Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

Dosen Pengampu : Christina NW,S.Kep.,Ns,M.H

Disusun Oleh :

Nama : Khanitati Zullayka

NIM : 2001048

DIII KEPERAWATAN TINGKAT II

FAKULTAS SAINS & KESEHATAN

UNIVERSITAS ANNUR PURWODADI

2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal
diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal,
tumor mediastinum, ataupun akibat proses peradangan seperti tuberculosis dan
pneumonia. Hambatan reabsorbsi cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan
di rongga pleura yang disebut efusi pleura.Efusi pleura tentu mengganggu fungsi
pernapasan sehingga perlu penatalaksanaan yang baik.Pasien dengan efusi pleura
yang telah diberikan tata laksana baik diharapkan dapat sembuh dan pulih kembali
fungsi pernapasannya, namun karena efusi pleura sebagian besar merupakan akibat
dari penyakit lainnya yang menghambat reabsorbsi cairan dari rongga pleura, maka
pemulihannya menjadi lebih sulit.Karena hal tersebut, masih banyak penderita dengan
efusi pleura yang telah di tatalaksana namun tidak menunjukkan hasil yang
memuaskan.

Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar
50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementana 95% kasus mesotelioma
(keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita
kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.

Kejadian efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita keganasan jika
tidak ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan kualitas hidup penderitanya
dan semakin memberatkan kondisi penderita. Paru-paru adalah bagian dari sistem
pernapasan yang sangat penting, gangguan pada organ ini seperti adanya efusi pleura
dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan bahkan dapat mempengaruhi kerja
sistem kardiovaskuler yang dapat berakhir pada kematian.

Perbaikan kondisi pasien dengan efusi pleura memerlukan penatalaksanaan


yang tepat oleh petugas kesehatan termasuk perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan di rumah sakit.Untuk itu maka perawat perlu mempelajari tentang
konsep efusi pleura dan penatalaksanaannya serta asuhan keperawatan pada pasien
dengan efusi pleura. Maka dalam makalah ini akan dibahas bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan efusi pleura.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah konsep penyakit efusi pleura?

1.2.2 Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi


pleura

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi konsep efusi pleura meliputi definisi, etiologi,


manifestasi klinis dan patofisiologi

2. Mengidentifikasi proses keperawatan pada efusi pleura meliputi


peng.kajian, analisa data dan diagnosa, intervensi dan evaluasi

1.4 Manfaat

1.4.1 Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien


dengangangguan efusi pleura sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah
respirasi.

1.4.2 Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat


menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB 2

KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 DEFINISI

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses


penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.
Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)

2.2 ETIOLOGI

Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan


primer pada pleura hanya ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleura dan
tumor primer pleura. Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi :

1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor
ovarium) dan sindroma vena kava superior.

2. Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),


bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor
dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena
tuberculosis

Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan:


1. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)

2. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia)

3. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)

4. Berkurangnya absorbsi limfatik

Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:

1. Transudat

Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik sindrom,
obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal, dan atelektasis
akut.

2. Eksudat

1. Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses)

2. Neoplasma (Ca. paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari
empat mekanisme dasar :

a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah

c. Peningkatan tekanan negative intrapleural

d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

Perbedaan cairan transudat dan eksudat (Somantri, 2008: 99)


Indikator Transudat Eksudat

1. Warna 1. Kuning pucat dan jernih 1. Jernih, keruh,


purulen, dan
hemoragik

2. Bekuan2. (-) 2. (-)/(+)

3. Berat Jenis 3. <1018 3. >1018

4. Leukosit 4. <1000 /Ul 4. Bervariasi, >1000/uL

5. Eritrosit 5. Sedikit 5. Biasanya banyak

6. Hitung jenis 6. MN (limfosit/mesotel) 6. Terutama PMN

7. Protein Total 7. <50% serum 7. >50% serum

8. LDH 8. <60% serum 8. >60% serum

9. Glukosa 9. =plasma 9. = / < plasma

10. Fibrinogen 10. 0,3-4 10. 4-6 % atau lebih

11. Amilase 11. (-) 11. >50% serum

12. Bakteri 12. (-) 12. (-) / (+)

2.3 PATOFIOLOGI

Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma
(eksudat) sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma
(transudat).Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas pleura parietalis sekunder (efek samping dari) peradangan atau
keterlibatan neoplasma.Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah
jantung kongestif.Pasien dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami
efusi pleura ketika terjadi payah/gagal jantung kongestif.Ketika jantung tidak dapat
memompakan darahnya secara maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan
tekanan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler
sistemik.Cairan yang berada dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya
menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura.Peningkatan pembentukan cairan dari
pleura parietalis karena hipertensi kapiler sistemik dan penurunan reabsorbsi
menyebabkan pengumpulan abnormal cairan pleura.

Adanya hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan terjadinya efusi pleura.


Peningkatan pembentukan cairan pleura dan berkurangnya reabsorbsi.Hal tersebut
berdasarkan adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler (tekanan osmotic
yang dilakukan oleh protein).

Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru, sebagian akan


tergantung atas kekuatan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan
normal, dinding dada cenderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk
rekoil ke dalam (paru-paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan
cenderung untuk mengempis).

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan penyakit dasar.


Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara
efusi malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan
menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak nafas.
Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak
sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan terdengar
di atas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika
penumpukan cairan pleural yang signifikan.Bila terjadi efusi pleural kecil sampai
sedang, dipsnea mungkin saja tidak terdapat.

Berikut tanda dan gejala:

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,


setelahcairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.

2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri


dadapleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.

4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,


karenacairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).

5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagianatas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak
karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.

6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.Keberadaan


cairandikuatkan dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan fisik, dan
torakosentesis. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan Gram, basil
tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan
kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase, protein), analisis sitologi untuk sel-
sel malignan, dan pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.

2.5 PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah


penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta
dipsnea. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (misal gagal jantung
kongestif, pneumonia, seosis)

Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna


keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dipsnea.Namun bila penyebab dasar
adalah malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau
minggu.Torasentesis berulang menyebabkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit,
dan kadang pneumotoraks.Dalam keadaan ini pasien mungkin diatasi dengan
pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase
water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan
paru.
Agens yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin, dimasukkan ke dalam
ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih
lanjut.Setelah agens dimasukkan, selang dada diklem dan pasien dibantu untuk
mengambil berbagai posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan
untuk memaksimalkan kontak agens dengan permukaan pleural.Selang dilepaskan
klemnya sesuai yang diresepkan, dan drainase dada biasanya diteruskan beberapa hari
lebih lama untuk mencegah reakumulasi cairan dan untuk meningkatkan pembentukan
adhesi antara pleural viseralis dan parietalis.

Modalitas penyakit lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding
dada, bedah pleurektomi, dan terapi diuretic.Jika cairan pleura merupakan eksudat,
posedur diagnostic yang lebih jauh dilakukan untuk menetukan
penyebabnya.Pengobatan untuk penyebab primer kemudian dilakukan.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Thorax

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan
seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian
medial. Bila permukaannya horisontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara
dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru
sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dalam
pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis).Disini perlu pemeriksaan foto dada
dengan posisi lateral dekubitus.

2. CT – SCAN

Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya tumor paru
juga sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik yang meliputi :

1. menentukan adanya tumor dan ukurannya

2. mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus, mediatinum dan


pembuluh darah besar

3. mendeteksi adanya efusi pleura


Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk
menuntun tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA), evaluasi
pengobatan, mendeteksi kekambuhan dan CT planing radiasi.
BAB 3

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN FOKUS
1. BIODATA
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan
keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC
paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisia.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan
nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan
effusi pleura keadaan umumnya lemah nutrisi dan metabolik
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan
sehingga menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan
akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu
pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahatnya
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. TTV
RR : Takhipnea
N : Takhikardia
S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
TD : Bisa hipotensi
d. Kepala : Mesochepal
e. Mata : Conjungtiva anemis
f. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung
g. Dada : Gerakan pernafasan berkurang
h. Pulmo (paru-paru )
Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas tampak
penggunaan otot bantu nafas

Palpasi : Vokal Fremitus menurun

Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup

Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas

bagian yang terkena


5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan torak sinar

Terlihat : - Sudut kostofrenik tumpul

- Obstruksi diafragma sebagian “putih” komplet

(opaqul densitas ) pada area yang sakit.

b. Torasentesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah
bakteri dalam cairan
c. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan adanya keganasan.
Pathway

EFUSI PLEURA

Peradangan Aliran darah Osmototik Gangguan


Meningkat koloid darah fungsi
Menurun Limfatik

Kerasukan Tekanan Perma abilitas


Endotel

Permeabilitas
membran
plaura Filtrasi cairan
meningkat Dan protein
meningkat
Hidrostatik
Perembesan
meningkat
Protein
menurun

Osmotik Koloid Kapiler


meningkat
Absorbsi
menurun
Pola Nafas Tidak Resti Infeksi Gangguan rasa Imobilisasi
Absorsi
Gambar 1 : Pathway Efusi Pleura Gangguan
efektif nyaman
menurun mobilisasi (Nyari Akut)
Meningkat

Akumulasi
cairan

Pemasangan
WSD
Penurunan
ekspansi paru
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
C. Intervensi dan Rasional
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
KH : Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, RR normal (16 -
20 x/menit)
Intervensi :
a. Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun
b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum
c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan O2
d. Kolaborasi pemberian O2
Rasional : Alat membantu meningkatkan O2
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan nyeri dada
Tujuan : Tidak ada nyeri dada
KH : - keluhan nyeri berkurang
- skala nyeri menurun
Intervensi :
a. Kaji perkembangan nyeri
Rasional : Untuk mengetahui terjadiya komplikasi
b. Ajarkan klien tehnik relaksasi
Rasional: Untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman
Rasional : Untuk memberikan kenyamanan klien
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa sakit
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
Tujuan : jalan nafas menjadi efektif
K H : - Tidak ada pengumpulan secret

- Tidak ada pengguaan alat bantu nafas

Intervensi :

1. Observasi karakteristik batuk


Rasional : Untuk mengetahui batuk apakah menetap atau tidak efektif
2. Ajarkan batuk efektif
Rasional : membantu pengeluaran secret
3. Berikan pasian posisi semi fowler
Rasional : Membantu memaksimalkan ekspansi paru.
4. Kolaborasi pemberian Oksigen
Rasional : Dapat meningkatkan intake oksigen
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
KH : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis
Intervensi :
a. Observasi nafsu makan klien
Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu maka belum baik
b. Beri makan klien sedikit tapi sering
Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan
c. Beritahu klien pentingnya nutrisi
Rasional : Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan nutrisi
d. Pemberian diit TKTP
Rasional : Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai pembangun
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengkajian yang dilakukan sesuai dengan teori meliputi identitas pasien,
keluhan utama, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari, data psikososial, data
status mental pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
terapi.Salah satu focus utama pengkajian pada pasien dengan efusi pleura adalah pola
pernapasan pasien.

2. Diagnosa keperawatan Menurut teori yang dikemukakan pada bab sebelumnya


diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien efusi pleura setelah dilakukan
tindakan invasive pembedahan yaitu diagnosa. pada pasien tidak dilakukan pemasangan
WSD

3. Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua pasien dirumuskan berdasarkan
prioritas masalah dengan teori yang ada, Intervensi 118 setiap diagnosa dapat sesuai dengan
kebutuhan pasien dan memperhatikan kondisi pasien serta kesanggupan keluarga dalam
kerjasama. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi yang dilakukan secara
mandiri maupun kolaborasi.

4. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan
intervensi yang sudah di buat, sesuai dengan kebutuhan pasien dengan efusi pleura.

5. Evaluasi Keperawatan Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang di berikan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 1 hari
perawatan dan dibuat dalam bentuk SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan baik, pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan.

B. Saran

Hasil dari makalah ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur terbaru.
DAFTAR ISI

1. Amin, Muhammad dkk (ed). 1989. Ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga
University Press

2. Baughman, C Diane. 2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC

3. Doenges, E Mailyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC

4. Hudak,Carolyn M. 1997. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta:


EGC

5. J., Purnawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Jakarta: Media Aesculapius.
FKUI

Anda mungkin juga menyukai