Anda di halaman 1dari 4

Definisi dan Klasifikasi

Definisi

Nefrolitiasis atau batu ginjal merupakan massa kristal menyerupai batu yang terbentuk di
dalam ginjal. Jika massa kristal tersebut terdapat di dalam saluran kemih disebut juga urolitiasis. Batu
ginjal merupakan keadaan yang tidak normal di dalam ginjal dan mengandung komponen kristal serta
matriks organik (Chang, et al., 2010).

Nefrolitiasis atau batu ginjal merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana ditemukannya
batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang menjadi penyebab terbanyak
saluran kemih (Hanley, et al., 2012).

Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di
dalam pelvis atau kaliks dari ginjal (Krisna, 2011).

Klasifikasi

Klasifikasi Berdasarkan Komposisi

Berdasarkan komposisinya, nefrolitiasis terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam
urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamterene, dan batu silikat (Basuki, 2015).

1. Batu Kalsium
Batu yang paling sering terjadi pada kasus batu ginjal. Kandungan batu jenis ini
terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur tersebut (Basuki,
2015).
Batu kalsium oksalat dapat terjadi karena proses multifaktorial, kongenital, dan
gangguan metabolik. Dua bentuk batu kalsium oksalat yaitu: 1) Whewellite (Ca Ox
Monohidrate) berbentuk padat berwarna coklat / hitam dengan konsentrasi kalsium oksalat
yang tinggi di dalam urin. 2) kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (Ca Ox
Dihidrat) batu berwarna kuning, mudah hancur daripada Whewellite. Gangguan metabolisme
kalsium (seperti hiperkalsemia dan hipokalsemia) dan gangguan metabolisme urat (kadar
asam urat >6,4 mg/100 ml) merupakan tanda pembentukan batu oksalat (Hessa, et al., 2002).
2. Batu Struvit
Batu struvit ini terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih oleh bakteri yang
memproduksi urease (Proteus spp, Providential, Klebsiella spp, Escherichia coli, dan
Pseudomonas spp). Infeksi saluran kemih terjadi akibat tingginya konsentrasi ammonium dan
pH urin > 7. Pada kondisi tersebut, kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu
struvit (Sudoyo, et al., 2009).
3. Batu Asam Urat
Biasanya diderita pada pasien-pasien penyakit gout, penyakit mieloproloperatif,
pasien yang mendapat terapi anti kanker, dan yang banyak menggunakan obat olikosurik
seperti sulfinpirazon, thiazid, dan salisilat (Basuki, 2015).
Batu asam urat terjadi lebih banyak pada pasien laki-laki. Faktor diet tinggi protein
dan purin serta minuman beralkohol diindikasikan dapat meningkatkan ekskresi asam urat
sehingga pH urin menjadi rendah (Hessa, et al., 2002).
4. Batu Jenis Lain
Batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat (sangat jarang). Sistiuria
adalah defek pada transportasi sistin, lisin, ornitin, dan arginin ke intestinal dan membran sel
tubular ginjal yang diturunkan. Batu sistin terjadi pada semua golongan usia. Semua batu
sistin bersifat radio-opak dan kadang-kadang tidak terlihat pada foto polos abdomen (Hulton,
2009).

Klasifikasi Berdasarkan Etiologi


Berdasarkan etiologinya urolitiasis dapat diklasifikasikan menjadi:
infeksi, non infeksi, genetik, atau efek samping obat (Turk. et al, 2015):
1) Urolitiasis Non Infeksi
a. Kalsium oksalat
b. Kalsium phospat
c. Asam urat
2) Urolitiasis dengan Infeksi
a. Magnesium ammonium phospat
b. Karbonat apatit
c. Amonium urat
3) Genetik
a. Cistin
b. Xanthin
c. 2,8-dihidroksiadenin
4) Obat
Klasifikasi Berdasarkan Komposisi Kalkuli
Komposisi dari batu (kalkuli) sangat penting untuk menjadi dasar diagnostik dan penanganan
lebih lanjut. Kalkuli sering dibentuk oleh substansi campuran. Pada tabel 2 di bawah menyajikan
komposisi dari kalkuli yang relevan dengan klinis dan komponen mineralnya (Turk. et al, 2015).

Klasifikasi Berdasarkan Ukuran dan Lokasi


Berdasarkan diameter ukurannya secara dua dimensi dibagi menjadi >5 cm, 4-10 cm, 10-20
cm, dan > 20 cm. Sedangkan berdasarkan posisi anatominya kalkuli dibagi menjadi: calyx superior,
medius, atau inferior; pelvis renali; ureter proksimal, medius, dan distal; dan vesica urinaria (Kim. Et
al, 2007).

Klasifikasi Berdasarkan Gambaran Radiologis


Pembagian kalkuli berdasarkan gambaran radiologisnya menjadi tiga yaitu: radiopak,
radiopak lemah, dan radiolusen. Yang bersifat radiopak yaitu: kalkuli kalsium oksalat
dihidrat, kalsium oksalat monohidrat, dan kalsium phospat. Yang gambaran radiologisnya
radiopak lemah: magnesium amonium phospat, apatite, dan sistin. Dan yang tergolong
radiolusen: kalkuli asam urat, amonium urat, xanthin, 2,8-didroksiadenin, batu karena obat-
obatan (Turk. et al, 2015).

Daftar Pustaka

Chang, E., John, D., & Doug, E. 2010. Pathophysiology: Apploed to Nursing Practice. Jakarta: EGC

Hanley, J.M., Saigal, C.S., Scales, C.D., Smith, A.C. 2012. Prevalences of Kidney Stone in the United
States. Journal European Assiciation of Urology.

Krisna, D.N.P. 2011. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Batu Ginjal di Wilayah Kerja Puskesmas
Margasari Kabupaten Tegal Tahun 2010. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Basuki, B. 2015. Dasar-Dasar Urologi. Malang: Sagung Seto.

Hessa, A., Brandle, E., Welbert, D., Kohrmann, K.U., Alken, P. 2002. Study on Prevalence and
Incidence of Urolithiasis in Germany Comparing the Years 1979 vs 2000. German: European
Urology.
Sudoyo, A. W., Bambang, S., Idrus, A.m Marcellus, S.K., & Siti, S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.

Turk C, Knoll T, Pterick A et al. 2015. Guidelines on Urolithiasis. European Association of


Urology.
Kim SC, Burns EK, Lingeman JE, et al. Cystine calculi: correlation of Ctvisible structure, CT
number, and stone morphology with fragmentation by shock wave lithotripsy. Urol
Res 2007 ;35(6):319-24.

Anda mungkin juga menyukai