Anda di halaman 1dari 17

Satuan Acara Penyuluhan

( SAP )

Pokok Bahasan : Penyakit Sistem Pencernaan

Sub Pokok Bahasan : Diare

Sasaran : Keluarga Pasien

Tempat : Rumah Pasien (Pandansari rt 06/08)

Tanggal : 9 Desember 2018

Waktu : 35 menit

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti program penyuluhan selama 35 menit, keluarga klien di

Rumah dapat memahami tentang penyakit diare.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mengikuti program penyuluhan selama 35 menit keluarga klien

diharapkan dapat :

a. Menyebutkan pengertian diare dengan baik

b. Menyebutkan penyebab terjadinya diare

c. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit diare dengan benar

d. Menyebutkan bahaya penyakit diare dan cara pencegahan diare

1
B. Materi Penyuluhan

Adapun materi yang akan disampaikan pada penyuluhan ini yakni :

1. Pengertian Diare

2. Penyebab Diare

3. Tanda dan Gejala Diare

4. Bahaya Diare

5. Pencegahan Diare

6. Cara Membuat Larutan Oralit dan Gula Garam

C. Kegiatan Penyuluhan

1. Pra kegiatan

Pembukaan selama 5 menit

a) mengucapkan salam

b) memperkenalkan diri

c) mengkondisikan keluarga klien lebih berkonsentrasi

2. Kegiatan inti selama 15 menit

a) Perawat menyampaikan materi

b) Sasaran menyimak materi

c) Sasaran mengajukan pertanyaan

d) Perawat menjawab pertanyaan

2
3. Kegiatan penutup selama 10 menit

a) Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan secara lisan

b) Menyimpulkan materi bersama dengan sasaran

c) Memberi salam penutup

D. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi dan demonstrasi

E. Sarana Penyuluhan

1. Media

a) Penyuluhan secara lisan dengan leaflet diare

F. Evaluasi

1. Prosedur : Post tes

2. Jenis Tes : Pertanyaan lisan

3. Butir soal :

a. Apa yang disebut dengan Diare ?

b. Sebutkan penyebab terjadinya diare ?

c. Sebutkan tanda dan gejala penyakit diare ?

d. Sebutkan bahaya diare ?

e. Sebutkan cara pencegahan diare ?

3
f. Sebutkan cara menangani diare di rumah ?

g. Bagaimana cara membuat pembuatan larutan gula garam ?

4
Lampiran 1

KONSEP DASAR DIARE

A. Pengertian
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal
atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(Mansjoer Arief dkk, 2000). Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari
tiga kali sehari (WHO,1980). Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan
sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih
dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau
tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung atau usus.

B. Klasifikasi
1. Diare Akut
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari
biasannya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih
lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnnya serta belangsungnya dalam
waktu seminggu (Marcellus Simadibrata, 2009).Diare akut adalah diare yang
awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu , dan disebut diare
persisten.Diare akut adalah diare yang serangan nya tiba –tiba dan berlangsung
dari 14 hari diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis menjadi ( lusiana,
2010 ) :

5
a. Diare non inflamasi,diare ini disebabkan oleh eteroktosin dan menyebabkan
diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.keluhan
abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada sama sekali. Dehidrasi cepat
terjadi apabila tidak mendapat kan cairan pengganti . Tidak di temukan
likosit pada pemeriksaan feses rutin.
b. Diare inflamasi di sebabkan bakteri pengeluaran sitotoksin di kolon,gejala
klinis mulas sampai nyeri seperti kolik,mual,muntah,demam,tenesmus,gejala
dan tanda dehidrasi.secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada
pemeriksaan feses rutin.

2. Diare Kronik
Kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan
konsistensi cair dengan durasi 14 hari atau lebih ( Wholey & Wong's, 1994).
Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Mekanisme tarjadi
nya diare yang kronik dapat di bagi menjadi diare sekresi, diare osmotik, diare
aksudatif dan gangguan mutilitas ( Lusiana, 2010 ).
a. Diare sekreasi, diare dengan volume feses banyak biasanya di sebabkan oleh
gangguan transpot elektrolit akibat peningkatan produksi dan dan sekresi air
dan elektrolit namun kemampuan absorbsi mukosa usus kedalam lumen usus
menurun. penyebabnya dalah toksin bakteri (seperti toksin kolera),pengaruh
garam empedu,asam lemak rantai pendek,laksatif non osmotic dan hormon
intenstinal (gastrin vasoactive intestinal polypeptide)
b. Diare osmotic,terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diapsorpasi
sehingga osmolitas lume meningkat dan air tertarik dari plasma ke usus
sehingga terjadi diare. Sebagai contoh malabsorpasi karbohidrat akibat
defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
c. Diare eksudatif inflamasi akan akan mengakibat kan mukosa baik usus halus
mau pun usus besar.

6
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibat kan waktu
transit makan/minum di usus menjadi lebih cepat.pada kondisi
tirotoksikosis,sindroma usus iri tabel atau diabetes melitus dapat muncul
diare ini.

C. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10%
karena sebeb-sebab lain (Marcellus Simadibrata, 2009).
1. Diare karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:
a. Bakteri: Escherichia coli, salmonella tyhpi, salmonella tyhpi a/b/c,
salmonella spp, shigella dysentriae, shigella flexneri, vibriocholerae 01 dan
0139, vibrio cholerae non 01, vebrio parachemolyticus,
clostridiumperfringens, campylobacter(helicobacter) jejuni, staphlyyococcus
spp, stereptococcus spp, yersinia instestinalis, coccidosis.
b. Parasit, protozoa : Entamoeba hystolitica, giardia lamblia, trichomonas
homonis,isospora sp, cacing : A. lumbricoides, A. Duodenale, N.
Americanus, T. trichiura, O.vermicularis S.stercolaris, T. Saginata, T.
Sollium.
c. Virus: Rotavirus, Adenovirus, norwalk virus.

2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa): monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein

3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

7
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)

D. Manifestasi Klinis
Penularan diare akut karena infeksi melalui transmisi fekaloral langsung dari
penderita diare atau melalui makanan / minuman yang terkontaminasi bakteri
patogen yang berasal dari tinja manusia / hewan atau bahan muntahan penderita.
Penularan dapat juga berupa transmisi dari manusia ke manusia melalui udara
(droples infection) misaalnya Rotavirus, atau melalui aktifitas seksual kontak oral-
genital atau oral-anal.
Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung / memproduksi toksin
akan menyababkan diare sekretorik (watery diarhhea) dengan gejala-gejala mual ,
muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri
/ kejang perut, dengan feses lembek / cair. Umumnya gejala diare sekretorik
timbul dalam beberapa jam setelah makan . minuman yang terkontaminasi.
Diare sekretorik (watery diarhhea) yang berlangsung beberapa waktu tanpa
penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolic yang lanjut. Karena kehilangan
cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung,
lidah kering, tulang pipi menonjolm, turgor kulit menurun serta suara menjadi
serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotomik.
Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang
mengakibatkan penuruna pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi nafas lebihb cepat dan lebih dalam (pernafasan
kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar
pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap

8
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi
cepat (>120/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai
gelisah muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang sianosis karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dengan
sangat dan akan timbul anuria. Bila keadaaan ini tidak segera diatasi akan timbul
penyuit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang dapat mengakibatkan gagal
ginjal akut.
Sedangkan keadaan asidosis metabolic menjadi lebih berat, akan terjadi
kepincangan pada pembagian darah dengan pemusatan darah yang lebih banyak
dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting sekali karena dapat menyebabkan
edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
Pada diare akut karena infeksi, dugaan terhadap bakteri penyebab dapat
diperkirakan berdasarkan anamesis makanan / minuman daalam beberapa jam /
hari terakhir dan anamesis observasi bentuk diare.
Yersinia dapat menginfasi mukosa ileum terminalis dan kolon bagian
proksimal, dengan nyeri abdomen disertai nyeri tekan di regio titik Mc. Burney
dengan gejala seperti Apendisitis akut.
Diare akut karena infeksi dapat disertai gejala-gejala sistemik lainnya, seperti
Reiter’s syndrome (arthritis, uretritis, konjungtivitis) yang dapat disebabkan oleh
Salmonella, Campylobacter, Shigella, dan Yersinia. Shigella dapat menyebabkan
hemolytic-uremic syndrome. Diare akut dapat juga sebagai gejala utama beberapa
infeki sistemik antara lain hepatitis virus akut, lesteriosis, legionellosis, dan toksik
renjatan sindrom (Marcellus Simadibrata, 2009).
Dapat disimpulkan manifestasi klinis diare adalah :
a. Mual
b. Muntah
c. Demam
d. Nyeri pada abdomen

9
e. Lemah
f. Kulit kering/ turgor kulit tidak elastis
E. Patofisiologi
Diare yang diakibatkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit) akan
menyebabkan reaksi inflamasi. Dari reaksi inflamasi tersebut menyebabkan
peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
menyebabkan isi rongga usus meningkat dan terjadilah diare
Diare yang diakibatkan oleh malabsorbsi makanan di usus menyebabkan
tekanan osmotik meningkat yang mengakibatkan pergeseran cairan dan elektrolit
ke rongga usus. pergeseran cairan dan elektrolit ke rongga usus mengakibatkan isi
rongga usus meningkat dan terjadilah diare.
Diare yang diakibatkan oleh makanan beracun mengakibatkan terjadinya
gangguan mortilitas usus. Gangguan mortilitas usus terbagi menjadi 2 yaitu
hipermortilitas dan hipomortilitas. Hipermortilitas menyebabkan sekresi air dan
elektrolit. Dari peningkatan sekresi air dan elektrolit menyebabkan terjadinya
diare. Sedangkan hipomortilitas menyebabkan bakteri tumbuh secara signifikan
sehingga terjadi diare.
Diare dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kondisi diamana
tubuh kehilangan cairan dan elektrolit. Akibat dari dehidrasi adalah penurunan
volume cairan yang menyebabkan turgor kulit tidak elastis sehingga diagnosa yang
dapat diangkat adalah defisit volume cairan dan elektrolit. Jika terus berlanjut
maka dapat menyebabkan syok hipovolemik. Selain penurunan volume cairan dan
elektrolit akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit juga dapat menyebabkan
kehilangan Na,K,HCO2 dan terjadi asidosis metabolik. Proses asidosis metabolik
menyebabkan pernafasan kusmul. Akibat dari respon tersebut maka terjadi
pelepasan aldosteron. Fungsi dari aldosteron reabsorbsi Na dalam ginjal sehingga
produksi urine menurun yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal.

10
Infeksi (Virus, Malabsorbsi makanan Makanan beracun Faktor psikologis
Bakteri, Parasit di usus

Rangsang saraf
Reaksi inflamasi Tekanan osmotik parasimpatis

Gangguan
Sekresi cairan dan Pergeseran cairan mortilitas usus
elektrolit dan elektrolit ke
rongga usus

hipermotilitas hipomortilitas
Isi rongga usus

Sekresi air dan elektrolit Bakteri tumbuh SS

DIARE Kurangnya pengetahuan

dehidrasi Kerusakan mukosa Defekasi sering Output berlebih


usus

Tubuh kehilangan nyeri Iritasi kulit Absorbsi berkurang


cairan dan elektrolit

Resiko gangguan Gangguan nutrisi


Penururnan vol cairan Kehilangan Na,K,HCO2 integritas kulit kurang dari kebutuhan
ekstra sel tubuh

Asidosis metabolik
Penururnan cairan
Pembagian darah tidak
intertitili
merata
Pernafasan kusmul

Turgor kulit
Gangguan sirkulasi
Pelepasan aldosteron

Defisit vol cairan dan Perfusi jaringan


elektrolit Reabsorbsi Na dalam menurun
ginjal
Hipoksia, sianosis
akral dingin
Produksi urine

Gagal ginjal Gelisah, TD turun

Shock hipovolemik
11
F. Komplikasi
Menurut ( Inayah, 2004 ) ada beberapa komplikasi dari diare yaitu :
1. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan sehingga
menyebabkan feces menjadi encer. Cairan yang seharusnya dapat diserap oleh
usus untuk tubuh, tetapi pada kondisi diare tidak dapat diserap dengan baik oleh
usus karena beberapa faktor. Sehingga tubuh kehilangan cairan yang
menyebabkan dehidrasi.
2. Ketidakseimbangan eliktrolit
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit ini diakibatkan oleh dehidrasi
yang terjadi. Yang mana pada orang yang mengalami diare maka cairan yang
hilang tidak hanya cairan melainkan eletrolit juga. Kehilangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
di dalama tubuh.
3. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik terjadi berawal dari dehidrasi yang mana dehidrasi
menyebabkan tubuh kehilangan cairan dan elektrolit. Kehilangan cairan dan
elektrolit menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Elektrolit yang
hilang termasuk salah satunya yaitu Na, K, HCO2 yang ikut keluar bersama
feces. Akibat hilangnya elektrolit tersebut maka terjadi asidosis metabolik (
ketidakseimbangan asam basa)
4. Perforasi
Apabila diare itu disebabkan oleh Shigella, demam tinggi dan kejang bisa
timbul. Abses pada saluran usus juga dapat timbul akibat infeksi shigella dan
salmonella terutama pada demam tifoid yang dapat menyebabkan perforasi
pada saluran usus. Hal ini sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Muntah
yang berat dapat menyebabkan aspirasi dan robekan pada esofagus (Kliegman,
Marcdante, Jenson, Behrman, 2006).

12
5. Syok
Diantara berbagai penyebab syok tersebut, penurunan hebat volume plasma
intravaskuler merupakan faktor penyebab utama. Terjadinya penurunan hebat
volume intravaskuler dapat terjadi akibat perdarahan atau dehidrasi berat,
sehingga menyebabkan yang balik ke jantung berkurang dan curah jantung pun
menurun. Penurunan hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen dan
perfusi jaringan tidak optimal dan akhirnya menyebabkan syok.

G. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
Ada hal penting yang harus diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat , yaitu : ( Inayah, 2004).
a. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan dan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meksipun jumlah kaliumnya lebih rendah
bila dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja.Apabila tidak tersedia
cairan ini.boleh diberikan cairan NaCI isotonic. sebaiknya ditambahkan 1
ampul nabikarbonat 7,5% ml pada setiap 1 liter infus NaCI isotonik asidosis
dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan,
tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit,yang dapat di minum sebagai usaha
awal agar tidak terjadi rehedrasi dengan sebagai akibat nya.
b. Jumlah cairan yang hendak di berikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan
jumlah cairan yang dikeluarkan dari badan.
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan.
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 29g Glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Na bikarbonat

13
dan 1,5 g KCl setiap liternya. Cairan peroral juga digunakan untuk
mempertahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial.
d. Jalan pemberian cairan.
Untuk jadwal rehidrasi inisial yang dihitung dengan rumus BD plasma
atau system skor Daldiyono diberikan dalam waktu 2 jam. Tujuannya jelas
agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadwal pemberian cairan
tahap kedua yakni untuk jam ke-3 , didasarkan kepada kehilangan cairan
selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya, rehidrasi
diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.

2. Farmakologi
a. Melakukan terapi simtomatik
Pemberian terapi sistomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-
benar dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada
keuntungannya (Inayah, 2004). Anti motilitas seperti Leopiramid akan
memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri yang entero invasive
karena potensial akan memperpanjang waktu kontak antara bacteria dengan
epitel usus. Kalau memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan
diberikan dalam jangka pendek (1-2 hari saja dan jumlah sedikit serta
memperhatikan ada tidaknya glaukoma atau hipertropi prosfat.
Hal yang sama harus sangtat diperhatikan pada pemberian antiemetic,
karena Metokloprpoamid misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan
remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.Pada diare akut yang ringan
kecuali rehidrasi perotal, bila tak ada kontraindikasi dapat dipertimbangkan
pemberian Bismuth subsalisilat maupun leopiramid dalam waktu singkat.
Pada diare yang berat obat0obat tersebut dapat dipertimbang dalam waktu
pemberian yang singkat dikombinasi dengan pemberian obat antimicrobial.
Pada penderita diare mungkin dapat disertai dengan keadaan lactose
intolerance, oleh karena itu sementara hindari pemberian makanan/minuman

14
yang mengandung susu sampai diarenya membaik. Makanan yang pedaas
atau banyak mengandung lemak dapat memperberat penyakitnya.
b. Melakukan terapi definitive
Pada infeksi saluran cerna pencegahan sangat penting. Hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan dan imunitas melaui vaksinasi memgang
peran. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi :
1) Kolera eltor : Tetrasikilin 4x500 mg/hari, selama tiga hari atau
Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6 hari atau
Kloramfenikol, 4x500 mg/hari selama 7 hari atau golongan
Fluoroquinolon
2) E.coli : ETEC, enterohemorrhagic E.coli
3) S.aureus : kloramfenikol 4x500 mg/hari
4) Salmonellosis : ampisilin 4x1g/hari atau kotrikmoksazol 2x2 tab
masing-masing selama 10-1 hari atau golongan fluoroquinolon seperti
Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari.
5) Shigellosis : Ampisilin 4x1g/hari selama 5 hari atau Kloramfenikol
4x500 mg/hari selama 5 hari. Telah dilaporkan adanya Shigella yang
resisten terhadap Ampisilin.
6) Infeksi helikobakter jejuni eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/hari selama
7 hari.
7) Amubiasis : Metronidazol 4x500 mg/hari selama 3 hari atau
Tinidazoldosis tunggal 2g/hari selama 3 hari atau seknidazol dosis
tunggal 2g/hari selama 3 hari atau tentrasiklin 4x500 mg/hari selama 10
hari.
8) Giardiasis : quinakrin 3x100 mg/hari selama 1 minggu atau Kholoroquin
3x100 mg/hari selama 5 hari atau Metronidazol 3x250 mg/hari selama 7
hari.
9) Balantidiasis : Tetrasiklin 3x500 mg/hari selama 10 hari
10) Kandidosis : Nistatin 3x500.000 unit selama 10 hari

15
H. Penatalaksanaan Diare di Rumahdengan Cara Membuat Larutan Oralit dan
Larutan Gula Garam (LGG)

1. Bahan dan alat yang diperlukan :

a. Satu bungkus oralit yang sudah dikemas didalam tempatnya

b. Gula pasir 1 sendok teh penuh

c. Garam dapur yang halus sebanyak ¼ (seperempat) sendok teh

d. 1 gelas air (200 ml) yang telah dimasak

e. Gelasdan sendok teh

2. Cara membuatnya:

a. Pembuatan pada oralit

1) Satu bungkus oralit yang sudah dikemas didalam tempatnya

2) Sediakan 1 gelas air (200 ml) yang telah dimasak

3) Masukkan oralit ke dalam gelas kemudian aduk sampai larut

b. Pembuatan pada Larutan Gula Garam(LGG)

1) Gula 1 sendok teh penuh

2) Garam ¼ sendok teh

3) Air putih yang sudah dimasak 1 gelas (200 ml)

4) Campurkan bahan tersebut kemudian aduk sampai larut

16
SUMBER PUSTAKA

Ahern R, Wilkinson M Judith. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.


Jakarta: EGC

Arief, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Jilid II Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius

Marcellus Simadibrata dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.


Edisi V jilid I. Jakarta: Interna Publising

Marcellus Simadibrata dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.


Edisi V jilid II. Jakarta: Interna Publising

Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika

Lusiana. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Gastrointestinal.


Jakarta : TIM

17

Anda mungkin juga menyukai