Tentang:
OLEH :
Kelompok 2
Salsabila Firdausia
Tingkat : 3C
Dosen Pengampu :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur, saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-
Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini membahas tentang
“Batu Saluran Kemih .” Dalam penulisannya, penulis menyadari ada banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari Ibu Ns. Mike Asmaria S.Kep,M.Kep
selaku dosen pengampuh serta teman-teman sekalian.
Saya berharap makalah ini, benar-benar bisa menjadi bahan untuk belajar dan
menambah pengetahuan kita mengenai tulang belakang manusia. Agar dalam
memberikan asuhan keperawatan nantinya, kita benar-benar mampu mengatasi
masalah pasien dengan kerusakan atau kelainan tulang belakang dan bekerja sesuai
indikasi medis disertai berpikir kritis dan kreatif.
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................................6
2.1 Konsep Dasar.....................................................................................................................6
2.1.1 Definisi Batu Saluran Kemih...................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Batu Saluran Kemih..............................................................................6
2.1.3 Etiologi....................................................................................................................9
2.1.4 Manifestasi Klinis.................................................................................................12
2.1.5 Patofisiologi..........................................................................................................13
2.1.6 WOC....................................................................................................................15
2.1.7 Komplikasi............................................................................................................16
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................16
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..........................................................................................17
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.............................................................................20
2.2.1 Pengkajian.............................................................................................................20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................22
2.2.3 Intervensi...............................................................................................................22
2.2.4 Implementasi.........................................................................................................22
2.2.5 Evaluasi.................................................................................................................22
2.3 Asuhan Kasus Keperawatan.............................................................................................22
BAB III PENUTUP...............................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................23
3.2 Saran...............................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORITIS
2. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat
membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea
adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan
stapillokokus
4. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi
pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada
anak kecil dan orang tua, jarang ditemukan pada usia
5. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi
oksidasi xathine.
2.1.3 Etiologi
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik.
a) Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri.
Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
a. Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis
tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus
ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolic.
Riwayat batu saluran kemih bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam
satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan batu saluran kemih
antara lain:
a) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D
sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria,
proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya
mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
b) Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih
rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.
b. Umur
Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun
c. Jenis kelamin
Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki
lebih sering terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian batu
saluran kemih yang sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak
terdapat 170.000 kasus baru per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan
produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan
anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan
anak-anak.
b) Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu
seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
a. Geografi
Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah
pegunungan, bukit atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden
batu saluran kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi
mewakili salah satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah,
temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang menjadi
predisposisi batu saluran kemih.
d. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran
kemih. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah
air kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya
batu saluran kemih.
e. Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi
dan orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena
mengganggu proses metabolisme tubuh
f. Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa
stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti.
Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya
tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan
terjadinya batu saluran kemih.
g. Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran
kemih jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang
bekerja di kantor dengan banyak duduk.
h. Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik
diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium
oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal ini disebabkan
pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat dan kalsium
naik
2. Demam
Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..
3. Infeksi
Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi
sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi
di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphylococcus.
2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran
kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap
dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin
yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam
urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat
yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan
pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya secara normal.
2.1.6 WOC
2.1.7 Komplikasi
a. Sumbatan : akibat pecahan batu.
b. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat
tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan
batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat
ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.
e. Tindakan Operasi
Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah
dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada
beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut
tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di dalam ginjal
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang
berada di vesica urinaria
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di uretra
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang
terdiri dari :
a) Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu
2. Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi saluran
kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan nyeri
tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah, hematuri, Buang
Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tampias, rasa terbakar, penurunan haluaran
urin, dorongan berkemih.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
d) Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e) Pola kebiasaan sehari-hari
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala: Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya
2. Sirkulasi
Tanda: Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit kemerahan dan
hangat; pucat.
3. Eliminasi
Gejala:
a. Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalukulus)
b. Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh.
c. Rasa terbakar, dorongan berkemih
d. Diare
Tanda : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih
4. Makanan / cairan
Gejala:
a. Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
b. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau fosfat
c. Ketidak cukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus. Muntah.
5. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu,
contoh pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat menyebar ke punggung,
abdomen, dan turun ke lipat paha/genetalia. Nyeri dangkal konstan menunjulkkan
kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut,
hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : Melindungi ; perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
6. Keamanan
Gejala : Penggunaan alcohol. Demam, menggigil.
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :
a. Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, cout, ISK kronis
b. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatinoklisme
c. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
No SDKI
1. - Nyeri akut b.d Agen pencederaan fisiologis d.d Klien mengatakan merasa nyeri pada
saluran kemih
2. - Gangguan eliminasi urin b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d Klien mengatakan
mengeluarkan urine hanya sedikit dan terasa nyeri pada saat dikeluarkan urine
2.2.3 Intervensi
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
3.1 Kesimpulan
Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras
seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan
nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Masalah keperawatan yang
sering dialami pada batu saluran kemih ialah nyeri akut, gangguan pola eliminasi
urin, resiko tinggi kekurangan volume cairan dan defisiensi pengetahuan.
3.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit batu saluran
kemih. Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga
agar mereka faham dengan batu saluran kemih dan bagaimana pengobatannya.