriksaan endoskopi
c. Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung.
G. Penatalaksanaan Medis
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang
positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah
dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung
karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pylorid
dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui
dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan
diagnosis penyakit lambung
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid
output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui terjadinya aklorhidria atau tidak.

H. Komplikasi muntah
Komplikasi muntah yang paling umum terjadi adalah dehidrasi. Perut bisa mengeluarkan banyak
makanan dan cairan. Dehidrasi sendiri bisa menyebabkan:
1. Mulut kering
2. Kelelahan
3. Urine berwarna gelap
4. Frekuensi BAK yang berkurang
5. Sakit kepala
6. Kebingungan
Komplikasi ini dapat menjadi kondisi yang serius pada bayi dan anak kecil. Sebab, anak kecil
memiliki massa tubuh yang lebih kecil. Sehingga, jumlah cairan untuk mempertahankan
tubuh pun juga sedikit. Oleh karena itu, orang tua yang memiliki anak dengan gejala
dehidrasi harus berkonsultasi dengan dokter secepatnya. Selain dehidrasi, komplikasi
muntah lainnya adalah kekurangan nutrisi. Tubuh akan kehilangan nutrisi jika tidak
mendapatkan asupan makanan padat. Orang yang sangat lelah dan lemah akibat muntah,
harus mendapatkan pertolongan medis secepatnya.

I. Cara mencegah muntah


Cara mencegah muntah bisa dilakukan dengan menghindari pemicunya yang berupa:
1. Konsumsi alkohol yang berlebihan
2. Mengonsumsi terlalu banyak makanan
3. Migrain
4. Berolahraga setelah makan
5. Stress
6. Makanan yang pedas dan panas
7. Kurang tidur
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Biodata
Pada biodata, bisa diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan.
b. Keluhan utama
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada
pasien. Kaji, apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual, atau
muntah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Kaji, apakah gejala terjadi pada waktu-waktu tertentu saja, seperti sebelum atau
sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah
mencerna obat tertentu atau alkohol
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat keluarga yang menginsumsi alkohol, mengidap gastritis, kelebihan diet, atau
diet sembarangan. Riwayat diet, ditambah jenis diet yang baru dimakan setelah 72 jam,
juga akan membantu dalam melakukan diagnosis.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran: Pada awalnya CM (compos mentis), yaitu perasaan tidak
berdaya.
2) Respirasi: tidak mengalami gangguan
3) Kardiovaskuler: hipotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, dan
kulit/ membrane mukosa berkeringat
4) Persarafan: sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi/ bingung, dan nyeri epigastrium.
5) Pencernaan: anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri
pada ulu hati, tidak toleran terhadap makanan (cokelat dan makanan
pedas), dan membrane mukosa kering.

f. Faktor pencetus
1) Makanan, rokok, alkohol, obat-obatan, dan stressor (faktor-faktor pencetis
stress).
2) Kondisi psikologis
3) Muskulokeletal (ditunjukkan dengan adanya kelemahan dan kelelahan).
4) Integritas ego, yaitu faktor stress akut, kronis, dan perasaan tidak berdaya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluarnya
cairan dari muntah yang berlebihan.
b. Kecemasan berhubungan dengan penykit dan program pengobatan
3. Intervensi
a. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluarnya cairan
dari muntah yang berlebihan.
Intervensi :
1) Monitor status cairan (turgor kulit, membrane mukosa, dan keluaran urine)
2) Kaji sumber kehilangan cairan
3) Pengukuran tekanan darah
4) Menejemen pemberian cairan
Rasional:
1) Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine. Produksi
urine <600 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik
2) Kehilangan cairan dari muntah dapat disertai dengan keluarnya natrium melalui
oral yang juga akan meningkatkan resiko gangguan elektrolit.
3) Hipotensi dapat terjadi pada kondisi hipovolemia. Hal tersebut menunjukkan
manifestasi terlibatnya sistem kardiovaskuler untuk melakukan kompensasi
mempertahankan tekanan darah.
4) Intake cairan dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi (keluaran
urine minimal 30 ml/jam, masukkan minimal 1,5 l/hari). Bila makanan dan
minuman ditunda, maka biasanya cairan intravena (3 l/hari) diberikan.

b. Kecemasan berhubungan dengan penyakit dan program pengobatan


Intervensi:
1) Monitor respons fisik, seperti kelemahan, perubahan tanda vital, dan gerakan
yang berulang-ulang. Catat kesesuaian respons verbal dan nonverbal selama
komunikasi.
2) Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan dan mengekspresikan rasa
takutnya.
3) Catat reaksi dan pasien/keluarga. Berikan kesempatan untuk mendiskusikan
perasaanya, konsentrasinya, dan harapan masa depan.
4) Anjurkan aktivitas pengalihan perhatian sesuai kemampuan individu, seperti
menulis, menonton TV, dan keterampilan tangan.
Rasional:
1) Digunakan dalam mengevaluasi derajat /tingkat kesadaran/konsentrasi,
khususnya ketika melakukan komunikasi verbal.
2) Memberikan kesempatan untuk berkosentrasi, kejelasan dari rasa takut, dan
mengurangi cemas yang berlebihan.
3) Respons dan kecemasan anggota keluarga terhadap apa yang terjadi dapat
disampaikan kepada perawat
4) Sejumlah aktifitas atau keterampilan baik sendiri maupun dibantu selama
melakukan rawat inap dapat menurunkan tingkat kebosanan yang dapat
menjadi stimulus kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai