Anda di halaman 1dari 39

MODUL

KASUS ILEUS OBSTRUKTIF


PROGRAM PROFESI NERS STIKKU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dapartemen Keperawatan Dasar


Profesi
Dosen Pengampu: TIM

Disusun Oleh:
Dwi Sinta Lestari
JNR0200103

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021
MODUL
KASUS ILEUS OBSTRUKTIF BLOK PENCERNAAN
PROGRAM PROFESI NERS STIKKU

DWI SINTA LESTARI


JNR0200103
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, dan
Karunianya yang telah Engkau berikan kepada penulis. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan modul kasus ileus obstruktif dalam bentuk maupun
isinya yang mungkin sangat sederhana.
Dalam proses penulisan modul kasus ileus obstruktif ini tidak selalu
berjalan dengan lancar, banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi.
Sehingga sering timbul perasaan penat serta jenuh, namun dengan adanya
berbagai pihak yang memberi motivasi, bantuan, bimbingan, dan pengarahan
yang tak ternilai harganya, sehingga alhamdulillah akhirnya penulisan modul
kasus ileus obstruktif ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan modul ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan modul kasus ileus obstruktif masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk maupun penyusunan materinya. Karena
itu kritik dan saran dari pembaca, penulis harapkan. Agar membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Cirebon, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
MODUL ILEUS OBSTRUKTIF................................................................... 1
A. Tujuan........................................................................................................ 1
1. Tujuan Umum....................................................................................... 1
2. Tujuan Khusus...................................................................................... 1
B. Anatomi Fisiologi...................................................................................... 1
1. Usus Halus............................................................................................ 1
2. Usus Besar............................................................................................ 4
C. Konsep Ileus Obstruktif........................................................................... 4
1. Definisi Ileus Obstruktif....................................................................... 4
2. Klasifikasi............................................................................................. 5
3. Etiologi................................................................................................. 5
4. Manifestasi Klinis................................................................................. 7
5. Patofisiologi.......................................................................................... 7
6. Pathway ................................................................................................ 8
7. Komplikasi............................................................................................ 8
8. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 9
9. Penatalasanaan...................................................................................... 9
D. Asuhan Keperawatan............................................................................... 10
1. Pengkajian............................................................................................. 10
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 12
3. Intervensi Keperawatan........................................................................ 13
E. Berfikir Kritis............................................................................................ 25
1. Studi Kasus........................................................................................... 25
2. Pertanyaan Terkait Kasus..................................................................... 25
F. Keterampilan Klinik Tindakan Hemodialisa......................................... 29

ii
Daftar Pustaka .............................................................................................. 31

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Intervensi............................................................................................
13
Tabel 2. Prosedur Tindakan Perawatan Kolostomi.......................................... 29

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem pencernaan.........................................................................


1
Gambar 2. Letak usus halus didalam sistem pencernaan................................
2
Gambar 3. Usus besar......................................................................................
3
Gambar 4. Penyebab ileus obstruksi................................................................. 6
Gambar 5. Pathway ileus obstruksi.................................................................. 8

v
MODUL ILEUS OBSTRUKSI
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan penulis dan pembaca
mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan ileus obstruktif.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menguraikan anatomi dan fisologi sistem
pencernaan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep ileus obstruktif
c. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian pada pasien dengan ileus
obstruktif
d. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada
pasien dengan ileus obstruktif
e. Mahasiswa mampu mengimplementasi asuhan keperawatan pada
pasien dengan ileus obstruktif
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada
pasien dengan ileus obstruktif
g. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan daftar tilik perawatan
kolostomi dan video perawatan kolostomi
B. Anatomi dan Fisiologi
Saluran pecernaan adalah sistem organ dalam
manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, mneyrap zat-zat gizi dalam aliran darah,
serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna yang merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Panjang saluran cerna ini
sekitar 9 meter dan di bawah kontrol sistem saraf
otonom (McGrath dalam Haryanto dan Anik
Maryunani, 2016).

Ileus Obstruktif Page 32


Organ saluran pencernaan terdiri atas mulut, faring (tenggorokan),
esofagus (kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Selain
itu, sistem pencernaan juga meliputi organ tambahan seperti gigi, lidah,
kandung empedu, kelenjar ludah dan pencernaan, serta hati dan pankreas
(Marieb dalam Haryanto dan Anik Maryunani, 2016).
1. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian darisaluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Panjang usus halur bervariasi, mulai
dari 2 meter samapai 10 meter atau rata-rata 6,5m. Usus halus memiliki
diameter sekitar 2,5cm (McGrath dalam Haryanto dan Anik Maryunani,
2016). Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zar-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir
(untuk melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-
pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Usus halus terdiri tiga
bagian, yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Sementara lapisan usus halus
terdiri ari mukosa sebelah dalam, lapian otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan lapian serosa sebelah luar.
Fungsi utama usus halus sebagai absorpsi elektrolit-mineral (kalium,
kalsium, magnesium, besi dan HCO3), karbohidrat, protein, serta lemak.
Dalam hal ini usus halus halus berfungsi untuk menyerap zat gizi melalui
mukosa usus yang ketebalan permukaannya betambah tiga kali.

Gambar 2 letak usus halus didalam sistem pencernaan (sumber: wikimedia.org)

Ileus Obstruktif Page 32


a. Duodenum atau usus dua belas jari
Usus dua belas jari merupakan bagian dari usus halus dimana usus
dua belas jari ini usus paling pendek diusus halus. Usus ini terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke jejunum. Perjalanan makanan di usus
dua belas jari dumulai dari lambung. Kimus bergerak dari lambung
menunju duodenum melalui sfingter piloruss untuk mencegah regurgitasi
(Watson dalam Haryanto dan Anik Maryunani, 2016). Kimus masuk ke
duodenum sekitar 0 meit setelah makan. Sekita 6-10 ml dari kimus masuk
ke duodenum setiap menit, pengosongan lambung biasanya 4-5 jam
setelah makan (Richards dalam Haryanto dan Anik Maryunani, 2016).
Makanan masuk ke dalam duodenum berkisar jumlah yang bisa dicerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mendorong makanan.
b. Jejunum
Jejunum merupakan bagian kedua dari usus halus terletak diantara
usus dua belas jari dan ileum menggantung dalam rongga abdomen dengan
mesenterium. Permukaan dalam jejunum berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili) yang memeprluas permukaan usus.
c. Ileum
Ileum atau usus penyerapan merupakan bagian terakhir dari usus
halus. Dimana usus penyerapan ini memiliki ukuran 2-4 meter dan terletak
setelah duodenum dan jejunum. Ileum memilki pH 7-8, yaitu netral dan
sedikit basa, berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Ileum berbatasan langsung dengan usus besar.
2. Usus besar
Usus besar atau disebut juga kolon secara anatomis kolon ini bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Kolon ini terletak di dinding abdomen posterior
pada peritoneum (Richards dalam Haryanto dan Anik Maryunani, 2016).
Kolon berukuran panjang 1,5 meter dengan diameter 7 cm.
Fungsi dari kolon adalah absorpsi, sekresi, motilitas dan digesti intralumen
yang membuat keluaran dari ileum menjadi feses semipadat. Kolon proksimal

Ileus Obstruktif Page 32


mengabosorpsi kelebihan air dan elektrolit. Dalam hal ini, fungsi utama kolon
ini adalah menyerap air dari feses. Setelah bergerak dari usus halus, makanan
kemudian sebagian dicerna dan sebagian lagi dalam berbentuk cair didorong
melewati sfingter, disebut katup ileosekal, agar memasuki usus besar. Didalam
usus besar sebagian besar air diserap dari bahan limbah. Pada saat feses/tinja
mencapai ujung usus besar, bentuknya sudah menjadi lebih paat. Kolon mulai
dari ileum hingga anus terdiri atas sekum, apendiks, kolo asenden, kolon
transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, rektum, dan anus.
Didalam usus besar terdapat banyak bakteri. Tugas bakteri-baktei ini
adalah mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri didalam usus besar juga berfungsi memproduksi zat-zat penting,
seperti vitamin K sehingga penting untuk funsi normal usus. Beberapa
penyakit serta zat antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
diproduksinya lendir dan air secara besar-besaran dan terjadilah diare.

Gambar 3 Usus Besar


C. Konsep Ileus Obstruktif
1. Definisi
Obstruksi usus adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan
kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan, atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut.

Ileus Obstruktif Page 32


Ileus obstruktif disebut juga ileus mekanis yaitu suatu penyebab fisik
menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik sebagian maupun
total. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis
akibat karsinoma yang melingkar.
2. Klasifikasi
a. Menurut sifat sumbatannya
1) Obstruksi biasa yaitu penyumbatan mekanis didalam lumen usus tanpa
gangguan pembuluh darah, antar lain karena atresia usus dan
neoplasma.
2) Obstruksi strangulasi yaitu penyubatan di dalam lumen usus, disertai
oklusi pembuluh darah seperti hernia starngulasi, intususepsi, adhesi,
dan volvulus.
b. Menurut letak sumbatannya
1) Obstruksi tinggi bila mengenai usus halus
2) Obstruksi rendah bila mengenai usus besar
3. Etiologi
a. Hernia
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan usu menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus).
b. Perlengketan usus
Dimana pita-pita jaringan fibrosa yang sering menyebabkan
obstruksi usus halus pasca bedah setelah operasi abdomen. sebagian besar
obstruksi disertai oleh adhesi dan dapat terjadi setiap waktu setelah
minggu kedua pasca bedah. Adhesi ini dapat berupa perlengketan yang
bentuk tunggal maupun multiple yag setempat maupun luas. Pada operasi,
perlengketan dilepaskan dalam bentuk pita. Pada operasi, perlengketan
dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali.
c. Atresia usus

Ileus Obstruktif Page 32


Gangguan passase usus yang kongenital dapat berbentuk strenosis
dan tresia, yang dapat disebabkan oleh kegagalan rekanalisasi pada waktu
janin berusia 6-7 minggu. Kelainan bawaan ini dapat juga disebabkan oleh
gangguan aliran darah lokal pada sebagian dinding usus akibat desakan,
invaginasi, volvulus, jepitan atau perforasi usus masa janin
d. Tumor
Tumor dalam usus halus kebanykan bersifat jinak yang artinya
tidak menimbulkan gangguan yang berarti selama hidup. Kadang-kadang
gejalanya tidak jelas atau tidak khas, sehingga kelainan tidak terdeteksi
kecuali apabila ada penyulit. Tumor usus halus dapat menimbulkan
komplikasi seperti pendarahan dan obstruksi. Obstruksi dapat disebabkan
oleh tumornya ataupun secara tidak langsung oleh invaginasi.
e. Batu empedu yang masuk ke ileus
Inlamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke rakts gastroentistinal. Batu emepedu
yang besar terjepit diusus halus, umumnya pada bagian ileum terminal
atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi
kolon yang paling sering adalah karsinoma (anker yang dimulai dikulit
atau jaringan yang melapisi aau menutupi organ-organ tubuh), terutama
pada daerah rektosignomoid dan kolon kiri distal (Indriyani dalam
Wirawan, 2017).
f. Tumpukan sisa makanan
Obstruksi usus halus
akibat bahan makanan
ditemukan pada orang yag
pernah mengalami operasi
pengangkatan sebagianatau
penuhdari perut (gastrektomi).
Obstruksi biasanya terjadi pada

Ileus Obstruktif Page 32


daerah anastomosis. Obstruksi lain, yang jarang ditemukan dapat terjadi
setelah makan banyak sekali buah-buahan yang mengandung banyak serat
yang menyebabkan obstruksi di ileum terminal, seperti serat buah jeruk
atau biji banyak yang ditelan sekaligus dengan buah tertentu yang berinti.
4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri tekan pada abdomen
b. Mual muntah
c. Konstipasi
d. Distensi abdomen
e. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus
f. Kembung
5. Patofisiologi
Ileus obstruktif disebabkan oleh penyumbatan yang terjadi di usus baik
usus halus ataupun usus besar, penyumbatan ini bisa berupa perlengketan
neoplasma, hernia, benda asing, batu empedu, tumpukan makanan, atresia ani.
Adanya enyebab tersebut dapat mengakibatkan perjalanan usus terganggu
sehingga terjadinya penumpukan gas dan cairan dalam lumen usus. Adanya
penumpukan isi usus dapat menyebabkan gangguan absorpsi H 2O (air) dan
elektrolit. Pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan air dan natrium,
selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler sehingga
terjadi syok hipovelemik dan asidosis metabolik.
Penumpukan cairan juga dapat mengakaibatkan distensi dinding usus
sehingga menimbulkan rasa nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga
dapat menekan kandung kemih Distensi dinding usus juga dapat menekan
kandung kemih sehingga terjadi retensi urine. Retensi juga dapat menekan
diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit bernapas.
Selain itu distensi juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, rupture
dan perforasi, sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang
nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan

Ileus Obstruktif Page 32


toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia (Ningsih
Rahayu Atika, 2017).
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan
terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang perstaltik dapat berbalik
arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke mulut . keadaan ini akan
menimbulkan muntah-muntah yang akan yang akan menyebabkan dehidrasi.
Muntah-muntah yang berlebihan dapat menyebakan kehilangan ionhidrogen
dan kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah
(Ningsih Rahayu Atika, 2017).

6. Pathway

Gambar 5.pathway ileus obstruktif


7. Komplikasi

Ileus Obstruktif Page 32


a. Perforsi usus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga
perut. Kebocoranini dapat menyebabkan peritonitis.
b. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritoneum seingga terjadi
peradangan infeksi yang hebat pada intra abdomen.
c. Sepsis adalah infeksi akibat dari peritonitis yang tidak tertangani dengan
baik dan cepat.
d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
e. Nekrosis usus adalah adanya kematian jaringan pada usus.
f. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus
oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah amylase.
b. Pemeriksaan feses
c. Proktoskopi
d. Enema baitum dan kolosokopi
e. Manometri dan elektromiografi
9. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangka penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-
kadang satu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan,
terutama jika disebabkan oleh perlengketaan. Pendeerrita penyumbatan usus
harus di rawat dirumah sakit (Nurarif & Kusuma dalam Wirawan, 2017).
a. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mnegurangi muntah,
mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barula
dilakukan laporatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen

Ileus Obstruktif Page 32


ditangai dengan pemantauan dan konservatif (Hardi Kusuma dan Amin
Huda Nurarif, 2016).
b. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organ vital berfungsi dengan baik. Tetapi yang peling sering dilakukan
pembeahan sesegara mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila ada
strangulasi, obstruksi lengkap, hernia inkarserata, tidak ada perbaikan
dengan pengobatan konservaratif (dengan pemasangan NGT, infus
oksigen dan kateter) (Hardi Kusuma dan Amin Huda Nurarif, 2016).
c. Pasca bedah
Pada pasca bedah hal yang penting adalah cairan dan elektrolit
untuk mencegah terjadinya gagal ginjal an harus memberikan kalori yang
cukup. Pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik (Hardi
Kusuma dan Amin Huda Nurarif, 2016).
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata pasien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat pengkajian. Pada umunya
akan ditemukan pasien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya
terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk riwayat kesehatan sekarang menggunakan pendekatan PQRST,
yaitu:
P merupakan apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q meruakan bagaimana keluhan dirasakan oleh pasien apakah hilang
timbul atau terus-menerus (menetap).
R merupakan diaderah mana gejala dirasakan tersebut.

Ileus Obstruktif Page 32


S merupakan seberapa keparahan yang dirasakan oleh pasien dengan
memakai skala numeric 1 s/d 10.
T merupakan kapan keluhan timbul yang dirasakan oleh pasien,
sekaligus faktor yang memperberat dan memperingan keluhan timbul
tersebut.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketegantungan terhadap makanan atau minuman, zat dan obat-
obatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang
sama.
c. Aktivitas/Istirahat
1) Nutrisi: nutrisi terganggu kaena adanya mual dan muntah.
2) Eliminasi: pasien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus karena
peristaltik usus menurun atau behenti.
3) Istirahat: tidur tidak bisa karena nyeri hebat yang dirasakan, kembung
dan muntah.
4) Aktivitas: badan terasa lemah dan biasanya pasien dianjurkan untuk
tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
5) Personal hygiene: ada berapa sebagian orang yang mampu merawat
dirinya.
6) Psikologis: pasien gelisah dan cemas dengan penyakitnya.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pasien tampak lemah, kesadara menurun sampai syok hipovelemik,
2) TTV
TD 130/90 mmHg, nadi meningkat 110x/mnt, suhu meningkat (390 C),
Respirasi meningkat 24x/mnt.
3) Pemeriksaan fisik

Ileus Obstruktif Page 32


a) Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada

oedema, tekanan darah 130/90 mmHg, BJ I dan BJ II terdengar

normal

b) Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada

normal, dada simetris, sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan

tidak ada ronchi

c) Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan

tanda adanya infeksi.

d) Sistem perkemihan: produksi urin menurun BAK < 500 cc

e) Sistem muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan

aktivitas secara mandiri

f) Sistem integumen: tidak ada oedema, turgor kulit menurun, tidak

ada sianosis, pucat

g) Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit, teraba

keras, adanya nyeri tekan, hipertimpani, bising usus > 12x/mnt,

distensi abdomen.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d distensi abdomen d.d mengeluh nyeri pada bagian
abdomen, tampak meringis, skala nyeri 6, abdomen teraba kencang
b. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien d.d mual
muntah, bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat
c. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d obstruksi intestinal, mual dan
muntah

Ileus Obstruktif Page 32


3. Intervensi Keperawatan
Tabel 1. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 (0077) 1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (08238)
Nyeri akut b.d distensi abdomen d.d keperawatan diharapkan tingkat nyeri 1. Observasi
mengeluh nyeri pada bagian abdomen, menurun dengan kriteria hasil (08066) a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
tampak meringis, skala nyeri 6, a. Kemampuan menuntaskan aktivitas durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
abdomen teraba kencang meningkat nyeri
b. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
c. Meringis menurun c. Indentifikasi respon nyeri non verbal
d. Sikap protektif menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat
e. Gelisah menurun dan meringankan nyeri
f. Kesulitan tidur menurun e. Identifikasi pengetahuan dan
g. Anoreksia menurun keyakinan tentang nyeri
h. Muntah menurun f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
i. Mual menurun respon nyeri
j. Frekuensi nadi membaik g. Monitor keberhasilan terapi
k. Pola napas membaik komplementer yang sudah diberikan
l. Tekanan darah membaik h. Monitor efek samping penggunaan

Ileus Obstruktif Page 32


m. Nafsu makan membaik analgetik
n. Pola tidur membaik 2. Terapeutik
2. Setelah dilakukan tindakan a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
keperawatan diharapkan fungsi mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
gastrointestinal membaik dengan hipnosis, akupresur, terapi musik,
kriteria hasil (03019) biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
a. Toleransi terhadap makanan teknik imajinasi terbimbing, kompres
meningkat hangat/dingin, terapi bermain)
b. Nafsu makan meningkat b. Kontrol lingkungan yang
c. Mual menurun memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
d. Muntah menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan)
e. Dispepsia menurun c. Fasilitas istrirahat dan tidur
f. Nyeri abdomen menurun d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
g. Distensi abdomen menurun dalam pemelihan strategi meredakan
h. Jumlah cairan lambung saat nyeri
aspirasi menurun 3. Edukasi
i. Frekuensi BAB membaik 1. Jelaskan penyebab, preload, dan
j. Konsistensi feses membaik pemicu nyeri
k. Peristaltik usus membaik 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

Ileus Obstruktif Page 32


l. Jumlah feses membaik 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
m. Warna feses membaik mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Pemberian analgesic (08243)
1. Observasi
a. Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
b. Identifikasi riwayat alaergi obat
c. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
(mis. Narkotika, non-narkotika,
NSAID) dengan tingkat keparahan
nyeri.

Ileus Obstruktif Page 32


d. Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
e. Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
a. Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
b. Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
c. Tetapkan target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan respon pasien
d. Dokumentasikan respons terhadap
efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
3. Edukasi
a. Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
4. Kolaborasi

Ileus Obstruktif Page 32


1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi

2 (0019) 1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (03119)


Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan keperawatan diharapkan status nutrisi 1. Observasi
mengabsorpsi nutrien d.d mual muntah, membaik (03030) a. Identifikasi status nutrisi
bising usus hiperaktif, membran mukosa a. Porsi makanan yang dihabiskan b. Identifikasi alergi makanan dan
pucat meningkat intoleransi makanan
b. Nyeri abdomen menurun c. Identifikasi makanan yang disukai
c. Berat badan membaik d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
d. Indeks masa tubuh membaik nutrien
e. Frekuensi makan membaik e. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
f. Nafsu makan membaik nutrien
g. Bisisng usus membaik f. Identifikasi perlunya penggunaan
h. Membran mukosa membaik selang nasogastrik
2. Setelah dilakukan tindakan g. Monitor asupan makana
keperawatan diharapkan nafsu makan h. Monitor berat badan
membaik (03024) i. Monitor hasil pemeriksaan
a. Keinginan makan membaik laboratorium

Ileus Obstruktif Page 32


b. Asupan makanan membaik 2. Terapeutik
c. Asupan cairan membaik a. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
d. Energi untuk makan membaik jika perlu
e. Kemampuan merasakan makanan b. Fasilitasi menentukan pedoman diet
membaik (mis. Piramida makanan)
f. Kemampuan menikmati makanan c. Sajikan makanan secara menarik dan
membaik suhu yang sesuai
g. Asupan nutrisi membaik d. Berikan makanan tinggi serat untuk
h. Stimulus untuk makan membaik mencegah konstipasi
i. Kelaparan membaik e. Berikan makanan tinggi kalori dan
3. Setelah dilakukan tindakan tinggi protein
keperawatan diharapkan tingkat nyeri f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
menurun (08066) g. Hentikan pemberian makan melalui
a. Kemampuan menuntaskan aktivitas selang nasogastrik jika asupan oral
meningkat dapat ditoleransi
b. Keluhan nyeri menurun 3. Edukasi
c. Meringis menurun a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
d. Sikap protektif menurun b. Ajarkan diet yang diprogramkan
e. Gelisah menurun 4. Kolaborasi

Ileus Obstruktif Page 32


f. Kesulitan tidur menurun a. Kolaborasi pemberian medikasi
g. Anoreksia menurun sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
h. Muntah menurun antiemetik), jika perlu
i. Mual menurun b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
j. Frekuensi nadi membaik menentukan jumlah kalori dan jenis
k. Pola napas membaik nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
l. Tekanan darah membaik Promosi Berat Badan (03136)
m. Nafsu makan membaik 1. Observasi
n. Pola tidur membaik a. Identifikasi kemungkinan penyebab
4. Setelah dilakukan tindakan berat badan kurang
keperawatan diharapkan fungsi b. Monitor adanya mual muntah
gastrointestinal membaik dengan c. Monitor jumlah kalori yang
kriteria hasil (03019) dikonsumsi sehari-hari
a. Toleransi terhadap makanan d. Monitor BB
meningkat e. Monitor albumin, limfosit, dan
b. Nafsu makan meningkat elektrolit serum
c. Mual menurun 2. Terepeutik
d. Muntah menurun a. Berikan perawatan mulut sebelum
e. Dispepsia menurun pemberian makan, jika perlu

Ileus Obstruktif Page 32


f. Nyeri abdomen menurun b. Sediakan makanan tepat sesuai
g. Distensi abdomen menurun dengan kondisi pasien (mis. Makanan
h. Jumlah cairan lambung saat dengan teksturhalus, makanan yang
aspirasi menurun diblender, makanan cair yang
i. Frekuensi BAB membaik diberikan melalui NGT,atau
j. Konsistensi feses membaik gastrostomi, total parienteral nutrition
k. Peristaltik usus membaik sesaui indikasi)
l. Jumlah feses membaik c. Hidangkan makan secara menarik
m. Warna feses membaik d. Berikan suplemen, jika perlu
e. Berikan pujian pada pasien/keluarga
untuk peningkatan yang di capai
3. Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
b. Jelaskan peningkatan asupan kalori
yng dibutuhkan
3 0036 1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan (03098)
Resiko ketidakseimbangan cairan b.d keperawatan diharapkan keseimbangan 1. Observasi
obstruksi intestinal, mual dan muntah cairan meningkat (03020) a. Monitor status hidrasi (mis.

Ileus Obstruktif Page 32


a. Asupan cairan meningkat Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
b. Haluaran urin meningkat pengisian kapiler, kelembapan
c. Kelembaban membran mukosa mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
meningkat b. Monitor berat badan harian
d. Asupan makanan meningkat c. Monitor berat badan sebelum dan
e. Edema menurun sesudah dialisis
f. Dehidrasi menurun d. Monitor pemeriksaan laboratorium
g. Asites menurun (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP, jika
h. Konfusi menurun tersedia)
i. Tekanan darah membaik 2. Terapeutik
j. Denyut nadi radial membaik a. Catat intake-output dan hitung
k. Tekanan arteri rata-rata membaik balance cairan 24 jam
l. Membran mukosa membaik b. Berikan asupan cairan, sesuai
m. Mata cekung membaik kebutuhan
n. Turgor kulit membaik c. Berikan cairan intravena, jika perlu
o. Berat badan membaik 3. Kolaborasi
2. Setelah dilakukan tindakan a. Kolaborasi pemberian diuretik, jika
keperawatan diharapkan status cairan perlu
pasien membaik Pemantauan Cairan (03121)

Ileus Obstruktif Page 32


a. Kekuatan nadi meningkat 1. Observasi
b. Turgor kulit meningkat a. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
c. Output urine meningkat b. Monitor frekuensi napas
d. Pengisisan vena meningkat c. Monitor tekanan darah
e. Ortopnea menurun d. Monitor berat badan
f. Dispnea menurun e. Monitor waktu pengisian kapiler
g. Edema anasarka menurun f. Monitor elasitas turgor kulit
h. Edema perifer menurun g. Monitor jumlah, warna dan berat
i. Berat badan menurun jenis urine
j. Distensi vena jugularis menurun h. Monitor kadar albumin dan protein
k. Suara napas tambahan menurun total
l. Kongesti paru menurun i. Monitor hasil pemeriksaan serum
m. Perasaan lemah menurn (mis. Osmolaritas serum, hematokrit,
n. Keluhan haus menurun natrium, kalium, BUN)
o. Konsentrasi urine menurun j. Monitor intake dan output cairan
p. Frekuensi nadi membaik k. Identifikasi tanda-tanda hipovelemia
q. Tekanan darah membaik (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
r. Membrane mukosa membaik teraba lemah, TD menurun, tekanan
s. Kadar hb membaik nadi menyempit, haus, lemah,

Ileus Obstruktif Page 32


t. Kadar ht membaik konsentrasi urine meningkat, turgor
u. CVP membaik kulit menurun, membrane mukosa
v. Refluks hepatojugular membaik kering, volume urine menurun,
w. Intake cairan membaik hematokrit meningkat, BB menurun
x. Suhu tubuh membaik dalam waktu singkat)
3. Setelah dilakukan tindakan l. Tanda-tanda hipervolamis (mis.
keperawatan diharapkan status nutrisi Dispne, edema Perifer, edema
membaik (03030) anasarka, JVP meningkat, CPV
a. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat, refleks hepatojugular
meningkat positif, berat badan, menurun, dalam
b. Nyeri abdomen menurun waktu singkat)
c. Berat badan membaik m. Identifikasi faktor resiko
d. Indeks masa tubuh membaik Ketidakseimbangan Cairan (mis.
e. Frekuensi makan membaik Prosedur pembedahan mayor,
f. Nafsu makan membaik trauma, luka bakar, afarasis,
g. Bisisng usus membaik obstruksi intestinal, peradangan
h. Membran mukosa membaik pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
2. Terapeutik

Ileus Obstruktif Page 32


a. Atur interval tujuan waktu
pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
b. Dokumentasikan jadi perawatan
3. Kolaborasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur sesuai
dengan kondisi pasien
b. Informasikan hasil pemantauan,

Ileus Obstruktif Page 32


E. Berfikir Kritis
1. Study Kasus
Pada tanggal 25 Januari 2021 Ny.R (35) dirawat diruang mawar, mengeluh
nyeri kram pada bagian perut sudah 2 Minggu terakhir. Ny.R sudah membeli
obat nyeri perut, tapi rasa nyeri hilang hanya sesaat. Ny. R mengatakan mual
dan muntah, nafsu makan menurun selama 3 hari terakhir dan perut terasa
kembung, sulit flatus.
Dari hasil pengkajian didapat bahwa pasien tampak meringis, adanya nyeri
tekan diperut, bibir kering. TD 130/90mmHg, nadi 110x/mnt, suhu 39°C, RR
25x/mnt. Hasil foto Rontgen terdapat ileus obstruktif menjulang ke bawah.
2. Pertanyaan Terkait Kasus
1 Dimana isi lumen tidak dapat masuk ke distal/anus karena adanya
sumbatan diusus halus atau usus besar yang disebabkan didalam usus
terdapat hernia atau benda asing atau tumpukan makan. Sehingga
membuat seseorang merasa nyeri dibagian perut, BAB konstipasi, sulit
faltus. Pernyataan tersebut merupakan definisi dari penyakit....
a. Ileus peristaltik
b. Ileus obstruktif
c. Kholik abdomen
d. Apendisitis
2 Gejala-gejala ileus obstruktif, kecuali...
a. Nyeri prut bersifat kholik
b. Mual dan muntah
c. Perut kembung (distensi) disertai konstipasi
d. Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri
3 Berikut ini rasional dari intervensi keperawatan “identifikasi tanda-tanda
vital, nadi perifer, turgor kulit, pengisisan kapiler dan mukosa mulut” yang
tepat dibawah ini adalah...
a. Sebagai indikator keseimbangan cairan
b. Mengontrol mual muntah

Ileus Obstruktif Page 32


c. Untuk mengetahui tanda dan gejala lebih awal diharapkan komplikasi
alkaloisis dapat dicegah
d. Dapat membantu mengevaluasi respon pasien terhadap pengobatan dan
mendeteksi timbulnya asidosis meabolik sebagai akibat dari koreksi
yang terlalu cepat
4 Salah satu intervensi keperawatan pada pasien ileus obstruktif dengan
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen terhadap distensi
dinding usus yaitu sebagai berikut, kecuali....
a. Identifikasi skala nyeri
b. Indentifikasi respon nyeri non verbal
c. Monitor tanda dan gejala asidosis metabolik
d. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
5 Etiologi dari ileus obstruktif adalah, kecuali...
a. Hernia
b. Perlengketan usus
c. Tumor
d. Peritonitis
6 Dari studi kasus diatas diagnosa apa saja yang dapat muncul, kecuali ...
a. Nyeri aku
b. Resiko kekurangan cairan
c. Resiko defisit nutrisi
d. Integritas kulit
7 Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut dengan skala
nyeri 8. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah diberi obat
perada nyeri namun rasa nyeri tidak berkurang, pasien mual dan muntah.
Suhu 39,50 C, TD 130/90mmHg, nadi 110x/mnt, RR 24x/mnt. Apa
diagnosa prioritas dari kasus tersebut ...
a. Nyeri akut
b. Defisit nutrisi
c. Defisit pengtahuan

Ileus Obstruktif Page 32


d. Pola napas tidak efektif
8 Komplikasi penyakit ileus obstruktif adalah ...
a. Gagal jantung koroner
b. Kelumpuhan
c. Peritonitis
d. Gagal ginjal kronik

Ileus Obstruktif Page 32


F. Keterampilan Klinik Perawatan Kolostomi

DAFTAR TILIK PERAWATAN KOLOSTOMI

1. Definisi
Perawatan kolostomi adalah tindakan merawat dan mengganti kantong
penampung pada stoma, baik kolostomi atau ileostomi.
2. Tujuan
a. Menampung pengeluaran feses dari stoma
b. Melindungi kulit terhadap hasil pengeluaran dari stoma
c. Mencegah terjadinya infeksi
d. Mempertahankan posisi dan fiksasi kantong dari stoma
e. Menjaga kebutuhan eliminasi pasien
f. Memberikan rasa nyaman pada pasien
3. Prosedur Tindakan Perawatan Kolostomi
Tabel 2. Prosedur Tindakan Perawatan Kolostomi
Prosedur Tindakan Nilai
Pra Interaksi Baca catatan keperawatan dan catatan medis pasien
Persiapan Alat
1. Masker
2. Apron
3. Sarung tangun
4. Handuk mandi
5. Perlak
6. Waslap
7. Sabun mandi
8. Baskom berisi air hangat
9. Kassa/tissu
10. Vaselin atau salep kulit
11. Kantong kolostomi bersih dengan ukuran yang sesuai
dengan ukuran stoma pasien
12. Gunting
13. Bengkok

Ileus Obstruktif Page 32


14. Pinset
15. Tempat sampah medis
Orientasi 1. Informed consent:
Memperkenlkan diri
Kaji identitas pasien
Jelaskan tujuan tindakan keperawatan
Kontrak waktu
2. Atur posisi pasien
3. Jaga privasi pasien

Tahap Kerja 1. Cuci tangan


2. Pemakaian APD (masker, sarung tangan dan apron)
3. Letakkan pengalas/perlak disekeliling abdomen
4. Dekatkan bengkok diatas perlak
5. Dekatkan kassa/tissu disamping pasien
6. Dekatkan tempat sampah medis
7. Buka kantong kolostomi pada pasien secara perlahan
dengan pinset dan tangan lainnya menekan kulit klien
8. Lepaskan kantong dengan mengangkat ujungnya keatas
dengan tangan yang dominan, dan lihat warna, jumlah dan
buang
9. Bersihkan kulit sekitar stoma denga washlap
menggunakan sabun lembut dan air hangat
10. Tutup stoma menggunakan kassa agar fases tidak
mengotori kulit yang sudah dibersihkan
11. Kaji apakah terdapat luka disekitar kulit stoma
12. Keringkan kulit menggunakan tissu
13. Ukur kantong kolostomi sesuai dengan ukran stoma
pasien, gunting sesuai dengan ukuran
14. Oleskan vaselin/salet pada area kulit stoma
15. Buang kassa yang menempel pada stoma tadi
16. Pasang kantong kolostomi

Ileus Obstruktif Page 32


17. Bereskan alat
18. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Evaluasi 1. Kepatenan kantong kolostomi
2. Kondisi kulit disekitar stoma
3. Jumlah dan karakteristik feses
4. Respon pasien
Dokumentasi 1. Catatat waktu saat pelaksanaan perawatan kolostomi
2. Catat kondisi kulit sekitar stoma

Ileus Obstruktif Page 32


DAFTAR PUSTAKA

Hardhi Kusuma dan Amin Huda Nuralif. Jogjakarta. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda nic-noc. Edisi
revisi jilid 1. Mediaction Jogja. 2016.
Haryanto dan Anik Muryunani. 2016. Perawatan Stoma. Salemba Medika.
Jakarta.
https://www.halodoc.com/artikel/kenali-gejala-dan-tanda-terkena-obstruksi-usus
(diakses pada tanggal 19 januari 2021)
https://en.wikipedia.org/wiki/Ileus (diakses pada tanggal 21 januari 2021)
Mardalena, Ida. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.
Ningsih, Rahayu Atik. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.F dengan Ileus
Obstruksi Parsial Di Ruang rawat Inap Bedah Wanita RSUD DR.Achmad
Mochtar Bukittinggi. KTI. Publikasi.
Nursing UGM. 2019. Video Cara Perawatan Pasien Kolostomi. (internet).
https://www.youtube.com/watch?v=LkD2I5hS8ew (diakses pada tanggal
20 januari 2021).
Rani. 2018. Perawatan Kolostomi.
https://www.scribd.com/document/388689058/DAFTAR-TILIK-
KOLOSTOMI-CARE-docx ( diakses pada tanggal 19 januari 2021)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.

Ileus Obstruktif Page 32


Wirawan, Panji. 2017. Asuhan Keperawatan Ileus Obstruktif. Fakultas ilmu
Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang.

Ileus Obstruktif Page 32

Anda mungkin juga menyukai