Anda di halaman 1dari 25

Asuhan Keperawatan

Kegawatdaruratan Pencernaan : Akut Abdomen

Pembimbing :

Gadur Blassius, S.Kep.,Ns.,Msi

Oleh :

Lucky Radja Pono

Luckmaryos C. Leo

PPN Tingkat 3 Semester 6

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kupang

Jurusan Keperawatan

Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Tahun Ajaran 2021/2022


Daftar Isi

Daftar Isi..........................................................................................................................................2

Kata Pengantar.................................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan...........................................................................................................................4

1.1 Latar belakang...................................................................................................................4

1.2 Tujuan...............................................................................................................................5

1.2.1 Tujuan umum.............................................................................................................5

1.2.2 Tujuan khusus............................................................................................................5

Bab II Tinjauan pustaka...................................................................................................................6

2.1 Definisi akut abdomen......................................................................................................6

2.2 Etiologi akut abdomen......................................................................................................7

2.3 Manifestasi klinik akut abdomen......................................................................................8

2.4 Pemeriksaan diagnostic akut abdomen.............................................................................8

2.5 Penatalaksanaan akut abdomen.........................................................................................9

2.6 Primary survey..................................................................................................................9

2.7 Secondary survey............................................................................................................12

2.8 Diagnosa keperawatan....................................................................................................14

2.9 Intervensi keperawatan...................................................................................................14

2.10 Evaluasi keperawatan......................................................................................................22

Bab III Kesimpulan dan Saran.......................................................................................................23

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................23

3.2 Saran................................................................................................................................23

Daftar Pustaka............................................................................................................................24

2|
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya yang maha kuasa penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dan asuhan
keperawatan ini. Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah dan asuhan keperawatan ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima setiap saran dan kritik
yang diberikan untuk memperbaiki tulisan ini kedepannya.

Penulis

Kupang, 1 Maret 2022

3|
Bab I Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Akut abdomen adalah nyeri yang sangat hebat disekitar area abdomen yang
onsetnya kurang dari 24 jam. Tingkat nyeri ditunjukan dengan menggunakan skor
maksimal pada skala nyeri VAS (Visual Analogue Scale). Nyeri abdomen akut mempunyai
diagnosis banding yang sangat luas. Spectrum derajat keparahan penyakitnya cukup lebar,
berkisar dari yang mengancam jiwa hingga yang tidak berbahaya sama sekali. Penilaian
kritis yang efektif perlu pengenalan yang cepat terhadap pasien dengan kondisi yang sangat
tidak sehat/kritis dan bila perlu melakukan pemeriksaan yang langsung.

Penyebab akut abdomen sendiri terdiri dari berbagai keadaan yang terjadi pada
berbagai organ yang ada di dalam rongga abdomen. Nyeri akut abdomen merupakan hal
yang sering terjadi pada berbagai kalangan masyarkat. Banyak orang yang tidak mengerti
mengenai cara penanganan nyeri akut abdomen itu sendiri.

Salah satu penyebab dari nyeri akut abdomen adalah appendicitis. Appendicitis
adalah radang pada appendiks. Appendicitis merupakan penyebab nyeri abdomen akut
paling sering terjadi pada pasien dewasa maupun pasien anak-anak. Batasan appendicitis
akut adalah appendisiitis yang erjadi dengan onset akut dan memerlukan intervensi bedah
ditandai dengan nyeri abdomen kuadran kanan bawah dengan nyeri tekan local dan nyeri
alih, otot yang ada diatasnya dan hiperestesia kulit.

Nyeri akut yang terjadi pada abdomen merupakan suatau gejala di dalam tubuh
yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Nyeri akut abdomen bisa jadi merupakan salah satu
gejala dari berbagai penyakit organ di dalam abdomen yang serius. Oleh karena itu penulis
membuat makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk membantu orang-orang untuk mengerti mengenai akut
abdomen, penyebab akut abdomen serta tanda dan gejala yang dirasakan oleh seseorang
yang mengalami kondisi akut abdomen. Asuhan keperawatan gawat darurat serta
pengkajian primer yang diperlukan oleh seorang dengan keadaan akut abdomen juga telah
dibahas di dalam makalah ini.

4|
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum


Mengetahui konsep penyakit akut abdomen dan asuhan keperawatan gawat
darurat akut abdomen

1.2.2 Tujuan khusus


Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui definisi akut abdomen


2) Mengetahui etiologi akut abdomen
3) Mengetahui manifestasi akut abdomen
4) Mengetahui pemeriksaan diagnostic akut abdomen
5) Mengetahui penatalaksanaan akut abdomen
6) Mengetahui secondary survey akut abdomen
7) Mengetahui diagnose keperawatan akut abdomen
8) Mengetahui intervensi keperawatan akut abdomen
9) Mengetahui evaluasi keperawatan akut abdomen

5|
Bab II Tinjauan pustaka

2.1 Definisi akut abdomen


Akut abdomen adalah nyeri yang sangat hebat disekitar area abdomen yang
onsetnya kurang dari 24 jam. Tingkat nyeri ditunjukan dengan menggunakan skor
maksimal pada skala nyeri VAS (Visual Analogue Scale). Nyeri abdomen akut mempunyai
diagnosis banding yang sangat luas. Spectrum derajat keparahan penyakitnya cukup lebar,
berkisar dari yang mengancam jiwa hingga yang tidak berbahaya sama sekali. Penilaian
kritis yang efektif perlu pengenalan yang cepat terhadap pasien dengan kondisi yang sangat
tidak sehat/kritis dan bila perlu melakukan pemeriksaan yang langsung.

Penyebab nyeri abdomen akut terganung pada lokasi, waktu terjadinya serangan,
karakter, radiasi nyeri, gejala-gejala yang berhubungan dengan terjadinya nyeri serta
lamanya nyeri. Secara klinis nyeri akut dibagi menjadi 3 kategori yaitu nyeri visceral
(solanchnic), nyeri parietal (somatic), dan reffred (nyeri alih).

Nyeri visceral biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi, dan terasa di garis tengah.
Kondisi patologis yang menyebabkan nyeri ini terdapat pada kondisi organ intraabdomen
yang mengalami edema, dilatasi atau iskemia (Hidayati, Akbar, & Rosyid, 2018). Nyeri
visceral dapat dijumpai pada appendicitis awal, gastroenteritis, konstipasi, trauma
abdomen.

Nyeri parietal biasanya terasa tajam, intens, terlokalisir dan dapat diperberat dengan
batuk atau pergerakan (Hidayati, Akbar, & Rosyid, 2018). Nyeri ini bersumber dari adanya
iskemik jaringan, inflamasi atau peregangan dari peritoneum parietal yang ditransmisikan
oleh serat afaere. Kondisi ini dapat terjadi pada kerurakan atau inflamasi organ lebih lanjur
dan strangulasi contohnya appendicitis akut, volvulus dan hernia inkarserata.

Nyeri alih mempunyai karakteristik seperti nyeri parietal tetapi terasa di daerah lain
yang mempunyai dermatom persarafan yang sama dengan organ yang mengalami cedera
atau inflamasi (Hidayati, Akbar, & Rosyid, 2018). Contohnya pada kasus pneumonia yang
sering kali datang dengan keluhan nyeri perut.

6|
2.2 Etiologi akut abdomen
Terjadinya nyeri abdomen karena adanya perangsangan reseptor nyeri abdominal
oleh sejumlah stimulant mekanik maupun kimiawi. Stimulan yang menyebab nyeri
abdomen akut adalah sebagai berikut :

1) Pembengkakan
2) Kontraksi
3) Iskemia atau kegagalan jaringan memperoleh oksigenasi adekuat misalnya pada
usus dan jaringan disekitarnya
4) Distensi organ atau strktur di sekitarnya
5) Inflamasi atau iritasi lapisan peritoneal karena substansi kimiawi atau infeksius
6) Regangan mekanik pada jaringan
7) Trauma benda tajam (trauma tembus) dan trauma tumpul
8) Pendarahan dalam rongga abdomen seperti pendarahan saluran pencernaan,
ataupun rupture limpa

Nyeri abdomen akut umumya disebabkan oleh penyakit pada salah satu organ
didalam abdomen. Penyakit-penyakit yang sering menyebabkan nyeri abdomen akut
adalah sebagai berikut :

1) Appendicitis
2) Hepatomegaly
3) Kolik bilier
4) Divertikulitis
5) Obstruksi usus
6) Perforasi viskus
7) Peritonitis
8) Salpingitis
9) Adenitis mesentrika
10) Kolik renal
11) Gastroenteritis

7|
2.3 Manifestasi klinik akut abdomen
Tanda dan gejala yang sering dirasakan oleh pasien yang masuk dengan nyeri
abdomen akut adalah sebagai berikut :

1) Nyeri hebat
2) Tanda-tanda syok seperti takikardi, hipetensi, diaphoresis, delirium
3) Distensi abdominal
4) Nyeri yang membuat pasien terbangun dari tidur
5) Vomitus berisi cairan empedu
6) Hematemesis dan atau hemtokezia
7) Pasien hanya berbaring diam
8) Pasien menggeliat kesakitan
9) Icterus
10) Kekakuan otot dinding abdomen, fokal atau difus
11) Hilangnya bunyi usus
12) Pasien dengan resiko tinggi adalah : pasien dengan usia >50 tahun, ada riwayat
pembedahan abdomen, ada riwayat penyakit arteri coroner dan fibrilasi atrial

2.4 Pemeriksaan diagnostic akut abdomen


Upaya penegakan diagnosis dari penyebab nyeri abdomen akut perlu dilakukan
beberapa pemeriksaan penunjang, sebagai berikut :

1) Pemeriksaan darah rutin dan hitung jenis leukosit digunakan dalam


mengkonfirmasi infeksi atau inflamasi sebagai etiologi nyeri abdomen akut
2) Presentase hematocrit bisa menunjukan kehilangan volume darah akibat dehidrasi
dan perdarahan
3) Kehilangan cairan melalui muntah dan diare dikonfirmasi dengan pemeriksaan
elektrolit, nitrogen urea darah dan kreatinin
4) Iskemia atau infark intestinal dikonfirmasi dengan pemeriksaan kadar asam laktat
dan analisis gas darah arteri
5) Penilaian keadaan umum sangat penting dalam penegakan diagnosis nyeri
abdomen akut
6) Pemeriksan fungsi hepar dipakai untuk mengkonfirmasi gangguan hepatobillier

8|
7) Pankreatitis akut dan komplikasinya dikonfirmasi dengan pemeriksaan amylase
serum dan lipase seru,
8) Pemeriksaan USG bermanfaat dalam upaya penegakan diagnosis appendicitis
akut, diverticulitis, perforasi gastrointestinal, pankreaasitis akut, abses
intraperitoneal, obstruksi usus, dan kolelitiasis

2.5 Penatalaksanaan akut abdomen


Prinsip penatalaksanaan pasien dengan nyeri akut abdomen adalah sebagai berikut :

1) Berikan obat analgetik dengan tepat


2) Berikan oksigenasi yang adekuat
3) Perbaiki hipotensi dengan memperbaiki volume darah dalam sirkulasi,
menggunakan “whole blood” atau hidrasi dengan kristoloid sesuai dengan
kebutuhan
4) Hentikan muntah dengan aspirasi nasogastric (ileus hampir selalu terjadi pada
kasus nyeri akut abdomen)
5) Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi jika ada luka terbuka

2.6 Primary survey


Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang perawat saat melakukan
primary survey adalah sebagai berikut (Permana, 2020):

1) Dilakukan untuk memastikan apakah pasien butuh tatalaksana Airway (jalan


napas), Breathing (pernapasan), dan atau Circulation (sirkulasi) lebih dahulu
2) Dilakukan karena penyakit dibalik keluhan nyeri abdomen akut bisa ringan dan
kemudian hilang sendiri tetapi mungkin juga berat, gawat darurat dan mengancam
nyawa
3) Diberikan perhatian khusus terhadap kemampuan berbicara yang bisa dipersulit
oleh nyeri apalagi nyeri yang hebat
4) Pola pernapasan bisa ternganggu oleh nyeri, misalnya nyeri angina. Nyeri ini
berasal dari area toraks tetapi bisa saja dirasakan pasien di area abdomen
5) Ekspresi wajah bisa mencerminkan derajat nyeri.

9|
Primary survey pada pasien dengan nyeri akut abdomen menggunakan primary
survey kegawatdaruratan sebagai berikut (Santoso, 2016):

1) Danger
Memastikan kondisi penolong aman, kondisi pasien aman serta kondisi
lingkungan pasien dan penolong berada adalah aman.
2) Response
Mengkaji respon pasien, melihat tingkat kesadaran pasien dengan AVPU
(Alert-Verbal-Pain-Unresponsive), Alert menunjukan kesadaran penuh, Verbal
menunjukan respon terhadap stimulus suara, Pain menunjukan pasien berespon
terhadap stimulus nyeri, dan Unresponsive menunjukan pasien tidak merespon
terhadap stimulus suara maupun nyeri yang diberikan.
3) Airway
Melihat jalan napas klien paten atauka ada sumbatan, dengan
memperhatikan kondisi dari area cervical pasien. Lakukan tindakan yang
diperlukan jika didapati sumbatan jalan napas dengan Head Tilt Chin Lift, Jaw
Thrust atau membuka jalan nafas dengan memasang cervical collar, melakukan
suction, memasang ETT, nasofaring, orofaring yag dilakukan oleh penolong
untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. Masalah yang terjadi di jalan
napas dibagi menjadi 2 yaitu :
 Sumbatan total
Sumbatan total dapat terjadi karena makanan atau benda asig yang
mengganjal atau menghalangi jalan napas. Keadaan ini lebih sering disebut
dengan tesedak. Hal yang harus dilakukan adalah :
 Korban dewasa : jika korban sadar lakukan Heimlich maneuver
sampai benda keluar atau sampai korban tidak sadar
 Korban anak-anak : lihat postur tubuh anak besar atau tidak. Jika
postur besar lakukan seperti orang dewasa. Jika postur kecil teknik
sama dengan orang dewasa hanya dengan kekuatan penekanan
sedikit dikurangi dari orang dewasa

10 |
 Korban bayi : gunakan teknik back blows dan chest secara
bergantian sebanyak 5x. jik korban menjadi tidak sadar lakukan
CPR.
 Sumbatan parsial
Sumbatan parsial atau sebagian disebabkan karena lidah jatuh kebelakang
pada korban tidak sadar, pendarahan atau banyaknya secret dan edema
laring yang masih proses (belum terjadi edema total)
4) Breathing
Perawat harus melakukan cek pernapasan dengan look-listen-feel (melihat
pergerakan dada, adanya retraksi disela iga, mendengarkan bunyi napas,
merasakan adanya aliran udaa pernapasan) untuk memastikan ventilasi pasien
adekuat, mengkaji jika pasien mengalami distress pernapasan dan memastikan
pemenuhan kebutuan oksigenasi dengan pemberian terapi oksigen yang tersedia.
Jika pasien sadar pentinng untuk mengecek kemampuan berbicara pasien,
pasien yang mampu berbicara dengan lancar dan jelas menandakan pernapasan
baik. Sebaliknya pasien yang hanya mampu mengeluarkan suara atau berbicara
secara terputus-putus menandakan bahwa pernapasannya tidak adekuat.
Aspirasi lambung dengan selang nasogastric untuk mendeteksi luka
lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritoneum dan mencegah
komplikasi paru karena aspirasi.
5) Circulation
Kaji nadi pasien, CRT pasien, ada tidaknya pendarahan, warna dan akral
kulit pasien. Pertimbangkan bantuan hidup dasar (RJP), defibrilasi, mengontrol
pendarahan, pemberian bantuan IV line, melakukan elevasi kaki mencegah
terjadinya syok pada klien.
Segera pasang DC untuk memonitoring urine pasien. Kaji tanda dan gejala
hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen, khususnya jika hati dan
llimpa mengalami trauma. Kontrol pendarahan dan pertahankan volume darah
sampai pembedahan dilakukan.
6) Disability

11 |
Perawat melakukan pengkajian tentang kondisi neurologis pasien dengan
melihat kesadaran pasien (GCS), mengkaji kemampuan gerak pasien, kondisi
lateralisasi pupil (reflek pupil), reflek terhadap cahaya serta elakukan stabilisasi.
Pasien dengan akut abdomen yang mengalami gangguan kesadaran terjadi
pada pasien dengan trauma abdomen yang disertai trauma kapitis. Selalu periksa
tingkat kesadaran dengan GCS dan adanya laterisasi (pupil anisokor dan motoric
yang lemah pada salah satu sisi).
7) Environment control
Perawat mengkaji pasien secara cepat dan menyeluruh dari kepala hingga
ujung kaki dengan melepas pakaian pasien untuk melihat trauma yang terjadi
disekujur tubhh pasien dengan tetap mempertahankan privacy klien dan
termoregulasi pasien.

2.7 Secondary survey


Setelah pasien melewati keadaan gawat darurat seorang perawat harus melakukan
secondary survey guna elengkapi data yang ada. Data-data ini diperlukan untuk
menentukan penyebab kondisi gawat darurat serta sebagai data pendukung dalam
melakukan perawatan. Secondary survey yang dilakukan beriisi (Permana, 2020):

1) Riwayat kesehatan
Perawat menanyakan secara menyeluruh menganai kesehatan pasien sebelum
kondisi sekarang dengan “SAMPLE” (Sign/symptomps-Allergies-Medication-
Patien past medical history-Last oral intake-Event leading to the illness or
injury).
2) Pemeriksaan fisik
 Inspeksi : kesadaran, kegelisahan, keakitan, posisi erbaring. Pasa pasien
dengan trauma abdomen inspeksi tanda cedera sebelumnya seperti cedera
tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru.
 Palpasi : nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri kontralateral, perhatikan daerah
inguinal dan femoral pada peritonitis, appendicitis dan trauma abdomen.

12 |
 Perkusi : nyeri ketok dan usahakan mencari cairan atau udara bebsa, pekak
pada hepar yang meninggi atau letak organ-organ yang tidak pada
tempatnya.
 Auskultasi : perhatikan bising usus. Pasien trauma abdomen bising usus
menurun, dan catat data dasar sehingga perubahan dapat dideteksi karena
bising usus menurun juga dapat terjadi pada keadaan lain.
 Rektal toucher : pada pasien dengan appendicitis nyeri tekan ada sekitar
jam 11
Hal-hal berfokus pada nyeri yang harus ditanyakan kepada pasien adalah sebagai
berikut :
 Lokasi nyeri
 Onset atau skala nyeri
 Durasi dan prograsi nyeri
 Karakteristik nyeri
 Intensitas nyeri
 Penyebaran nyeri dan nyeri alih
 Factor yang memperingan dan memperberat nyeri
Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap dari kepala hingga kaki dengan
“FGH” diantaranya :
 Full set of vital sign atau pemeriksaan tanda-tanda vital secara menyeluruh
 Give comfort measure atau memberikan kenyamanan baik secara fisik
maupun psikologis, metode yang dilakukan baik secara farmakologis
maupun non farmakologis untuk menekan rasa nyeri dan kecemasan yang
dialami oleh pasien saat kondisi gawatdarurat
 History and head to toe examination atau riwayat klien dan pemeriksaan
head to toe, intervensi yang bisa diberikan pada pasien diantaranya jaga
kondisi pasien agar tidak terjadi hipotensi atau hipoksia, pemberian IV.
Bagi klien trauma dilakukan pengkajian dengan MIVT ; Mechanism,
Injuries suspected, Vital sign on scene, treatment received

13 |
2.8 Diagnosa keperawatan
Penegakan diagnosis pada keadaan keperawatan gawat darurat berfokus pada
prioritas masalah yang mengancam jiwa pasien , dimana proses identifikasi masalah
kegawatan ABC yang dialami oleh pasien diidentifikasi secara menyeluruh dan dilakukan
prioritas intervensi (Jainurakhma, et al., 2021).

Diagnose keperawatan utama yang dapat diambil pada kasus akut abdomen adalah
sebagai berikut :

1) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
2) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi, iskemia, abses
3) Disfungsi motalitas gastrointestinal berhubungan dengan proses pembedahan,
kolesistektomi, infeksi pencernaan, kanker empedu, dialysis peritoneal
4) Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan gastrointestinal

Diagnose keperawatan sekunder yang dapat diambil pada kasus akut abdomen
adalah sebagai berikut :

1) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan bahaya kimiawi, fisik atau


listrik
2) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, trauma
3) Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus

2.9 Intervensi keperawatan


Intervensi yang dilakukan dalam proses keperawatan kegawatdaruratan bersifat
stimultan dan interaktif, dimana seluruh aktivitas terapeutik yang dilakukan oleh tim gawat
darurat berfokus untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh pasien. Saat pengkajian dan
intervensi keperawatan bisa dilakukan secara hampir bersamaan, baik yang bersifat
intervensi mandiri yang bisa dilakukan oleh seorang perawat tanpa adanya pengawasan
dari orang lain, intervensi dependen yang dilakukan oleh perawat dengan adanya instruksi
tertulis dari professional kesehatan yang lain, intervensi interdependen atau kolaboratif
yang dilakukan oleh perawat setelah berkonsultasi dengan profesi kesehatan lainnya sesuai
dengan protocol IGD.

14 |
15 |
1) Intervensi keperawatan primer

SDKI SLKI SIKI


Perfusi jaringan perifer tidak efektif Tujuan : Perawatan sirkulasi I. 02079
berhubungan dengan penurunan Pasien mencapai keadekuatan Observasi :
aliran arteri aliran darah pembuluh darah 1) periksa sirkulasi perifer
untuk mempertahankan jaringan 2) identifikasi factor resiko gangguan
Kriteria hasil : sirkulasi
 CRT < 2 detik 3) monitor panas, kemerahan, nyeri
 Tidak terjadi sianosis atau bengkak pada ekstrimitas
Terapeutik :
1) hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2) hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstrimitas dengan
keterbatasan perfusi
3) lakukan pencegahan infeksi
4) lakukan hidrasi
Edukasi :
1) anjurkan berolahraga rutin
2) anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antokoagulan dan
penurun kolesterol jika perlu
3) ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
4) informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
misalnya rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh dan
hilangnya rasa
Nyeri akut berhubungan dengan Tujuan : Manajemen nyeri I. 08238

16 |
inflamasi, iskemia, abses Pasien terbebas dari rasa nyeri
Kriteria hasil : Observasi :
 skala nyeri 0 1) identifikasi lokasi, karakteristik,
 pasien tidak menunjukan durasi, frekuensi, kualitas dan
tanda non verbal nyeri intensitas nyeri
 pasien merasa nyaman 2) identifikasi skala nyeri
3) identifikasi respon non verbal nyeri
4) identifikasi factor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5) monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
6) monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik :
1) berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2) kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3) fasilitasi istirahat dan tidur. Biarkan
pasien melakukan posisi yang
nyaman.
4) pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1) jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2) jelaskan strategi meredakan nyeri
3) anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) ajarkan teknik non farmakologis

17 |
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1) kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi
Disfungsi motalitas gastrointestinal Tujuan : Manajemen nutrisi I. 03119
berhubungan dengan proses Pasien memperbaiki aktivitas Observasi :
pembedahan, kolesistektomi, peristaltic gastrointestinal 1) identifikasi status nutrisi
infeksi pencernaan Kriteria hasil : 2) identifikasi alergi dan intolransi
 pasien tidak mengalami makanan
nyeri abdomen 3) identifikasi makanan yang disukai
 pasien tidak mengalami 4) identifikasi kebutuhan kalori dan
kram abdomen jenis nutrient
 muntah (-) 5) identifikasi perlunya penggunaan

 mual (-) selang nasogastric

 distensi abdomen (-) 6) monitor asupan makanan


7) monitor berat badan
8) monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
1) fasilitasi menentukan pedoman diet
2) sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
3) berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4) berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
5) berikan suplemen makanan jika
perlu
6) hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi

18 |
Edukasi :
1) anjurkan posisi duduk jika mampu
2) ajarkan deit yang diprogramkan
Kolaborasi :
1) kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan jika perlu
2) kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Risiko perdarahan berhubungan Tujuan : Pencegahan perdarrahan I. 02067
dengan gangguan gastrointestinal Pasien tidak mengalami Observasi :
perdarahan setelah diberikan 1) monitor tanda dan gejala perdarahan
perawatan 2) monitor nilai hematocrit/hemoglobin
Kriteria hasil : sebelum dan setelah kehilangan
 tidak terjadi distensi darah
abdomen 3) monitor koagulasi misalnya
 tekanan darah normal prothrombin time
 suhu tubuh normal Terapeutik :

 membrane mukosa lembab 1) pertahankan bed rest selama


perdarahan
2) batasi tindakan invansif jika perlu
3) hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi :
1) jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2) anjurkan menggunakan kaus kaki
saat ambulansi
3) anjurkan meninngkatkan asupan
cairan untuk menghindari konstipasi
4) anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
5) anjurkan segera melapor jika terjadi

19 |
perdarahan
Kolaborasi :
1) kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan
2) kolaborasi pemberian produk darah
3) kolaborasi pemberian pelunak tinja

2) Intervensi keperawatan sekunder

SDKI SLKI SIKI


Ganggguan integritas kulit/jaringan Tujuan : Perawatan integritas kulit I. 11353
berhubungan dengan bahaya Pasien meningkatkan keutuhan Observasi :
kimiawi, fisik atau listrik kulit atau jaringan setelah 1) Identifikasi penyebab gangguan
diberikan perawatan integritas kulit
Kriteria hasil : Terapeutik :
 Tidak terjadi perdarahan 1) Ubah posisi pasien tirah baring
luka setiap 2 jam jika tidak kontraindikasi
 Temperature kulit disekitar 2) Lakukan pemijatan pada area
luka dalam rentang normal penonjolan tulang jika perlu
 Integritas kulit membaik 3) Bersihkan perineal dengan air hangat

 Tidak tampak nekrosis terutama selama periode diare

 Tidak ada pigmentasi 4) Gunakan produk berbahan ringan

abnormal atau alami dan hipoalergik pada kulit


sesnsitif
5) Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
6) Lakukan perawatan luka bila
diperlukan
Edukasi :
1) Anjurkan menggunakan pelembab
2) Anjurkan minum air yang cukup

20 |
3) Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian antibotik
pada luka
Hipertermia berhubungan dengan Tujuan : Manajemen hipertermia I. 15506
proses infeksi, trauma Pasien terbebas dari hipertermia Observasi :
setelah diberikan perawatan 1) Identifikasi penyebab hipertermia
Kriteria hasil : misalnya dehidrasi
 Suhut tubuh dalam rentang 2) Monitor suhu tubuh
normal 3) Monitor kadar elektrolit
 Kulit tidak teraba panas 4) Monitor haluaran urin
 Kulit tidak memerah 5) Monitor komplikasi akibat

 Membrane mukosa lembab hipertermia


Terapeutik :
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hyperhidrosis (hyperhidrosis)
6) Lakukan pendinginan eksternal
7) Hindari pemberian anti[iretik atau
aspirin
8) Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :

21 |
1) Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2) Kolaborasi uji diagnostic jika perlu
Konstipasi berhubungan dengan Tujuan Manajemen konstipasi I. 04155
penurunan peristaltic usus Pasien mengalami perbaikan Observasi :
defekasi setelah diberikan 1) Periksa tanda dan gejala konstipasi
perawatan 2) Periksa pergerakan usus,
Kriteria hasil : karakteristik feses (konsistensi,
 Pasien mampu mengontrol entuk, volume dan warna)
pengeluaran feses 3) Identifikasi factor resiko konstipasi
 Tidak ada keluhan saat 4) Monitor tanda dan gejala rupture
defekasi usus dan atau peritonitis
 Tidak mengejan saat Terapeutik :
defekasi 1) Anjurkan diet tinggi sera

 Tidak teraba massa pada 2) Lakukan masase abdomen jika

rektal perlu

 Frekuensi defekasi 3) Lakukan evakuesi feses secara

membaik manual jika perlu

 Peristaltic usus dalam 4) Berikan enema atau irigasi jika

rentang normal perlu


Edukasi :
1) Jelaskan etiologi masalah dan
alasan tindakan
2) Anjurkan peningkatan asupan
cairan jika tidak ada kontraindikasi
3) ;atih buang air besar secara teratur
4) Ajarkan cara mengatasi konstipasi
atau impaksi
Kolaborasi :
1) Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan atau

22 |
peningkatan frekuensi suara
usus
2) Kolaborasi penggunaan obat
pencahar jika perlu

2.10 Evaluasi keperawatan


Proses evaluasi atau reassessment dilakukan pada keperawatan kegawatdaruratan
dilakukan oleh tim secara terus menerus, hal ini karena kondisi kegawatan dari pasien tidak
dapat diprediksi dan sewaktu-waktu memiliki perubahan yang cepat sesuai dengan tingkat
kegawatan dari pasien yang dirawat.

23 |
Bab III Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan
Akut abdomen adalah nyeri yang sangat hebat disekitar area abdomen yang
onsetnya kurang dari 24 jam. Tingkat nyeri ditunjukan dengan menggunakan skor
maksimal pada skala nyeri VAS (Visual Analogue Scale). Nyeri abdomen akut mempunyai
diagnosis banding yang sangat luas. Spectrum derajat keparahan penyakitnya cukup lebar,
berkisar dari yang mengancam jiwa hingga yang tidak berbahaya sama sekali. Penilaian
kritis yang efektif perlu pengenalan yang cepat terhadap pasien dengan kondisi yang sangat
tidak sehat/kritis dan bila perlu melakukan pemeriksaan yang langsung.

3.2 Saran
Saat seseorang merasakan nyeri pada bagian abdomen sebaiknya segera dibawa ke
rumah sakit terutama jika onset nyeri semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

24 |
Daftar Pustaka

Hidayati, A. N., Akbar, M. I., & Rosyid, A. N. (2018). Gawat Darurat Medis dan Bedah.
Surabaya: Ailangga University Press.

Jainurakhma, J., Hariyanto, S., Mataputun, D. R., Silalahi, L. S., Umara, A. F., Madu, Y. G., et
al. (2021). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

Permana, L. W. (2020). Buku Ajar Nyeri Akut Abdomen Simtom Tantangan Diagnostik. Depok:
Penerbit UI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Asuhan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Santoso, D. (2016). Pemeriksaan Klinik Dasar. Surabaya: Airlangga University Press.

25 |

Anda mungkin juga menyukai