Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang
tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik.
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan mencakup peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) serta mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,
keluarga dan kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif).
Dewasa ini, penyakit batu saluran kemih menjadi salah satu kasus yang membutuhkan
perhatian perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
karena prevalensinya di Indonesia yang terus meningkat (Nurlina, 2012).
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi
yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2012). Batu saluran kemih yang muncul dapat
disebabkan oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik yang paling
mempengaruhi adalah faktor gaya dan pola hidup masyarakat terutama mayarakat kota. Pola
hidup masyarakat kota cenderung statis dan praktis. Pola hidup dikatakan statis karena
masyarakat kota cenderung kurang aktivitas/gerak dan mobilitas dibantu dengan mesin
seperti kendaraan bermotor dan eskalator. Pola hidup dikatakan praktis karena masyarakat
kota memiliki tuntutan untuk bekerja efisien dalam kehidupan sehari-hari sehingga
membutuhkan hal-hal yang praktis, termasuk didalamnya kepraktisan untuk mengakses
makanan dan minuman cepat saji (fastfood). Pada orang yang dalam pekerjaannya kurang
gerakan fisik, kurang olahraga, dan menderita stres lama sering mengalami batu saluran
kemih (Muslim, 2010).
Faktor pola minum yang memicu timbulnya batu saluran kemih antara lain kurang meminum
air putih, banyak mengkonsumsi jus tomat, anggur, apel, vitamin C dan soft drink, sementara
banyak mengkonsumsi teh, kopi, susu dan jus jeruk mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu saluan kemih. Makanan yang mempengaruhi kemungkinan terbentuknya batu saluran
kemih antara lain terlau banyak protein hewan, lemak, kurang sayur, kurang buah, dan
tingginya konsumsi fastfood/junkfood. Mengkonsumsi suplemen makanan dan obat-obatan
tertentu juga dapat memicu terbentuknya batu saluran kemih. Sering menahan BAK dan
kegemukan juga dapat menaikkan kemungkinan terkena batu saluran kemih (Muslim, 2010).
Gaya hidup masyarakat kota seperti disebutkan dalam paragraf ini mempengaruhi
terbentuknya batu saluran kemih. Indonesia terletak pada kelompok negara di dunia yang
dilewati oleh sabuk batu atau stone belt (Portalkalbe dalam Nurlina, 2012). Di Indonesia
penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik
urologi (Nurlina, 2012). Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di Indonesia
belum dapat ditetapkan secara pasti. Sampai saat ini angka kejadian batu saluran kemih yang
sesungguhnya belum diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per tahun (Muslim, 2010). Dari
data dalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita batu
ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun mulai
182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002 (Raharjo, 2012). Laki-laki
lebih sering dibandingkan wanita (kira-kira 3:1) dengan puncak insidensi antara dekade
keempat dan kelima, hal ini kurang lebih sesuai dengan yang ditemukan di RSUPN-CM
(Raharjo, 2012). Peningkatan jumlah penderita batu saluran kemih berhubungan langsung
dengan faktor-faktor pembentuk batu itu sendiri. Faktor instrinsik seperti genetik, penyakit,
jenis kelamin, ras, dan usia memegang peranan sekitar 25%, sedangkan sebesar 75 lebih
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti iklim tempat tinggal, geografis, dan gaya hidup
(Muslim, 2010). Gaya hidup yang menjadi penyebab pembentukan batu adalah pekerjaan,
diet,
aktivitas/olahraga, pola makan dan minum, serta kebiasaan menahan buang air kecil. Gaya
hidup ini merupakan salah satu faktor yang bersifat modifiable. Batu saluran kemih lebih
banyak dialami oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di lingkungan perkotaan karena
memiliki gaya hidup yang cenderung statis. Terapi dan penatalaksanaan batu saluran kemih
yang biasa digunakan adalah terapi medikamentosa, pengenceran kemih, tindakan ESWL
(Extracorporeal Shock Wave Litotripsy), URS (Ureterorenoscopic Litotripsy), PCNL
(Percutaneous Litotripsy), dan operasi terbuka (Muslim, 2010). Setiap tindakan yang
dilakukan memerlukan penanganan medis dan keperawatan sehingga pasien dengan batu
saluran kemih perlu mengalami hospitalisasi. Penananganan pembedahan selama di rumah
sakit menjadi salah satu fokus dan perhatian perawat. Fillingham dan Douglass (2010)
menyebutkan bahwa resiko perdarahan (hematuria), resiko infeksi, nyeri, perubahan jumlah
urin, dan perforasi ureter adalah hal yang muncul dan memerlukan perhatian khusus. Selama
perawatan, pasien dengan batu saluran kemih terutama pasca pembedahan memiliki banyak
resiko sehingga perawat perlu melakukan pemantauan khusus terutama hidrasi dan
perdarahan sampai kondisi pasien stabil.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis asuhan keperawatan masyarakat perkotaan pada klien dengan batu saluran
kemih di lantai 5 bedah RSPAD Gatot Soebroto.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis masalah kesehatan perkotaan pada agregat dewasa dengan penyakit batu
saluran kemih
2. Menganalisi kasus kelolaan pasien dengan batu saluran kemih
3. Menganalisis aplikasi asuhan keperawatan pasien dengan batu saluran kemih

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan kepada pasien, khususnya peran perawat sebagai edukator dalam mengubah
perilaku dan gaya hidup serta mencegahan kekambuhan ulang pasien dengan batu saluran
kemih.
1.3.2 Bagi Pendidikan Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan upaya edukasi untuk
mengubah faktor gaya hidup pada pasien dengan batu saluran kemih.

BAB II
Tinjauan Teori
A. Pengertian
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih,
uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.
(Brunner & Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih. (Luckman dan
Sorensen)
Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah adanya
batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra.

B. Klasifikasi Batu Saluran Kemih


Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut lokasi beradanya, menurut
keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya.
1. Menurut tempat terbentuknya
a. Batu ginjal
b. Batu kandung kemih
2. Menurut lokasi keberadaannya :
a. Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
b. Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)
3. Menurut Keadaan Klinik :
a. Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu bertambah besar atau kencing
batu.
b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktif
c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)
d. Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila menyebabkan obstruksi, infeksi, kolik,
hematuria.

4. Menurut susunan kimiawi


Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu kalsium okalat, batu kalsium
fosfat, batu asam urat, batu struvit (magnesiumammonium fosfat) dan batu sistin
a. Batu Kalsium Oksalat :
Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75 – 85% dari seluruh batu urin.
Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-rata terjadi pada usia decade ketiga. Kadang-kadang batu ini
dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium
fosfat )biasanya hidroxy apatite).
Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu kalsium dihidrat biasanya
pecah dengan mudah dengan lithotripsy (suatu teknik non invasive dengan menggunakan gelombang
kejut yang difokuskan pada batu untuk menghancurkan batu menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu
monohidrat adalah salah satu diantara jenis batu yang sukar dijadikan fragmen-fragmen. Faktor
terjadinya batu kalsium adalah:

1) Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi
kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria
resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien
pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink,
kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3) Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat
bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam
urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.

b. Batu Struvit :
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu struvit) dan kalsium fosfat.
Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea. Batu
dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal
(6,46) Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan
kaliks ginjal.(6’46) Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Diurin kristal
batu struit berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit mungkin
berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari ginjal’ hal ini mungkin karena proteus merupakan
bakteri urease yang poten.
c. Batu asam urat :
Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak mengandung kalsium dalam
bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan sinar X (Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat dengan USG
atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang-
kadang dapat cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan biasanya relatif lebih mudah keluar
karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu asam urat ini terjadi terutama pada wanita.
Separoh dari penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini biasanya bersifat famili apakah
dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat berwarna merah orange. Asam urat anhirat
menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak
bisa dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti tetesan air
mata.
d. Batu Sistin : (1-2%)
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak umum), berwarana kuning jeruk
dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti plat segi enam, sangat sukar larut dalam air.(6)
Bersifat Radioopak karena mengandung sulfur.
e. Batu Xantin :
Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena
pemberian alupurinol yang berlebihan.

C. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa
faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan
batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan
mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain, Daerah seperti
di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
4. Keturunan
Herediter atau faktor keturunan yang juga memainkan dari semua jenis penyakit yang menjadi alasan
suatu penyakit dapat diturunkan oleh orang tua ke anak
5. Asupan Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang
lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang
dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran kemih berkurang.
Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih
( buli-buli dan Urethra ).
D. Anatomi Ginjal
Ginjal adalah bagian utama dari sistem perkemihan yang juga masuk didalamnya ureter, kandung
kemih dan uretra. Ginjal terletak pada rongga abdomen posterior, dibelakang peritonium diarea kanan
dan kiri dari kolumna vertebralis. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang
tebal. Pada orang dewasa normal panjangnya 12 – 13 cm, lebar 6 cm dan beratnya antara 120 -150 gram.
Setiap ginjal memiliki korteks dibagian luar dan di bagian dalam yang terbagi menjadi piramide-
piramide. Pada setiap piramide membentuk duktus papilaris yang selanjutnya menjadi kaliks minor,
kaliks mayor dan bersatu membentuk ginjal tempat terkumpulnya urine. Ureter menghubungkan ginjal
dengan kandung kemih.
Garis-garis yang terlihat pada piramide disebut nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal.
Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron. Setiap nefron terdiri atas glomerulus yang merupakan lubang-
lubang yang terdapat pada piramide-piramide renal, membentuk simpul dan kapiler badan satu
mulpigli, kapsul bowman, tubulus proximal, ansa henle dan tubulus distal.
Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih. Kedua ureter merupakan saluran
yang panjangnya 10 – 12 inc. Ureter berfungsi menyalurkan urin ke kandung kemih. Kandung kemih
mempunyai tiga muara. Dua maura ureter dan satu muara uretra. Kandung kemih sebagai tempat
menyimpannya urin dan mendorong urin untuk keluar. Uretra adalah saluran kecil yang berjalan dari
kandung kemih sampai ke luar tubuh yang disebuat meatus uretra.
Fungsi ginjal:
1. Fungsi ekskresi
a. Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 cm osmol dengan mengubag ekskresi air.
b. Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang normal.
c. Mempertahankan pH plasma dengan mengeluarkan kelebihan dan membentuk kembali Hco3.
d. Mengekskresikan produk ahkir nitrogen dan metabolisme protein terutama urea, asam urat dan
kretinin.
2. Fungsi non ekskresi
a. Menghasilkan renin, penting untuk mengatur tekanan darah.
b. Menghasilkan eritropoitin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah dan sumsum
tulang.

c. Metabolisme vitamin D menjdai bentuk aktifnya.


d. Degradasi insulin.
e. Menghasilkan prostaglandin.

E. Patofisisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolithiasis belum
diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain:
peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-
bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung terjadinya batu
meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan
batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak
dipengaruhi oleh pH urin.
. Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar. Batu
yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan
akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih
yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan
terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena
ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal
ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi dinding sehingga
darah akan keluar bersama urin.
F. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan
edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal.
a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu
yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah mendekati
kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri akibat abrasi batu.
d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
4. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.

Teori terbentuknya batu


1. Teori Intimatriks
Terbentuknya BSK. memerlukan adanya substansi organik sebagai inti .Substansi ini terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.
2. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti; sistin, santin, asam urat, kalsium
oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
3. Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi dalam urine .Urine yang bersifat asam akan
mengendap sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat..
4. Teori Berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat magnesium, asam
mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan SDM, SDP,
kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali
( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam
urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi
kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
4. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang
ureter.
5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau
panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.
7. CT Scan : menggambarkan kalkuli dan masa lain.
8. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.

H. Therapy dan Penatalaksanaan medik


1. Tujuan:
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi.
c. Mencegah terjadinya gagal ginjal.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
2. Operasi dilakukan jika:
a. Sudah terjadi stasis/bendungan.
b. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan positif harus dilakukan
operasi.
3. Therapi
a. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
b. Allopurinol untuk batu asam urat.
c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
4. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
a. Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti: bayam,
daun sledri, kacang-kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan
yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
b. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging.
c. Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang.
d. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara teratur.
Namun biasanya tindakan dikerjakan jika diameter batu 8-10 mm atau lebih. Pengeluaran batu
konservatif dilakukan bila cara-cara yang memerlukan tindakan dapat disingkirkan. Cara ini dilakukan
berupa diuresis paksa dengan ketentuan:
a. Batu ureter sepertiga tengah atau sepertiga distal
b. Tidak ada penyumbatan total
c. Batu memiliki diameter kecil.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. PRA OPERASI
A. Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a. Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
b. Riwayat infeksi saluran kemih.
c. Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
d. Keturunan.
e. Alkoholik, merokok.
f. Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan kontrasepsi).
2. Pola nutrisi metabolik
a. Mual, muntah.
b. Demam.
c. Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
d. Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
e. Distensi abdominal, penurunan bising usus.
f. Alkoholik
3. Pola eliminasi
a. Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
b. Hematuri.
c. Rasa terbakar, dorongan berkemih.
d. Riwayat obstruksi.
e. Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Pekerjaan (banyak duduk).
b. Keterbatasan aktivitas.
c. Gaya hidup (olah raga).
5. Pola tidur dan istirahat
a. Demam, menggigil.
b. Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
6. Pola persepsi kognitif
a. Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri
tekan pada area ginjal pada palpasi
b. Pengetahuan tentang terjadinya pembentukan batu.
c. Penanganan tanda dan gejala yang muncul.
7. Pola reproduksi dan seksual
a. Keluhan dalam aktivitas seksual sehubungan dengan adanya nyeri pada saluran kemih.
8. Pola persepsi dan konsep diri
a. Perubahan gaya hidup karena penyakit.
b. Cemas terhadap penyakit yang diderita.
9. Pola mekanisme copying dan toleransi terhadap stres
a. Adakah pasien tampak cemas
b. Bagaimana mengatasi masalah yang timbul.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ;
1. Pre operasi
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral,trauma
jaringan,pembentukan edema,iskemia seluler.
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d. Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan

C. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Tujuan- Intervensi Rasional


O. Keperawatan Kriteria
yang
diharapkan
1. Nyeri akut b/d Nyeri hilang Catat lokasi,lamanya Evaluasi tempat
peningkatan dengan intensitas,penyebaran,perha obstruksi dan kemajuan
frekuensi spasme tikan tanda-tanda non gerakan kalkulus
/dorongan terkontrol. verbal,misalnya
kontraksi merintih,mengaduh dan
ureteral,trauma Kriteria ; gelisahansietas.
jaringan,pembentu Pasien Jel askan penyebab nyeri
kan tampak dan perubahan karakteristik Membantu dalam
edema,iskemia rileks. nyeri. meningkatkan
seluler. Pasien kemampuan koping
mampu pasien serta
tidur/istirahat menurunkan ansietas
dengan Berikan tindakan
tenang nyaman,misalnya pijatan Meningkatkan
Tidak punggung,ciptakan relaksasi,menurunkan
gelisah,tidak lingkungan yang tenang. tegangan otot,
merintih Bantu atau dorong
penggunaan nafas berfokus
Bantu dengan ambulasi
sering s/d indikasi Mengarahkan kembali
tingkatkan pemasukan perhatiandan
cairan sedikitnya 3-4 membantu dalam
lt/hariatau s/d indikasi. relaksasi otot.
Perhatikan Meningkatkan
keluhanpeningkatan/menet lewatnya
apnya nyeri abdomen. batu,mencegah stasis
Berikan kompres hangat urine,mencegah
pada punggung pembentukan batu
. selanjutnya.
KOLABORASI:
Berikan obat sesuai dengan
indikasi Obstruksi lengkap
Narkotik ureter
dpt.menyebabkab
Antispasmodik ferforasi,dan
ekstravasasi urine ke
dalam area perirenal.
Kortikosteroid

Pertahankan patensi kateter


bila digunakan. Dipakai selama episode
akut,untuk menurunkan
kolik ureter dan
relaksasi otot.
.Menurunkan refleks
spasme shg.
Mengurangi nyeri dan
kolik.
Menurunkan
edema jaringan ,shg.
Membantu gerakan
batu.
Mencegah stasis
urine,menurunkan
resiko peningkatan
tekanan ginjal dan
infeksi.
.
2. Perubahan Perubahan Awasi pemasukan dan Evaluasi fungsi ginjal
eliminasi urine b/d eliminasi pengeluaran serta dgn.memerhatikan
stimulasi kandung urine tidak karakteristik urine tanda-tanda
kemih oleh terjadi komplikasimisalnya
batu,iritasi Tentukan pola berkemih infeksi,atau
ginjal,atau Kriteria : normal. perdarahan.
ureter,obstruksi Haematuri Kalkulus
mekanik atau a tidak ada. dpt.menyebabkan
inflamsi. Piuria eksitabiliats
tidak terjadi Dorong meningkatkan saraf,yg.menyebabkan
Rasa pemasukan cairan kebutuhan sensasi
terbakar tidak berkemih .segera.
ada. Catat adanya pengeluaran Membilas
Dorongan dalam urinek/p kirim ke lab bakteri,darah.dan
ingin untuk dianalisa. debris,membantu
berkemih Observasi keluhan kandung lewatnya batu.
terus kemih,palpasi dan Identifikasi tipe
berkurangi. perhatikan output,dan batudan alternatif terapi
edema.
Obserevasi perubahan Retensi
status mental.,prilaku atau urine,menyebabkan
tingkat kesadaran. distensi
jaringan.,potensial
Kolaborasi ; resiko infeksi dan
Monitoring GGK.
pem.Lab,BUN.kreatinin Ketidakseimbangan
elektrolit dpt.menjadi
Ambil urine untuk kultur toksik pada SSP.
dan sensitivitas
Berikan obat sesuai dgn
program; Peninggian
diamox, alupurinol BUN,indikasi disfungsi
ginjal.
Esidrix, Higroton

Amonium
Klorida,Kalium,,atau Evaluasi adanya
Natrium,fosfat,. ISK.atau penyebab
komplikasi.
Agen antigon,
(Ziloprim)

Meningkatkan pH.urine
Antibiotik menurunkan
pembentukan batu
Nabic asam.
Mencegah stasis urine
Asam Askorbat
Menurunkan
Pertahankan patensi pembentukan batu
kateter. fosfat

Irigasi dgn. Asam atau


larutan alkalin.
Menurunkan produksi
asam urat

Adanya ISK potensuial


pembentukan batu.
Mencegah
pembentukan beberapa
kalkuli.
Mencegah berulangnya
pembentukan batu
alkalin.
Mencegah retensi,dan
komplikasi.
Mengubah pH.urine
mencegah
pembentukan batu.
3. Resiko tinggi Keseimbanga Catat insiden muntah, Mengesampingkan keja
kekurangan n cairan diare, perhatikan dian abdominal lain.
volume cairan b/d adekuat karakteristik, dan frekuensi.
mual,muntah,diure Tingkatkan pemasukan
sis pascaobstruksi. Kriteria : cairan
Intake dan 3-4 lt / hari dalam toleransi Mempertahankan
output jantung. keseimbangan cairan
seimbang dan homeostasis.
Tanda Awasi tanda vital, evaluasi
vital stabil nadi, turgor kulit dan
(TD 120/80 membran mukosa. Penurunan
mmHg. Nadi LFG.merangasang
60-100, Timbang berat badan tiap produksi renin, yg.
RR16-20, hari Bekerja meningktakan
suhu 36.5°- Kolaborasi: TD.
37°C) Awasi Hb,Ht,elektrolit, Peningkatan BB.yang
-Membran Berikan cairan IV cepat,waspada retensi
mukosa Mengkaji hidrasi,
lembab Berikan diet tepat,cairan kebutuhan intervensdi.
Turgor jernih,makanan lembut s/d
kulit baik. toleransi Mempertahankan
volume sirkulasi
Berikan obat s/d indikasi Mempertahnakan
antiemetik,(misal compazin keseimbangan nutruisi.
)

Menurunkan mual
muntah
4. Kurang Pasien dapat Kaji ulang proswes Memberikan
pengetahuan memahami penyakit dan harapan masa pengetahuan
tentang diet, dan tentang datang dasar,membuat pilihan
kebutuhan diet,dan berdasarkan informasi
pengobatan program Kaji ulang program diet, Pemahaman
pengobatan sesuai dengan indikasi diet,memberikan
kesempatan untuk
Kriteria : memilih sesuai dgn.
Berpartisi Diskusikan tentang: Informasi,mencegah
pasi dalam Pemberian diet rtendah kekambuhan.
program purin,(membatasi daging Menurunkan
pengobatan berlemak,kalkun,tumbuhan pemasukan oral
Menjalan polong,gandum,alkohol) thd.prekursor asam urat
kan diet Pemberian diet rendah Ca.
(membatasi susu,keju,sayur
hijau,yogurt.)
Pemberian diet rendah
oksalat membatasi
konsumsi coklat,minuman Menurunkan
kafein,bit,bayam. resikopembentukan
Diskusikan program obat- batu kalsium.
obatan ,hindfari obat yang
dijual bebas dan baca
labelnya. Menurunkan
Tunjukan perawatan yang pembentukan batu
tepat thd.insisi/kateter bila oksalat.
ada.

Obat yang diberikan


untuk mengasamkan
urin,atau
mengalkalikan,menghi
ndari produk
kontraindikasi.
D. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan
apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan
dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan
intervensi

II. POST OPERASI


A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan batu saluran kemih pasca pembedahan menurut Doenges
(2000),Susan Martin tucker ( 1998 ) diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktifitas / istirahat.
Gejala : Pekerjaan monoton, klien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktifitas
/ imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (penyakit tidak sembuh dan cidera medula
spinalis).
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi, nyeri pingggang, kolig ginjal, ansietas, gagal ginjal),
kulit hangat dan kemerahan, pucat.
3. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih, makanan / cairan.
4. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat,
ketidakcukupan pemasukan cairan tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdomen, penurunan / tidak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : periode akut, nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada
panggul di regio sudut kostavertebral : dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat
paha/genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvi atau kalkulus ginjal
nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi perilaku distraksi, nyeri tekan pada areal ginjal pada palpasi.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doenges (2000), Susan Martin Tucker
ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit,
perawatan rutin pasca operasi.

C. Perencanaan

NO Diagnosa keperawatan Tujuan-Kriteria Intervensi Rasional


yang diharapkan
1 Nyeri berhubungan Tujuan : nyeri hilang 1.Kaji sifat, 1.mengetahi
dengan insisi / terkontrol. intensitas, lokasi, nyeri (P,Q,R,S,T)
pembedahan Kreteria evaluasi : pencetus dan
dilaporkan lamanya.
penurunan klien, 2. Kaji daerah 2.mengetahui
ekspresi wajah dan insisi terhadap keadaan
posisi tubuh klien kemerahan, setempat
tampak rileks. bengkak, keras berhubungan
dan drainase dengan tindakan
yang akan di
lakukan
3. Bantu pasien
mendapatkan 3.menciptakan
posisi yang kenyamanan
nyaman
4.Ajarkan teknik
relaksasi nafas 4.meringankan
dalam. nyeri sehingga
klien bisa tampak
lebih rileks
5. Anjurkan klien
banyak minum 5.membantu
mengeluarkan
sisa batu dan
melancarkan
saluran kemih
6. Kolaborasi
dengan dokter 6.membantu
untuk pemberian mengatasi rasa
analgetik nyeri pada pasien
2 Gangguan integritas kulit Tujuan : gangguan 1.Pantau balutan 1.mengetahui
berhubungan dengan integritas kulit tidak drainase, luka kondisi drainase
drainase luka terjadi. operasi, dan luka operasi
Kriteria evaluasi :
klien tidak 2.Catat dan 2.mengetahui
menunjukkan tanda dokumentasikan kondisi kulit
dan gejala bau, warna, untuk panduan
kemerahan pada konsistensinya, dalam tindakan
kulit. jaga kulit bersih selanjutnya
Intervensi : dan kering
3. Bantu pasien 3.mencegah
mendapatkan terjadinya
posisi yang dekubitus
nyaman
4. Beri kantong
ostomi dan 4. mencegah
pelindung kulit terjadinya infeksi
sekitar drainase
5. Pertahankan 5. untuk menjaga
kepatenan drain kelancaran
dan cegah drainase
adanya
penghalang pada
alat drainase

3 Kurang pengetahuan Tujuan : 1.Intruksikan 1.membantu


berhubungan dengan pengetahuan pasien untuk mengembalikan
kurang informasi tentang bertambah. minum lebih dari kondisi cairan
proses perawatan pasca Kriteria evaluasi : 2500 ml/ hari pasca operasi
operasi. Pasien/ keluarga
dapat 2.Intruksikan 2.membantu
mengungkapkan pasien untuk mempercepat
tentang proses mempertahankan proses
penyakit, perawatan diit sesuai penyembuhan
rutin pasca operasi, program
perawatan di rumah 3. Ajarkan pasien 3.membantu
dan evaluasi serta untuk mencegah
dapat menggunakan terjadinya ifeksi
mendemontrasikan teknik cuci
perawatan luka, tangan yang
mengganti balutan. benar
Intervensi : 4. Intruksikan 4.untuk membatu
pada pasien mempercepat
untuk penanganan pada
melaporkan bila pasien
terjadi
haematuria

5. Intruksikan 5.untuk
pasien untuk mencegah
menghindari terjadinya
pemakaian obat keracunan Obat
melebihi
ketentuan dokter
tanpa
sepengetahuan
dokter

D. Implementasi
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi yang
membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan
praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu ginjal, pada
prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital,
mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi
nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta
melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan
keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap
perawat yang melakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan apakah
tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan
kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi
diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil
pengamatan. Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan kriteria
hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal
dan pengetahuan klien tentang perawatan batu ginjal meningkat.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Informasi Umum
Nama : Tn. I.M.P.
Usia : 31 tahun
Tanggal Lahir : 12-06-1982
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : TNI
Tanggal Masuk : 29-05-2013
Waktu : 12.30 WIB
Dari : Poli bedah
Sumber Informasi : klien, keluarga, dan rekam medik
Diagnosa medis : batu ureter distal dextra

3. 1.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Klien mengatakan sering merasakan nyeri skala 5 di pinggang sebelah kanan sejak akhir tahun
2011. Saat BAK sering terasa nyeri dan BAK tidak tuntas. Ada keluhan BAK menetes di akhir.
Tahun 2012 klien memiliki riwayat BAK berdarah, terasa nyeri skala 5. BAK berdarah hanya
terjadi sekali itu saja. Skala nyeri saat pengkajian 4-5 dari 10.
3.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien memiliki riwayat Asma sejak masih SD dan memiliki riwayat malaria. Klien pernah
dirawat karena malaria pada tahun 2006. Klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat
sakit ginjal atau infeksi saluran kemih. Tahun 2012 kemih berdarah sakala nyeri 5 dari qo.
Keluarga juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit ginjal atau batu saluran kemih.
3.1.4 Aktifitas/Istirahat
• Gejala ( Subyektif ) Klien bekerja sebagai TNI dengan pangkat Kapten. Klien mengatakan
sedikit bergerak dan akhir-akhir ini lebih sering duduk di meja di dalam ruangan ber-AC.
Aktivitas/hobi yang disukai adalah membaca dan menonton tv. Klien mengatakan keterbatasan
karena nyeri di pinggang saat melakukan aktivitas. Klien mengatakan tidak menggunakan alat
bantu dalam beraktivitas. Lama istirahat klien 6-8 jam/malam dan tidak pernah tidur siang. Klien
mengatakan terkadang mengalami insomnia karena nyeri yang dirasakan atau karena rangsangan
ingin pipis. Terkadang muncul rasa ingin pipis namun tidak pernah tuntas dan menetes di akhir.“
Setelah dilakukan URS Litotripsi klien juga merasakan sedikit nyeri sakit area genital (testis).
• Tanda ( Obyektif ) Kesadaran klien compus mentis. Respon terhadap aktifitas yang terobservasi
: Berhati – hati saat bergerak karena takut luka operasi berdarah/sakit. Hasil pengkajian
neuromuskular massa/tonus otot sebanding/ tegap secara bilateral. Postur tubuh klien tegap dan
rentang gerak sempurna. Kekuatan otot sama pada keempat ekstremitas: 5555 5555 5555 5555
3.1.5 Sirkulasi
• Gejala ( Subyektif ) Klien mengatakan terkadang jantung terasa berdebar. Klien mengatakan
tidak memiliki riwayat penyakit gula ataupun hipertensi. Klien mengatakan mulai jarang
berolahraga dan tidak suka minum air putih terlalu banyak. Terdapat perubahan frekuensi
berkemih yaitu menjadi lebih sering namun sedikit dan BAK terasa sakit.
• Tanda ( Obyektif ) Pemeriksaan tanda vital klien: TD berbaring 110/70 mmHg, frekuensi nadi
radialis 80 x/menit, kuat dan teratur. Hasil auskultasi paru tidak ada ronkhii. Pada ekstremitas
teraba hangat. Suhu tubuh 360C. Warna kulit klien sawo matang, tidak pucat, pengisian kapiler:
± 2 detik. Kuku jari bersih dan normal. Penyebaran rambut merata, rambut kasar sampai mata
kaki, ada bulu pada ibu jari. Warna wajah dan lengan kemerahan sehat, mukosa bibir berwarna
pink , punggung kuku melengkung baik, kongjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik.
3.1.6 Integritas Ego
• Gejala ( Subyektif ) Saat ini klien mengatakan tidak merasakan stres yang berarti. Kondisi yang
dialami sekarang dilalui dengan banyak berdoa dan berdzikir. Klien tidak memikirkan masalah
finansial karena ditanggung oleh dinas. Klien sudah menikah dan beragama Islam. Gaya hidup
menengah keatas. Klien mengatakan yang dicemaskan saat ini adalah masalah operasi dan apa
saja penyebab batu ginjal yang dialami.
• Tanda ( Obyektif ) Status emosi klien gelisah, kekhawatiran terhadap operasi yang dijalankan
muncul, respon psikologis yang terobservasi adalah eskpresi wajah menahan nyeri dan sedikit
cemas. Ansietas klien termasuk skala ringan karena masih terorientasi dengan waktu, tempat, dan
orang.
3.1.7 Eliminasi
• Gejala ( Subyektif ) Klien mengatakan buang air besar hampir setiap pagi, tidak ada gangguan.
BAB terakhir kemarin pagi, konsistensi lembek warna kuning tua. Tidak ada perdarahan. Klien
mengatakan tidak memiliki Asuhan keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI, 2013 riwayat
hemoroid dan konstipasi. Penggunaan laksatif harian tidak pernah. Pola BAK klien sekitar 4-6
x/hari. Karakter urin: kuning jernih, namun pernah berdarah sekali lalu tidak muncul lagi.
Sebelum tindakan URS Litotripsi klien mengatakan ada sensari nyeri seperti terbakar saat BAK.
BAK menetes di akhir sering tidak tuntas. Sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit kandung
kemih atau ginjal. Tidak ada penggunaan diuretik.
• Tanda ( Obyektif ) Saat pemeriksaan abdomen, tidak didaptkan nyeri tekan abdomen. Abdomen
lunak dan elastis. Terdapat bising usus aktif (8-9x/menit) di keempat kuadran. Tahun 2012
riwayat hematuria dan sejak saat itu terasa perubahan pola BAK. BAK menjadi lebih sering dan
tindak tuntas. Saat berkemih terasa nyeri skala 4-5 dari 10, urin menetes, berwarna kuning keruh.
Saat berkemih berdarah skala nyeri 5 dari 10. Setelah URS Litotripsi skala nyeri 5 dari 10.
3.1.8 Cairan/Makanan
• Gejala ( Subyektif ) Klien mengatakan makanan kesukaan adalah ikan dan nugget. Klien
mengatakan gemar meminum teh dan minuman bersoda. Klien makan 3 kali sehari. Saat
dirumah sakit pola diit mengikuti aturan rumah sakit. Makan pagi: Roti, buah/bubur sumsum,
sayur,daging. Makan siang: nasi, sayur, daging, buah. Makan Malam: nasi, sup, daging, buah.
Klien mengatakan selalu nafsu makan, tidak ada mual dan muntah ataupun keluhan nyeri ulu
hati. Klien tidak memiliki alergi makanan. Klien tidak memiliki kesulitan mengunyah dan
menelan. Gigi masih utuh dan bersih.
• Tanda ( Obyektif ) Berat badan klien 68 kg dan tinggi badan 166 cm. IMT 24,67 dalam batas
normal. Postur tubuh tegap berisi. Turgor kulit baik dan elastis. Penampilan lidah pink. Membran
mukosa pink utuh. Kondisi gigi dan gusi utuh dan baik, tidak ada perdarahan gusi. Bising usus:
aktif pada keempat kuadran.
3.1.9 Higiene
• Gejala ( Subyektif ) Aktivitas sehari-hari klien dilakukan mandiri, saat sakit dan setelah
menjalani operasi dibantu oleh istri.
• Tanda ( Obyektif ) Penampilan umum klien bersih, rapi, rambut dicukur pendek, cara
berpakaian rapi dan bersih. Tidak ada bau badan. Kondisi kuku dan kepala bersih. Tidak
ditemukan kutu.
3.1.10 Neurosensori
• Gejala ( Subyektif ) Klien mengatakan tidak merasa pusing dan tidak merasa kebas pada
ekstremitas.Penglihatan baik, pendengaran baik, indera pembau baik.
• Tanda ( Obyektif ) Tidak ada perdaraha pada hidung, indera bembau tidak bermasalah, status
mental sadar, terorientasi terhadap waktu, tempat, orang. Afek bicara jelas dan koheren. Reaksi
pupil mata positif, tidak menggunakan kacamata. Tidak menggunakan alat pendengaran.
Kekuatan genggaman sama antara kiri dan kanan dan sensitif terhadap sentuhan.
3.1.11 Nyeri
• Gejala ( Subyektif ) Sebelum URS Litotripsi klien merasakan nyeri pada pinggang kanan dan
nyeri saat ingin dan sedang berkemih. Nyeri seperti terbakar, skala 5 dan hilang saat beristirahat.
Muncul saat ingin berkemih. Setelah operasi nyeri muncul di alat genitalia (testis), namun bila
menarik napas nyeri dapat hilang.
• Tanda ( Obyektif) Sebelum URS Litotripsi: Nyeri di area pinggang dan testis, nyeri menyebar,
skala 5 dari 10, nyei hilang saat beritirahat dan muncul saat ingin berkemih. Klien tampak
menjaga area yang sakit, berhati-hati saat tidur dan bangun tidur, berhati-hati saat menoleh dan
beraktivitas serta ekspresi wajah terlihat kesakitan dan menjaga area yang sakit. Respon emosi
masih terkendali dan sabar.
3.1.12 Pernapasan
• Gejala ( Subyektif) Klien mengatakan tidak ada keluhan batuk, sesak napas, dan riwayat TB
ataupun bronkitis dan pneumonia. Tidak ada alat bantu pernapasan.
• Tanda ( Obyektif) Frekuensi pernapasan: 12 x/menit. Kedalaman baik, pengembangan dada
simentris, auskultasi tidak ada ronkhii, tidak ada wheezing, tidak ada sianosis, tidak ada jari
tabuh. Fungsi mental/kegelisahan: Sadar terorientasi dan tegang, wajah terlihat gelisah.
3.1.13 Keamanan
• Gejala ( Subyektif ) Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi. Tidak ada riwayat fraktur
dan dislokasi. Tidak ada masalah penglihatan dan pendengaran.
• Tanda ( Obyektif ) Suhu: 36º C. Integritas kulit baik dan tidak ada jaringan parut di ekstremitas
kulit. Kekuatan sama pada semua ekstremitas. Tonus otot baik, rentang gerak maksimal.
3.1.14 Interaksi Sosial
• Gejala ( Subyektif ) Klien sudah menikah kurang lebih 6 tahun, memiliki satu anak. Perilaku
koping klien dengan membicarakan masalah pada istri.
• Tanda ( Obyektif ) Bicara jelas dan dapat dimengerti. Komunikasi verbal/non-verbal dengan
istri dan keluarga.
3.1.15 Penyuluhan/Pembelajaran
• Gejala ( Subyektif )
Bahasa yang dominan digunakan yaitu Bahasa Indonesia. Klien melek huruf dengan pendidikan
terakhir strata satu. Klien mengatakan tidak tahu apa saja yang bisa dimakan dan minum untuk
mencegah batu ginjal. Klien menanyakan teknik dan situasi dari prosedur pembedahan atau
operasi yang akan dialami. Riwayat keluhan terakhir: Sejak akhir tahun 2011 klien mengalami
nyeri saat BAK, pinggang dan testis terasa sakit. Akhirnya klien berobat ke RS. Klien berobat
jalan dimana diberikan obat untuk menghancurkan batu ginjal, tetapi tidak berhasil.
Direncanakan akan dilakukan pengobatan namun peralatan di tempat tinggal klien terbatas
sehingga mendatangi RSPAD Gatot Soebroto dan selanjutnya direncanakan operasi.
3.1.16. Data Penunjang
Tabel 3.1 Pemeriksaan Laboratorium Tn. I dengan Batu Saluran Kemih Tahun 2013
14/05/2013
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Hemoglobin 15,5 13-18 g/dL Normal
Hematokrit 46 40-52 % Normal
Eritrosit 5,2 4,3-6,0 juta/mL Normal
Leukosit 11010 4.800-10.800 Meningkat
Trombosit 217000 150.000-400.000 Normal
PT Kontrol 12,6 Detik Normal
PT Pasien 10,8 9,8-12,8 Normal
APTT Kontrol 34,0 Detik Normal
APTT Pasien 44,6 27-29 detik Meningkat
SGOT 40 0-40 Meningkat
SGPT 91 0-41 Meningkat
Ureum 26 0-5- mg/dL Normal
Kreatinin 1,1 0,5-1,5 Normal
Asam Urat 6,4 3,4-7,0 Normal
GDS Sewaktu 86 < 140 mg/dL Normal
Natrium 144 125-147 mmoL Normal
Kalium 3,8 3,5-5,0 mmoL Normal
Klorida 93 95-105 mmoL Menurun
pH urine 6,0 4,6-8,0 Normal
Berat Jenis urine 1,015 1,010-1030 Normal
Protein urine (negatif) (negatif) Normal
21/05/2013
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
SGOT 24 0-40 Normal
SGPT 54 0-41 Meningkat
HbsAg (rapid) Nonreaktif Nonreaktif Normal
Sumber: Rekam Medik RSPAD Gatot Soebroto (2013)
b. Pemeriksaan Thorax Dada 13/05/2013
Hasil : Cardio dan Pulmo Normal
c. Pemeriksaan USG Abdomen tanggal 15/05/2013
Hasil : Ginjal kanan: Besar, bentuk baik, system pelviokalises sedikit melebar, tampak batu di
ureter distal dengan ukuran 2 x 10 cm
Kesan : Hidronefrosis kanan grade 2-3
d. Pemeriksaan BNO IVP tanggal 29/05/2013
Kesan: Batu Ureter Distal Dextra pro URS Litotripsi
e. Therapy yang diberikan :
• IVFD : RL 20 tpm IV
• Ceftriaxone : 1 x 2 gr IV
• Lasix: 1x1 gr IV
• Profenid 3x 1 Supp
• Ciprofloxacin 1 x 500 mg PO
• Neuralgad 1x 500 mg PO
f. Resume Pasien
Klien datang ke RSPAD Gatot Soebroto tanggal 29 Mei 2013 dengan keluhan nyeri pinggang
kanan dan nyeri saat berkemih menjalar sampai ke genitalia. Skala nyeri 4-5. Riwayat hematuria
dan disuria. Dari hasil USG terlihat ada batu pada ginjal sebelah kanan. Hasil BNO IVP terlihat
batu ureter distal dextra. Hasil observasi TTV tanggal 29 Mei 2013 : TD : 110/70 mmHg, N :
80x/menit, S : 36 0 C dan RR : 12x/menit. Klien dilakukan operasi URS Litotripsi pada tanggal
30 Mei 2013.
3.1.17 Pertimbangan Rencana Pulang Lama
di rawat rata-rata : 3 hari
Tanggal informasi didapatkan : 29 Mei 2013
1. Tanggal pulang yang diantisipasi : 31 Mei 2013
2. Sumber-sumber yang tersedia : orang : istri
3. Keuangan : dari dinas
4. Perubahan-perubahan yang diantisipasi dalam situasi kehidupan setelah pulang : tingkatkan
minum air putih, olahraga dan pengaturan diit
5. Area yang mungkin membutuhkan perubahan/ bantuan :
Penyiapan makanan : mandiri Berbelanja : mandiri
Transportasi : mandiri Ambulasi :mandiri
Obat/ terapi IV : bantuan Pengobatan : bantuan
Perawatan luka : mandiri Peralatan : mandiri

3.2 DATA FOKUS KLIEN DAN ANALISA DATA


3.2.1 DATA FOKUS
DATA SUBYEKTIF:
• Klien mengatakan nyeri pada pinggang kanan sejak akhir tahun 2011
• Klien mengatakan skala nyeri sedang (4-5)
• Klien mengatakan ketika berkemih seperti terbakar
• Klien mengatakan berkemih sering namun tidak tuntas dan menetes diakhir
• Klien mengatakan jarang minum air putih, gemar minum teh dan minuman bersoda • Klien
mengatakan lebih sering berada di meja dalam ruangan ber AC
• Klien mengatakan mulai jarang berolahraga • Klien mengatakan makanan kesukaan adalah
ikan dan nugget.
• Klien mengatakan tahun 2012 pernah berkemih dan berdarah, saat itu skala nyeri 5 dari 10.
• Klien mengatakan cemas akan tindakan operasi yang akan dijalankan
• Klien mengatakan tidak tahu apa saja yang bisa dilakukan agar tidak terkena batu ginjal • Klien
mengatakan mengantuk setelah operasi, pusing bila mengangkat kepala
DATA OBYEKTIF
• Klien terlihat kesakitan, ekspresi menahan nyeri, setelah operasi masih merasakan nyeri
disekitar genitalia
• Klien terlihat cemas
• Skala nyeri 4-5 dari 10
• Perubahan pola berkemih: disuria
• Riwayat hematuria tahun 2012
• Klien terlihat melindungi area yang sakit
• Klien terpasang IVFD RL : 20 tpm
• Klien terlihat gelisah dan wajah tegang
• Kecemasan skala ringan karena masih terorientasi dengan waktu, tempat, dan orang.
• Hasil Observasi TTV TD : 110/70 mmHg, S=36 0 N = 80x/menit, RR = 12 x/menit C
• Hasil pemeriksaan lab tanggal 14 Mei 2013 - Leukosit = 11.010 / ul - SGOT/SGPT = 40/91
• Hasil pemeriksaan BNO IVP dan USG Abdomen: Batu ureter distal dextra
• Penatalaksanaan URS Litotripsi tanggal 30 Mei 2013
• Anestesi spinal
• Tidak ada perdarahan post URS Litotripsi
• Perencanaan pulang post op tanggal 31 Mei 2013
• Terpasang kateter urine 18 Fr produksi kuning

3.2.2 ANALISA DATA


Tabel 3.2 Analisa Data Masalah Keperawatan Tn. I dengan Batu Saluran Kemih Tahun 2013
Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan
• Klien mengatakan nyeri pada • Skala nyeri 4-5 dari 10 Gangguan eliminasi
pinggang kanan sejak akhir tahun • Perubahan pola berkemih: urine
2011 disuria produksi kuning, sedikit-
• Klien mengatakan skala nyeri sedikit
sedang (4-5) • Riwayat hematuria
• Klien mengatakan ketika • Hasil pemeriksaan BNO IVP
berkemih seperti terbakar dan USG Abdomen: Batu ureter
• Klien mengatakan berkemih distal dextra
sering namun tidak tuntas dan
menetes diakhir
Klien mengatakan cemas akan • Penatalaksanaan URS Litotripsi Ansietas
tindakan operasi yang akan tanggal 30 Mei 2013
dijalankan • Terlihat gelisah
• Wajah tegang
• Kecemasan skala ringan karena
masih terorientasi dengan waktu,
tempat, dan orang.
• Klien mengatakan tidak tahu apa • Penatalaksanaan URS Litotripsi Defisiensi pengetahuan
saja yang bisa dilakukan agar tidak tanggal 30 Mei 2013 terkait kondisi dan
terkena batu ginjal • Perencanaan pulang post op pengobatan batu
• Klien mengatakan jarang minum tanggal 31 Mei 2013 saluran kemih
air putih, gemar minum teh dan
minuman bersoda
• Klien mengatakan lebih sering
berada di meja dalam ruangan ber
AC • Klien mengatakan mulai
jarang berolahraga
• Klien mengatakan makanan
kesukaan adalah ikan dan nugget.
Post-Op • Hasil pemeriksaan lab tanggal Resiko Cedera
• Klien mengatakan mengantuk 14 MeI 2013 Leukosit = 11.010 /
setelah operasi, pusing bila ul,
mengangkat kepala • Penatalaksanaan URS Litotripsi
30 Mei 2013
• Anastesi spinal
• Terpasang kateter urine 18 Fr
produksi kuning, sedikit
tertampung dalam urine bag

3.3 PENETAPAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri
2. Gangguan eliminasi urine
3. Ansietas
4. Defisiensi pengetahuan terkait kondisi dan pengobatan batu saluran kemih
5. Resiko Cedera

3.4 RENCANA KEPERAWATAN


3.4.1 Diagnosa Keperawatan: Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil: Nyeri berkurang, Skala nyeri menurun, klien dapat beristirahat dan tampak rileks
Intervensi Keperawatan:
a. Kaji intensitas, lokasi, frekuensi dan penyebaran nyeri Rasional: Peningkatan nyeri adalah
indikasi dari obstruksi, bila nyeri hilang kemungkinan batu sedang bergerak
b. Observasi abdominal pain Rasional: Kemungkinan ada komplikasi lain
c. Kaji tanda keringat dingin, tidak dapat beristirahat, dan ekspresi wajah Rasional:
Mengobservasi tanda-tanda shock
d. Tingkatkan pemasukan sampai 2500 ml/hari sesuai toleransi Rasional : menurunkan iritasi
dengan mempertahankan aliran cairan konstan ke mukosa kandung kemih.
e. Berikan tindakan kenyamanan ( sentuhan terapeutik, pengubahan posisi, pijatan punggung )
dan aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan napas dalam,
visualisasi, pedoman imajinasi. Rasional: : menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali
perhatian, dan dapat meningkatkan kemampuan koping
f. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi Rasional: analgetik memblok lintasan nyeri
sehingga mengurangi nyeri
3.4.2 Diagnosa Keperawatan: Gangguan eliminasi urine
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam gangguan eliminasi urine teratasi
Kriteria Hasil: Nyeri saat berkemih berkurang, berkemih tidak menetes, pola berkemih kembali
normal
Intervensi Keperawatan:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan dan karakteristik urine Rasional: hasil pengawasan
memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b. Tingkatkan pemasukan sampai 2500 ml/hari sesuai toleransi Rasional: Hidrasi yang cukup
meningkatkan pengenceran kemih dan membantu mendorong lewatnya batu.
c. Observasi perubahan status mental Rasional: akumulasi uremik dan ketidakseimbangan
elektrolit dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
d. Periksa urine Rasional: membantu mengidentifikasi tipe batu dan pilihan terapi
e. Awasi pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit, BUN, dan kreatinin Rasional: indikasi
disfungsi ginjal/komplikasi
f. Kolaborasi pemberian acstazolamid/alupurinol, dan antibiotik Rasional: alupurinol untuk
meningkatkan pH urine, antibiotil untuk mengatasi infeksi.
3.4.3 Diagnosa Keperawatan: Ansietas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam ansietas teratasi
Kriteria Hasil: ungkapan cemas berkurang, gelisah berkurang, klien beraktivitas dengan normal,
wajah tidak tegang
Intervensi Keperawatan:
a. Kaji tingkat kecemasan klien Rasional: Mengetahui tingkat kecemasan klien menentukan
terapi
b. Motivasi klien untuk mengungkapkan kecemasan yang dirasakan. Rasional: Perawat
mengetahui apa yang diraskan klien
c. .Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi kecemasan.
Rasional: Teknik relaksasi napas dalam meningkatkan vasodilatasi dan sirkulasi sehingga
membuat tubuh rileks
d. Jawab setiap pertanyaan klien dengan penuh perhatian dan berikan informasi yang benar
Rasional: Informasi yang tepat mengurangi kecemasan klien.

3.4.4 Diagnosa Keperawatan: Defisiensi pengetahuan terkait kondisi dan pengobatan batu
ginjal
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam pengetahuan klien meningkat
Kriteria Hasil: memahami penjelasan oerawat, mampu menjawab pertanyaan validasi, berdiskusi
aktif
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai kondisinya Rasional: tingkat pengetahuan klien
menentukan sejauh mana informasi yang perlu diberikan.
2. Menjelaskan jenis tindakan yang akan dihadapi klien Rasional: informasi yang tepat
memberikan pengetahuan bagi klien
3. Memotivasi untuk minum air putih 2,5 L perhari untuk pencegahan Rasional: Hidrasi yang
cukup meningkatkan pengenceran kemih dan membantu mendorong lewatnya batu, mencegah
kekambuhan berulang
4. Memotivasi untuk melakukan diit rendah kalsium dan protein hewani untuk pencegahan
Rasional:perubahan pola diit menurunkan oksalat dan protein sehingga aka menurunkan resiko
pembentukan batu saluran kemih

3.4.5 Diagnosa Keperawatan: Resiko Cedera


Tujuan: setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam tidak terjadi cedera
Kriteria Hasil: tidak ada keluhan pusing, tidak ada cedera fisik
Intervensi Keperawatan:
a. Monitor tanda-tanda vital Rasional: Penurunan TD dan peningkatan nadi menunjukkan
kehilangan volume cairan
b. Pantau tingkat kesadaran klien Rasional: Efek anestesi dan kondisi fisik mempengaruhi
tingkat kesadaran
c. Berikan lingkungan yang aman pada klien, pasang handrail, jauhkan dari benda-benda
berbahaya. Rasional: Mencegah resiko jatuh dan cedera pada klien

3.5 EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan: Nyeri
29 Mei 2013 (Pre-Op) 30 Mei 2013 (Op) 31 Mei 2013 (Post-Op)
Implementasi: (14.00-14.30) Implementasi: (16.00-16.15) Implementasi (16.00-16.15)
- Mengkaji intensitas, lokasi, - Mengkaji intensitas, lokasi, - Mengkaji intensitas, lokasi,
frekuensi dan penyebaran frekuensi dan penyebaran frekuensi dan penyebaran
nyeri nyeri nyeri
- Mengobservasi abdominal - Mengobservasi abdominal - Mengobservasi abdominal
pain pain pain
- Memotivasi untuk minum - Memotivasi untuk minum - Kolaborasi pemberian
sebanyak 2,5 L per hari sebanyak 2,5 L per hari profenid supp 3x 1
- Mengajarkan teknik relaksasi - Mengajarkan teknik relaksasi
napas dalam napas dalam Evaluasi:
- Kolaborasi: profenid supp 3x - Kolaborasi: profenid supp 3x S: klien mengatakan nyeri
1 1 setelah operasi mulai
berkurang
Evaluasi: Evaluasi: O: Nyeri di kemaluan, skala 2,
S: klien mengatakan nyeri S: klien mengatakan nyeri hilang setelah diberi obat dan
pinggang masih terasa tidak muncul saat tidur tarik napas
O: Nyeri di pinggang dan di O: Nyeri di kemaluan saat A: masalah nyeri teratasi
kemaluan saat berkemih, skala berkemih, skala 4, hilang P: motivasi minum air putih
4, hilang setelah diberi obat, setelah diberi obat, minum 2 sesuai kebutuhan saat sudah
minum 1,5 Liter air Liter air bisa minum. Motivasi teknik
A: masalah nyeri teratasi A: masalah nyeri teratasi relaksasi napas dalam.
sebagian sebagian Kolaborasi profenid supp,
P: kaji kembali skala nyeri dan P: kaji kembali skala nyeri dan Kolaborasi BNO IVP post op.
motivasi minum air putih motivasi minum air putih Pasien direncanakan pulang
sesuai kebutuhan. Motivasi sesuai kebutuhan. Motivasi
teknik relaksasi napas dalam teknik relaksasi napas dalam.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan
eliminasi urine
29 Mei 2013 (Pre-Op) 30 Mei 2013 (Op)
Implementasi (16.00-16.20) Implementasi (09.00-09.15)
- Mengobservasi karakteristik urine dan - Mengobservasi karakteristik urine dan
berkemih berkemih - Memotivasi klien untuk minum 2,5
- Memotivasi klien untuk minum 2,5 Liter air Liter air per hari
per hari - Mengobservasi tingkat kesadaran klien
- Mengobservasi tingkat kesadaran klien - Kolaborasi pemberian antibiotik ceftriaxone
- Kolaborasi pemberian antibiotik ceftriaxone 1x 2 gr
1x 2 gr
Evaluasi:
Evaluasi: S: klien mengatakan masih anyang-anyangan
S: klien mengatakan masih mengalami nyeri di O: urine menetes di akhir, tidak ada produksi
akhir kemih seperti anyang-anyangan darah, urine sekitar 300 cc berwarna kuning
O: urine menetes di akhir, tidak ada produksi keruh, klien minum 2 L air putih, kesadaran
darah, urine sekitar 500 cc berwarna kuning CM
keruh, klien minum 1,5 L air putih, kesadaran A: gangguan eliminasi urine belum teratasi
CM P: observasi karakteristik urine dan berkemih,
A: gangguan eliminasi urine belum teratasi motivasi minum air putih, kolaborasi rencana
P: observasi karakteristik urine dan berkemih, URS Litotripsi
motivasi minum air putih, kolaborasi rencana
URS Litotripsi

Diagnosa Keperawatan: Ansietas


29 Mei 2013 (Pre-Op) 30 Mei 2013 (Op)
Implementasi (16.00-16.20) Implementasi (09.00-09.20)
- Mengkaji tingkat kecemasan klien - Mengkaji tingkat kecemasan klien
- Mendengarkan klien mengungkapkan - Mendengarkan klien mengungkapkan
kecemasan yang dirasakan kecemasan yang dirasakan
- Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi - Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi
napas dalam - Memberikan informasi sesuai napas dalam - Memberikan informasi sesuai
kebutuhan klien kebutuhan klien

Evaluasi: Evaluasi:
S: Klien mengatakan cemas mengenai tindakan S: Klien mengatakan cemas mengenai tindakan
operasi besok. Klien mengatakan lebih lega operasi hari ini, klien mengatakan belum
setelah tarik napas dalam dan siap untuk pernah operasi dan menyerahkan pada Tuhan
operasi. dan berharap sukses. Klien mengatakan lebih
O: ekspresi tenang, tidak gelisah, latihan tarik lega setelah tarik napas dalam dan siap untuk
napas dalam dilakukan 4 kali, klien dapat operasi.
melanjutkan aktivitas O: ekspresi tenang, tidak gelisah, latihan tarik
A: Ansietas teratasi sebagian napas dalam dilakukan 7 kali, klien dapat
P: Observasi kecemasan klien, berikan melanjutkan aktivitas
dukungan psikososial, memotivasi untuk A: Ansietas teratasi
berdoa P: Observasi kecemasan klien, berikan
dukungan psikososial, memotivasi untuk
berdoa

Diagnosa Keperawatan: Defisiensi


pengetahuan terkait kondisi dan
pengobatan batu saluran kemih
29 Mei 2013 (Pre-Op) 31 Mei 2013 (Op)
Implementasi (10.00-10.20) Implementasi (09.00-09.20)
- Mengkaji tingkat pengetahuan klien - Memvalidasi tingkat pengetahuan klien
mengenai kondisi batu ginjal mengenai kondisi batu ginjal
- Menjelaskan penyebab, tanda-tanda dan - Menjelaskan kembali penyebab, tanda-tanda
komplikasi batu ginjal dan komplikasi batu ginjal
- Menjelaskan jenis tindakan yang akan - Menjelaskan pentingnya minum air putih
dihadapi klien untuk pencegahan kekambuhan. Memotivasi
- Memotivasi untuk minum air putih 2,5 L untuk minum air putih 2,5 L perhari.
perhari untuk pencegahan - Memotivasi untuk melakukan diit rendah
- Memotivasi untuk melakukan diit rendah kalsium dan protein hewani untuk pencegahan
kalsium dan protein hewani untuk pencegahan - Memotivasi untuk berolahraga

Evaluasi: Evaluasi:
S: klien mengatakan selama ini jarang minum S: klien mengatakan senang akan pulang,
air putih dan sering berada di ruangan ber AC klien mengatakan akan berusaha banyak
sehingga tidak nafsu minum, klien mengatakan minum dan mengurangi makanan berlemak
akan berusaha banyak minum dan mengurangi dan tinggi protein untuk mencegah sakit lagi.
makanan berlemak dan tinggi protein untuk O: klien mendengarkan penjelasan perawat,
mencegah sakit lagi. berdiskusi dengan antusias dan mampu
O: klien mendengarkan penjelasan perawat, menjawab pertanyaan ulang perawat.
berdiskusi dengan antusias dan mampu A: pengetahuan klien tentang kondisi dan
menjawab pertanyaan ulang perawat. pengobatan yang dijalani meningkat.
A: pengetahuan klien tentang kondisi dan P: intervensi selesai.
pengobatan yang dijalani meningkat.
P: Kaji ulang motivasi klien untuk banyak
minum dan perubahan gaya hidup untuk
pencegahan kambuh saat pasien persiapan
pulang (discharge planning)

Diagnosa Keperawatan: Defisiensi


pengetahuan terkait kondisi dan pengobatan
batu saluran kemih
30 Mei 2013 (Pre-Op) 31 Mei 2013 (Op)
Implementasi (16.00-16.15) Implementasi (08.00-08.20)
- Memonitor TTV klien - Memonitor TTV klien
- Memonitor tingkat kesadaran klien apakah - Memonitor tingkat kesadaran klien apakah
masih dalam efek anastesi masih dalam efek anastesi
- Meningkatkan keamanan klien dengan - Meningkatkan keamanan klien dengan
memasang handrail, menjauhkan benda-benda memasang handrail, menjauhkan benda-benda
berbahaya. berbahaya.
- Memotivasi kelurga untuk membantu ADL - Memotivasi kelurga untuk membantu ADL
klien dan membiarkan klien tidur dengan klien
posisi telentang dengan 1 bantal
Evaluasi:
Evaluasi: S: Klien mengatakan sudah tidak pusing
S: Klien mengatakan masih mengantuk dan O: Kesadaran CM, TTV: TD: 110/70 mmHg,
pusing bila mengangkat kepala Nadi: 82 x/menit, RR: 20 x/menit. Suhu: 361
O: Kesadaran CM, klien tampak mengantuk, A: cedera tidak terjadi C. Masih dalam
TTV: TD: 110/60 mmHg, Nadi: 78 x/menit, pengaruh anastesi spinal. Terpasang handrail d
RR: 20 x/menit. Suhu: 360 sisi kanan kiri tempat tidur. Klien tidur supine
A: cedera tidak terjadi C. Masih dalam dengan 1 bantal. Terpasang kateter 18 Fr.
pengaruh anastesi spinal. Terpasang handrail d P: Mengobservasi kondisi klien, tingkat
sisi kanan kiri tempat tidur. Klien tidur supine kesadaran klien, membantu ADL. Instruksi
dengan 1 bantal. Terpasang kateter 18 Fr. dokter kateter akan dilepas dan boleh rawat
P: Mengobservasi kondisi klien, tingkat jalan
kesadaran klien, membantu ADL
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien dengan batu saluran kemih,
dapat ditarik beberapa kesempulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengkajian didapati bahwa penyebab dari pembentukan batu saluran kemih yang
dialami klien adalah adanya faktor resiko ekstrinsik yaitu rendahnya konsumsi air putih,
pekerjaan yang monoton, dan tingginya konsumsi protein hewani.
2. Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri, gangguan eliminasi urine, ansietas, defisiensi
pengetahuan, resiko cedera, dan resiko perdarahan.
3. Implementasi yang menjadi fokus utama dalam rangka prevensi kekambuhan ulang batu
saluran kemih adalah edukasi psien terkait peningkatan intake cairan dan perubahan pola diit.
4. Peningkatan intake cairan dan perubahan pola diit adalah salah satu metoda yang terbukti
melalui beragam penelitian dapat meningkatkan volume urine sehingga mengurangi resiko
pembentukan batu saluran kemih.
5. Evaluasi keperawatan dilakukan secara kontinyu dan pasien pulang setelah melalui 3 hari
perawatan dengan fungsi eliminasi sudah kembali normal.
5.2 Saran
1. Bagi Penulis
a. Meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan batu saluran kemih.
b. Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru (inovatif) dalam mengatasi masalah
keperawatan yang ada.
2. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pemahaman tentang penyebab batu saluran kemih
b. Meningkatkan kebiasaan intake air putih minimal 2-2,5 L perhari.
3. Bagi Instansi/ Rumah Sakit
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien batu aluran kemih
b. Meningkatkan pemahaman dan berpikir kritis dalam menghadapi kasus batu saluran kemih.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ansari,A., Shamsodini,A., Younis,N., et al. (2005). Extracorporeal shock wave lithotripsy


monotherapy for treatment of patients with urethral and bladder stone presenting with acute
urinary retention. Journal Urology; 66(6):1169-1171.
Flagg, Laura. 2007. Dietary and Holistic Treatment of Recurrent Calcium Oxalate Kidney
Stones: Review of Literature toGuide Patient Education. Vol 7.(2). Urologic Nursing Journal.
Muslim, Rifki. 2010. Batu Saluran Kemih Suatu Problem Gaya Hidup dan Pola Makan serta
Analisis Ekonomi pada Pengobatannya. Pidato Pengukuhan. Diucapkan pada Upacara
Penerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu Bedah Fak. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang,
3 Maret 2010.
NANDA International. 2012. Nursing Diagnosis: definition and classification. Jakarta: EGC.
Rahardjo D, Hamid R. Perkembangan penatalaksanaan batu ginjal di RSCM tahun 1997-2002. J
I Bedah Indones 2004; 32(2):58-63.
Rose, B.D. 1997. Water and electrolyte phsyology. 34-35. Tokyo: Mc. Graw-Hill Kokagusha.
Sja’bani. (2006). Ilmu penyakit dalam. Jilid I Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Burner and Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah.Ed 8.,Vol2.Jakarta:EGC
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta,
Marilyn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta : EGC
urnomo, BB (2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai