Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pembingbing : Rizki Muliani, S.Kep,Ners., M.Kep

Disusun oleh:

Sari Damayanti (191FK03029)


Ariani Sukmadiwanti (191FK03030)
Nisa Rahmawati (191FK03123)

Tingkat 2A Kelas Kecil B


Kelompok 4

PRORAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan
makalah tentang ”Makalah Asuhan Keperawatan Otitis Media Akut” ini dengan tepat
waktu.
Dengan terselesaikannnya makalah ini kami berharap, agar setelah membaca
dan mempelajari makalah ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan
sebagaimana tertera dalam tujuan pembuatan makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah suatu bentuk
tanggung jawab kami untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III. Kami menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini
jauh dari sempurna olah karena itu, kami harapkan kritik maupun saran.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan hikmah serta dapat
menambah dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi kami penulis dan
pembaca.

Bandung, 29 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Definisi...........................................................................................................3
2.2 Patofisiologi...................................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis..........................................................................................3
2.4 Etiologi...........................................................................................................4
2.5 Klasifikasi......................................................................................................4
2.6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................6
2.7 Penatalaksanaan...........................................................................................6
2.8 Komplikasi.....................................................................................................7
2.9 Asuhan Keperawatan...................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................14
PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................14
3.2 Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otitis media akut seringkali terjadi pada anak-anak. Beberapa negara
maju menjelaskan bahwa otitis media akut merupakan infeksi yang umum pada
usia dini dan merupakan alasan umum untuk berobat. Prevalensi otitis media akut
di setiap negara berbeda-beda, namun biasanya berada pada kisaran 2,3 % – 20
%. Prevalensi tertinggi OMA di dunia terjadi di Afrika Barat dan Tengah
(43,37%), Amerika Selatan (4,25%), Eropa Timur (3,96%), Asia Timur
(3,93%),Asia Pasifik (3,75%), dan Eropa Tengah (3,64%). Di Inggris, sebanyak
30% anak-anak mengunjungi dokter anak setiap tahunnya karena OMA. Di
Amerika Serikat, sekitar 20 juta anak – anak menderita OMA setiap tahunnya. Di
Asia Tenggara, Indonesia termasuk keempat negara dengan prevalensi gangguan
telinga tertinggi (4,6%). Tiga negara lainnya adalah Sri Lanka (8,8%), Myanmar
(8,4%) dan India (6,3%).(220)
Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah
yang berlangsung kurang dari tiga minggu.1 Yang dimaksud dengan telinga
tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani
dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba
Eustachius. Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu terjadi secara
mendadak, di lanjutkan efusi telinga tengah yang dapat berkembang menjadi pus
oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, dan akhirnya muncul tanda inflamasi
akut, antara lain otalgia, iritabilitas, dan demam. (788)

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan Definisi OMA!
2. Bagaimana Patofisiologi OMA?
3. Apa saja Manifestasi Klinis OMA?
4. Bagaimana Etiologi OMA?
5. Jelaskan Klasifikasi OMA!
6. Apa saja Pemeriksaan Penunjang OMA?
7. Bagaimana Penatalaksanaan OMA?
8. Apa saja Komplikasi OMA?
9. Jelaskan Asuhan Keperawatan pada Kasus OMA!

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi OMA
2. Untuk mengetahui Patofisiologi OMA
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis OMA
4. Untuk mengetahui Etiologi OMA
5. Untuk mengetahui Klasifikasi OMA
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang OMA
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan OMA
8. Untuk mengetahui Komplikasi OMA
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada kasus OMA

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Otitis Media Akut adalah peradangan tengah yang terjadi secara cepat dan
singkat (dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan
sistemik (Munilson dkk).
Menurut Muscari otitis media akut (OMA) merupakan inflamasi telinga
bagian tengah dan salah satu penyakit dengan prevalensi paling tinggi pada masa
anak-anak, dengan puncak insidensi terjadi pada usia antara 6 bulan sampai 2
tahun. Hampir 70% anak akan mengalami otitis media akut (OMA) paling sedikit
satu periode otitis media. (Barrimi et al., 2013)

2.2 Patofisiologi
Patofisiologi dari OMA itu sendiri biasanya dimulai dari infeksi saluran
pernafasan atas hingga menyebabkan inflamasi pada nasofaring. Selain itu, virus
juga merubah komponen dari jaringan mukus dan mengganggu sistem mukosiliar
yang menyebabkan gangguan fungsi tuba Eusthacius. Tuba Eusthacius yang
terganggu menyebabkan tekanan negatif pada telinga tengah yang memfasilitasi
masuknya bakteri dan virus patogen ke dalam rongga telinga tengah
menyebabkan inflamasi telinga tengah, akumulasi cairan telinga tengah, dan
gejala otitis media akut. (Mahardika et al., 2019)

2.3 Manifestasi Klinis


Gejala otitis media akut antara lain :
1. Nyeri
2. demam
3. malaise
4. nyeri kepala
5. membran timpani tampak merah dan menonjol
6. abses telinga tengah

3
7. pada bayi sering kali mudah marah, bangun di tengah malam sambil menangis
dan menarik-narik telinganya. (Barrimi et al., 2013)

2.4 Etiologi
1. Bakteri
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut
penelitian, kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui
isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain
tergolong sebagai nonpatogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme
penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah
Streptococcus pneumonia diikuti oleh Haemophilus influenza dan Moraxella
catarhalis.

2. Virus
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau
bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering
dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza
virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai
parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa
dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun
lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba
dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya. (Novita, 2019)

2.5 Klasifikasi
OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung
pada perubahan pada mukosa telinga tengah. Antara lain :
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh
retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di

4
dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran
timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya
juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba Eustachius juga
menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang
tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat.
Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.
2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi
Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang
ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan
adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oleh
oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme
piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran timpani
menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang
menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam.
Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung
dari cepatnya proses hiperemis.
3. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau
bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada
mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial
terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan
membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar. Pada
keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta
rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat
tidur nyenyak. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada
bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.

4. Stadium Perforasi

5
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret
berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke
liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi
(berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian
antibiotik dan tingginya virulensi kuman. Setelah nanah keluar, anak berubah
menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyakJika
mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap
berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media
supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih
satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media
supuratif kronik (Novita, 2019)

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Otoscope bertujuan untuk melakukan auskultasi pada bagian
telinga luar .
2. Pemeriksaan Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan
membrane timpani
3. Pemeriksaan Kultur dan Uji Sensitivitas : Dilakukan bila dilakukan
timpanosensitesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane
timpani) (Amin, 2015)

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Otitis Media Akut menurut Soepardi& Iskandar tergantung pada
stadium penyakitnya yaitu :
1) Stadium Oklusi: bertujuan untuk membuka tuba eustachius sehingga tekanan
negatif ditelinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung HCL
efedrin 0,5% dan pemberian antibiotik apabila penyebab penyakit adalah
kuman, bukan virus atau alergi.

6
2) Stadium Presupurasi: analgetika, antibiotika yang dianjurkan biasanya
golongan ampicillin atau penicilin.
3) Stadium Supurasi: diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat
dilakukan miringotomi bila membran menonjol dan masih utuh untuk
mencegah perforasi.
4) Stadium Perforasi: sering terlihat sekret banyak yang keluar dan kadang
terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatannya adalah
obat pencuci telinga H2O2 3% selama 35 hari dan diberikan antibiotika yang
adekuat.
5) Stadium Resolusi: maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret
tidak ada lagi da perforasi membran timpani menutup. (Barrimi et al., 2013)

2.8 Komplikasi
1. Kehilangan pendengaran
2. Perforasi Membran Timpani (MT)
3. Kolesteatoma
4. Paralisis saraf cranial
5. Labirinitis
6. Mastoiditis
7. Meningitis
8. Hidrosefalus Otitis (Barrimi et al., 2013)

2.9 Asuhan Keperawatan

Kasus

Seorang anak laki-laki usia 7 tahun dibawa ke poli THT karena mengeluh nyeri pada
telinga sebelah kiri. Ibu klien mengatakan anaknya sering memegang dan menarik-
narik telinga kirinya. Selain itu, klien sering gelisah ketika tidur dan tiba-tiba menjerit
ketika tidur. TTV : suhu 40 C, nadi 70 x/menit, TD 100/90 mmHg, RR = 32x/menit.

7
Ibu klien mengatakan anak sering mengalami ISPA yang suka kambuh.Pada
pemeriksaan menggunakan otoskop, terlihat bulging pada membrane tympani, edema,
hancurnya epitel superficial telinga dan ada eksudat berbentuk purulen di kavum
tympani. Dokter menyatakan anak tersebut sudah berada pada stadium supurasi.
Dokter menganjurkan si anak dilakukan irigasi telinga dan diberikan tetes telinga.

A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : An.
Umur : 7 tahun
Alamat :-
Jenis Kelamin : Laki - laki
Diagnosa Medis : Otitis Media Akut
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.
Umur :-
Alamat :-
Hub. Dengan Klien : Ibu Kandung
II. Keluhan masuk RS
Karena mengeluh nyeri pada telinga sebelah kiri. Ibu klien mengatakan
anaknya sering memegang dan menarik-narik telinga kirinya.
III. Keluhan Utama
P : Sering mengalami ISPA yang suka kambuh
Q:
R : Telinga sebelah kiri
S:
T:
IV. Riwayat penyakit Dahulu

8
-
V. Riwayat Penyakit Sekarang
- Ibu klien mengatakan anak sering mengalami ISPA yang suka kambuh.
- Otitis Media Akut
VI. Pola Aktivitas
- Istirahat/Tidur : klien sering gelisah ketika tidur dan tiba-tiba menjerit
ketika tidur
VII. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum :
- Tanda – tanda Vital
 Tekanan Darah : 100/90 mmHg
 Nadi : 70 x/menit
 Suhu : 40 C
 Respirasi : 32x/menit
VIII. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Telinga ( Otoskop )
Hasil : Terlihat bulging pada membrane tympani, edema, hancurnya
epitel superficial telinga dan ada eksudat berbentuk purulen di kavum
tympani.
IX. Obat – obatan
Dokter menganjurkan si anak dilakukan irigasi telinga dan diberikan tetes
telinga.

9
X. Analisa Data
Masalah
No Data Senjang Etiologi
Keperawatan
1 DS : Inspeksi Sekunder Nyeri
- Mengeluh nyeri pada ( ISPA )
telinga sebelah kiri
- Ibu klien mengatakan
anaknya sering Invasi bakteri
memegang dan
menarik-narik telinga
kirinya Otitis media
DO :
- Pada pemeriksaan
menggunakan otoskop,
terlihat bulging pada Peradangan
membrane tympani,
edema
Nyeri
2 DS : Inspeksi Sekunder Hipertermi
- klien sering gelisah ( ISPA )
ketika tidur dan tiba-
tiba menjerit ketika
tidur Invasi bakteri
DO :
- suhu 40 C
Otitis media

10
Peradangan

Proses Imflamasi

Hipertermi

B. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d Proses Penyakit
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi

C. INTERVENSI
Rencana Tindakan
No Diagnosa Keperawatan
NIC NOC
1 Nyeri akut b.d Proses Manajemen Nyeri (1400) Tingkat Nyeri
Penyakit 1. Lakukan pengkajian (2102)
secara komperhensif 1. Nyeri yang
2. Berikan informasi dilaporkan
mengenai nyeri yang berkurang
meliputi lokasi, durasi, 2. Ekspresi nyeri
frekuensi,intensitas/beratnya wajah tidak ada
nyeri.
3. Ajarkan metode non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
4. Anjurkan istirahat untuk

11
mngurangi nyeri
2 Hipertermia Manajemen demam (03099) Termoregulasi
berhubungan dengan 1. Monitor tanda-tanda vital (0800)
proses infeksi 2. Monitor intake output 1. Suhu tubuh
cairan RL 20 tpm mikro dalam rentan
3. Tutupi badan dengan normal (36,5 –
selimut/pakaian dengan 37,5C)
tepat (selimut tebal jika 2. Melaporkan
dingin, pakaian tipis jika kenyamanan
hangat) suhu
4. Berikan kompres hangat
pada dahi dan aksila
5. Anjurkan memperbanyak
minum
6. Kolaborasi pemberian
antipiretik sesuai kebutuhan
PCT Syr 3x1 sdt

(Aziz, 2013)
(Arif, 2012)

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan wujud dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan
antara lain adalah : mempertahan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi,

12
menentukan perubahan sistem tubuh, memantapkan hubungan klien dengan
lingkungan dan implementasi pesan dokter.

E. EVALUASI
Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil tahap
perencanaan.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh telinga
tengah, tuba eustachi, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang disebabkan
karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Bakteri penyebab
otitis media antara lain Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus
influenza, Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus, Streptococcus
hemolyticus, Proteus vulgaris, dan Pseudomoas aeruginosa. Terdapat 5 stadium
dalam OMA yaitu stadium oklusi, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium
perforasi, dan stadium resolusi. OMA biasa terjadi terutama pada bayi atau anak
karena anatomi saluran eustachi yang masih relatif pendek, lebar, dan letaknya
lebih horizontal.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep
dan memberikan Asuhan Keperawatan pasien dengan Otitis Media Akut juga
terus mencari referensi pengetahuan mengenai penyakit ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arif, I. (2012). Laporan Studi Kasus. 1–100.


Aziz, A. (2013). BAB II Tinjauan Pustaka Hemoglobin. Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 1969, 4–27. http://repository.ump.ac.id/3810/3/Ahmad H Aziz BAB
II.pdf
Barrimi, M., Aalouane, R., Aarab, C., Hafidi, H., Baybay, H., Soughi, M., Tachfouti,
N., Nejjari, C., Mernissi, F. Z., Rammouz, I., & McKenzie, R. B. (2013). 済無
No Title No Title. Encephale, 53(1), 59–65.
Mahardika, Sudipta, & Sutanegara. (2019). Karakteristik Pasien Otitis Media Akut di
Rumah Sakit Umum Pusat Denpasar Periode Januari – Desember Tahun 2014.
E-Jurnal Medika, 8(1), 51–55.
Novita, F. (2019). Program studi pendidikan profesi ners stikes perintis padang t.a
2018/2019 1. Dm, 1–126.

15

Anda mungkin juga menyukai