Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

MUAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Rumah Sakit


Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
Dosen Pembimbing : Supadi, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB

Disusun Oleh :

Nama : Herditya Putri Rahma

NIM : P1337420219102

Kelas : 2C

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2021
A. DEFINISI
Mual adalah suatu fenomena suatu subjektif tentang rasa tidak nyaman
pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat atau tidak dapat
mengakibatkan muntah(Heather, 2015). Mual berhubungan dengan
pergerakan lambung, yaitu pergerakan yang sulit pada rongga pperut dan otot-
otot di rongga dada.
Mual (nausea) adalah suatu perasaan yang tidak nyaman di daerah
epigastrik. Kejadian ini biasanya disertai dengan menurunnya tonus otot
lambung, kontraksi, skresi, meningkatnya aliran darah ke mukosa intestinal,
hipersalivasi, keringat dingin, detak jantung meningkat, dan perubahan ritme
pernafasan.

B. ETIOLOGI
Mual muntah dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:
a. Gangguan GI track
Adanya agen yang menyerang atau mengiritasi lapisan lambung, seperti
infeksi bakteri H. Pylori, gastroentritis, keracunan makanan , agen iritan
lambung (alkohol, rokok, dan obat NSAID). Penyakit peptic ulcer dan
GERD juga dapat menyebabkan mual muntah.
b. Sinyal dari otak
1. Luka pada kepala, pembengkakan otak (gegar otak atau trauma kepala),
infeksi (meningitis atau encephalitis), tumor, atau keseimbangan
abnormal dari elektrolit dan air dalam aliran darah.
2. Noxious stimulus: bau-bau atau suara-suara
3. Kelelahan karena panas, terik matahari yang ekstrem, atau dehidrasi.
c. Terkait dengan penyakit lain
Misalnya pada pasien diabetes dapat mengalami gastroparesis, yaitu
kondisi dimana lambung gagal mengosongkan diri secara tepat dan
kemungkinan disebabkan generized neuropathy (kegagalan dari syaraf
untuk mengirim sinyal yang tepat ke otak).
d. Obat dan perawatan medis
1. Terapi radiasi: mual dan muntah dihubungkan dengan terapi radiasi.
2. Efek samping obat, seperti pada obat nyeri narkotik, anti-inflamasi
(prednisone dan ibuprofen), dan antibiotik yang dapat menyebabkan mual
dan muntah.
3. Kehamilan
Muntah pada kehamilan terutama pada trisemester pertama yang
disebabkan oleh perubahan hormon dalam tubuh.

C. KLASIFIKASI
1. Regurgitasi – sifatnya pasif, aliran retrograde isi esofagus ke dalam
mulut.Regurgitasi terjadi dengan gastroesophageal reflux atau
penyumbatan esofagus.
2. Ruminasi – gangguan makan yang sering dibingungkan dengan kondisi
muntah.Ruminasi terjadi berulang-ulang setelah makan, tidak diawali
dengan mual, dan tidak terkait dengan fenomena fisik biasanya yang
menyertai muntah.
3. Dispepsia – nyeri kronis atau berulang atau ketidaknyamanan yang
berpusat di perut bagian atas. Dispepsia dapat diklasifikasikan menjadi
dispepsia struktural (berhubungan dengan asam) dan fungsional (terkait
dismotilitas). Dispepsia fungsional pada pasien kanker disebut sindrom
dispepsia yang terkait kanker (cancer-associated dyspepsia syndrome),
ditandai dengan mual, cepat kenyang, merasa penuh post-prandial, dan
nyeri.
D. PATOFISIOLOGI
Terdapat tiga fase emesis, yaitu:
1. Nausea, berupa kebutuhan untuk segera muntah atau mual. Mual biasanya
terkait dengan penurunan motilitas lambung dan peningkatan tonus di
usus kecil. Selain itu, sering terjadi pembalikan gerakan peristaltik di u
sus kecil proksimal.
2. Retcing , yaitu gerakan yang diusahakan otot perut dan dada sebelum
muntah
3. Nafas kering (dry heaves) mengacu pada gerakan pernapasan spasmodik
dilakukan dengan glotis tertutup. Sementara ini terjadi, antrum kontrak
perut dan fundus dan kardia relax. Studi dengan kucing telah
menunjukkan bahwa selama muntah-muntah terjadi herniasi balik
esofagus perut dan kardia ke dalam rongga dada karena tekanan negatif
yang ditimbulkan oleh upaya inspirasi dengan glotis tertutup.
4. Emesis adalah ketika isi usus lambung dan sering dalam jumlah kecil
didorong sampai dan keluar dari mulut.
5. Vomiting atau muntah, yaitu pengeluaran isi lambung yang disebabkan
oleh retroperistalsis GI.
Muntah di pacu oleh impuls aferen ke pusat muntah pada medulla
oblongata. Impuls diterima dari pusat muntah di medulla berupa sinyal
melalui CTZ (chemoreceptor trigger zone). CTZ terletak di daerah postrema
ventrikel otak, merupakan kemosensor utama bagi emesis dan biasanya
terkait dengan muntah akibat rangsangan kimiawi.
E. MANIFESTASI KLINIK
Muntah umumnya didahului oleh rasa mual (nausea) dan memiliki tanda-
tanda seperti : pucat, berkeringat, air liur berlebihan, takikardi, pernafasan
tidak teratur, rasa tidak nyaman, sakit kepala. Jika mual muntah berlangsung
terus-menerus maka akan mengakibatkan berat badan menurun, demam,
dehidrasi. Gejala muntah juga tergantung pada beratnya penyakit pasien mulai
dari muntah ringan sampai parah.
Tanda dan gejala nausea dan vomiting antara lain:
1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh yang meningkat
3. Nyeri perut
4. Akral teraba dingin
5. Wajah pucat
6. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
7. Pengeluaran saliva yang meningkat
8. Bisa disertai dengan pusing

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
1) Hemoglobin (Hb)
Adanya tingkat hemoglobin yang tidak normal, menandakan
tubuh mengalami anemia atau kelainan darah seperti talasemia.
Hemoglobin berada di dalam sel darah merah, tugasnya adalah
membawa oksigen ke seluruh tubuh.
2) Hematrokrit (Ht)
Adanya tingkat hematrokrit yang tinggi menandakan Anda
kemungkinan mengalami dehidrasi. Sebaliknya, jika hematokrit
rendah, mungkin Anda mengalami kekurangan darah (anemia).
Tingkat hematokrit yang tidak normal ini juga bisa menandakan
adanya gangguan pada darah atau sumsum tulang. Hematokrit
sendiri merupakan jumlah persentase perbandingan sel darah
merah terhadap volume darah.
3) Trombosit
Tingkat trombosit yang tidak normal dapat menyebabkan
gangguan pada proses pembekuan darah. Gangguan ini bisa
berupa terlalu banyak pembekuan sehingga terjadi
penggumpalan darah, atau justru kurangnya pembekuan yang
dapat menimbulkan perdarahan. Dengan sifatnya yang
membekukan darah, trombosit berfungsi untuk menutup atau
menyembuhkan luka serta menghentikan perdarahan.
4) Sel darah merah
Pemeriksaan darah lengkap tentu saja juga melibatkan
pemeriksaan sel darah merah. Fungsi sel darah merah adalah
membawa oksigen dan nutrisi lain ke seluruh tubuh. Tingkat sel
darah merah yang tidak normal, terlalu sedikit atau terlalu
banyak, adalah pertanda penyakit tertentu. Misalnya, anemia,
perdarahan, kekurangan cairan atau dehidrasi, dan penyakit lain.
5) Sel darah putih
Tingkat sel darah putih yang tidak normal, kemungkinan adalah
gejala terjadinya infeksi, gangguan sistem kekebalan tubuh,
bahkan mungkin kanker darah (leukemia). Untuk memastikan,
umumnya akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
mengetahui jenis sel darah putih yang abnormal.
6) Gula darah
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kadar gula dalam darah.
Kadar gula darah yang tinggi menandakan Anda mungkin
mengalami diabetes. Tes ini mungkin meminta Anda untuk puasa
sebelumnya.
b. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami
dehidrasi.
c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya
infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila
dicurigai adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis
metabolik berulang yang tidak jelas penyebabnya.
e. Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk
menyingkirkan kemungkinan defek pada siklus urea.
f. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa
bila dicurigai ke arah penyakit hati.
g. Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis
akut. Kadar lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap
meninggi selama beberapa hari setelah serangan akut.
h. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua
pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan
pemeriksaan barium meal.
3. Foto polos abdomen
a. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
b. Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda
ini tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c. Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah
diafragma menandakan adanya perforasi.
4. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta
larut air. Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau
keadaan yang menyebabkan ob struksi pada pengeluaran gaster.
5. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi
pada intususepsi.

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi antiemetik adalah untuk mencegah atau menghilangkan mual
dan muntah, tanpa menimbulkan efek samping.
1. Terapi non farmakologi:
a. Pasien dengan keluhan sederhana, menghindari makanan tertentu
atau moderasi asupan makanan yang lebih baik.
b. Pasien dengan gejala penyakit sistemik sebaiknya mengobati kondisi
yang mendasarinya.
c. Antisipasi mual atau muntah pada pasien terapi kanker dengan
memberi profilaksis antiemetik.
d. Intervensi perilaku dan termasuk relaksasi, biofeedback, self-
hypnosis.
2. Terapi farmakologi
Faktor pemilihan terapi :
a. Gejala berdasarkan etiologi
b. Frekuensi, durasi, and tingkat keparahan
c. Kemampuan pasien pada penggunaan obat secara oral, rektal, injeksi
atau transdermal
d. Obat telah berhasil digunakan sebagai antiemetik sebelumnya
Obat-obat yang dapat digunakan yaitu:
a. Antasida
Dapat diberikan dalam dosis tunggal atau kombinasi, terutama yang
mengandung magnesium hydroxide, aluminum hydroxide, calcium
carbonate. Kerjanya yaitu dengan membantu menetralisasi asam
lambung. Dosis untuk membantu memulihkan mual dan muntah akut
atau intermitten yaitu 15 sampai 30 mL dari produk dengan dosis
tunggal atau kombinasi.
b. Antihistamine – Antikolinergik
Obat antiemetik dari kategori antihistamin-antikolinergik ini bekerja
dengan menghambat berbagai jalur aferenviseral yang merangsang
mual dan muntah di otak. Efek samping yang dapat ditimbulkan yaitu
mengantuk, gelisah, penglihatan kabur, mulut kering, retensi urin,
dan takikardia, terutama pada pasien usia lanjut.
c. Butyrophenones
Dua senyawa butyrophenone yang memiliki aktivitas antiemetik
adalah haloperidol dan droperidol. Keduanya bekerja dengan
memblokir stimulasi dopaminergik di CTZ. Meskipun setiap agen
efektif dalam mengurangi mual dan muntah, haloperidol tidak
dianggap sebagai terapi lini pertama untuk mual dan muntah tanpa
komplikasi tetapi digunakan untuk perawatan keadaan paliatif.
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid telah menunjukkan efikasi antiemetik sejak adanya
pasien yang menerima prednisone sebagai prosedur awal penanganan
penyakit Hodgkin untuk mengurangi mual dan muntah. Methyl
prednisolone juga telah digunakan sebagai antiemetik. Deksametason
telah terbukti efektif dalam pengelolaan mual dan muntah akibat
kemoterapi dan pasca operasi baik sebagai obat tunggal maupun
dalam kombinasi dengan selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI).

H. PENCEGAHAN
Menghindari pemicu mual dapat membantu mencegah muntah. Oleh karena
itu, Anda harus menghindari:
1. Kerlip lampu, yang dapat memicu sakit kepala migrain.
2. Panas dan kelembapan.
3. Pelayaran laut.
4. Bau menyengat, seperti bau parfum dan asap dapur.
5. Hindari aktivitas setelah makan dan
6. Menghindari aktivitas fisik yang intens setelah makan juga dapat
meminimalkan mual.
7. Hindari makanan pedas, tinggi lemak, dan berminyak. Contoh makanan
yang cenderung tidak menyebabkan mual seperti sereal, kerupuk, roti
panggang, gelatin, dan kaldu.
I. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi.
Pada saat muntah, maka isi perut yang kebanyakan adalah cairan akan
keluar, sehingga membuat tubuh kehilangan cairan yang tadinya penting
untuk berperan dalam homeostasis. Dehidrasi ini akan berimplikasi
hipovolemik pada tubuh, kulit kering, rasa haus, lemas, anak gelisah. Bila
berat dapat terjadi napas cepat, tekanan darah turun, gangguan jantung,
kejang, penurunan kesadaran, bahkan dapat mengancam jiwa.
2. Acidosis metabolik, akibat kekurangan H+ pada lambung.
3. Kerusakan gigi akibat tergerus asam lambung (perimylolysis). Pada saat
muntah, asam lambung akan keluar bersamaan dengan isi perut. Ketika
asam lambung keluar dan berada di dalam mulut, maka akan merusak
email gigi sehingga gigi karies.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian :
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pertama kali dan sedang dirasakan oleh pasien
seperti ketidaknyamanan pada perut mual dan muntah bahakan hingga
pusing disertai dengan peningkatan tekanan intrakarnial sampai lemas.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan pasien dari sebelum terjadi penyakit mual muntah hingga mual
muntah terjadi. Seperti makanan yang di makan, adakah keluhan sebelum
mual muntah, penyakit bawaan, penyakit yang di derita sekarang dengan
resiko mual muntah hingga yang dirasakn seperti mulut kering keinginan
muntah dan pusing karena tekanan intrakranial.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat yang pernah di derita pasien seperti kejang dan demam saat
sebelum mual muntah terjadi atau riwayat penyakit terdahulu seperti
pernah dirawat di rs deng an diagnosa khusus seperti gea, gangguan
pencernaan, maag dan lain sebagainya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Rriwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak.
5. Riwayat penyakit alergi
Pasien ditanya apakah pasien mempunyai riwayat alergi makan yaatau
obat-obatan untuk mengetahui penyebab dan untuk melakukan tindakan
selanjutnya sebagai penatalaksanaan agar tidak terjadi penambahan
keluhan pada pasien dan menghindari sindrom stefen junktion.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital sign
b. Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak
mata cekung, produksi urine berkurang).
c. Tanda- tanda shock
d. Penurunan berat badan
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah
b. Foto polos abdomen meupun dengan kontras
c. USG
d. Pyelografi intravena/ sistrogram
e. Endoskopi dengan biopsy/ monitoring PH esophagus
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1. DS : Pasien mengatakan mual 5 Program Mual
kali sejak 1 hari yang lalu pengobatan

DO :

- Keadaan umum :
Sedang
- Kesadaran : Compos
mentis
- TD : 100/70 mmHg
- N : 88 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,2 oC
- Terpasang infus Nacl
20 tpm

2. DS : Klien mengatakan nyeri pada Agens cedera Nyeri akut


tengkuk leher biologis
P : Agens cedera biologis
Q : Ditusuk-tusuk
R : tengkuk leher
S : Nyeri sedang (skala 5 dari 0-
10)
DO :

- Keadaan umum :
Sedang
- Kesadaran : Compos
mentis
- TD : 100/70 mmHg
- N : 88 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,2 oC
- Terpasang infus Nacl
20 tpm

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Mual berhubungan dengan program pengobatan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
D. PERENCANAAN
D NOC NIC
X
1. Setelah dilakukan tindakan NIC : Manajemen Mual
keperawatan selama 3 x 24 jam, (1450)
diharapkan mual dan muntah pasien 1. Identifikasi faktor-faktor
dapat teratasi dengan kriteria hasil : yang dapat menyebabkan
atau berkontribusi mual
NOC : Kontrol Mual dan Muntah (misalnya, obat-obatan
(1618) dan prosedur)
Kriteria hasil awal Tujuan 2. Anjurkan pasien untuk
Mengenali onset 3 5 makan makanan selingan
mual seperti biskuit dan roti
Mendeskripsikan 3 5
3. Anjurkan makan sedikit
factor-faktor
tapi sering dan dalam
penyebab
Mengenali 3 5 keadaan hangat
pencetus stimulus 4. Anjurkan pasien
(muntah) mengurangi jumlah
Keterangan : makanan yang dapat
1 = Tidak pernah ditunjukan menimbulkan mual
2 = Jarang ditunjukan 5. Berikan istirahat dan tidur
3 = Kadang-kadang menunjukan yang adekuat untuk
4 = Sering ditunjukan mengurangi mual
5 = Secara konsisten ditunjukan 6. Kolaborasi pemberian
obat untuk mengurangi
mual

2. Setelah dilakukan tindakan NIC : Menejemen Nyeri


keperawatan selama 3 x 24 jam, (1400)
diharapkan nyeri akut pasien dapat 1. Lakukan pengkajian nyeri
teratasi dengan kriteria hasil : secara komprehensif yang
meliputi lokasi,
NOC : Tingkat Nyeri (2102) karakteristik, onset atau
Kriteria hasil awal Tujuan durasi, frekuensi,
Nyeri yang 3 5 kualitas,intensitas atau
dilaporkan beratnya nyeri dan faktor
Panjangnya 3 5
pencetus
episode nyeri
Ekspresi nyeri 3 5 2. Ajarkan penggunaan
wajah tehnik non farmakologi
3. Kolaborasi dengan dokter
Keterangan : dalam pemberian obat
1 = Berat 4. Kendalikan faktor
2 = Cukup berat lingkungan yang dapat
3 = Sedang mempengaruhi respon
4 = Ringan pasien terhadap
5 = Tidak ada ketidaknyamanan
(misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, suara bising)
5. Monitor tanda-tanda vital
E. IMPLEMENTASI
Diagnosa 1 : Mual berhubungan dengan program pengobatan
NIC : Manajemen Mual (1450)
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau
berkontribusi mual (misalnya, obat-obatan dan prosedur)
2. Mengnjurkan pasien untuk makan makanan selingan seperti biskuit dan
roti
3. Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat
4. Menganjurkan pasien mengurangi jumlah makanan yang dapat
menimbulkan mual
5. Memberikan istirahat dan tidur yang adekuat untuk mengurangi mual
6. Berkolaborasi pemberian obat untuk mengurangi mual

Diagnosa 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis


NIC : Manajemen Nyeri (1400)
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset atau durasi, frekuensi, kualitas,intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
2. Mengajarkan penggunaan tehnik non farmakologi
3. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
4. Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu ruangan, pencahayaan,
suara bising)
5. Memonitor tanda-tanda vital
F. EVALUASI
1. Diagnosa 1 : Masalah mual teratasi sebagian
S :Pasien mengatakan mual dan muntah berkurang, sudah mulai nafsu
makan
O : Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaraan : Compos mentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 88x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 36.7 oC
A : Masalah mual teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan pasien untuk makan makanan selingan seperti biskuit dan
roti
2. Anjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat
2. Diagnosa 2 : Masalah nyeri akut teratasi
S : Pasien mengatakan sudah tidak merasa nyeri
P : Agen cedera biologis
Q : Nyeri sudah tidak terasa
R : Nyeri pada tengkuk leher
S : Nyeri ringan (skala 1 dari 0-10)
T : Hilang timbul
O : Keadaan umum : Sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 88x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 36,7 oC

A : Masalah nyeri akut teratasi

P : Hentikan intervensi
G. REFERENSI

Bulecheck, dkk.2016.Nursing Outcomes Classifications (NOC) Measurement


of health Outcomes 5th Indonesian Edition : Elsevier

Bulecheck.2016.Nursing Interventions Classifications (NIC) Measurement of


health Outcomes 6th Indonesian Edition. : Elsevier

Heather, Herdman, 2018. NANDA-I 2018-2020 Diagnosa Keperawatan. Edisi


11. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran : EGC

Wilistiadi, P. 2019. Laporan Pendahuluan Nausea Dan Vomiting.


https://images.app.gooo.gl/KnLvXwCyrSAF4Vx7. Diakses pada 10 Mei 2021

Anda mungkin juga menyukai