Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Batu saluran kemih yang muncul dapat disebabkan oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik.
Faktor ekstrinsik yang paling mempengaruhi adalah faktor gaya dan pola hidup
masyarakat terutama mayarakat kota.Pola hidup masyarakat kota cenderung statis dan praktis.
Pola hidup dikatakan statis karena masyarakat kota cenderung kurang aktivitas/gerak dan
mobilitas dibantu dengan mesin seperti kendaraan bermotor dan eskalator. Pola hidup dikatakan
praktis karena masyarakat kota memiliki tuntutan untuk bekerja
efisien dalam kehidupan sehari-hari sehingga membutuhkan hal-hal yang praktis, termasuk
didalamnya kepraktisan untuk mengakses makanan dan minuman cepat saji (fastfood). Pada
orang yang dalam pekerjaannya kurang gerakan fisik, kurang olahraga, dan menderita stres lama
sering mengalami batu saluran kemih (Muslim, 2007).
Faktor pola minum yang memicu timbulnya batu saluran kemih antara lain kurang
meminum air putih, banyak mengkonsumsi jus tomat, anggur, apel, vitamin C dan soft drink,
sementara banyak mengkonsumsi teh, kopi, susu dan jus jeruk mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu saluan kemih. Makanan yang mempengaruhi kemungkinan terbentuknya batu
saluran kemih antara lainterlau banyak protein hewan, lemak, kurang sayur, kurang buah, dan
tingginya konsumsi fastfood/junkfood.
Mengkonsumsi suplemen makanan dan obat-obatan tertentu juga dapat memicu
terbentuknya batu saluran kemih.Sering menahan BAK dan kegemukan juga dapat menaikkan
kemungkinan terkena batu saluran kemih (Muslim, 2007).
Gaya hidup masyarakat kota seperti disebutkan dalam paragraf ini mempengaruhi
terbentuknya batu saluran kemih.Indonesia terletak pada kelompok negara di dunia yang dilewati
oleh sabuk batu atau stone belt(Portalkalbe dalam Nurlina, 2008).
Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah
pasien di klinik urologi (Nurlina, 2008).
Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan
secara pasti.Sampai saat ini angka kejadian batu saluran kemih yang sesungguhnya belum
diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per tahun (Muslim, 2007).
Dari data dalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita
batu ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun mulai
182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002 (Raharjo, 2002).
Laki-laki lebih sering dibandingkan wanita (kira-kira 3:1) dengan puncak insidensi
antara dekade keempat dan kelima, hal ini kurang lebih sesuai dengan yang ditemukan di
RSUPN-CM (Raharjo, 2004).

Tujuan Khusus
1.Menganalisis masalah kesehatan perkotaan pada agregat dewasa dengan penyakit batu saluran
kemih
2.Menganalisi kasus kelolaan pasien dengan batu saluran kemih
3.Menganalisis aplikasi asuhan keperawatan pasien dengan batu saluran kemih

Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien, khususnya
peran perawat sebagai edukator dalam mengubah perilaku dan gaya hidup serta mencegahan
kekambuhan ulang pasien dengan batu saluran kemih.

Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan


mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan upaya edukasi untuk mengubah faktor gaya hidup
pada pasien dengan batu saluran kemih.
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi

Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin dari
ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter
maksimum sekitar 1,7 cm didekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung
kemih (Fillingham dan Douglass, 2000).
Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis,dan intravesikalis(Brunner dan Suddarth,
2003).
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih
atau infeksi(Sja’bani, 2006). Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di
dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis.
Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan
diketemukannya batu pada kandung kemih mummi(Muslim, 2007).
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks
ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan ureter.Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian
turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah
karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra
yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta se
luruh kaliks ginjal dan merupakan batu sal uran kemih yang paling sering terjadi(Brunner dan
Suddarth, 2003).
Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat
pembentuka batu yang normal(Sja’bani, 2006). Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya
mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, Sistindan mineral struvit (Sja’bani, 2006).
Batu struvit (campuran dari magnesium, ammonium dan fosfat) juga disebut batu
infeksikarena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi(Muslim, 2007).
Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang
sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batuyang besar disebut kalkulus staghorn.Batuini bisa mengisi
hampir keseluruhan pelvis renalisdan kalises renalis.

Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu:
a.Faktor Endogen .
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.
b.Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.

Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan saluran


kemih antara lain:
a.Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentuk batusaluran kemih. Infeksi bakteri akan memecah ureum dan
membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.

b. Stasis dan Obstruksi Urine


Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem perkemihan akan mempermudah Infeksi
Saluran Kencing(ISK).

c. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3:1
d. Ras
Batusaluran kemihlebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.

e. Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu saluran kemih memiliki
resiko untuk menderita batu saluran kemih dibanding dengan yang tidak memiliki anggota
keluarga dengan batu saluran kemih.

f. Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang didapat dari minum air.
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine
meningkat.

g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu dari
pada pekerja yang lebih banyak duduk.

h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan panas sehingga
pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh hidrasi yang adekuat akan
meningkatkan resiko batu saluran kemih.

i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani, kalsium, natrium klorida,
vitamin C, makanan tinggi garam akan meningkatkan resiko pembentukan batu karena
mempengaruhi saturasi urine.
Patofisiologi
a.Teori Intimatriks
meyebutkan terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organik
sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.

b.Teori Supersaturasi
menyebutkan terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin,
santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

c.Teori Presipitasi-Kristalisasi
menyebutkan perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam
urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan
mengendap garam-garam fosfat.

d.Teori Berkurangnya Faktor Penghambat


Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat
magnesium, asam mukopolisakarida akanmempermudah terbentuknya batu saluran kemih.

Manifestasi Klinis
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala.Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.Batu yang menyumbat ureter, pelvis
renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri
kolik yang hebat).Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan
paha sebelah dalam.
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan
darah di dalam air kemih.Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu
melewati ureter.Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran
kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
sehingga terjadilah infeksi.
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis)
Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik
yang menyebar kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya
sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini
disebabkan kolik ureter.Pada laki-laki nyeri khas terasa menyebar di sekitar testis, sedangkan
pada wanita nyeri terasa menyebar di bawah kandung kemih dan pada akhirnya bisa terjadi
kerusakan ginjal.
Menurut Fillingham dan Douglass (2000), ketika batu menghambat dari saluran urin,
terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan hidrostatik.Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai
nyeri tekan disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami
episode kolik renal.Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi.Gejala
gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan
usus besar.
Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm
secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau
dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar.
( Brunner and Suddarth. 2001).

Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu saluran kemih adalah
1.Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.: warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah
menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan
ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat),
alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam :
Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN
menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate.BUN dapat dipengaruhi oleh
diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).
Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai
1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

2.Laboratorium
a.Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
b.Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi
kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

3.Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)


Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya batu di sekitar
salurankemih.

4.Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.

5.USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

6.EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.

7.Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal, menunjukkan
adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
8.IVP (Intra Venous Pyelografi)
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat obstruksi
kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan
memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul.Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

9.Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.Diagnosis
ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi
retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan
medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di
dapatkanuntuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih
pada klien.

Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu
(Sja’bani, 2006).Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih adalah
terapi konservatif, medikamentosa, pemecahan batu, dan operasi terbuka.

a.Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari5 mm. Batu ureter yang
besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan. Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut
terdapat pilihan terapi konservatif berupa:
1.Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
2.α - blocker
3.NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain
untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan
obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan merupakan
pilihan.
Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya
ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap
obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi.
b. Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )
ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih.Badlani (2002)
menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kemih dengan menggunakan
gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang
dihasilkan oleh mesin di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara.
Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan melepas energinya.Diperlukan beberapa ribu
kali gelombang kejut untuk memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya
keluar bersama kencing tanpa menimbulkan sakit.
Al-Ansari (2005) menyebutkan komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter hampir
tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain sulit memecah batu keras (misalnya kalsium oksalat
monohidrat), perlu beberapa kali tindakan, dan sulit pada orang bertubuh gemuk. Penggunaan
ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-anak juga harus dipertimbangkan
dengan serius karena ada kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium.
c. Ureterorenoskopic(URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara dramatis
terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan
pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter.Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk
ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga diperlukan alat pemecah batu seperti yang
disebutkan di atas.Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada
pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
d. Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL)
PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis dapat digunakan sebagai
terapi semua batu ureter.Namun, URS dan ESWL menjadi pilihan pertama sebelum
melakukan PCNL.Meskipun demikian untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat
memiliki peluang untuk dipecahkan dengan PCNL.
Menurut Al-Kohlany (2005), prinsip dari PCNL adalah membuat akses ke kalik atau
pielum secara perkutan. Kemudian melalui akses tersebut dimasukkan nefroskop rigid atau
fleksibel, atau ureteroskop, untuk selanjutnya batu ureter diambil secara utuh
ataudipecah.Keuntungan dari PCNL adalah apabila letak batu jelas terlihat, batu pasti dapat
diambil atau dihancurkan dan fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan
jelas.Proses PCNLberlangsung cepat dan dapat diketahui keberhasilannya dengan
segera.Kelemahan PCNL adalah PCNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi.
e. OperasiTerbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa variasi operasi terbuka
untuk batu ureter mungkin masih dilakukan.Hal tersebut tergantung pada anatomi dan posisi
batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior.Saatini
operasi terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama pada
penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.

Batu Saluran Kemih pada Masyarakat Perkotaan


Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang
tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik Dalam
suatu kota diisi oleh suatu golongan spesialis non agraris dan yang berpendidikan, yang
bertujuan untuk memperbaiki hidup mereka (Prof. Drs. R. Bintarto). Keperawatan kesehatan
masyrakat khususnya perkotaan mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
(preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) serta mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga dan
kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif). Perkembangan era
globalisasi yang meningkat dengan didukungnya teknologi serta informasi yang canggih,
meningkatkan kebutuhan hidup dan merubah gaya hidup masyarakat perkotaan.
Nurlina (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor resiko kejadian batu
saluran kemih” mengatakan bahwa faktor gaya hidup sangat mempengaruhi resiko batu saluran
kemih. Nurlina mengadakan penelitian untuk membuktikan bahwa faktor resiko batu saluran
kemih lebih banyak didapat dari faktor ekstrinsik (eksogen).Dalam penelitian tersebut, sampel
yang digunakan berjumlah 44 kasus dan 44 kontrol.Hasil dari penelitian berupa data bahwa
faktor-faktor risiko kejadian batu saluran kemih yang terbukti signifikan adalah kurang minum,
Kebiasaanmenahan buang air kemih, diet tinggi protein, duduk lama saat bekerja.Kesimpulan
dari penelitian adalah orang yang duduk lama saat bekerja, dengan kebiasaan menahan buang air
kemih, kurang minum dan diet tinggi protein memiliki probabilitas untuk mengalami kejadian
batu saluran kemih sebesar 97,05%. Dalam penelitian tersebut, Nurlina menyarankan adanya
sebuah tindakan untuk memotivasi pasien minum 2-2,5 liter (±8-10 gelas) sehari dan penting
untuk minum 250 ml air sebelum tidur, tidak membiasakan menahan Buang Air Kemih (BAK),
tidak berlebihan mengkonsumsi protein hewani, dan tidak duduk terus menerus selama bekerja
tetapi diselingi berdiri dan berjalan.Pekerjaan, aktivitas, dan kebiasaan menahan kemih
mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih. Faktor pekerjaan yang monoton dan stagnan
juga menjadi faktor resiko yang sangat erat mempengaruhi munculnya masalah-masalah
kesehatan termasuk masalah batu saluran kemih.Pada penelitian diketahui orang-orang yang
lebih banyak duduk dalam pekerjaannya dan kurang banyak bergerak lebih sering terkena batu
saluran kemih dibandingkan orang yang pekerjaannya banyak gerak atau kerja fisik (Muslim,
2007).Pada penelitian lain ditemukan penderita batu saluran kemih lebih banyak dialami oleh
pegawai kantor dan manajer dibandingkan pekerja kasar (Menon, 2002 dan Trichieri, 2003).
Kebiasaan menahan kemih akan meningkatkan stasis urine yang menimbulkan infeksi saluran
kemih. Pada infeksi saluran kemih bakteri pemecah urea (urea splitting bacteria) sangat mudah
menghasilkan jenis batu struvit. Selain itu, dengan adanya stasis urine maka dapat terjadi
pengendapan kristal di saluran kemih (Menon, 2002 )
Stres, olahraga, dan kegemukan dapat menjadi faktor resiko yang mempengrauhi
pembentukan batu saluran kemih. Penelitian yang dilakukan Najem pada 200 penderita
batu saluran kemih dengan 200 orang sebagai kontrol ternyata membuktikan batu saluran kemih
lebih banyak dialami oleh orang yang memiliki stress dibandingkan dengan yang tidak. Batu
saluran kemih lebih banyak dialami oleh orang yang jarang berolahraga danlebih banyak duduk
(Menon, 2002). Pada penelitian batu oksalat idiopatik didaptkan 59,2 % terkena kegemukan.
Pada penelitian lain, laki-laki yang mengalami kenaikan berat badan 15,9 kg
dibandingkan berat badan usia 21 tahun maka resiko relatif terkena batu saluran kemih yaitu
1,39. Pada wanita yang berat badannya mengalami kenaikan 15,9 kg dari berat badan saat
berusia 18 tahun maka resiko relatif terkena batu saluran kemih yaitu 1,70. Pada orang yang
gemuk, pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat, dan kalsium dalam air kemih naik
(Barclay, 2005 dan Siener, 2004).

Salah satu perubahan gaya hidup yaitu perubahan terhadap pola konsumsi makan dan
minum masyarakat kota. Makanan dan minuman berpengaruh besar pada eksresi bahan
pembentuk batu dalam air kemih. Makan banyak bahan yang mengandung asam urat, oksalat,
kalsium, dan fosfat dapat meningkatkan kadar substansi tersebut dalam air kemih yang berakibat
timbulnya batu saluran kemih (Muslim, 2003). Demikian juga dengan minuman, terdapat
beberapa jenis minuman yang merangsang terjadinya batu saluran kemih dan ada pula yang
mengurangi kemungkinan tersebut.
Muslim (2007) menyebutkan bahwa air sangat penting dalam proses pembentukan
saluran kemih, sebab bila kekurangan air minum terjadi supersaturasi bahan pembentuk batu
dalam air kemih yang terjadi akibat adanya kristalisasi. Dianjurkan minum air 2-2,5 liter perhari
atau 250 ml air tiap 4 jam, dan 250 ml air tiap kali makan untuk mencegah terjadinya batu
saluran kemih. Terdapat ahli yang mengatakan air kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24
jam ( Resnick, 1990 dan Parivar, 1996).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien dengan batu saluran
kemih, dapat ditarik beberapa kesempulan sebagai berikut :
1.Dari hasil pengkajian didapati bahwa penyebab dari pembentukan batu saluran kemih yang
dialami klien adalah adanya faktor resiko ekstrinsik yaitu rendahnya konsumsi air putih,
pekerjaan yang monoton, dan tingginya konsumsi protein hewani.
2.Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri, gangguan eliminasi urine, ansietas, defisiensi
pengetahuan, resiko cedera, dan resiko perdarahan.
3.Implementasi yang menjadi fokus utama dalam rangka prevensi kekambuhan ulang batu
saluran kemih adalah edukasi psien terkait peningkatan intake cairan dan perubahan pola diit.
4.Peningkatan intake cairan dan perubahan pola diit adalah salah satu metoda yang terbukti
melalui beragam penelitian dapat meningkatkan volume urine sehingga mengurangi resiko
pembentukan batu saluran kemih.
5.Evaluasi keperawatan dilakukan secara kontinyu dan pasien pulang setelah melalui 3 hari
perawatan dengan fungsi eliminasi sudah kembali normal.

Saran
1. Bagi Penulis
a. Meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan batu saluran kemih.
b. Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru (inovatif) dalam mengatasi masalah
keperawatan yang ada.
2. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pemahaman tentang penyebab batu saluran kemih
b. Meningkatkan kebiasaan intake air putih minimal 2-2,5 L perhari.
3. Bagi Instansi/ Rumah Sakit
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagipasien batu aluran kemih
b. Meningkatkan pemahaman dan berpikir kritis dalam menghadapi kasus batu saluran kemih.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ansari,A., Shamsodini,A., Younis,N., et al. (2005). Extracorporeal shock

wave lithotripsy monotherapy for treatment of patients with urethral and bladder stone

presenting with acute urinary retention. Journal Urology; 66(6):1169-1171.

Al-Kohlany, KM., Shokeir,AA., Mosbah,A., Mohsen, T., Shoma,AM., Eraky,I, et al. (2005).

Treatment of complete staghorn stones : a prospective randomized comparison of open surgery

versus percutaneous nephrolithotomy. J Urol; 173: 469 – 73.

American Urological Association. (2005).

AUA Guideline on the Management of Staghorn Calculi:Diagnosis and Treatment

Recommendations.

Assimos, Dean G. and Holmes Ross. 2000. Role of diet in the therapy of urolithiasis. Vol 27.

2:255-268. The Urologic Clinic of North Americ

a. Badlani , GH. (2002). Campbell’s urology.In : Walsh PC.,eds. Saunders.

Barclay L and Lie D. 2005. Obesity and weight gain may increase the risk of kidney stone . 293:

455-462 . JAMA

Brunner & Sudarth.(2003). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai