Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

“I” DENGAN BATU SALURAN


KEMIH DI RSUD BANDA NEIRA

NAMA : HERAWATI SALEH

NIM : 22007009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)

MAKASSAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi
(Nurlina, 2008). Batu saluran kemih yang muncul dapat disebabkan oleh
faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik yang paling
mempengaruhi adalah faktor gaya dan pola hidup masyarakat terutama
mayarakat kota.
Pola hidup masyarakat kota cenderung statis dan praktis. Pola
hidup dikatakan statis karena masyarakat kota cenderung kurang
aktivitas/gerak dan mobilitas dibantu dengan mesin seperti kendaraan
bermotor dan eskalator. Pola hidup dikatakan praktis karena masyarakat
kota memiliki tuntutan untuk bekerja efisien dalam kehidupan sehari-hari
sehingga membutuhkan hal-hal yang praktis, termasuk didalamnya
kepraktisan untuk mengakses makanan dan minuman cepat saji (fastfood).
Pada orang yang dalam pekerjaannya kurang gerakan fisik, kurang
olahraga, dan menderita stres lama sering mengalami batu saluran kemih
(Muslim, 2007). Faktor pola minum yang memicu timbulnya batu saluran
kemih antara lain kurang meminum air putih, banyak mengkonsumsi jus
tomat, anggur, apel, vitamin C dan soft drink, sementara banyak
mengkonsumsi teh, kopi, susu dan jus jeruk mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu saluan kemih. Makanan yang mempengaruhi
kemungkinan terbentuknya batu saluran kemih antara lain terlau banyak
protein hewan, lemak, kurang sayur, kurang buah, dan tingginya konsumsi
fastfood/junkfood. Mengkonsumsi suplemen makanan dan obat-obatan
tertentu juga dapat memicu terbentuknya batu saluran kemih. Sering
menahan BAK dan kegemukan juga dapat menaikkan kemungkinan
terkena batu saluran kemih (Muslim, 2007). Gaya hidup masyarakat kota
seperti disebutkan dalam paragraf ini mempengaruhi terbentuknya batu
saluran kemih.
Peningkatan jumlah penderita batu saluran kemih berhubungan
langsung dengan faktor-faktor pembentuk batu itu sendiri. Faktor
instrinsik seperti genetik, penyakit, jenis kelamin, ras, dan usia memegang
peranan sekitar 25%, sedangkan sebesar 75 lebih dipengaruhi oleh faktor
ekstrinsik seperti iklim tempat tinggal, geografis, dan gaya hidup (Muslim,
2007). Gaya hidup yang menjadi penyebab pembentukan batu adalah
pekerjaan, diet, aktivitas/olahraga, pola makan dan minum, serta kebiasaan
menahan buang air kecil. Gaya hidup ini merupakan salah satu faktor yang
bersifat modifiable. Batu saluran kemih lebih banyak dialami oleh
masyarakat Indonesia yang tinggal di lingkungan perkotaan karena
memiliki gaya hidup yang cenderung statis.
Terapi dan penatalaksanaan batu saluran kemih yang biasa
digunakan adalah terapi medikamentosa, pengenceran kemih, tindakan
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Litotripsy), URS (Ureterorenoscopic
Litotripsy), PCNL (Percutaneous Litotripsy), dan operasi terbuka (Muslim,
2007). Setiap tindakan yang dilakukan memerlukan penanganan medis dan
keperawatan sehingga pasien dengan batu saluran kemih perlu mengalami
hospitalisasi.
Penananganan pembedahan selama di rumah sakit menjadi salah
satu fokus dan perhatian perawat. Fillingham dan Douglass (2000)
menyebutkan bahwa resiko perdarahan (hematuria), resiko infeksi, nyeri,
perubahan jumlah urin, dan perforasi ureter adalah hal yang muncul dan
memerlukan perhatian khusus. Selama perawatan, pasien dengan batu
saluran kemih terutama pasca pembedahan memiliki banyak resiko
sehingga perawat perlu melakukan pemantauan khusus terutama hidrasi
dan perdarahan sampai kondisi pasien stabil.
Dalam proses penyembuhan pasien, perawat juga memerlukan
tindakan mandiri keperawatan untuk mencegah kekambuhan berulang
dengan melakukan edukasi keperawatan termasuk didalamnya discharge
planning. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tingginya angka
kekambuhan pasca pengobatan batu saluran kemih. Berbagai penelitian
melaporkan bahwa kekambuhan di tahun pertama berkisar 15-27%, 4-5
tahun selanjutnya 4067,5%, dan 10 tahun lebih sekitar 70-100%. Edukasi
yang tepat adalah mengenai perubahan gaya hidup yang mampu
mengurangi faktor resiko batu saluran kemih di kemudian hari. Sebagai
contoh perawat dapat melakukan tindakan pengenceran kemih dengan
memotivasi banyak minum air putih dan melakukan edukasi mengenai
pentinganya pengenceran kemih.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Menganalisis asuhan keperawatan masyarakat perkotaan pada klien
dengan batu saluran kemih di RSUD Banda Neira
b. Tujuan Khusus
1. Menganalisis masalah kesehatan perkotaan pada agregat dewasa
dengan penyakit batu saluran kemih.
2. Menganalisi kasus kelolaan pasien dengan batu saluran kemih
3. Menganalisis aplikasi asuhan keperawatan pasien dengan batu
saluran kemih
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Batu Saluran Kemih
1. Definisi
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang
menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter
adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di
dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung
kemih (Fillingham dan Douglass, 2000). Ureter dibagi menjadi pars
abdominalis, pelvis,dan intravesikalis (Brunner dan Suddarth, 2003).
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan
nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sja’bani,
2006). Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di
dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu
ini disebut urolitiasis.
Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung
kemih mummi (Muslim, 2007). Batu saluran kemih dapat diketemukan
sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter,
buli-buli dan ureter. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian
turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran
kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-
buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam
divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa
mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran
kemih yang paling sering terjadi (Brunner dan Suddarth, 2003).
2. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau
karena air kemih kekurangan penghambat pembentuka batu yang normal
(Sja’bani, 2006). Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya
mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral
struvit (Sja’bani, 2006). Batu struvit (campuran dari magnesium,
amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya
terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi (Muslim, 2007). Ukuran
batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batuyang besar
disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan
pelvis renalis dan kalises renalis.
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih,
yaitu:
a. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral
dalam air minum.
Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi
pembentukan saluran kemih antara lain:
a. Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran
kemih. Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk
amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem perkemihan akan
mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).
c. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan
perbandingan 3:1
d. Ras
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e. Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu
saluran kemih memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih
dibanding dengan yang tidak memiliki anggota keluarga dengan
batu saluran kemih.
f. Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang didapat
dari minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak
minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu,
sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi
dalam urine meningkat.
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
panas sehingga pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila
tidak didukung oleh hidrasi yang adekuat akan meningkatkan
resiko batu saluran kemih.
i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani, kalsium,
natrium klorida, vitamin C, makanan tinggi garam akan
meningkatkan resiko pembentukan batu karena mempengaruhi
saturasi urine.
3. Patofisiologi
a. Teori Intimatriks
Sja’bani (2006) meyebutkan terbentuknya batu saluran kencing
memerlukan adanya substansi organik sebagai inti. Substansi ini
terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan
batu.
b. Teori Supersaturasi
Sja’bani (2006) menyebutkan erjadi kejenuhan substansi
pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Sja’bani (2006) menyebutkan perubahan pH urine akan
mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine
alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
(Muslim, 2007) Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid
fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam
mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran
kemih.

4. Manifestasi Klinis
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di
dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang
hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul,
biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang
menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam (Brunner
dan Suddarth, 2003).
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung,
demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin
menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu
bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran
kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul
diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini
berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam
ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis
Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang
nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan
genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin
yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu
gejala ini disebabkan kolik ureter. Pada laki-laki nyeri khas terasa
menyebar di sekitar testis, sedangkan pada wanita nyeri terasa menyebar
di bawah kandung kemih (Ganong (1992) dan Brunner dan Sudarth) dan
pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
Menurut Fillingham dan Douglass (2000), ketika batu
menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan
disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang
mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak
nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat
refleks dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan
usus besar.
Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang
nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan
genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin
yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu
gejala ini disebabkan kolik ureter. Pada laki-laki nyeri khas terasa
menyebar di sekitar testis, sedangkan pada wanita nyeri terasa menyebar
di bawah kandung kemih (Ganong (1992) dan Brunner dan Sudarth
(2003)). Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5
sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1
cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat
dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar.
( Brunner and Suddarth. 2001).

5. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu saluran
kemih adalah (American Urological Association, 2005) :
a. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning-
kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan
obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH :
normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu
asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau
batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium,
fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20
mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar
perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh
diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik
(cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai
15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Laboratorium
1) Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat
atau polisitemia.
2) Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal
(PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang,
meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
c. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan
adanya batu di sekitar saluran kemih.
d. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.
e. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
f. EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
g. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
h. IVP (Intra Venous Pyelografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,
membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung
kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan
memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
i. Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung
kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung
kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah
dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari
diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu
ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk
mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu
kandung kemih pada klien.
6. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi
infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu (Sja’bani, 2006). Cara
yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih adalah
terapi konservatif, medikamentosa, pemecahan batu, dan operasi
terbuka.
a. Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari
5 mm. Batu ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar
spontan (Fillingham dan Douglass, 2000). Untuk mengeluarkan batu
kecil tersebut terdapat pilihan terapi konservatif berupa (American
Urological Association, 2005) :
1) Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
2) α - blocker
3) NSAID

Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping


ukuran batu syarat lain untuk terapi konservatif adalah berat
ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi.
Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan
merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi
pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan
dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi.
Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi (American
Urological Association, 2005).
b. Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )
ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran
kemih. Badlani (2002) menyebutkan prinsip dari ESWL adalah
memecah batu saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut
yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang
dihasilkan oleh mesin di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu
dengan berbagai cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan
melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut
untuk memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil,
selanjutnya keluar bersama kencing tanpa menimbulkan sakit.
Al-Ansari (2005) menyebutkan komplikasi ESWL untuk
terapi batu ureter hampir tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain
sulit memecah batu keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat),
perlu beberapa kali tindakan, dan sulit pada orang bertubuh gemuk.
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan
anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius karena ada
kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium.
c. Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah
mengubah secara dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi
dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah
sukses dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak
bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga
diperlukan alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan
untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada
pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
d. Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL)
PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis
dapat digunakan sebagai terapi semua batu ureter. Namun, URS dan
ESWL menjadi pilihan pertama sebelum melakukan PCNL. Meskipun
demikian untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat memiliki
peluang untuk dipecahkan dengan PCNL (Al-Kohlany, 2005).
Menurut Al-Kohlany (2005), prinsip dari PCNL adalah
membuat akses ke kalik atau pielum secara perkutan. Kemudian
melalui akses tersebut dimasukkan nefroskop rigid atau fleksibel, atau
ureteroskop, untuk selanjutnya batu ureter diambil secara utuh atau
dipecah. Keuntungan dari PCNL adalah apabila letak batu jelas
terlihat, batu pasti dapat diambil atau dihancurkan dan fragmen dapat
diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas. Proses PCNL
berlangsung cepat dan dapat diketahui keberhasilannya dengan segera.
Kelemahan PCNL adalah PCNL perlu keterampilan khusus bagi ahli
urologi.
e. Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa
beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih
dilakukan. Hal tersebut tergantung pada anatomi dan posisi batu,
ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau
anterior. Saat ini operasi terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal
1 -2 persen saja, terutama pada penderita-penderita dengan kelainan
anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.

B. Batu Saluran Kemih pada Masyarakat Perkotaan


Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan
kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen,
dan corak kehidupan yang materialistik Dalam suatu kota diisi oleh suatu
golongan spesialis non agraris dan yang berpendidikan, yang bertujuan
untuk memperbaiki hidup mereka (Prof. Drs. R. Bintarto). Keperawatan
kesehatan masyrakat khususnya perkotaan mencakup peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga dan
kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif).
Perkembangan era globalisasi yang meningkat dengan didukungnya
teknologi serta informasi yang canggih, meningkatkan kebutuhan hidup
dan merubah gaya hidup masyarakat perkotaan.
Pekerjaan, aktivitas, dan kebiasaan menahan kemih
mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih. Faktor pekerjaan yang
monoton dan stagnan juga menjadi faktor resiko yang sangat erat
mempengaruhi munculnya masalah-masalah kesehatan termasuk masalah
batu saluran kemih. Pada penelitian diketahui orangorang yang lebih
banyak duduk dalam pekerjaannya dan kurang banyak bergerak lebih
sering terkena batu saluran kemih dibandingkan orang yang pekerjaannya
banyak gerak atau kerja fisik (Muslim, 2007). Pada penelitian lain
ditemukan penderita batu saluran kemih lebih banyak dialami oleh
pegawai kantor dan manajer dibandingkan pekerja kasar (Menon, 2002
dan Trichieri, 2003). Kebiasaan menahan kemih akan meningkatkan stasis
urine yang menimbulkan infeksi saluran kemih. Pada infeksi saluran
kemih bakteri pemecah urea (urea splitting bacteria) sangat mudah
menghasilkan jenis batu struvit. Selain itu, dengan adanya stasis urine
maka dapat terjadi pengendapan kristal di saluran kemih (Menon, 2002 ).

Jenis makanan tertentu berpengaruh pada pembentukan saluran kemih.


Berikut adalah pengaruh dari setiap komponen makanan.
1) Protein
Kebutuhan protein untuk hidup normal per hari 600 mg/kg
berat badan, bila berlebihan maka resiko pembentukan batu saluran
kemih akan naik. Protein hewan akan menurunkan keasaman (pH) air.
Akibatnya reabsorpsi kalsium dalam tubulus berkurang sehingga
kadar kalsium air kemih naik. Keasaman (pH) air penting sekali
karena batu kalsium oksalat yang merupakan jenis batu terbanyak
terbentuk pada pH air kemih 5,2 (Menon, 2002 dan Trinchieri, 2003).
Protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan tidak menurunkan pH dan
menaikkan kalsium air kemih (Menon, 2002 dan Parivar, 1996).
Berdasarkan hal tersebut maka mengkonsumsi protein hewani
berlebihan tidak baik karena memudahkan timbul batu saluran kemih.
2) Lemak
Konsumsi lemak berlebihan akan menaikkan kadar oksalat
air kemih, sehingga memudahkan timbulnya batu kalsium oksalat
ginjal. Lemak mengikat kalsium bebas di lumen usus dan
mengandung asam arakidonat. Hal ini menyebabkan penyerapan
oksalat meningkat sehingga menimbulkan kenaikan kadar oksalat air
kemih. Selain itu konsumsi lemak berlebihan dapat menaikkan kadar
kolesterol yang juga dapat menimbulkan batu saluran kemih (Rose,
1997).
3) Sayuran
Sebagian besar sayuran menyebabkan pH air kemih naik
sehingga menguntungkan karena tidak memicu terjadinya batu
kalsium oksalat. Sayuran juga mengandung banyak serat yang
mengurangi penyerapan kalsium dalam usus sehingga mengurangi
kadar kalsium air kemih yang berakibat menurunkan resiko terjadinya
batu saluran kemih (Muslim, 2007).
4) Buah
Sebagian besar buah merupakan alkali ash food yang penting
untuk mencegah timbulnya batu saluran kemih. Banyak jenis buah
yang mengandung sitrat terutaman golongan jeruk yang penting sekali
untuk mencegah timbulnya batu saluran kemih karena sitrat
merupakan inhibitor yang paling kuat. Pada penelitian jeruk nipis
lebih banyak kandungan sitratnya dibandingkan dengan jeruk lemon.
Oleh karena itu, konsumsi buah akan memperkecil kemungkinan
terjadinya batu saluran kemih (Iguchi, 1990).
5) Makanan suplemen
Makanan suplemen baik yang berbentuk padat maupun cair
dapat berpengaruh pada pembentukan batu saluran kemih. Suplemen
yang mengandung vitamin C dosis tinggi bila dikonsumsi jangka lama
dapat berbahaya sebab vitamin C akan diubah dalam tubuh menjadi
oksalat (Sja’bani, 2006). Kenaikan kadar oksalat berbahaya karena
akan meningkatkan batu kalsium oksalat. Suplemen yang
mengandung kalsium dosis tinggi yang disebutkan dapat mencegah
osteoporosis dapat berbahaya karena menimbulkan batu kalsium jika
dikonsumsi di luar waktu makan, dan tidak berbahaya bila dikonsumsi
di waktu sebelum atau sesudah makan.
6) Junk-food
Istilah junk-food diberikan kepada kelompok makanan ayam
goreng, burger, pizza yang menggunakan jenis dan cara masak
tertentu. Kelompok makanan ini dipandang dari segi kesehatan
bermutu rendah karena mengandung lemak dan protein hewan terlalu
banyak dan serat atau sayuran yang terlalu sedikit. Konsumsi
berlebihan lemak dan protein hewani serta kurangnya serat/sayuran
dapat memicu terjadinya batu saluran kemih (Resnick, 1990).
7) Ikan laut
Ikan laut mengandung zat elcosa pentaenoic acid (EPA) yang
penting untuk mecegah sekresi kalsium ke adalam air kemih. Pada
penelitian lebih lanjut, minyak ikan yang memiliki kandungan EPA
tersebut terbukti mengurangi timbulnya batu saluran kemih.
8) Jamu dan obat herbal
Jamu dan obat herbal merupakan obat tradisional yang
umumnya dipakai berdasarkan pengetahuan empirik. Bentuknya dapat
berupa bubuk atau rebusan tanaman dan dosisnya berdasarkan
perkiraan. Zat sisa dari bahan jamu dan obat herbal diperkirakan akan
beresiko meningkatkan pembentukan batu saluran kemih. Penelitian
dan publikasi mengenai hal ini masih jarang sekali.
C. Asuhan Keperawatan Klien dengan Batu Saluran Kemih
Brunner dan Sudarth (2003) menyebutkan asuhan keperawatan pada batu
saluran kemih meliputi seperti berikut ini:
a. Riwayat atau adanya faktor resiko:
a) Perubahan metabolik atau diet
b) Imobilitas lama
c) Masukan cairan tak adekuat
d) Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing (ISK) sebelumnya
e) Riwayat keluarga dengan pembentukan batu
b. Pemeriksaan fisik pada survei umum dapat menunjukkan :
a) Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan
konstan.Batu ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan
hilang timbul yang berkurang setelah batu lewat.
b) Mual dan muntah serta kemungkinan diare
c) Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine
keruh dan bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih
dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan cairan
tak adekuat atau bila terdapat obstruksi saluran perkemihan dan
hematuri bila terdapat kerusakan jaringan ginjal.
c. Gambaran Hasil Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian
a) Aktivitas / Istirahat
Gejala : - Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien
terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi
- Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit
tak sembuh, cedera medulla spinalis.
b) Sirkulasi
Tanda : - Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal)
- Kulit kemerahan dan hanga; pucat.
c) Eliminasi
Gejala : - Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya
(kalukulus)
- Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh
- Rasa terbakar, dorongan berkemih
- Diare

Tanda : - Olisuria, hematuria, piuria

- Perubahan pola berkemih


d) Makanan / cairan
Gejala : - Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
- Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau fosfat
- Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air
dengan cukup

Tanda : - Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising


usus

- Muntah.
e) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi
tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul
di region sudut kostovertebral, dapat menyebar
kepunggung, abdomen, dan turun ke lipat
paha/genetalia. Nyeri dongkal konstan
menunjulkkan kalkulus ada di pelvis atau
kalkulus ginjal.
- Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat
tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain
Ronda : - Melindungi ; perilaku distraksi
- Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
f) Keamanan
Gejala : - Penggunaan alcohol
- Demam, menggigil
g) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : - Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit
ginjal, hipertensi, cout, ISK kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah
abdomen sebelumnya, hiperparatinoklisme.
- Penggunaan antibiotic, antihipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.
d. Diagnosa Keperawatan
Menurut Brunner dan Sudarth (2003) dan NANDA (2012) pada pasien
dengan batu saluran kemih sebelum penatalaksanaan operasi dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan seperti berikut ini:
Diagnosa Pra Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan
kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskemia
selular.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik,
inflamasi.
3. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual /
muntah (iritasi sarah abdominal dan pelvic umum dari ginjal atau
kolik uretral), diuresis pasca obstruksi.
4. Defisiensi pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/ mengingat; salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
Diagnosa Post Operasai
1. Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : alat
selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering. Trauma
jaringan, insisi bedah.

D. Peran Perawat dalam Perawatan Pasien dengan Batu Saluran Kemih


Perawat memiliki peran sebagai caregiver dan educator.
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk
mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan
terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-
informasi atau ide baru (Craven dan Hirnle, 1996 dalam Suliha, 2002).
Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok,keluarga dan
masyarakat agar terlaksa nanya perilaku hidup sehat (Setiawati, 2008).
Terapi batu saluran kemih yang dapat dilakukan oleh perawat
yang merawat pasien dengan batu saluran kemih adalah dengan melakukan
edukasi dan persiapan pulang pasien (discharge planning). Edukasi dan
persiapan pulang pasien merupakan salah satu tugas perawat dalam setting
pencegahan (preventing) dan pemulihan (rehabilitating) serta membantu
mempersiapkan pasien untuk kembali ke rumah dengan modal
pengetahuan yang baru untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Pada
pasien dengan batu saluran kemih, edukasi pasien yang paling penting
mengenai dua hal yaitu pengenceran kemih dan perubahan pola makan.
Terapi terpenting dalam pembentukan batu saluran kemih
adalah pengenceran air kemih. Air kemih akan encer apabila dalam waktu
24 jam jumlah air kemih antara 2-2,5 liter. Hal ini dipengaruhi oleh suhu
lingkungan dan aktivitas fisik. Untuk mendapatkan jumlah air kemih
tersebut, disarankan untuk minum antara 2-3 liter air per hari. Pengenceran
kemih dilakukan tanpa mengubah komposisi air kemih sehingga
ditekankan untuk memilih minuman dengan pertimbangan jumlah
kalorinya sebagai berikut (Nurlina, 2008):
1. Jumlah yang diminum 2,5-3 liter perhari dengan air kemih 2,5 liter
perhari
2. Air yang diminum haus terdistribusi sepanjang hari, minum 2 cangkit
setiap 2 jam dan minum sebelum tidur dan seduah buang air kecil.
3. Jenis minuman yang sesuai yaitu fruit tea, herba tea, dan air mineral
bergaram rendah
4. Minuman yang kurang sesuai yaitu kopi, teh pahit, dan jus buah yang
pekat.
5. Minuman yang tidak sesuai yaitu minuman yang beralcohol, cola, dan
lemon .

Perubahan pola makan dilakukan dengar mengatur pola diet.


Diet yang baik dan sesuai dengan penderita saluran kemih adalah diet yang
terdiri atas buah segar, sayuran dan selada, lemak nabati, dan susu rendah
lemak. Diet yang dibatasi adalah daging, ikan, sosis sebesar 150 gr/hari,
sedangkan yang dihindari adalah lemak dan gula serta garam yang terlalu
banyak (Muslim, 2007).
A. PENGKAJIAN
1. Informasi Umum
Nama : Tn. I
Usia : 31 tahun
Tanggal Lahir : 12-06-1982
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : TNI
Tanggal Masuk : 29-05-2013
Waktu : 12.30 WIB
Dari : Poli bedah
Sumber Informasi : klien, keluarga, dan rekam medik
Diagnosa medis : batu ureter distal dextra
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sering merasakan nyeri skala 5 di pinggang sebelah
kanan sejak akhir tahun 2011. Saat BAK sering terasa nyeri dan BAK
tidak tuntas. Ada keluhan BAK menetes di akhir. Tahun 2012 klien
memiliki riwayat BAK berdarah, terasa nyeri skala 5. BAK berdarah
hanya terjadi sekali itu saja. Skala nyeri saat pengkajian 4-5 dari 10.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien memiliki riwayat Asma sejak masih SD dan memiliki riwayat
malaria. Klien pernah dirawat karena malaria pada tahun 2006. Klien
mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat sakit ginjal atau
infeksi saluran kemih. Tahun 2012 kemih berdarah sakala nyeri 5 dari
qo. Keluarga juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit ginjal atau
batu saluran kemih.
4. Aktifitas/Istirahat
 Gejala ( Subyektif )
Klien bekerja sebagai TNI dengan pangkat Kapten. Klien
mengatakan sedikit bergerak dan akhir-akhir ini lebih sering
duduk di meja di dalam ruangan ber-AC. Aktivitas/hobi yang
disukai adalah membaca dan menonton tv. Klien mengatakan
keterbatasan karena nyeri di pinggang saat melakukan aktivitas.
Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu dalam
beraktivitas. Lama istirahat klien 6-8 jam/malam dan tidak pernah
tidur siang. Klien mengatakan terkadang mengalami insomnia
karena nyeri yang dirasakan atau karena rangsangan ingin pipis.
Terkadang muncul rasa ingin pipis namun tidak pernah tuntas dan
menetes di akhir.“ Setelah dilakukan URS Litotripsi klien juga
merasakan sedikit nyeri sakit area genital (testis).
 Tanda ( Obyektif ) Kesadaran klien compus mentis. Respon
terhadap aktifitas yang terobservasi : Berhati – hati saat bergerak
karena takut luka operasi berdarah/sakit. Hasil pengkajian
neuromuskular massa/tonus otot sebanding/ tegap secara bilateral.
Postur tubuh klien tegap dan rentang gerak sempurna. Kekuatan
otot sama pada keempat ekstremitas :
5555 5555
5555 5555
5. Sirkulasi
 Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan terkadang jantung terasa berdebar. Klien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit gula ataupun
hipertensi. Klien mengatakan mulai jarang berolahraga dan tidak
suka minum air putih terlalu banyak. Terdapat perubahan
frekuensi berkemih yaitu menjadi lebih sering namun sedikit dan
BAK terasa sakit.
 Tanda ( Obyektif )
Pemeriksaan tanda vital klien: TD berbaring 110/70 mmHg,
frekuensi nadi radialis 80 x/menit, kuat dan teratur. Hasil
auskultasi paru tidak ada ronkhii. Pada ekstremitas teraba hangat.
Suhu tubuh 360C. Warna kulit klien sawo matang, tidak pucat,
pengisian kapiler: ± 2 detik. Kuku jari bersih dan normal.
Penyebaran rambut merata, rambut kasar sampai mata kaki, ada
bulu pada ibu jari. Warna wajah dan lengan kemerahan sehat,
mukosa bibir berwarna pink , punggung kuku melengkung baik,
kongjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik.
6. Integritas Ego
 Gejala ( Subyektif )
Saat ini klien mengatakan tidak merasakan stres yang berarti.
Kondisi yang dialami sekarang dilalui dengan banyak berdoa dan
berdzikir. Klien tidak memikirkan masalah finansial karena
ditanggung oleh dinas. Klien sudah menikah dan beragama Islam.
Gaya hidup menengah keatas. Klien mengatakan yang
dicemaskan saat ini adalah masalah operasi dan apa saja penyebab
batu ginjal yang dialami.
 Tanda ( Obyektif )
Status emosi klien gelisah, kekhawatiran terhadap operasi yang
dijalankan muncul, respon psikologis yang terobservasi adalah
eskpresi wajah menahan nyeri dan sedikit cemas. Ansietas klien
termasuk skala ringan karena masih terorientasi dengan waktu,
tempat, dan orang.
7. Eliminasi
 Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan buang air besar hampir setiap pagi, tidak ada
gangguan. BAB terakhir kemarin pagi, konsistensi lembek warna
kuning tua. Tidak ada perdarahan. Klien mengatakan tidak
memiliki riwayat hemoroid dan konstipasi. Penggunaan laksatif
harian tidak pernah.
Pola BAK klien sekitar 4-6 x/hari. Karakter urin: kuning jernih,
namun pernah berdarah sekali lalu tidak muncul lagi.
Sebelum tindakan URS Litotripsi klien mengatakan ada sensari
nyeri seperti terbakar saat BAK. BAK menetes di akhir sering
tidak tuntas. Sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit
kandung kemih atau ginjal. Tidak ada penggunaan diuretik.
 Tanda ( Obyektif )
Saat pemeriksaan abdomen, tidak didaptkan nyeri tekan abdomen.
Abdomen lunak dan elastis. Terdapat bising usus aktif (8-
9x/menit) di keempat kuadran. Tahun 2012 riwayat hematuria dan
sejak saat itu terasa perubahan pola BAK. BAK menjadi lebih
sering dan tindak tuntas. Saat berkemih terasa nyeri skala 4-5 dari
10, urin menetes, berwarna kuning keruh. Saat berkemih berdarah
skala nyeri 5 dari 10. Setelah URS Litotripsi skala nyeri 5 dari 10.
8. Cairan/Makanan
 Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan makanan kesukaan adalah ikan dan nugget.
Klien mengatakan gemar meminum teh dan minuman bersoda.
Klien makan 3 kali sehari. Saat dirumah sakit pola diit mengikuti
aturan rumah sakit. Makan pagi: Roti, buah/bubur sumsum,
sayur,daging. Makan siang: nasi, sayur, daging, buah. Makan
Malam: nasi, sup, daging, buah. Klien mengatakan selalu nafsu
makan, tidak ada mual dan muntah ataupun keluhan nyeri ulu
hati. Klien tidak memiliki alergi makanan. Klien tidak memiliki
kesulitan mengunyah dan menelan. Gigi masih utuh dan bersih.
 Tanda ( Obyektif )
Berat badan klien 68 kg dan tinggi badan 166 cm. IMT 24,67
dalam batas normal. Postur tubuh tegap berisi. Turgor kulit baik
dan elastis. Penampilan lidah pink. Membran mukosa pink utuh.
Kondisi gigi dan gusi utuh dan baik, tidak ada perdarahan gusi.
Bising usus: aktif pada keempat kuadran.
9. Higiene
 Gejala ( Subyektif )
Aktivitas sehari-hari klien dilakukan mandiri, saat sakit dan
setelah menjalani operasi dibantu oleh istri.
 Tanda ( Obyektif )
Penampilan umum klien bersih, rapi, rambut dicukur pendek, cara
berpakaian rapi dan bersih. Tidak ada bau badan. Kondisi kuku
dan kepala bersih. Tidak ditemukan kutu.
10. Neurosensori
 Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan tidak merasa pusing dan tidak merasa kebas
pada ekstremitas.Penglihatan baik, pendengaran baik, indera
pembau baik.
 Tanda ( Obyektif )
Tidak ada perdaraha pada hidung, indera bembau tidak
bermasalah, status mental sadar, terorientasi terhadap waktu,
tempat, orang. Afek bicara jelas dan koheren. Reaksi pupil mata
positif, tidak menggunakan kacamata. Tidak menggunakan alat
pendengaran. Kekuatan genggaman sama antara kiri dan kanan
dan sensitif terhadap sentuhan.
11. Nyeri
 Gejala ( Subyektif )
Sebelum URS Litotripsi klien merasakan nyeri pada pinggang
kanan dan nyeri saat ingin dan sedang berkemih. Nyeri seperti
terbakar, skala 5 dan hilang saat beristirahat. Muncul saat ingin
berkemih. Setelah operasi nyeri muncul di alat genitalia (testis),
namun bila menarik napas nyeri dapat hilang.
 Tanda ( Obyektif)
Sebelum URS Litotripsi: Nyeri di area pinggang dan testis, nyeri
menyebar, skala 5 dari 10, nyei hilang saat beritirahat dan
muncul saat ingin berkemih. Klien tampak menjaga area yang
sakit, berhati-hati saat tidur dan bangun tidur, berhati-hati saat
menoleh dan beraktivitas serta ekspresi wajah terlihat kesakitan
dan menjaga area yang sakit. Respon emosi masih terkendali
dan sabar.
12. Pernapasan
 Gejala ( Subyektif)
Klien mengatakan tidak ada keluhan batuk, sesak napas, dan
riwayat TB ataupun bronkitis dan pneumonia. Tidak ada alat
bantu pernapasan.
 Tanda ( Obyektif)
Frekuensi pernapasan: 12 x/menit. Kedalaman baik,
pengembangan dada simentris, auskultasi tidak ada ronkhii,
tidak ada wheezing, tidak ada sianosis, tidak ada jari tabuh.
Fungsi mental/kegelisahan: Sadar terorientasi dan tegang, wajah
terlihat gelisah.
13. Keamanan
 Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi. Tidak ada
riwayat fraktur dan dislokasi. Tidak ada masalah penglihatan
dan pendengaran.
 Tanda ( Obyektif )
Suhu: 36º C. Integritas kulit baik dan tidak ada jaringan parut di
ekstremitas kulit. Kekuatan sama pada semua ekstremitas.
Tonus otot baik, rentang gerak maksimal.
14. Interaksi Sosial
 Gejala ( Subyektif )
Klien sudah menikah kurang lebih 6 tahun, memiliki satu anak.
Perilaku koping klien dengan membicarakan masalah pada istri.
 Tanda ( Obyektif )
Bicara jelas dan dapat dimengerti. Komunikasi verbal/non-
verbal dengan istri dan keluarga.
15. Penyuluhan/Pembelajaran
 Gejala ( Subyektif )
Bahasa yang dominan digunakan yaitu Bahasa Indonesia. Klien
melek huruf dengan pendidikan terakhir strata satu. Klien
mengatakan tidak tahu apa saja yang bisa dimakan dan minum
untuk mencegah batu ginjal. Klien menanyakan teknik dan
situasi dari prosedur pembedahan atau operasi yang akan
dialami.
Riwayat keluhan terakhir :
Sejak akhir tahun 2011 klien mengalami nyeri saat BAK,
pinggang dan testis terasa sakit. Akhirnya klien berobat ke RS.
Klien berobat jalan dimana diberikan obat untuk
menghancurkan batu ginjal, tetapi tidak berhasil.
16. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Thorax Dada 13/05/2013
Hasil : Cardio dan Pulmo Normal
b. Pemeriksaan USG Abdomen tanggal 15/05/2013
Hasil : Ginjal kanan: Besar, bentuk baik, system pelviokalises
sedikit melebar, tampak batu di ureter distal dengan ukuran 2 x 10
cm Kesan : Hidronefrosis kanan grade 2-3
c. Pemeriksaan BNO IVP tanggal 29/05/2013
Kesan: Batu Ureter Distal Dextra pro URS Litotripsi
d. Therapy yang diberikan :
 IVFD : RL 20 tpm IV
 Ceftriaxone : 1 x 2 gr IV
 Lasix: 1x1 gr IV
 Profenid 3x 1 Supp
 Ciprofloxacin 1 x 500 mg PO
 Neuralgad 1x 500 mg PO
B. DATA FOKUS KLIEN DAN ANALISA DATA
a. DATA FOKUS
DATA SUBYEKTIF:
- Klien mengatakan nyeri pada pinggang kanan sejak akhir tahun
2011
- Klien mengatakan skala nyeri sedang (4-5)
- Klien mengatakan ketika berkemih seperti terbakar
- Klien mengatakan berkemih sering namun tidak tuntas dan menetes
diakhir
- Klien mengatakan jarang minum air putih, gemar minum teh dan
minuman bersoda
- Klien mengatakan lebih sering berada di meja dalam ruangan ber
AC
- Klien mengatakan mulai jarang berolahraga
- Klien mengatakan makanan kesukaan adalah ikan dan nugget.
- Klien mengatakan tahun 2012 pernah berkemih dan berdarah, saat
itu skala nyeri 5 dari 10.
- Klien mengatakan cemas akan tindakan operasi yang akan
dijalankan
- Klien mengatakan tidak tahu apa saja yang bisa dilakukan agar
tidak terkena batu ginjal
- Klien mengatakan mengantuk setelah operasi, pusing bila
mengangkat kepala .

DATA OBYEKTIF

- Klien terlihat kesakitan, ekspresi menahan nyeri, setelah operasi


masih merasakan nyeri disekitar genitalia
- Klien terlihat cemas
- Skala nyeri 4-5 dari 10
- Perubahan pola berkemih: disuria
- Riwayat hematuria tahun 2012
- Klien terlihat melindungi area yang sakit
- Klien terpasang IVFD RL : 20 tpm
- Klien terlihat gelisah dan wajah tegang
- Kecemasan skala ringan karena masih terorientasi dengan waktu,
tempat, dan orang.

- Hasil Observasi
TTV TD : 110/70 mmHg, S=360C
N = 80x/menit, RR = 12 x/menit
- Hasil pemeriksaan lab tanggal 14 Mei 2013 - Leukosit = 11.010 /
ul - SGOT/SGPT = 40/91
- Hasil pemeriksaan BNO IVP dan USG Abdomen: Batu ureter
distal dextra
- Penatalaksanaan URS Litotripsi tanggal 30 Mei 2013
- Anestesi spinal
- Tidak ada perdarahan post URS Litotripsi
- Terpasang kateter urine 18 Fr produksi kuning
b. ANALISA DATA
Tabel 3.2 Analisa Data Masalah Keperawatan Tn. I dengan Batu
Saluran Kemih

Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan

Pre-Op
 Klien mengatakan  Klien terlihat Nyeri
nyeri pada pinggang kesakitan, ekspresi
kanan sejak akhir menahan nyeri,
tahun 2011 setelah operasi masih
 Klien mengatakan merasakan nyeri
skala nyeri sedang disekitar genitalia
(4-5) (testis)
 Klien mengatakan  Skala nyeri 4-5 dari
ketika berkemih 10
seperti terbakar  Klien terlihat
 Klien mengatakan melindungi area yang
sebelum URS sakit
Litotripsi: Nyeri di  Hasil pemeriksaan
area pinggang dan lab Leukosit = 11.010
testis, nyeri / ul • Hasil
menyebar, skala 5 pemeriksaan BNO
dari 10, nyei hilang IVP dan USG
saat beritirahat dan Abdomen: Batu
muncul saat ingin ureter distal dextra
berkemih.  Penatalaksanaan
URS Litotripsi
 Klien mengatakan  Skala nyeri 4-5 dari Gangguan eliminasi
nyeri pada pinggang 10 urine
kanan sejak akhir  Perubahan pola
tahun 2011 berkemih: disuria
 Klien mengatakan produksi kuning,
skala nyeri sedang ⇒ sedikit-sedikit
4-5  Riwayat hematuria
 Klien mengatakan  Hasil pemeriksaan
ketika berkemih BNO IVP dan USG
seperti terbakar Abdomen: Batu
 Klien mengatakan ureter distal dextra
berkemih sering
namun tidak tuntas
dan menetes diakhir
 Klien mengatakan  Penatalaksanaan Ansietas
cemas akan tindakan URS Litotripsi
operasi yang akan tanggal 30 Mei 2013
dijalankan  Terlihat gelisah
 Wajah tegang
 Kecemasan skala
ringan karena masih
terorientasi dengan
waktu, tempat, dan
orang.
Post-Op
 Klien mengatakan  Hasil pemeriksaan Resiko Cedera
mengantuk setelah lab Leukosit = 11.010
operasi, pusing bila / ul,
mengangkat kepala  Penatalaksanaan
URS Litotripsi
 Anastesi spinal
 Terpasang kateter
urine 18 Fr produksi
kuning, sedikit
tertampung dalam
urine bag.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai