PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di
di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di
saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di
negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju
lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), perbedaan
ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi ratarata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Penyakit Urolithiasis di masyarakat luas pada umumnya dikenal dengan batu
ginjal. Penyakit ini akan menjadi kronik bila tidak mendapat pengobatan secara dini
yaitu terjadinya kerusakan ginjal yang akut ditandai dengan tidak berfungsinya ginjal.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang kesehatan
berdampak positif dan negatif terhadap pola hidup masyarakat termasuk perubahan
pola dan gaya hidup masyarakat sehinga kita dapat melihat dampak negatif yang
bisa kita lihat yaitu banyaknya penyakit yang muncul misalnya hipertensi, jantung
dan juga ginjal.
Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang sehat adalah
batu pada saluran kencing, yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai
komplikasi. Karena hal tersebut di atas sebagai perawat kita ikut berperan dalam
mengatasi masalah ini antara lain dengan rasa memberikan penyuluhan pada
pasien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang urolithiasis dan
vesikolithiasis/ batu buli-buli khususnya serta cara pencegahannya.
Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya
perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat
menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan
saluran kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal. (Sjamsuhidajat, 1997)
Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang
pencegahan terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3
4 liter/hari), diit yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas
yang cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih
agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada saluran
kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar tidak terjadinya pembentukan batu
yang baru. Hal yang harus diperhatikan oleh penderita adalah diet makanan dan
pemeliharaan kesehatan seperti berobat ke dokter, minum obat secara teratur dan
menghindari penyakit infeksi yang menjadi salah satu penyebab timbulnya
urolithiasis.
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
urolithiasis
2. Tujuan Khusus
2.1. Mengetahui pengertian urolithiasis
2.2. Mengetahui etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi
2.3. Mengetahui penatalaksanaan dan pengobatan medis
2.4. Mengetahui pemeriksaan penunjang
2.5. Mengetahui komplikasi dan prognosis
2.6. Mengetahui konsep keperawatan
3. Manfaat Penulisan
Penulisan laporan ini guna memenuhi tugas KMB dan untuk digunakan sebagai
bacaan dan acuan untuk membuat laporan asuhan keperawatan.
4. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab II Konsep Dasar Teori
Bab III Tinjauan Kasus
Bab IV Pembahasan Kasus
Bab V Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A.
batu.
3.2. Immobilisasi
3.5. Pekerjaan
kulit kering dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas
seperti susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin
seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri,
kopi, teh, dan vitamin D. (Smeltzer, 2013)
4. Klasifikasi
4.1. Teori pembentukan batu renal
4.1.1.
Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi
organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.
4.1.2.
Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin,
santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya
batu.
4.1.3.
Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam
urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan
garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
4.1.4.
Batu kalsium
Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah
dekade ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan
interval antara batu-batu yang berturutan memendek atau tetap konstan.
Kandungan dari batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat
atau campuran dari kedua jenis batu tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :
4.2.1.1. Hiperkalsiuria
4.2.3.
Batu struvit
Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada
wanita, diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang
memiliki urease, biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh
menjadi besar dan mengisi pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan
suatu penampilan seperti tanduk rusa jantan. Dalam urin, kristal struvit
berbentuk prisma bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.obat
antibiotik. (Smeltzer, 2013)
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
5.1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
5.1.1.
5.1.2.
5.2.2.
5.2.3.
Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria
mendekati testis.
5.2.4.
5.2.5.
Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia.
5.3.2.
5.3.3.
5.3.4.
Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1
cm.
5.4.2.
Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urine. (Smeltzer, 2013)
6.
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. uretra
Ginjal mengeluarkan sekret urine; ureter mengeluarkan urine dari ginjal ke
kandung kemih; kandung kemih berkerja sebagai penampung urine dan uretra
mengeluarkan urine dan kandung kemih.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di
sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal,
dibelakang peritoneum, atau di luar peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan
dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis
ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki
ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 67,5 cm, tebal 1,5-2,5 cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat
kelenjar suprenalis atau kelenjar adrenal.
Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dan jaringan fibrus dan
membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur ginjal berwarna
ungu tua yang terdiri atas korteks disebelah luar dan medula di sebelah dalam.
Bagian medula tersusun atas 15-16 massa piramid yang disebut piramid ginjal.
didalamnya. Jumlah urine yang ditampung kandung kemih dan menyebabkan miksi
yaitu 170-230 ml. Mikturisi merupakan gerakan yang dapat dikendalikan dan ditahan
oleh pusat-pusat persyarafan. Kandung kemih dikendalikan oleh syaraf pelvis dan
serabut saraf simpatik dari pleksus hipogastrik. (Pearce, 2006)
7.
Patofisiologi
Faktor resiko
Kerusakan tubular pada nefron
Immobilisasi
Infeksi
Kurang minum
Pekerjaan
Iklim
Diuretik
Makanan
Kejenuhan substansi
Supersaturasi
Pembentukan batu
Ginjal
Obstruksi
Tekanan
Piala Ginjal
- Nyeri area
kostovertebra
- Hematuria
- Pyuria
Hidrostatik
Ureter
Kolik menyebar
ke paha &
genetalia
Rasa ingin
berkemih
Hematuria
Kencing batu
Kandung Kemih
Iritasi
Infeksi
Retensi urine
- Infeksi
- Nyeri luar biasa
Tindakan Bedah:
Tindakan Bedah:
Tindakan Bedah:
Tindakan Bedah:
- Nefrolithotomi
- Nefrek tomi
- Pielolithotomi
- Ureterolithotomi
-
- Sistolitholapaksi
10
MK:
-
Porth, 2011
8.
8.3.2.
Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang
memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium
hidroksida dapat diresepkan karena agens ini bercampur dengan
fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system
urinarius.
8.3.3.
Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah
purin, untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
8.3.4.
8.4. Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi
modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal,
pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.
11
8.4.1.
8.4.2.
8.4.3.
8.4.4.
9. Pemeriksaan Penunjang
9.1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan
adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal (sistin,asam urat, kalsium
oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam (meningkatkan
sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat.
9.2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
9.3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,
proteus, klebsiela, pseudomonas).
9.4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein dan elektrolit.
12
9.5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/ nekrosis.
9.6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan
kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
9.7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan infeksi/
septicemia. Sel darah merah : biasanya normal. Hb, Ht : abnormal bila pasien
dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong presipitas pemadatan) atau
anemia (pendarahan, disfungsi ginjal).
9.8. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium
urine).
9.9. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
9.10.
10. Komplikasi
10.1.
10.2.
Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
10.3.
11. Prognosis
Prognosis batu saluran kemih tergantung dari faktor- faktor antara lain: besar batu,
letak batu, adanya infeksi, dan adanya obstruksi. Makin besar batu makin jelek
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor
13
B.
2.1.2.
2.1.3.
2.1.4.
Nyeri abdomen
2.1.5.
Nyeri punggung
2.1.6.
Nyeri panggul
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.
2.2.5.
Olahragawan.
2.3.2.
3. Pengkajian
4. 3.1. Aktifitas/istirahat
Gejala
14
6. 3.4. Makanan/cairan
Gejala
15
No.
1.
Diagnosa Keperawatan
/ hipovolemik
dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil:
- tanda tanda vital stabil
Intervensi
1. Kaji balutan selang kateter terhadap
posisi.
3. Pantau dan catat intake output tiap 4
jam, dan laporan ketidak seimbangan.
Rasional
2.
bedah
nyeri.
yang nyaman.
3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan
kemerahan.
4. Anjurkan pasien untuk menahan daerah
insisi dengan kedua tangan bila sedang
16
batuk.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.
3.
berhubungan
dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil:
kateter.
3.Ukur intake output cairan.
dilakukan tindakan
pemasangan kateter.
4.
keperawatan
Kriteria hasil:
luka
(demam,
kemerahan,
1. mengintervensi tindakan
selanjutnya.
3. menghindarkan infeksi.
menyentuk insisi.
bersih.
4. Pertahankan tehnik steril untuk
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama
: Tn. H. T
2. Jenis Kelamin
: Laki- laki
3. Umur/Tanggal lahir
4. Status Perkawinan
: Kawin
5. Agama
: Kristen
6. Suku/Kewarganegaraan
: Indonesia
7. Pendidikan Terakhir
: SMA
8. Pekerjaan
: Wiraswasta
9. Alamat
: Kab. Banten
: Tn. H. T
2. Jenis Kelamin
: Laki- laki
3. Pekerjaan
: Wiraswasta
: Diri sendiri
5. Alamat
: Kab. Banten
Keluhan Utama
2.
b. Sifat keluhan
: menetap
c.
: uretra (genetalia)
Lokasi
18
4.
Kebiasaan/Riwayat Penyakit:
Riwayat merokok
: tidak merokok
Minum alkohol
Minum kopi
Riwayat penyakit
mulai nyeri saat BAK, BAK keruh, 1 minggu keluhan hilang dan timbul
kembali. 1 minggu sebelum masuk RS nyeri setelah BAK hilang timbul, nyeri
dari kemaluan menjalar sampai pinggang kiri, terasa panas, BAK terasa
tidak tuntas.
III.
Riwayat Keluarga
Ayah pasien mempunyai riwayat sakit prostat, ibu pasien mempunyai riwayat sakit
DM, adik bungsu pasien mempunyai riwayat sakit DM dan jantung. Istri pasien
mempunyai riwayat sakit kanker payudara (sudah meninggal).
Genogram
Tn.
HT
Ket:
-
: Laki- laki
: Wanita
: hubungan pernikahan
: hubungan darah
: meninggal
: pasien
19
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu Badan
: 36,4 C
SpO2
: 98%
Skala nyeri
: 5/5
Kepala: Tidak teraba benjolan, rambut tipis, bersih dan tidak berminyak,
wajah tampak simetris.
Hidung: Simetris kanan kiri, konka normal, tidak ada pengeluaran, tidak
ada deviasi septum, tidak ada obstruksi.
Keadaan gigi
: gigi utuh
Tonsil
: tidak membesar
Gangguan bicara
: suara jelas
Gangguan menelan
c.
Pernafasan
Auskultasi :
vesikuler +/+
Ronchi -/Wheezing -/-
20
Krepitasi -/
d. Pencernaan
Inspeksi:
Keadaan abdomen
Warna kulit tidak pucat, tidak ditemukan spider navy dan ascites.
Perkusi: Timpani
Palpasi: tidak teraba adanya pembesaran hati dan spleen. Teraba soepel,
nyeri tekan abdomen tidak ada.
e. Kardiovaskular
Ananmnesis: tidak ada keluhan jantung
Inspeksi:
Bibir: lembab
Tangan, kaki dan sendi: tidak ada kelainan pada kaki dan sendi, tidak
ada oedema, tidak teraba ictus cordis.
Palpasi: pulse teraba kuat, tidak terdapat peningkatan tekanan vena jugularis,
akral teraba hangat.
Perkusi: terdapat pembesaran jantung
Auskultasi: BJ I: reguler BJ II: S1S2 reguler, tidak terdengar gallop atau
murmur.
f.
Persarafan
21
Kejang
: tidak ada
Kelumpuhan
: tidak ada
Koordinasi gerak
Cranial Nerves
I.
Olfactory
II.
Optic
III.
Oculomotor
pupil normal
IV.
Throclear
V.
Trigeminal
VI.
Abducens
VII.
Facial
VIII.
Vestibulocochlear
IX.
Glossopharingeal
X.
Vagus
: berbicara normal
XI.
Accessory
XII.
Hipoglossal
Reflexes
g. Muskuloskletal
h. Kulit/Integumen
i.
Reproduksi
Nutrisi:
22
Eliminasi:
1. Buang air kecil (BAK)
Kebiasaan: Pasien mengatakan BAK tidak tuntas, frekuensi sering,
nyeri setelah BAK skala 5/0 saat dirumah. Pekerjaan sehari- hari
pasien cenderung duduk sampai berjam- jam.
Perubahan selama sakit: Terpasang dower catheter dan irigasi 40tpm
setelah operasi selama sakit hari pertama setelah operasi urine warna
kemerahan/ darah.
2. Buang air besar (BAB)
Kebiasaan: Pasien buang air 1x/hari saat dirumah
Perubahan selama sakit: pasien belum BAB selama dirawat di RS
C.
D.
VI.
VII.
Kegiatan Sosial
1. Keadaan rumah dan lingkungan: tenang
2. Status rumah: Tinggal sendiri sejak isteri meninggal dan anak menikah
3. Banjir: tidak rawan banjir
VIII.
Kegiatan Keagamaan
1. Kegiatan menjalankan ibadah: seminggu sekali ke gereja
2. Keterlibatan dalam organisasi keagamaan: anggota koor di gereja
23
IX.
X.
01/10/2014
Nilai normal
Haemoglobin
14,0
Hematokrit
43,4
35.00 - 47.00 %
laboratorium
Erythrocyte
4,9
9
235
16
21
WBC
Platelet
SGOT
SGPT
141
4,6
Natrium
Kalium
104
Chloride
46
1,16
Ureum
<50.00 mg/dl
0,7 1,3 mg/dl
Creatinin
2.
Diagnostik
-
Hasil USG April 2014: BPH, ada 2 batu di ginjal kanan, 3 batu di ginjal kiri dan
2 batu di vesika urinarius.
XI.
Penatalaksanaan / Pengobatan
1. Therapi
No
Nama Obat
Rute
Frekuensi
1.
Ceftriaxone
IV
1x2gr
2.
Ketorolac
IV
3x30mg
24
3.
Ranitidine
IV
1x50mg
4.
Panadol
PO
1x1gr
5.
Harnal
PO
1x1tab
6.
Infus RL
Infus
500ml/8jam
2. Tindakan
-
B. ANALISA DATA
Tgl
Data Subjektif
Data Objektif
Masalah
keperawatan
12
Resiko
Okt
kekurangan
2014
volume cairan
Gangguan rasa
Okt
nyaman nyeri
2014
operasi (genetalia),
TD:130/80mmHg,
N:88x/menit,
RR:20x/menit,
25
Perubahan
Okt
operasi
eliminasi
perkemihan
2014
C. PERUMUSAN DIAGNOSA
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoragik/
hipovolemik
26
XII.
No.
1.
/ hipovolemik
dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil:
- tanda tanda vital stabil
Intervensi
1. Kaji balutan selang kateter terhadap
posisi.
3. Pantau dan catat intake output tiap 4
jam, dan laporan ketidak seimbangan.
Rasional
2.
bedah
nyeri.
yang nyaman.
3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan
kemerahan.
4. Anjurkan pasien untuk menahan daerah
insisi dengan kedua tangan bila sedang
27
batuk.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.
3.
berhubungan
dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil:
kateter.
3.Ukur intake output cairan.
dilakukan tindakan
pemasangan kateter.
4.
keperawatan
Kriteria hasil:
luka
(demam,
kemerahan,
1. mengintervensi tindakan
selanjutnya.
3. menghindarkan infeksi.
menyentuk insisi.
bersih.
4. Pertahankan tehnik steril untuk
28
No. DK
Catatan Perkembangan
Nama dan
Tanda
Tangan
12/10/14
08.00
DK 1
29
suhu:36 C.
12/10/14
08.30
DK 2
30
DK 3
09.00
13/10/14
08.00
DK 1
31
S:36 C
13/10/14
09.00
DK 2
suhu:36,2 C.
32
13/10/14
DK 3
12.00
DK 2
33
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini, penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti,
faktor predisposisi yang dialami pasien adalah faktor pekerjaan, cenderung
duduk dalam jangka waktu yang lama setiap hari. Tanda dan gejala yang
muncul sesuai dengan teori yang ada. Letak batu saluran kemih ada dua
tempat, diginjal (kanan dan kiri) dan kandung kemih. Setelah dilakukan tindakan
Cytoscopy dan lithotripsi, masalah keperawatan yang muncul antara lain: resiko
kekurangan volume cairan, gangguan rasa nyaman nyeri, perubahan eliminasi
perkemihan dan resiko infeksi. Resiko kekurangan volume cairan menjadi
prioritas pertama karena bila tidak ditangani dapat menjadi masalah aktual dan
mengakibatkan syok hipovolemik.
Prognosis batu saluran kemih tergantung dari faktor- faktor antara lain: besar
batu, letak batu, adanya infeksi, dan adanya obstruksi. Makin besar batu makin
jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat
mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya
infeksi karena faktor obstruksi akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal,
sehingga prognosis menjadi jelek. (Wijaya, 2013)
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab
diantaranya intake cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang
dingin atau panas serta makanan yang dapat mencetuskan
terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang khas pada penyakit ini
tergantung dari letak batu, besarnya batu. Gejala yang tersering adalah
nyeri dan gangguan pola berkemih.
Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri
harus pula diimbangi dengan minum banyak 2-3 liter perhari, banyak
melakukan aktivitas, olahraga secara teratur dan mengurangi makanan
yang tinggi kalsium, purin dan oksalat.
Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan
secara total jika cepat mendapat pertolongan dan penanganan dan juga
bisa kambuh apabila tidak merubah kebiasaan yang salah seperti :
kurang minum, kurang bergerak/banyak duduk, mengkonsumsi
makanan tinggi kalsium, purin dan oksalat.
B. Saran
Sebagai perawat profesional sangat penting memberikan
penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang proses terjadinya batu
dan pencegahannya, sehingga pasien dan keluarga dapat mengerti dan
bekerja sama untuk mendapatkan kesembuhan yang maksimal.
35
DAFTAR PUSTAKA
36