PENDAHULUAN
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu di dalam saluran kemih, yaitu bisa
terdapat pada ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra (Purnomo, 2014). Batu saluran
di bidang urologi (Zamzami, 2018). Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
berkontribusi signifikan terhadap batu saluran kemih, dengan estimasi WHO bahwa
1.7 miliar orang overweight dan obesitas. Meningkatnya insiden dan prevalensi batu
saluran kemih sejalan dengan meningkatnya insiden sindrom metabolik. Selain itu, ada
hubungan positif antara obesitas dan risiko pembentukan batu (Wong, Cook & Somani,
2015).
1
Hasil dari penelitian di Indonesia yang dilakukan pada penderita diabetes
didapatkan kejadian ISK sebesar 47%, pasien dengan batu ginjal 41%, pasien dengan
obstruksi saluran kemih sebesar 20%. Dari sini menunjukan bahwa terdapat cukup
banyak pasien batu saluran kemih dengan riwayat diabetes melitus (Ariwijaya, 2007).
Dalam penelitian lain didapatkan bahwa diabetes tipe 2 yang berhubungan dengan pH
urin rendah dapat meningkatkan risiko terjadinya nefrolithiasis asam urat (Maalouf,
2010).
1.3 Tujuan
sindrom
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batu saluran kemih merupakan obstruktif benda padat pada saluran kencing
yang terbentuk karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu (Grace &
Borley, 2006). Penyakit ini merupakan penyakit dimana terbentuknya kristal dalam
urin hingga berkembang menjadi batu di dalam saluran kemih termasuk dari ureter dan
bervariasi, yaitu disuria, nyeri pinggang, hematuria, dan sumbatan saluran kemih
(Alan, 2012).
Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun secara rinci ada
beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah penyakit batu bedasarkan letak batu
3
2.2 Etiologi Batu Saluran Kemih
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik) (Purnomo, 2014). Secara garis
besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor
intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu
kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin, pekerjaan,
metabolik. Hal ini dikaitkan dengan perubahan neuroendokrin kompleks dalam tubuh,
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa obesitas dan penambahan berat badan
berkorelasi dengan peningkatan risiko penyakit batu ginjal, di mana peningkatan risiko
cenderung lebih besar untuk wanita daripada pria. Peningkatan kejadian urolitiasis
hingga 75% telah terlihat pada pasien. yang kelebihan berat badan atau obesitas.
Faktor-faktor lain yang dapat dimodifikasi termasuk asupan cairan yang rendah dan
kalsium diet dengan kelebihan natrium dan protein hewani. Selain obesitas, sifat-sifat
4
meningkatkan keparahan penyakit batu ginjal. Kohjimoto et al. menemukan bahwa
pasien dengan 4 sifat metabolik memiliki peluang 1,8 kali lebih besar untuk
Genetik
yang dapat menyebabkan sindrom metabolik. Namun tidak ada bukti dasar genetik
metabolik fenotip, masih belum ada penjelasan tentang mekanisme patogenik kelainan
metabolik. Sebuah temuan baru-baru ini menyatakan bahwa kurang tidur, kerja shift,
dan paparan cahaya terang di malam hari adalah penyebab dengan kecenderungan
pengembangan dan perkembangan sindrom metabolik (Wong, Cook & Somani, 2015).
Studi lain menunjukkan bahwa tingkat sindrom metabolik adalah dua hingga tiga kali
lebih tinggi dalam 50 tahun dan lebih tua dari pada kelompok usia yang lebih muda.
Hal ini mungkin terkait dengan obat yang digunakan oleh kelompok usia yang lebih
5
Gaya Hidup
Sindrom metabolik juga dapat dikaitkan dengan gaya hidup, khususnya diet
seseorang dan aktivitas fisik. Konsumsi makanan tinggi lemak tentu saja sangat
metabolisme lainnya. Dehidrasi (disebabkan oleh iklim yang hangat atau lainnya)
berkontribusi terhadap urolitiasis. Karena volume urin yang rendah dan osmolalitas
urin yang tinggi, terdapat peningkatan kalsium dan oksalat urin. Bekerja dalam kondisi
panas dan lembab mendorong pembentukan batu ginjal (Wong, Cook & Somani,
2015).
1. Batu kalsium merupakan batu yang paling sering terjadi pada kasus batu ginjal.
Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran
a. Hiperkalsiuri
6
akibat adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalu tubulus
b. Hiperoksaluri
c. Hiperurikosuria
d. Hipositraturia
e. Hipomagnesuria
gangguan malabsorbsi.
2. Batu Struvit, yaitu batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih.
3. Batu asam urat, biasanya diderita pada pasien-pasien penyakit gout, penyakit
mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi anti kanker, dan yang banyak
4. Batu jenis lain, yaitu batu sistin, batu xanthine, batu triamteran, dan batu silikat
7
2.4 Patofisiologi Batu Saluran Kemih
hambatan aliran urin (statis urin) antara lain yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli.
intravesiko kronik, seperti Benign Prostate Hyperplasia (BPH), striktur dan buli-buli
batu (Purnomo, 2014). Menurut Grace & Barley (2006) Teori dalam pembentukan batu
1) Teori Nukleasi Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari inti
batu yang membentuk kristal atau benda asing. Inti batu yang terdiri dari
sehingga pada urin dengan kepekatan tinggi lebih beresiko untuk terbentuknya
seringkali terbentuk matriks yang merupakan sekresi dari tubulus ginjal dan
kristal batu.
3) Teori Inhibisi yang Berkurang Batu saluran kemih terjadi akibat tidak adanya
8
dalam sistem urinaria dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta salah
Urolithiasis dapat menimbulkan berbagi gejala tergantung pada letak batu, tingkat
infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran kemih. Beberapa gambaran klinis yang dapat
1) Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik
dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran
kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar. Nyeri
kolik juga karena adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun
ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih.
nyeri.
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
9
dengan peningkatan produksi prostglandin E2 ginjal. Rasa nyeri akan
bertambah berat apabila batu bergerak turun dan menyebabkan obstruksi. Pada
ureter bagian distal (bawah) akan menyebabkan rasa nyeri di sekitar testis pada
pria dan labia mayora pada wanita. Nyeri kostovertebral menjadi ciri khas dari
2) Gangguan miksi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin (urine flow)
mengalami penurunan sehingga sulit sekali untuk miksi secara spontan. Pada
untuk mengeluarkan urin ada namun hambatan pada saluran menyebabkan urin
stagnansi. Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar secara spontan
3) Hematuria
desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urin yang keluar. Keadaan ini akan
terjadi pada pasien urolithiasis, namun jika terjadi lesi pada saluran kemih
utamanya ginjal maka seringkali menimbulkan hematuria yang masive, hal ini
10
dikarenakan vaskuler pada ginjal sangat kaya dan memiliki sensitivitas yang
tinggi dan didukung jika karakteristik batu yang tajam pada sisinya.
pada pasien karena nyeri yang sangat hebat sehingga pasien mengalami stress
yang tinggi dan memacu sekresi HCl pada lambung. Selain itu, hal ini juga
dapat disebabkan karena adanya stimulasi dari celiac plexus, namun gejala
5) Demam
urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian antibiotic.
menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika. Oleh karena itu, akan teraba
11
2.6 Penegakan Diagnosa Batu Saluran Kemih
2.6.1 Anamnesa
Keluhan pasien mengenai batu saluran kemih dapat bervariasi, mulai dari tanpa
keluhan, sakit pinggang ringan hingga berat (kolik), disuria, hematuria, retensi urine,
dan anuria. Keluhan tersebut dapat disertai dengan penyulit seperti demam dan tanda
gagal ginjal. Selain itu, perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit dahulu yang
primer, malabsorbsi gastrointestinal, penyakit usus atau pankreas. Riwayat pola makan
juga ditanyakan sebagai predisposisi batu pada pasien, antara lain asupan kalsium,
cairan yang sedikit, garam yang tinggi, buah dan sayur kurang, serta makanan tinggi
purin yang berlebihan, jenis minuman yang dikonsumsi, jumlah dan jenis protein yang
anhidrase. Apabila pasien mengalami demam atau ginjal tunggal dan diagnosisnya
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih sangat bervariasi mulai
tanpa kelainan fisik sampai adanya tanda-tanda sakit berat, tergantung pada letak batu
dan penyulit yang ditimbulkan (komplikasi). Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan
12
Supra simfisis : Nyeri tekan, teraba batu, buli kesan penuh
batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen) (Purnomo, 2014).
informasi tentang baru (ukuran, lokasi dan kepadatan batu), dan lingkungannya
(anatomi dan derajat obstruksi) serta dapat melihat fungsi dan anomali (Portis
& Sundaram, 2001). Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi-opak
ataupun non-opak yang tidak dapat dilihat oleh foto polos perut. Jika IVP belum
13
ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd
(Purnomo, 2014).
Ultrasonografi (USG)
USG sangat terbatas dalam mendiagnosa adanya batu dan merupakan
pemeriksaan yang siap sedia, pengerjaannya cepat dan sensitif terhadap renal
calculi atau batu pada ginjal, namun tidak dapat melihat batu di ureteral (Portis
terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, pada pada wanita yang
sedang hamil (Purnomo, 2014). Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu
Keputusan untuk memberikan tata laksana batu pada saluran kemih bagian atas
dapat berdasarkan komposisi batu, ukuran batu, dan gejala pasien. Terapi umum untuk
mengatasi gejala batu saluran kemih adalah pemberian analgesic harus diberikan
segera pada pasien dengan nyeri kolik akut. Non Steroid Anti Inflammation Drugs
(NSAID) dan parasetamol dengan memperhatikan dosis dan efek samping obat
merupakan obat pilihan pertama pada pasien dengan nyeri kolik akut dan memiliki
efikasi lebih baik dibandingkan opioid. Obat golongan NSAID yang dapat diberikan
14
antara lain diklofenak, indometasin, atau ibuprofen.2 Pada pasien yang belum diketahui
fungsi ginjalnya, pemberian analgetika sebaiknya bukan NSAID, utamanya bila ada
riwayat tindakan untuk batu yang berulang dan komorbiditas diabetes mellitus.
Diklofenak dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kongestif kelas II-
koroner, dan penyakit serebrovaskuler, serta penyakit arteri perifer. Namun, pasien
dokter dan diberikan dosis rendah dengan durasi yang singkat. Pada pasien dengan batu
ureter yang diharapkan dapat keluar secara spontan, maka pemberian NSAID baik
tablet maupun supositoria (seperti natrium diklofenak 100-150 mg/hari selama 3-10
hari) dapat membantu mengurangi inflamasi dan risiko nyeri berulang (Noegroho et
al., 2018).
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan/ terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah
urolithiasis adalah dengan melakukan observasi konservatif (batu ureter yang kecil
dapat melewati saluran kemih tanpa intervensi), agen disolusi (larutan atau bahan untuk
memecahkan batu), mengurangi obstruksi (DJ stent dan nefrostomi), terapi non invasif
15
uretrolithotomi, sistolithotomi (Gamal, et al., 2010; Purnomo, 2014; Rahardjo &
Hamid, 2004).
Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia aterogenik, peningkatan
16
tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma, keadaan prototrombik, dan
Hingga saat ini ada 3 definisi sindrome metabolik yang telah di ajukan, yaitu
Diabetes Federation (IDF). Ketiga definisi tersebut memiliki komponen utama yang
Tabel 3. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik Menurut WHO, NCEP-ATP III dan IDF
17
2.10 Etiologi Sindrome Metabolik
Etiologi sindrom metabolik belum dapat diketahui secara pasti. Suatu hipotesis
menyatakan bahwa penyebab primer dari sindrom metabolik adalah resistensi insulin.
(nephropathy diabetica).
Sedangkan, faktor risiko untuk sindrom metabolik adalah hal–hal dalam kehidupan
yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit secara dini. Ada berbagai macam
faktor risiko sindrom metabolik, antara lain adalah gaya hidup (pola makan, konsumsi
alkohol, rokok, dan aktivitas fisik), sosial ekonomi dan genetik serta stress (Rini, 2015).
jelas belum diketahui secara pasti. Obesitas yang diikuti dengan meningkatnya
meningkat baik di sirkulasi maupun di sel adiposa. Meningkatnya ROS di dalam sel
sehingga enzim antioksidan menurun di dalam sirkulasi. Keadaan ini disebut dengan
18
stres oksidatif. Meningkatnya stres oksidatif menyebabkan disregulasi jaringan adiposa
lain diabetes tipe 2 dan aterosklerosis. Pada pasien diabetes melitus tipe 2, biasanya
dan pusat dari semua angiopati diabetik adalah hiperglikemia yang menginduksi stress
otot dan sel lemak serta menurunkan sekresi insulin oleh sel–β pankreas. Stres oksidatif
diketahui bahwa akumulasi lemak pada obesitas dapat menginduksi keadaan stress
antioksidan
Nitric Oxide (NO) yang dihasilkan oleh sel–sel endotel, sedangkan hipertensi
19
bioavailabilitas NO atau melalui efek proinflamasi pada sel–sel otot polos vaskuler.
Disfungsi endotel ini berhubungan dengan stres oksidatif dan menyebabkan penyakit
risiko litogenik. Seorang pasien yang bekerja dengan serum dan tes urin 24 jam
strategi yang diperlukan untuk memperbaikinya. Pendidikan pasien dan promosi gaya
hidup sehat sangat penting untuk mencegah sindrom metabolik. Informasi yang
diberikan harus mencakup faktor risiko untuk sindrom metabolik, komplikasi sindrom
metabolik, manfaat perubahan gaya hidup untuk pencegahan (atau pengobatan untuk)
sindrom metabolik, dan program pengendalian berat badan yang tersedia. Pedoman
skrining dan identifikasi pasien secara teratur yang berisiko mengalami sindrom
metabolik dengan pengukuran BMI atau lingkar pinggang, tekanan darah, dan profil
Rekomendasi diet saat ini dari asupan buah dan sayuran bertindak sebagai
hubungan asupan buah dan sayuran yang lebih tinggi dengan penurunan risiko sindrom
20
metabolik. Selain itu, peningkatan asupan cairan ditemukan secara signifikan
mengurangi kekambuhan batu. Dalam uji coba secara acak, selain asupan cairan,
protein hewani rendah dan diet rendah natrium yang dikombinasikan dengan diet tinggi
kalsium secara signifikan lebih baik dalam pencegahan batu berulang, dengan
kekambuhan hampir setengah dari kelompok kontrol (Wong, Cook & Somani, 2015).
Perubahan gaya hidup juga merupakan salah satu intervensi terapi yang paling
diinstruksikan selama satu tahun, menyimpulkan bahwa penurunan berat badan sangat
meningkatkan semua aspek sindrom metabolik. Ada bukti kuat bahwa olahraga dan
pengurangan berat badan meningkatkan resistensi insulin pada individu yang obesitas
dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan fungsi endotel. Sementara tidak ada diet
tampaknya bermanfaat karena umumnya kadar gula rafinasi yang lebih rendah dan
kandungan serat, buah, dan sayuran yang tinggi. Menurut Oslo Diet and Exercise
Study, kombinasi intervensi diet dan olahraga secara signifikan lebih efektif daripada
litogenik yang keduanya mengarah pada pembentukan kristal. Hidrasi yang adekuat
21
Pendekatan ABCDE praktis (lihat Tabel 2) memberikan kerangka kerja untuk
perawatan primer. Namun harus disebutkan bahwa sementara sindrom metabolik dapat
sindrom metabolik efektif untuk mencegah penyakit batu; prosedur pencegahan untuk
batu ginjal harus difokuskan pada pengobatan faktor risiko untuk penyakit batu pada
22
BAB III
PEMBAHASAN
yang menderita metabolik sindrom. Penelitian kohort yang menggunakan pasien dalam
jumlah besar telah menunjukkan korelasi antara metabolik sindrom dan pengembangan
batu ginjal. West et al. (2008) telah menganalisis United States National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES III) dan menemukan bahwa pasien dengan
metabolik sindrom memiliki risiko dua kali lipat terkena batu ginjal (Ramaswamy dan
Shah, 2014).
Mereka mempelajari 11.555 pasien di Jepang dengan beberapa atau semua sifat
metabolik sindrom. Proporsi pasien dengan batu berulang dan / atau multipel adalah
57,7%, 61,7%, 65,2%, 69,3%, dan 73,3% dengan nol, satu, dua, tiga, dan empat sifat
metabolik sindrom. Ada peningkatan yang signifikan dan bertahap dalam peluang batu
berulang dan / atau beberapa batu bahkan setelah penyesuaian untuk usia dan jenis
23
3.2 Patofisiologi Batu Saluran Kemih Pada Metabolik Sindrom
terakhir, banyak penelitian telah dilakukan pada topik patofisiologi untuk urolitiasis
apikal yang rusak sedangkan pH urin yang menurun mungkin disebabkan baik melalui
sintesis amonia yang rusak oleh sel tubulus proksimal dan melalui transportasi
Free fatty acid (FFA) dilepaskan dari jaringan adiposa karena obesitas visceral.
(VLDL), dan low density lipoprotein (LDL) dan menurunkan produksi high density
glukosa yang dimediasi insulin. Peningkatan yang dihasilkan dari sirkulasi glukosa
24
menghasilkan peradangan, perubahan reaktivitas vaskular, dan gangguan fibrinolisis
Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa plak Randall sering ditemukan dalam
dalam patogenesis urolitiasis kalsium oksalat. Plakat Randall terutama ditemukan pada
membran ruang bawah yang tipis pada awal loop Henle yang diyakini sebagai situs
histologis, bahwa sebagian besar batu kalsium oksalat (75%) terbentuk melekat pada
situs-situs plakat Randall dalam pembentuk batu kalsium oksalat idiopatik. Selain itu,
teori terpadu tentang patogenesis plak Randall diusulkan di mana kelainan urin seperti
cedera epitel ginjal. Nukleasi kristal kalsium fosfat kemudian ditingkatkan dengan
25
peningkatan produksi protein spesifik tulang dan pengurangan inhibisi kristalisasi,
yang mengarah ke kalsifikasi produk degradasi seluler membran dan serat lainnya
sampai plak mencapai epitel papiler (lihat Gambar 2). Paparan epitel ginjal pada kristal
kalsium fosfat menghasilkan reactive oxygen species (ROS), menyebabkan cedera dan
perkembangan stres oksidasi. Plak Randall baru-baru ini menjadi faktor prognostik
baru untuk urolitiasis kalsium idiopatik dan indikator untuk kekambuhan batu oleh
endoskopi dan penilaian kalsifikasi papiler (Wong, Cook & Somani, 2015).
menghasilkan urin asam yang abnormal, yaitu: peningkatan ekskresi asam dan
26
asam urat adalah urin asam, hyperuricosuria, dan volume urin yang rendah yang mana
hal ini mungkin berasal dari penyebab genetik, sekunder, atau idiopatik.
Selain itu, hubungan erat dapat diamati antara pembentukan batu asam urat dan
diabetes. Diabetes tipe II tampaknya umum pada pembentuk batu asam urat dan
sebaliknya tingkat batu asam urat pada penderita diabetes adalah sekitar 30-40%
dibandingkan dengan tingkat 5-10% pada populasi umum. Selain resistensi insulin,
parameter lain dari sindrom metabolik termasuk kelebihan berat badan, hipertensi
arteri, dan diabetes mellitus adalah faktor risiko untuk pembentukan batu asam urat
27
dalam kalsium litogenesis. Ini bisa berasal dari ginjal karena kebocoran ginjal, atau dari
resorpsi tulang atau dari penyerapan dari saluran pencernaan (GI). Peningkatan
kalsium yang menyebabkan hiperkalsiuria dan mengurangi kadar sitrat yang berfungsi
sistemik dan kelebihan protein. Lebih jauh lagi, ketidakseimbangan sistemik antara
essential fatty acid (EFA) omega-3 dan jalur omega-6 menyebabkan tingkat AA
fosfolipid yang lebih tinggi yang bertanggung jawab untuk hiperkalsururia dan
oksalat dalam urin dan dapat menyebabkan risiko yang lebih tinggi dari batu yang
mengandung kalsium. Kondisi ini dapat timbul dari makanan kaya oksalat atau kondisi
yang meningkatkan penyerapan usus dan ekskresi oksalat oksalat, seperti inflamasi.
Sebuah studi tentang topik ini juga mengamati hubungan antara resistensi
insulin dan pembentukan batu kalsium. Cupisti dan rekannya memperkirakan resistensi
hubungan antara nilai HOMA-IR dan menurunkan ekskresi sitrat dalam pembentuk
batu kalsium. Sitrat dalam urin berinteraksi dengan partikel kalsium untuk membentuk
senyawa yang larut dan dengan demikian mencegah pertumbuhan kristal kalsium
dalam urin. Oleh karena itu, hypocitraturia hadir pada hampir 20-60% pasien dengan
28
batu kalsium. Matlaga et al. menunjukkan peran plak Randall dalam patogenesis batu
kalsium. Plak-plak ini adalah endapan yang mengandung kalsium yang ditemukan di
Pembentukan batu kalsium fosfat berbeda dari pembentukan batu kalsium oksalat,
pengumpul medula bagian dalam dengan carring pengantara yang terkait. Reabsorpsi
bikarbonat yang abnormal pada thick ascending limb (TAL) dari loop Henle
menghasilkan pH urin lebih tinggi dalam kaitannya dengan pembentukan batu kalsium
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu di dalam saluran kemih, yaitu bisa
terdapat pada ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra (Purnomo, 2014). Metabolik
sindrom merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang berkaitan langsung
bahwa terdapat hubungan antara urolitiasis dan sindrom metabolik. Obesitas perut,
tekanan darah tinggi, dan peningkatan glukosa puasa semuanya terkait secara
3.2 Saran
modifikasi gaya hidup dengan diet dan meningkatkan tingkat pencegahan merupakan
cara untuk meminimalisir kejadian batu saluran kemih pada metabolik sindrom.
30
DAFTAR PUSTAKA
Alan, JW. 2012. Campbe-Wals Urology. 10th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.
November 2019.
Gamal, M., Assimos, D.G., & Sayed, M.A. 2010. Prospective randomized trial of
Grace, Pierce A & Borley Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Surabaya: Erlangga
Krisna DNP. 2011. Faktor risiko kejadian penyakit batu ginjal di wilayah kerja
Negeri Semarang.
Maalouf, N. M. 2010. Metabolic Basis for Low Urine pH in Type 2 Diabetes. Clin
Moore, Keith L., Arthur F Dalley, and A. M. R Agur. 2010. Clinically Oriented
31
Noegroho B.S., 2018. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih. Edisi 1.
Portis A.J., & Sundaram, C.P. 2001. Diagnosis and Initial Management of Kidney
Ramaswamy, K., Shah, O. 2014. Metabolic Syndrome and Nephrolithiasis. New York:
Sidartawan S, Reno G. 2006. Sindrom metabolik. Dalam: Ilmu penyakit dalam jilid
Sjamsuhidajat. De Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC
Wong, YV. Cook, P. Somani BK. 2015. The Association o Metabolic Syndrome and
Riau.
32