PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang
tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik.
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan mencakup peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) serta mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,
keluarga dan kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif).
Dewasa ini, penyakit batu saluran kemih menjadi salah satu kasus yang membutuhkan
perhatian perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
karena prevalensinya di Indonesia yang terus meningkat (Nurlina, 2012).
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi
yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2012). Batu saluran kemih yang muncul dapat
disebabkan oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik yang paling
mempengaruhi adalah faktor gaya dan pola hidup masyarakat terutama mayarakat kota. Pola
hidup masyarakat kota cenderung statis dan praktis. Pola hidup dikatakan statis karena
masyarakat kota cenderung kurang aktivitas/gerak dan mobilitas dibantu dengan mesin
seperti kendaraan bermotor dan eskalator. Pola hidup dikatakan praktis karena masyarakat
kota memiliki tuntutan untuk bekerja efisien dalam kehidupan sehari-hari sehingga
membutuhkan hal-hal yang praktis, termasuk didalamnya kepraktisan untuk mengakses
makanan dan minuman cepat saji (fastfood). Pada orang yang dalam pekerjaannya kurang
gerakan fisik, kurang olahraga, dan menderita stres lama sering mengalami batu saluran
kemih (Muslim, 2010).
Faktor pola minum yang memicu timbulnya batu saluran kemih antara lain kurang meminum
air putih, banyak mengkonsumsi jus tomat, anggur, apel, vitamin C dan soft drink, sementara
banyak mengkonsumsi teh, kopi, susu dan jus jeruk mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu saluan kemih. Makanan yang mempengaruhi kemungkinan terbentuknya batu saluran
kemih antara lain terlau banyak protein hewan, lemak, kurang sayur, kurang buah, dan
tingginya konsumsi fastfood/junkfood. Mengkonsumsi suplemen makanan dan obat-obatan
tertentu juga dapat memicu terbentuknya batu saluran kemih. Sering menahan BAK dan
kegemukan juga dapat menaikkan kemungkinan terkena batu saluran kemih (Muslim, 2010).
Gaya hidup masyarakat kota seperti disebutkan dalam paragraf ini mempengaruhi
terbentuknya batu saluran kemih. Indonesia terletak pada kelompok negara di dunia yang
dilewati oleh sabuk batu atau stone belt (Portalkalbe dalam Nurlina, 2012). Di Indonesia
penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik
urologi (Nurlina, 2012). Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di Indonesia
belum dapat ditetapkan secara pasti. Sampai saat ini angka kejadian batu saluran kemih yang
sesungguhnya belum diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per tahun (Muslim, 2010). Dari
data dalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita batu
ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun mulai
182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002 (Raharjo, 2012). Laki-laki
lebih sering dibandingkan wanita (kira-kira 3:1) dengan puncak insidensi antara dekade
keempat dan kelima, hal ini kurang lebih sesuai dengan yang ditemukan di RSUPN-CM
(Raharjo, 2012). Peningkatan jumlah penderita batu saluran kemih berhubungan langsung
dengan faktor-faktor pembentuk batu itu sendiri. Faktor instrinsik seperti genetik, penyakit,
jenis kelamin, ras, dan usia memegang peranan sekitar 25%, sedangkan sebesar 75 lebih
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti iklim tempat tinggal, geografis, dan gaya hidup
(Muslim, 2010). Gaya hidup yang menjadi penyebab pembentukan batu adalah pekerjaan,
diet,
aktivitas/olahraga, pola makan dan minum, serta kebiasaan menahan buang air kecil. Gaya
hidup ini merupakan salah satu faktor yang bersifat modifiable. Batu saluran kemih lebih
banyak dialami oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di lingkungan perkotaan karena
memiliki gaya hidup yang cenderung statis. Terapi dan penatalaksanaan batu saluran kemih
yang biasa digunakan adalah terapi medikamentosa, pengenceran kemih, tindakan ESWL
(Extracorporeal Shock Wave Litotripsy), URS (Ureterorenoscopic Litotripsy), PCNL
(Percutaneous Litotripsy), dan operasi terbuka (Muslim, 2010). Setiap tindakan yang
dilakukan memerlukan penanganan medis dan keperawatan sehingga pasien dengan batu
saluran kemih perlu mengalami hospitalisasi. Penananganan pembedahan selama di rumah
sakit menjadi salah satu fokus dan perhatian perawat. Fillingham dan Douglass (2010)
menyebutkan bahwa resiko perdarahan (hematuria), resiko infeksi, nyeri, perubahan jumlah
urin, dan perforasi ureter adalah hal yang muncul dan memerlukan perhatian khusus. Selama
perawatan, pasien dengan batu saluran kemih terutama pasca pembedahan memiliki banyak
resiko sehingga perawat perlu melakukan pemantauan khusus terutama hidrasi dan
perdarahan sampai kondisi pasien stabil.
BAB II
Tinjauan Teori
A. Pengertian
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih,
uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.
(Brunner & Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih. (Luckman dan
Sorensen)
Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah adanya
batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra.
1) Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi
kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria
resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien
pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink,
kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3) Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat
bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam
urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
b. Batu Struvit :
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu struvit) dan kalsium fosfat.
Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea. Batu
dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal
(6,46) Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan
kaliks ginjal.(6’46) Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Diurin kristal
batu struit berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit mungkin
berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari ginjal’ hal ini mungkin karena proteus merupakan
bakteri urease yang poten.
c. Batu asam urat :
Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak mengandung kalsium dalam
bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan sinar X (Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat dengan USG
atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang-
kadang dapat cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan biasanya relatif lebih mudah keluar
karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu asam urat ini terjadi terutama pada wanita.
Separoh dari penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini biasanya bersifat famili apakah
dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat berwarna merah orange. Asam urat anhirat
menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak
bisa dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti tetesan air
mata.
d. Batu Sistin : (1-2%)
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak umum), berwarana kuning jeruk
dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti plat segi enam, sangat sukar larut dalam air.(6)
Bersifat Radioopak karena mengandung sulfur.
e. Batu Xantin :
Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena
pemberian alupurinol yang berlebihan.
C. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa
faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan
batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan
mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain, Daerah seperti
di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
4. Keturunan
Herediter atau faktor keturunan yang juga memainkan dari semua jenis penyakit yang menjadi alasan
suatu penyakit dapat diturunkan oleh orang tua ke anak
5. Asupan Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang
lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang
dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran kemih berkurang.
Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih
( buli-buli dan Urethra ).
D. Anatomi Ginjal
Ginjal adalah bagian utama dari sistem perkemihan yang juga masuk didalamnya ureter, kandung
kemih dan uretra. Ginjal terletak pada rongga abdomen posterior, dibelakang peritonium diarea kanan
dan kiri dari kolumna vertebralis. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang
tebal. Pada orang dewasa normal panjangnya 12 – 13 cm, lebar 6 cm dan beratnya antara 120 -150 gram.
Setiap ginjal memiliki korteks dibagian luar dan di bagian dalam yang terbagi menjadi piramide-
piramide. Pada setiap piramide membentuk duktus papilaris yang selanjutnya menjadi kaliks minor,
kaliks mayor dan bersatu membentuk ginjal tempat terkumpulnya urine. Ureter menghubungkan ginjal
dengan kandung kemih.
Garis-garis yang terlihat pada piramide disebut nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal.
Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron. Setiap nefron terdiri atas glomerulus yang merupakan lubang-
lubang yang terdapat pada piramide-piramide renal, membentuk simpul dan kapiler badan satu
mulpigli, kapsul bowman, tubulus proximal, ansa henle dan tubulus distal.
Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih. Kedua ureter merupakan saluran
yang panjangnya 10 – 12 inc. Ureter berfungsi menyalurkan urin ke kandung kemih. Kandung kemih
mempunyai tiga muara. Dua maura ureter dan satu muara uretra. Kandung kemih sebagai tempat
menyimpannya urin dan mendorong urin untuk keluar. Uretra adalah saluran kecil yang berjalan dari
kandung kemih sampai ke luar tubuh yang disebuat meatus uretra.
Fungsi ginjal:
1. Fungsi ekskresi
a. Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 cm osmol dengan mengubag ekskresi air.
b. Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang normal.
c. Mempertahankan pH plasma dengan mengeluarkan kelebihan dan membentuk kembali Hco3.
d. Mengekskresikan produk ahkir nitrogen dan metabolisme protein terutama urea, asam urat dan
kretinin.
2. Fungsi non ekskresi
a. Menghasilkan renin, penting untuk mengatur tekanan darah.
b. Menghasilkan eritropoitin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah dan sumsum
tulang.
E. Patofisisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolithiasis belum
diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain:
peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-
bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung terjadinya batu
meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan
batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak
dipengaruhi oleh pH urin.
. Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar. Batu
yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan
akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih
yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan
terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena
ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal
ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi dinding sehingga
darah akan keluar bersama urin.
F. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan
edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal.
a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu
yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah mendekati
kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri akibat abrasi batu.
d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
4. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan SDM, SDP,
kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali
( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam
urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi
kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
4. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang
ureter.
5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau
panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.
7. CT Scan : menggambarkan kalkuli dan masa lain.
8. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
I. PRA OPERASI
A. Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a. Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
b. Riwayat infeksi saluran kemih.
c. Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
d. Keturunan.
e. Alkoholik, merokok.
f. Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan kontrasepsi).
2. Pola nutrisi metabolik
a. Mual, muntah.
b. Demam.
c. Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
d. Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
e. Distensi abdominal, penurunan bising usus.
f. Alkoholik
3. Pola eliminasi
a. Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
b. Hematuri.
c. Rasa terbakar, dorongan berkemih.
d. Riwayat obstruksi.
e. Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Pekerjaan (banyak duduk).
b. Keterbatasan aktivitas.
c. Gaya hidup (olah raga).
5. Pola tidur dan istirahat
a. Demam, menggigil.
b. Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
6. Pola persepsi kognitif
a. Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri
tekan pada area ginjal pada palpasi
b. Pengetahuan tentang terjadinya pembentukan batu.
c. Penanganan tanda dan gejala yang muncul.
7. Pola reproduksi dan seksual
a. Keluhan dalam aktivitas seksual sehubungan dengan adanya nyeri pada saluran kemih.
8. Pola persepsi dan konsep diri
a. Perubahan gaya hidup karena penyakit.
b. Cemas terhadap penyakit yang diderita.
9. Pola mekanisme copying dan toleransi terhadap stres
a. Adakah pasien tampak cemas
b. Bagaimana mengatasi masalah yang timbul.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ;
1. Pre operasi
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral,trauma
jaringan,pembentukan edema,iskemia seluler.
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d. Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan
Amonium
Klorida,Kalium,,atau Evaluasi adanya
Natrium,fosfat,. ISK.atau penyebab
komplikasi.
Agen antigon,
(Ziloprim)
Meningkatkan pH.urine
Antibiotik menurunkan
pembentukan batu
Nabic asam.
Mencegah stasis urine
Asam Askorbat
Menurunkan
Pertahankan patensi pembentukan batu
kateter. fosfat
Menurunkan mual
muntah
4. Kurang Pasien dapat Kaji ulang proswes Memberikan
pengetahuan memahami penyakit dan harapan masa pengetahuan
tentang diet, dan tentang datang dasar,membuat pilihan
kebutuhan diet,dan berdasarkan informasi
pengobatan program Kaji ulang program diet, Pemahaman
pengobatan sesuai dengan indikasi diet,memberikan
kesempatan untuk
Kriteria : memilih sesuai dgn.
Berpartisi Diskusikan tentang: Informasi,mencegah
pasi dalam Pemberian diet rtendah kekambuhan.
program purin,(membatasi daging Menurunkan
pengobatan berlemak,kalkun,tumbuhan pemasukan oral
Menjalan polong,gandum,alkohol) thd.prekursor asam urat
kan diet Pemberian diet rendah Ca.
(membatasi susu,keju,sayur
hijau,yogurt.)
Pemberian diet rendah
oksalat membatasi
konsumsi coklat,minuman Menurunkan
kafein,bit,bayam. resikopembentukan
Diskusikan program obat- batu kalsium.
obatan ,hindfari obat yang
dijual bebas dan baca
labelnya. Menurunkan
Tunjukan perawatan yang pembentukan batu
tepat thd.insisi/kateter bila oksalat.
ada.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doenges (2000), Susan Martin Tucker
ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit,
perawatan rutin pasca operasi.
C. Perencanaan
5. Intruksikan 5.untuk
pasien untuk mencegah
menghindari terjadinya
pemakaian obat keracunan Obat
melebihi
ketentuan dokter
tanpa
sepengetahuan
dokter
D. Implementasi
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi yang
membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan
praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu ginjal, pada
prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital,
mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi
nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta
melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan
keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap
perawat yang melakukan tindakan keperawatan.
E. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan apakah
tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan
kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi
diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil
pengamatan. Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan kriteria
hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal
dan pengetahuan klien tentang perawatan batu ginjal meningkat.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Informasi Umum
Nama : Tn. I.M.P.
Usia : 31 tahun
Tanggal Lahir : 12-06-1982
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : TNI
Tanggal Masuk : 29-05-2013
Waktu : 12.30 WIB
Dari : Poli bedah
Sumber Informasi : klien, keluarga, dan rekam medik
Diagnosa medis : batu ureter distal dextra
3.4.4 Diagnosa Keperawatan: Defisiensi pengetahuan terkait kondisi dan pengobatan batu
ginjal
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam pengetahuan klien meningkat
Kriteria Hasil: memahami penjelasan oerawat, mampu menjawab pertanyaan validasi, berdiskusi
aktif
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai kondisinya Rasional: tingkat pengetahuan klien
menentukan sejauh mana informasi yang perlu diberikan.
2. Menjelaskan jenis tindakan yang akan dihadapi klien Rasional: informasi yang tepat
memberikan pengetahuan bagi klien
3. Memotivasi untuk minum air putih 2,5 L perhari untuk pencegahan Rasional: Hidrasi yang
cukup meningkatkan pengenceran kemih dan membantu mendorong lewatnya batu, mencegah
kekambuhan berulang
4. Memotivasi untuk melakukan diit rendah kalsium dan protein hewani untuk pencegahan
Rasional:perubahan pola diit menurunkan oksalat dan protein sehingga aka menurunkan resiko
pembentukan batu saluran kemih
Evaluasi: Evaluasi:
S: Klien mengatakan cemas mengenai tindakan S: Klien mengatakan cemas mengenai tindakan
operasi besok. Klien mengatakan lebih lega operasi hari ini, klien mengatakan belum
setelah tarik napas dalam dan siap untuk pernah operasi dan menyerahkan pada Tuhan
operasi. dan berharap sukses. Klien mengatakan lebih
O: ekspresi tenang, tidak gelisah, latihan tarik lega setelah tarik napas dalam dan siap untuk
napas dalam dilakukan 4 kali, klien dapat operasi.
melanjutkan aktivitas O: ekspresi tenang, tidak gelisah, latihan tarik
A: Ansietas teratasi sebagian napas dalam dilakukan 7 kali, klien dapat
P: Observasi kecemasan klien, berikan melanjutkan aktivitas
dukungan psikososial, memotivasi untuk A: Ansietas teratasi
berdoa P: Observasi kecemasan klien, berikan
dukungan psikososial, memotivasi untuk
berdoa
Evaluasi: Evaluasi:
S: klien mengatakan selama ini jarang minum S: klien mengatakan senang akan pulang,
air putih dan sering berada di ruangan ber AC klien mengatakan akan berusaha banyak
sehingga tidak nafsu minum, klien mengatakan minum dan mengurangi makanan berlemak
akan berusaha banyak minum dan mengurangi dan tinggi protein untuk mencegah sakit lagi.
makanan berlemak dan tinggi protein untuk O: klien mendengarkan penjelasan perawat,
mencegah sakit lagi. berdiskusi dengan antusias dan mampu
O: klien mendengarkan penjelasan perawat, menjawab pertanyaan ulang perawat.
berdiskusi dengan antusias dan mampu A: pengetahuan klien tentang kondisi dan
menjawab pertanyaan ulang perawat. pengobatan yang dijalani meningkat.
A: pengetahuan klien tentang kondisi dan P: intervensi selesai.
pengobatan yang dijalani meningkat.
P: Kaji ulang motivasi klien untuk banyak
minum dan perubahan gaya hidup untuk
pencegahan kambuh saat pasien persiapan
pulang (discharge planning)
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Burner and Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah.Ed 8.,Vol2.Jakarta:EGC
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta,
Marilyn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta : EGC
urnomo, BB (2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta