OLEH MAHASISWA
Nama : Taroci Padakama
Nim : PO 530321119247
Kelas : PPN TK 3
Ruangan : Neonatalogi
ASFIKSIA
Nafas cepat
Suplai O2 suplai O2 bersihan jalan
Apneu pola napas dalam darah ke paru-paru napas tdk efektif
Tidak efektif
kerusakan pertukaran
gas
1. Pengkajian
a. Biodata : nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa dan
identitas orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan
diagnosa asfiksia neonatorum.
b. Keluhan utama : pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan apakah spontan,
prematur, aterm, letak bayi dan posisi bayi
d. Kebutuhan dasar :
pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral karena
organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu bertujuan untuk
mencegah terjadinya aspirasi pneumoni.
Pola eliminasi : umumnya bayi mengalami gangguan BAB karena organ
tubuh terutama pencernaan belum sempurna.
Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi harus menjaga kebersihan
terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya terganggu karena bayi
sesak napas.
e. Pemeriksaan fisik :
1. Breating/B1
a. Inspeksi
- Bentuk dada (barrel atau cembung)
- Kesemetrisan
- Adanya insisi
- Selang dada atau penyimpangan lain
- Pada klien dengan asfiksia akan mengalami usaha bernapas yang lambat
sehingga gerakan cuping hidung mudah terlihat
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan paru yang adekuat.
Bayi dengan penyakit congenital/bawaan perkembangan paru tidak baik atau
hipoplasia. Sering terjadi di paru bagian kiri
c. Perkusi
Suara perkusi di area dada kiri terdengar lebih redup dan pekak
d. Auskultasi
Suara perkusi menurun sampai menghilang. Bunyi napas tak teratur bahkan
lambat
2. Blood/B2
a. Inspeksi
Pada saat dilakukan inspeksi, perlu diperhatikan letak ictus cordis normal yang
berada pada ICS 5 pada linea medio calviculaus kiri selebar 1 cm. pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui ada/tidaknya pergeseran jantung
b. Palpasi
Dilakukan dengan menhitung denyut jantung (heart rate) dan harus memperhatikan
kedalaman dan teratur atau tidaknya denyut jantung. Selain itu, perlu juga
memperhatikan adanya thrill (getaran ictus cordis). Memeriksa nadi lengan
meletakan telunjuk dan jari tengah anda pada bagian dalam siku bayi di sisi yang
paling dekat dengan tubuh
c. Perkusi
Tindakan perkusi dilakukan untuk menetukan batas jantung (area yang bersuara
pekak). Hal ini untuk menetukan adanya pergeseran jantung karena desakan
diafragma bila terjadi kasus hernia diafragmatika.
d. Auskultasi
Auskultasi dilakukan dengan menentukan bunyi jantung I dan II tunggal atau
gallop, bunyi jantung III merupakan gejala payah jantung, murmur yang
menunjukan adanya peningkatan arus turbelensi darah. Penderita neonatal denyut
jantung kurang dari 100/menit atau tidak terdengar sama sekali
3. Brain/B3
Ketika melakukan inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji dengan skala GCS. Fungsi
sensorik seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Penderita asfiksia berat tidak akan menunjukan respon GCS
4. Bladder/B4
Pengukuran volume input/output urine dilakukan dalam hubungannya dengan intake
cairan. Oleh karena itu perlu ditinjau adanya oliguria atau tidak karena dapat menjadi
pertanda awal adanya syok
5. Bowel/B5
- Ketika inspeksi dilihat abdomen yang membuncit/datar
- Tepi perut menonjol/tidak
- Umbilicus menonjol/tidak
- Pada klien biasanya didapatkan indikasi mual, muntal, penurunan nafsu
makan, penurunan berat badan
6. Bone/B6
Hal diperhatikan adalah :
- Adanya edema peritabial
- Pemeriksaan capillary refill time
- Feel pada kedua ektermitas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer
- Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kekuatan otot untuk dibandingkan antara
bagian kiri dan kanan
f. Data penunjang
Beberapa pemeriksaan adanya asfiksia pada bayi yaitu :
1. Pemeriksaan analisa gas darah (Ph kurang dari 7.20)
2. Pemeriksaan APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usahan
naps, tonus otot dan reflex
3. Pemeriksaan EEG/EGC dan CT-Scan
4. USG
5. Gula darah
6. Ph tali pusat : tingkat 7.20 sampai 7.24 menunjukan status parasidosis , tingkat
rendah menunjukan asfiksia bermakna
7. Elektrolit garam
8. Pengkajian spesifik
9. Hemoglobin / hemotokrit (Hb/Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43% - 61%
10. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membrane sel darah merah
2. Diagnose Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (kelemahan
otot pernapasan)
(D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
(D.0003)
3. Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI RASIONAL
Pola napas Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk mengetahui pola
tidak efektif tindakan keperawatan jalan napas : napas bayi
berhubungan selama 2x24 jam (I.01001) 2. Untuk mengetahui pola
dengan diharapkan Pola napas 1. monitor pola napas tambahan
hambatan membaik dengan napas (frekuensi, 3. Untuk melakukan
upaya napas criteria hasil : kedalaman dan fisioterapi dada pada bayi
(kelemahan 1. Dispnea upaya napas) 4. Untuk mengambil lender
otot menurun 2. monitor bunyi pada bayi
pernapasan) 2. Penggunaan napas tambahan
otot bantu (wheezing,
pernapasan ronchi)
3. Pernapaan 3. lakukan
cuping hidung fisioterapi dada,
menurun jika perlu
4. Frekuensi nafas 4. lakukan
membaik pengisapan
5. Kedalaman lender kurang
nafas membaik dari 15 menit,
6. Kapasitas vital jika perlu.
membaik Pemantauan 1. Untuk mengetahui
respirasi frekuensi irama dan
(I.010114) upaya napas
1. monitor 2. Untuk mengetahui
frekuensi irama pola napas pasien
dan upaya napas 3. Untuk mengetahui
2. monitor pola bunyi napas
napas tambahan
3. auskultasi 4. Untuk mengetahui
bunyi napas saturasi oksigen
4. monitor 5. Untuk
saturasi oksigen mendokumentasika
5. dokumentasi n hasil pemantauan
hasil pemantauan
4. Implementasi Keperawatan
Merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan yaitu
validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana, memberikan askep dalam
pengumpulan data, serta melaksanakan adusa dokter dan ketentuan RS.
Tahap ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
telahditetapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dan suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga
kesehatan.
Tahap ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai
DAFTAR PUSTAKA