Disusun oleh :
Nama : Bayu Latifatul Alimah
NIM : E.0105.20.010
Prodi : D.III Keperawatan/IV
Kelompok 6
Diploma 3 Keperawatan
2. Etiologi
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh keadaan air kemih yang jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu, atau akibat air kemih mengalami kekurangan
penghambat pembentukan batu yang normal (Sudoyo, 2014). Ukuran dari batu saluran
kemih bervariasi, mulai dari yang kecil dan bersifat tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang sampai dengan yang sebesar 2,5 atau bahkan lebih, batu yang ukurannya besar
disebut kalkulus staghorn (Nova, 2013)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran
kemih, yaitu: (Nurlina, 2008)
A. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri, yang
termasuk faktor intrinsik adalah :
1) Umur
Batu saluran kemih lebih banyak dijumpai pada orang dewasa antara 15-59
tahun dengan persentase sebesar 72,4% (Turney, 2012). Rerata umur 42,20 tahun
(pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun) (Muslim, 2004; Turney, 2012).
Umur terbanyak dari penderita batu saluran kemih di negara-negara barat yaitu 20-
50 tahun (Paul, 2013) dan di Indonesia antara 30-59 tahun (Muslim, 2007).
kemungkinan keaadaan ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan antara faktor
sosial ekonomi, budaya dan diet (Muslim, 2007).
2) Jenis kelamin
Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak jika dibandingkan
dengan wanita (Alan, 2011; Romero, 2010). Hal ini mungkin dapat disebabkan
oleh karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada
wanita lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki, dan kadar sitrat air kemih
sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi
daripada laki-laki (Herman, 1995; Muslim, 2004)
3) Keturunan
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya batu saluran kemih adalah
keturunan, misalnya Asidosis Tubulus Ginjal (ATG). Pada ATG terdapat suatu
gangguan ekskresi H+ di tubulus ginjal atau tidak ditemukannya HCO3 dalam air
kemih, yang mengakibatkan timbulnya metabolik asidosis (Alan, 2011). Beberapa
penyakit keturunan yang mempengaruhi terjadi batu saluran kemih, yaitu:
(Scheiman & Steven, 2001)
a. Dent’s disease merupakan penyakit keturunan yang dakibatkan terjadinya
peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga penyerapan kalsium di usus
meningkat. Akibatnya terjadi hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium
oksalat dan gagal ginjal
b. Barter Syndrome merupakan penyakit keturunan dengan gejala poliuria,
hiperkalsiuria, dan nefrokalsinosis.
B. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar individu,
yang termasuk faktor ekstrinsik yaitu:
1) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan merupakan suatu keadaan peningkatan lemak tubuh di jaringan
adiposa, yang dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran antropometri
seperti IMT dan distribusi lemak tubuh melalui pengukuran tebal lemak bawah
kulit. Berdasarkan data WHO, dikatakan obese jika IMT ≥ 30 kg/m2 (Nurlina,
2008). Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang bersifat idiopatik,
ditemukan terkena kegemukan sebesar 59,2% laki-laki yang mengalami kenaikan
sebesar 15,9 kg dari berat badan pada umur 21 tahun memiliki RR sebesar 1,39,
sedangkan pada wanita yang mengalami kenaikan berat badan sebesar 15,9 kg dari
berat badan pada umur 18 tahun memiliki RR sebesar 1,7. Hal ini dikarenakan
terjadinya penurunan pH air kemih, kadar asam urat, dan peningkatan oksalat dan
kalsium pada orang yang gemuk (Rivers, 2012).
2) Geogravi
Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti temperature,
kebiasaan makan, dan kelembapan yang sangat menentukan faktor intrinsik yang
menjadi faktor predisposisi batu saluran kemih. Seseorang yang tempat tinggal di
daerah pegunungan, bukit, atau daerah tropis memiliki prevalensi batu saluran
kemih yang tinggi (Nurlina, 2008).
3) Faktor iklim dan cuaca
Pada keadaan suhu panas produksi keringat dan konsentrasi air kemih akan
meningkat. Akibat dari peningkatan konsentrasi air kemih adalah meningkatnya
pembentukan kristal air kemih (Nurlina, 2008)
4) Jumlah air yang diminum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak konsumsi air akan meminimalisir
kemungkinan terbentuknya batu, dan jika kurang konsumsi air dapat menyebabkan
kadar dari semua substansi dalam urine meningkat (Sudarth, 2003; Nurlina, 2008) .
5) Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.
Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya
adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan resiko
terbentuknya batu saluran kemih. Kadar protein yang tinggi (terutama protein
hewani) dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat
dalam darah akan naik (Parivar, 2003)
6) Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak
duduk dalam melakukan pekerjaannya (Alan, 2011).
7) Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan statis air kemih yang
dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan
oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit
(Alan, 2011).
3. Tanda dan Gejala
1) Batu Ginjal
a. Sering kali asimtomatik
b. Nyeri panggul hebat dan tumpul
c. Hhematuria miskroskopik
d. Manisfestasi ISK
2) Batu Ureter
a. Kolik ginjal
b. Nyeri panggul akut dan hebat pada bagian yang terserang
c. Seringkali menyebar ke bagian suprapubik, lipat paha dan genetal ekstern a
d. Mual, muntah, pucat dan kult ingin serta lembap
3) Batu kandung kemih
a. Dapat asimtomatik
b. Nyeri uprapubik yang tumpul, kemungjinan terjadi saat olahraga atu berkemih
c. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
d. Manifestasi ISK
4. Klasifikasi
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium fosfat (MAP), xantin,dan sistin, silikat, dan
senyawa lainnya. Data mengenai kandungan/komposisi zat yang terdapat pada batu
sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif
(Purnomo BB, 2011).
Berikut adalah klasifikasi batu saluran kemih:
1) Rasa Nyeri
Rasa nyeri dapat dirasakan oleh setiap klien penderita BSK. Rasa nyeri yang dialami
dapat bervariasi tergantung lokasi nyeri dan letak batu. Rasa nyeri yang berulang
(kolik) tergantung lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai rasa nyeri
tekan diseluruh area kostovertebral, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka klien
tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke paha dan
daerah genitalia. Klien sering mengeluhkan ingin selalu berkemih, namun hanya
sedikit air kemih yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka
klien tersebut mengalami kolik ureter. Klien yang mengeluh nyeri juga menyebabkam
kelemahan pada aktivitasnya sehingga menyebabkan penurunan motivasi untuk
merawat diri.
2) Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual
dan muntah.
3) Demam.
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal tubuh. Gejala ini disertai
takikardi,hipotensi,dan vasodilatasi pembuluh darah di kulit.
4) Hematuria dan Kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih
yang berpasir (kristaluria) dapat membantu menegakkan diagnosis adanya penyakit
BSK (BatuSaluranKemih).
5.) Infeksi
Batu saluran kemih jenis apapun sering kali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan statisdi proksimal dari sumbatan saluran kemih. Infeksi yang
terjadi di saluran kemih karena kuman Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphilococcus.
9. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien batu
saluran kemih, yaitu : (American Urological Association).
1) Urinalisa
Warna urine normal adalah kekuning-kuningan, sedangkan yang abnormal berupa
warna merah yang menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus
renalis, tumor, atau kegagalan ginjal). pH urine normal sekitar 4,6-6,8 (rata-rata 6,0),
jika pH urine asam maka akan meningkatkan kadar sistin dan batu asam urat,
sedangkan jika pH urine basa akan meningkatkan kadar magnesium, fosfat amonium,
atau batu kalsium fosfat. Pada pemeriksaan urine 24 jam kemungkinan dapat
ditemukan adanya kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin yang
meningkat. Pada pemeriksaan kultur urine dapat menunjukan adanya infeksi saluran
kencing.
2) Laboratorium
Hormon paratyroid mungkin meningkat apabila terdapat gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang, meningkatkan serum dan kalsium urine)
3) Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukn ukuran ginjal, ureter, dan bladder. Selain itu, dapat juga menunjukkan
adanya batu disekitaran saluran kemih.
4) Endoskopi Ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.
5) USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6) Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu di dalam kandung kemih yang abnormal, dan dapat juga
menunjukan adanya calculi (perubahan anatomik) pada area ginjal dan sepanjang
ureter.
10. Pengkajian
1) Identitas
Seorang otomatis, faktor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam proses
pementukan batu. Namun, angka kejadian urplgitiasis dilapan sering kali terjadi pada
laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini dimungkinkan karena pola hidup,
aktifitas dan geografis. (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada saluran
kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pad lokasi dan besarnya batu, dapat
terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan
perubahan.(Dinda,2011)
3) Pola Psikologis
Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya ketidaknyamanan (Nyeri hebat)
pada pasien, sehingga focus perhatiannya hanya pada sakitnya. Isolasi social tidak
terjadi kaena bukan merupakan penyakit menular.(Prabowo E, dan Pranata, 2014)
4) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Penurunan aktivitas selama terjadi bukan karen akelemahan otot, tetapi
dikarenakan gangguan rasa nyaman9nyeri). Kegiatan aktivitas relatuve dibantu
oleh keluarga, misalnya berpakaian , mandi makan, minum dan lain sebagainya,
terlbih jika kolik mendadak terjadi (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
b. Terjadi mual muntah karena peningkatan tingkat stress pasien akibat nyeri hebat.
Anoreksia sering kali terjadi karena kondisi ph pencernaan yang asam akibat
sekresi HCL berlebihan. Pemenuhan kebutuhan cairan sebenarnya tidak ada
masalah. Namun, klien sering kali membatasi minum karena takut urinnya
semakin banyak dan memperparah nyeri yang dialami. (Prabowo E, dan Pranaya,
2014)
c. Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola, kecuali diikuti
penyakit peserta lainya. Klien mengalami nyeri saat kencing (disuria, pada
diagnosis uretolithiasis). Hematuria (gross/flek), kencing sedikit (Oliguria).
Disertai vesika . (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
5) Pemeriksaan Fisik
Anamnesa tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang kuat, Oliguria ,
disuria , gross hematuria menjadi ciri khas dari urolithiasi. Kaji TTV, biasanya tidak
perubahan yang mencolok pada urolithiasis. Takikard akibat nyeri yang hebat, nyeri
pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika (Vesikolithiasis/uretrolithiasis),
teraba masa keras/batu. (Prabowo, E dan Pranata,2014)
a. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainanfisik
sampai tanda tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang
ditibulkan. Terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan
gastrointestial dan perubahan. (Dian, 2011)
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos metis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah 110/80
mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,2 C, dan
Indeks Massa Tubuh (IMT) 29,3 Kg/m2. Pada pemeriksaan palpasi regio flank
sinistra didapatkan tanda ballotement (+) dan pada perkusi nyeri ketok
costovertebrae angle sinistra(+). (Nadhi Tf,2013)
6) Pemeriksaan fisik persistem
a. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran , GCS, Refleks bicara, Compos metis ( Nadhi, 2013)
b. Sistem panca indra
Termasuk penglihatan pupil isokor, dengan refleks cahaya (+), Tidak ditemukan
kelainan sistem penddengaran
c. Sistem pernafasan
Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan nafas, atau tidak mengeluh batuk
atau sesak. Tidak ada riwayat bronchitis, TB, asma, emplesema, pneumonia.
d. Sistem Pencernaan
Mulut dan tenggorokan, fungsi mengunyah dan menelan baik, bisisng usus
normal, adanya nyeri tekan pada abdomen, teraba keras atau batu, nyeri perkusi
pada pinggang
e. Sistem integumen
Hngat, kemerahan dan pucat
f. Sistem Muskuloskeletal
Mengalami intoleransi aktivitas karena nyeri yang dirasakan pada saat melakukan
aktivitas tertentu
g. Sistem perkemihan
Adanya oliguria, disuria, gross hematuria, menjadi ciri khas urolithiasis, nyeri
yang hebat , nyeri ketok pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika teraba
massa keras/batu. Nilai frekuensi buang air kecil dan jumlahnya. Gangguan pola
berkemih.
11. Analisa Data
Resiko Infeksi
DS:
1. Mengeluh lelah
Pembedahan
DO:
1. Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat Kelemahan
Minor
DS : Intoleransi Aktivitas
1. Dispneu saat/setelah
aktivitas
2. Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
DO :
1. Tekanan darah berubah
>20 % dari kondisi
istirahat
2. Gambaran EKG
menunjukan aritmia saat
/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia
4. Sianosis
Kolaborasi Edukasi
1. Kolaborasi 1. Untuk memberi
pemahaman agar pasien
pemberian analgetik tidak gelisah saat nyeri
timbul
Intervensi Pendukung
Kolaborasi
: Pemberian obat oral 1. Untuk membenatu
Observasi proses penyembuhan
pasien pasca
1. Identifikasi
operasi/untuk
kemungkinan mengurangi rasa nyeri
alergi, interaksi
dan Intervensi Pendukung :
obat. Observasi
obat salah
Kolaborasi
1. Untuk mempercepat
penyembuhan pasien
3. Intoleransi Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
aktivitas bd intervensi keperawatan, Managemen energy Managemen energy
kelemahan dd Toleransi aktivitas Observasi Observasi
mengeluh lemah meningkat dengan 1) Identifikais 1) Agar mengetahui
kriteria : gangguan apa gangguan
1) Frekuensi nadi fungsi tubuh yang terjadi pada
meningkat yang tubuh pasien
2) Saturasi oksigen mengakibatkan yang
meningkat kelelahan mengakibatkan
3) Kemudahan 2) Monitor kelelahan
melakukan kelelahan fisik 2) Memperhatikan
aktivitas sehari dan emosiaonal kelelahan fisik
hari meningkat 3) Monitor pola dan juga
4) Kecepatan dan jam tidur emosiaonal
berjalan Terapeutik 3) Memperhatikan
meningkat 1) Sediakan pola dan jam
5) Jarak berjalan lingkungan todur bisa
meningkat nyaman dan mempengaruhi
6) Kekuatan tubuh rendah stimulus pola aktivitas
bagian atas 2) Lakukan Terapeutik
meningkat rentang gerak 1) Menyediakan
7) Kekuatan pasif dan aktif lingkungan yang
tubhuh bagian 3) Berikan nyaman agar
bawah aktivitas pasien bisa
meningkat distraksi ysng konsentrasi
8) Toleransi dalam mrenenangkan 2) Lakukan latihan
menaiki tangga Edukasi gerak
meningkat 1) Anjurkan tirah 3) Lakukan gerakan
9) Keluhan lelah baring yang
menurun 2) Anjurkan menyenangkan
10) Dispnea saat melakukan agar pasien
aktivitas aktivitas secara berseia mulai
menurun bertahap bergerak
11) Dispnea setelah Kolaborasi Edukasi
aktivitas 1) Kolaborasi 1) Agar pasien tidak
menurun dengan gizi hanya berbaring
12) Perasaan lemah tentang cara bisa juga
menurun meningkatkan beraktivitas
13) Aritmia saat asupan 2) Lakukan
aktivitas makakanan . aktivitas secara
menurun bertahap tidak
14) Aritmia setelah dilakukan
aktivitas berasamaan agar
menurun tida syok
15) Sianosis Kolaborasi
menurun 1) Mengonsumsi
16) Warna kulit gizi seimbang
membaik agar energy
17) Tekanan darah untuk
membaik beraktivitas lebih
18) Frekuensi nafas tinggi
membaik
19) EKG Iskemia
membaik
4. Ansietas bd Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
kurang terpapar
asuhan keperawatan, Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas
informasi dd
merasa bingung, diharapkan tingkat
tampak gelisah Observasi Observasi
ansietas klien
berkurang dengan 1. Identifikasi saat 1. Untuk mengetahui
kriteria hasil : tingkat ansietas tingkat ansietas
- Verbalisasi berubah (mis.kondisi, 2. Monitor tanda – tanda
kebingungan waktu, stressor) ansietas
menurun 2. Monitor tanda –
- Verbalisasi tanda ansietas Terapeutik
Edukasi
Edukasi 1) Menjelaskan
1) Jelaskan faktor faktor apa saja
resiko yang yang dapat
dapat mempengaruhi
mempengaruhi kesehatan
kesehatan
6. Resiko Infeksi bd Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
ketidakadekuatan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
pertahanan tubuh maka tingkat infeksi
primer perubahan menurun dengan Observasi Observasi
sekresi pH kriteria hasil : 1) Monitor tanda 1.) Untuk mengetahui
1) Kebersihan dan gejala tanda dan gejala dari
tangan infeksi infeksi
meningkat
2) Kebersihan Terapeutik
badan 1.) Untuk menghindari
meningkat Terapeutik paparan luar
3) Nafsu makan 1) Batasi jumlah 2.) Untuk menghindari
meningkat pengunjung penyebaran infeksi
4) Demam 2) Cuci tangan
menurun sebelum dan Edukasi
5) Kemerahan sesudah kontak 1.) Agar pasien
menurun pasien memahami tanda gejala
6) Bengkak infeksi
menurun 2.) Mencuci tangan yag
Edukasi baik dan benar
7) Kadar sel darah
1) Jelaskan tanda bisamengurangi atau
putih membaik
dan gejala mencegah infeksi
infeksi 3.) Agar saat batuk tidak
2) Ajarkan cara menyebarkan infeksi
mencuci tangan atau bakteri
degan benar
3) Ajarkan etika Kolaborasi
batuk 1) Kolaborasi
pemberian
imunisasi untuk
Kolaborasi menambah
1) Kolaborasi Daya tahan tubuh
pemberian
imunisasi
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid III. Jakarta:EGC
PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan
III(Revisi).Jakarta
Lemone Priscilla, Burke.M Karen dan Bauldoff Gerene 2016. Buku ajar Keperawatan
Medikal Bedah Vol. 3 Edisi 5
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/3788/1/Karya%20Tulis%20Ilmiah.Novi%20Fiks.pdf
http://repository.akperykyjogja.ac.id/84/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH%20LARAS
%20MEGA.pdf