Pembimbing :
Oleh :
Luckmaryos C. Leo
Jurusan Keperawatan
Daftar Isi..........................................................................................................................................2
Kata Pengantar.................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan...........................................................................................................................4
1.2 Tujuan...............................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................23
3.2 Saran................................................................................................................................23
Daftar Pustaka............................................................................................................................24
2|
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya yang maha kuasa penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dan asuhan
keperawatan ini. Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah dan asuhan keperawatan ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima setiap saran dan kritik
yang diberikan untuk memperbaiki tulisan ini kedepannya.
Penulis
3|
Bab I Pendahuluan
Penyebab akut abdomen sendiri terdiri dari berbagai keadaan yang terjadi pada
berbagai organ yang ada di dalam rongga abdomen. Nyeri akut abdomen merupakan hal
yang sering terjadi pada berbagai kalangan masyarkat. Banyak orang yang tidak mengerti
mengenai cara penanganan nyeri akut abdomen itu sendiri.
Salah satu penyebab dari nyeri akut abdomen adalah appendicitis. Appendicitis
adalah radang pada appendiks. Appendicitis merupakan penyebab nyeri abdomen akut
paling sering terjadi pada pasien dewasa maupun pasien anak-anak. Batasan appendicitis
akut adalah appendisiitis yang erjadi dengan onset akut dan memerlukan intervensi bedah
ditandai dengan nyeri abdomen kuadran kanan bawah dengan nyeri tekan local dan nyeri
alih, otot yang ada diatasnya dan hiperestesia kulit.
Nyeri akut yang terjadi pada abdomen merupakan suatau gejala di dalam tubuh
yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Nyeri akut abdomen bisa jadi merupakan salah satu
gejala dari berbagai penyakit organ di dalam abdomen yang serius. Oleh karena itu penulis
membuat makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk membantu orang-orang untuk mengerti mengenai akut
abdomen, penyebab akut abdomen serta tanda dan gejala yang dirasakan oleh seseorang
yang mengalami kondisi akut abdomen. Asuhan keperawatan gawat darurat serta
pengkajian primer yang diperlukan oleh seorang dengan keadaan akut abdomen juga telah
dibahas di dalam makalah ini.
4|
1.2 Tujuan
5|
Bab II Tinjauan pustaka
Penyebab nyeri abdomen akut terganung pada lokasi, waktu terjadinya serangan,
karakter, radiasi nyeri, gejala-gejala yang berhubungan dengan terjadinya nyeri serta
lamanya nyeri. Secara klinis nyeri akut dibagi menjadi 3 kategori yaitu nyeri visceral
(solanchnic), nyeri parietal (somatic), dan reffred (nyeri alih).
Nyeri visceral biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi, dan terasa di garis tengah.
Kondisi patologis yang menyebabkan nyeri ini terdapat pada kondisi organ intraabdomen
yang mengalami edema, dilatasi atau iskemia (Hidayati, Akbar, & Rosyid, 2018). Nyeri
visceral dapat dijumpai pada appendicitis awal, gastroenteritis, konstipasi, trauma
abdomen.
Nyeri parietal biasanya terasa tajam, intens, terlokalisir dan dapat diperberat dengan
batuk atau pergerakan (Hidayati, Akbar, & Rosyid, 2018). Nyeri ini bersumber dari adanya
iskemik jaringan, inflamasi atau peregangan dari peritoneum parietal yang ditransmisikan
oleh serat afaere. Kondisi ini dapat terjadi pada kerurakan atau inflamasi organ lebih lanjur
dan strangulasi contohnya appendicitis akut, volvulus dan hernia inkarserata.
Nyeri alih mempunyai karakteristik seperti nyeri parietal tetapi terasa di daerah lain
yang mempunyai dermatom persarafan yang sama dengan organ yang mengalami cedera
atau inflamasi (Hidayati, Akbar, & Rosyid, 2018). Contohnya pada kasus pneumonia yang
sering kali datang dengan keluhan nyeri perut.
6|
2.2 Etiologi akut abdomen
Terjadinya nyeri abdomen karena adanya perangsangan reseptor nyeri abdominal
oleh sejumlah stimulant mekanik maupun kimiawi. Stimulan yang menyebab nyeri
abdomen akut adalah sebagai berikut :
1) Pembengkakan
2) Kontraksi
3) Iskemia atau kegagalan jaringan memperoleh oksigenasi adekuat misalnya pada
usus dan jaringan disekitarnya
4) Distensi organ atau strktur di sekitarnya
5) Inflamasi atau iritasi lapisan peritoneal karena substansi kimiawi atau infeksius
6) Regangan mekanik pada jaringan
7) Trauma benda tajam (trauma tembus) dan trauma tumpul
8) Pendarahan dalam rongga abdomen seperti pendarahan saluran pencernaan,
ataupun rupture limpa
Nyeri abdomen akut umumya disebabkan oleh penyakit pada salah satu organ
didalam abdomen. Penyakit-penyakit yang sering menyebabkan nyeri abdomen akut
adalah sebagai berikut :
1) Appendicitis
2) Hepatomegaly
3) Kolik bilier
4) Divertikulitis
5) Obstruksi usus
6) Perforasi viskus
7) Peritonitis
8) Salpingitis
9) Adenitis mesentrika
10) Kolik renal
11) Gastroenteritis
7|
2.3 Manifestasi klinik akut abdomen
Tanda dan gejala yang sering dirasakan oleh pasien yang masuk dengan nyeri
abdomen akut adalah sebagai berikut :
1) Nyeri hebat
2) Tanda-tanda syok seperti takikardi, hipetensi, diaphoresis, delirium
3) Distensi abdominal
4) Nyeri yang membuat pasien terbangun dari tidur
5) Vomitus berisi cairan empedu
6) Hematemesis dan atau hemtokezia
7) Pasien hanya berbaring diam
8) Pasien menggeliat kesakitan
9) Icterus
10) Kekakuan otot dinding abdomen, fokal atau difus
11) Hilangnya bunyi usus
12) Pasien dengan resiko tinggi adalah : pasien dengan usia >50 tahun, ada riwayat
pembedahan abdomen, ada riwayat penyakit arteri coroner dan fibrilasi atrial
8|
7) Pankreatitis akut dan komplikasinya dikonfirmasi dengan pemeriksaan amylase
serum dan lipase seru,
8) Pemeriksaan USG bermanfaat dalam upaya penegakan diagnosis appendicitis
akut, diverticulitis, perforasi gastrointestinal, pankreaasitis akut, abses
intraperitoneal, obstruksi usus, dan kolelitiasis
9|
Primary survey pada pasien dengan nyeri akut abdomen menggunakan primary
survey kegawatdaruratan sebagai berikut (Santoso, 2016):
1) Danger
Memastikan kondisi penolong aman, kondisi pasien aman serta kondisi
lingkungan pasien dan penolong berada adalah aman.
2) Response
Mengkaji respon pasien, melihat tingkat kesadaran pasien dengan AVPU
(Alert-Verbal-Pain-Unresponsive), Alert menunjukan kesadaran penuh, Verbal
menunjukan respon terhadap stimulus suara, Pain menunjukan pasien berespon
terhadap stimulus nyeri, dan Unresponsive menunjukan pasien tidak merespon
terhadap stimulus suara maupun nyeri yang diberikan.
3) Airway
Melihat jalan napas klien paten atauka ada sumbatan, dengan
memperhatikan kondisi dari area cervical pasien. Lakukan tindakan yang
diperlukan jika didapati sumbatan jalan napas dengan Head Tilt Chin Lift, Jaw
Thrust atau membuka jalan nafas dengan memasang cervical collar, melakukan
suction, memasang ETT, nasofaring, orofaring yag dilakukan oleh penolong
untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. Masalah yang terjadi di jalan
napas dibagi menjadi 2 yaitu :
Sumbatan total
Sumbatan total dapat terjadi karena makanan atau benda asig yang
mengganjal atau menghalangi jalan napas. Keadaan ini lebih sering disebut
dengan tesedak. Hal yang harus dilakukan adalah :
Korban dewasa : jika korban sadar lakukan Heimlich maneuver
sampai benda keluar atau sampai korban tidak sadar
Korban anak-anak : lihat postur tubuh anak besar atau tidak. Jika
postur besar lakukan seperti orang dewasa. Jika postur kecil teknik
sama dengan orang dewasa hanya dengan kekuatan penekanan
sedikit dikurangi dari orang dewasa
10 |
Korban bayi : gunakan teknik back blows dan chest secara
bergantian sebanyak 5x. jik korban menjadi tidak sadar lakukan
CPR.
Sumbatan parsial
Sumbatan parsial atau sebagian disebabkan karena lidah jatuh kebelakang
pada korban tidak sadar, pendarahan atau banyaknya secret dan edema
laring yang masih proses (belum terjadi edema total)
4) Breathing
Perawat harus melakukan cek pernapasan dengan look-listen-feel (melihat
pergerakan dada, adanya retraksi disela iga, mendengarkan bunyi napas,
merasakan adanya aliran udaa pernapasan) untuk memastikan ventilasi pasien
adekuat, mengkaji jika pasien mengalami distress pernapasan dan memastikan
pemenuhan kebutuan oksigenasi dengan pemberian terapi oksigen yang tersedia.
Jika pasien sadar pentinng untuk mengecek kemampuan berbicara pasien,
pasien yang mampu berbicara dengan lancar dan jelas menandakan pernapasan
baik. Sebaliknya pasien yang hanya mampu mengeluarkan suara atau berbicara
secara terputus-putus menandakan bahwa pernapasannya tidak adekuat.
Aspirasi lambung dengan selang nasogastric untuk mendeteksi luka
lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritoneum dan mencegah
komplikasi paru karena aspirasi.
5) Circulation
Kaji nadi pasien, CRT pasien, ada tidaknya pendarahan, warna dan akral
kulit pasien. Pertimbangkan bantuan hidup dasar (RJP), defibrilasi, mengontrol
pendarahan, pemberian bantuan IV line, melakukan elevasi kaki mencegah
terjadinya syok pada klien.
Segera pasang DC untuk memonitoring urine pasien. Kaji tanda dan gejala
hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen, khususnya jika hati dan
llimpa mengalami trauma. Kontrol pendarahan dan pertahankan volume darah
sampai pembedahan dilakukan.
6) Disability
11 |
Perawat melakukan pengkajian tentang kondisi neurologis pasien dengan
melihat kesadaran pasien (GCS), mengkaji kemampuan gerak pasien, kondisi
lateralisasi pupil (reflek pupil), reflek terhadap cahaya serta elakukan stabilisasi.
Pasien dengan akut abdomen yang mengalami gangguan kesadaran terjadi
pada pasien dengan trauma abdomen yang disertai trauma kapitis. Selalu periksa
tingkat kesadaran dengan GCS dan adanya laterisasi (pupil anisokor dan motoric
yang lemah pada salah satu sisi).
7) Environment control
Perawat mengkaji pasien secara cepat dan menyeluruh dari kepala hingga
ujung kaki dengan melepas pakaian pasien untuk melihat trauma yang terjadi
disekujur tubhh pasien dengan tetap mempertahankan privacy klien dan
termoregulasi pasien.
1) Riwayat kesehatan
Perawat menanyakan secara menyeluruh menganai kesehatan pasien sebelum
kondisi sekarang dengan “SAMPLE” (Sign/symptomps-Allergies-Medication-
Patien past medical history-Last oral intake-Event leading to the illness or
injury).
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi : kesadaran, kegelisahan, keakitan, posisi erbaring. Pasa pasien
dengan trauma abdomen inspeksi tanda cedera sebelumnya seperti cedera
tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru.
Palpasi : nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri kontralateral, perhatikan daerah
inguinal dan femoral pada peritonitis, appendicitis dan trauma abdomen.
12 |
Perkusi : nyeri ketok dan usahakan mencari cairan atau udara bebsa, pekak
pada hepar yang meninggi atau letak organ-organ yang tidak pada
tempatnya.
Auskultasi : perhatikan bising usus. Pasien trauma abdomen bising usus
menurun, dan catat data dasar sehingga perubahan dapat dideteksi karena
bising usus menurun juga dapat terjadi pada keadaan lain.
Rektal toucher : pada pasien dengan appendicitis nyeri tekan ada sekitar
jam 11
Hal-hal berfokus pada nyeri yang harus ditanyakan kepada pasien adalah sebagai
berikut :
Lokasi nyeri
Onset atau skala nyeri
Durasi dan prograsi nyeri
Karakteristik nyeri
Intensitas nyeri
Penyebaran nyeri dan nyeri alih
Factor yang memperingan dan memperberat nyeri
Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap dari kepala hingga kaki dengan
“FGH” diantaranya :
Full set of vital sign atau pemeriksaan tanda-tanda vital secara menyeluruh
Give comfort measure atau memberikan kenyamanan baik secara fisik
maupun psikologis, metode yang dilakukan baik secara farmakologis
maupun non farmakologis untuk menekan rasa nyeri dan kecemasan yang
dialami oleh pasien saat kondisi gawatdarurat
History and head to toe examination atau riwayat klien dan pemeriksaan
head to toe, intervensi yang bisa diberikan pada pasien diantaranya jaga
kondisi pasien agar tidak terjadi hipotensi atau hipoksia, pemberian IV.
Bagi klien trauma dilakukan pengkajian dengan MIVT ; Mechanism,
Injuries suspected, Vital sign on scene, treatment received
13 |
2.8 Diagnosa keperawatan
Penegakan diagnosis pada keadaan keperawatan gawat darurat berfokus pada
prioritas masalah yang mengancam jiwa pasien , dimana proses identifikasi masalah
kegawatan ABC yang dialami oleh pasien diidentifikasi secara menyeluruh dan dilakukan
prioritas intervensi (Jainurakhma, et al., 2021).
Diagnose keperawatan utama yang dapat diambil pada kasus akut abdomen adalah
sebagai berikut :
1) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
2) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi, iskemia, abses
3) Disfungsi motalitas gastrointestinal berhubungan dengan proses pembedahan,
kolesistektomi, infeksi pencernaan, kanker empedu, dialysis peritoneal
4) Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan gastrointestinal
Diagnose keperawatan sekunder yang dapat diambil pada kasus akut abdomen
adalah sebagai berikut :
14 |
15 |
1) Intervensi keperawatan primer
16 |
inflamasi, iskemia, abses Pasien terbebas dari rasa nyeri
Kriteria hasil : Observasi :
skala nyeri 0 1) identifikasi lokasi, karakteristik,
pasien tidak menunjukan durasi, frekuensi, kualitas dan
tanda non verbal nyeri intensitas nyeri
pasien merasa nyaman 2) identifikasi skala nyeri
3) identifikasi respon non verbal nyeri
4) identifikasi factor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5) monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
6) monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik :
1) berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2) kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3) fasilitasi istirahat dan tidur. Biarkan
pasien melakukan posisi yang
nyaman.
4) pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1) jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2) jelaskan strategi meredakan nyeri
3) anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) ajarkan teknik non farmakologis
17 |
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1) kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi
Disfungsi motalitas gastrointestinal Tujuan : Manajemen nutrisi I. 03119
berhubungan dengan proses Pasien memperbaiki aktivitas Observasi :
pembedahan, kolesistektomi, peristaltic gastrointestinal 1) identifikasi status nutrisi
infeksi pencernaan Kriteria hasil : 2) identifikasi alergi dan intolransi
pasien tidak mengalami makanan
nyeri abdomen 3) identifikasi makanan yang disukai
pasien tidak mengalami 4) identifikasi kebutuhan kalori dan
kram abdomen jenis nutrient
muntah (-) 5) identifikasi perlunya penggunaan
18 |
Edukasi :
1) anjurkan posisi duduk jika mampu
2) ajarkan deit yang diprogramkan
Kolaborasi :
1) kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan jika perlu
2) kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Risiko perdarahan berhubungan Tujuan : Pencegahan perdarrahan I. 02067
dengan gangguan gastrointestinal Pasien tidak mengalami Observasi :
perdarahan setelah diberikan 1) monitor tanda dan gejala perdarahan
perawatan 2) monitor nilai hematocrit/hemoglobin
Kriteria hasil : sebelum dan setelah kehilangan
tidak terjadi distensi darah
abdomen 3) monitor koagulasi misalnya
tekanan darah normal prothrombin time
suhu tubuh normal Terapeutik :
19 |
perdarahan
Kolaborasi :
1) kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan
2) kolaborasi pemberian produk darah
3) kolaborasi pemberian pelunak tinja
20 |
3) Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian antibotik
pada luka
Hipertermia berhubungan dengan Tujuan : Manajemen hipertermia I. 15506
proses infeksi, trauma Pasien terbebas dari hipertermia Observasi :
setelah diberikan perawatan 1) Identifikasi penyebab hipertermia
Kriteria hasil : misalnya dehidrasi
Suhut tubuh dalam rentang 2) Monitor suhu tubuh
normal 3) Monitor kadar elektrolit
Kulit tidak teraba panas 4) Monitor haluaran urin
Kulit tidak memerah 5) Monitor komplikasi akibat
21 |
1) Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2) Kolaborasi uji diagnostic jika perlu
Konstipasi berhubungan dengan Tujuan Manajemen konstipasi I. 04155
penurunan peristaltic usus Pasien mengalami perbaikan Observasi :
defekasi setelah diberikan 1) Periksa tanda dan gejala konstipasi
perawatan 2) Periksa pergerakan usus,
Kriteria hasil : karakteristik feses (konsistensi,
Pasien mampu mengontrol entuk, volume dan warna)
pengeluaran feses 3) Identifikasi factor resiko konstipasi
Tidak ada keluhan saat 4) Monitor tanda dan gejala rupture
defekasi usus dan atau peritonitis
Tidak mengejan saat Terapeutik :
defekasi 1) Anjurkan diet tinggi sera
rektal perlu
22 |
peningkatan frekuensi suara
usus
2) Kolaborasi penggunaan obat
pencahar jika perlu
23 |
Bab III Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Akut abdomen adalah nyeri yang sangat hebat disekitar area abdomen yang
onsetnya kurang dari 24 jam. Tingkat nyeri ditunjukan dengan menggunakan skor
maksimal pada skala nyeri VAS (Visual Analogue Scale). Nyeri abdomen akut mempunyai
diagnosis banding yang sangat luas. Spectrum derajat keparahan penyakitnya cukup lebar,
berkisar dari yang mengancam jiwa hingga yang tidak berbahaya sama sekali. Penilaian
kritis yang efektif perlu pengenalan yang cepat terhadap pasien dengan kondisi yang sangat
tidak sehat/kritis dan bila perlu melakukan pemeriksaan yang langsung.
3.2 Saran
Saat seseorang merasakan nyeri pada bagian abdomen sebaiknya segera dibawa ke
rumah sakit terutama jika onset nyeri semakin bertambah seiring berjalannya waktu.
24 |
Daftar Pustaka
Hidayati, A. N., Akbar, M. I., & Rosyid, A. N. (2018). Gawat Darurat Medis dan Bedah.
Surabaya: Ailangga University Press.
Jainurakhma, J., Hariyanto, S., Mataputun, D. R., Silalahi, L. S., Umara, A. F., Madu, Y. G., et
al. (2021). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.
Permana, L. W. (2020). Buku Ajar Nyeri Akut Abdomen Simtom Tantangan Diagnostik. Depok:
Penerbit UI.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Asuhan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
25 |