Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Tentang:

BATU SALURAN KEMIH

OLEH :

Kelompok 2

Ruri Selvyana Agus Vivi Claudia Evendi

Vani Putri Nuril Qalbi

Syurni Syasmi Try Apri Malis

Salsabila Firdausia

Tingkat : 3C

Dosen Pengampu :

Ns. Mike Asmaria, S.Kep, M.Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur, saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-
Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini membahas tentang
“Batu Saluran Kemih .” Dalam penulisannya, penulis menyadari ada banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari Ibu Ns. Mike Asmaria S.Kep,M.Kep
selaku dosen pengampuh serta teman-teman sekalian.

Saya berharap makalah ini, benar-benar bisa menjadi bahan untuk belajar dan
menambah pengetahuan kita mengenai tulang belakang manusia. Agar dalam
memberikan asuhan keperawatan nantinya, kita benar-benar mampu mengatasi
masalah pasien dengan kerusakan atau kelainan tulang belakang dan bekerja sesuai
indikasi medis disertai berpikir kritis dan kreatif.

Payakumbuh, 2 November 2020

Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1  Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2  Rumusan Masalah.............................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................................6
2.1 Konsep Dasar.....................................................................................................................6
2.1.1 Definisi Batu Saluran Kemih...................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Batu Saluran Kemih..............................................................................6
2.1.3 Etiologi....................................................................................................................9
2.1.4 Manifestasi Klinis.................................................................................................12
2.1.5 Patofisiologi..........................................................................................................13
2.1.6  WOC....................................................................................................................15
2.1.7 Komplikasi............................................................................................................16
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................16
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..........................................................................................17
2.2    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.............................................................................20
2.2.1 Pengkajian.............................................................................................................20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................22
2.2.3 Intervensi...............................................................................................................22
2.2.4 Implementasi.........................................................................................................22
2.2.5 Evaluasi.................................................................................................................22
2.3 Asuhan Kasus Keperawatan.............................................................................................22
BAB III PENUTUP...............................................................................................................23
3.1  Kesimpulan.....................................................................................................................23
3.2  Saran...............................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena
adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya
batu disebabkan karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk
batu atau karena air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat
pembentukan batu, kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang
idiopatik (Dewi, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-
wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher,
1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di
seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih.
Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi
saluran kemih dan pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal
merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di
dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan
7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia
puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.
Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih
yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis,
vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat
merugikan karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong,
2004). Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena
menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir
balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan
ginjal (Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang
berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan
tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur
ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran
kemih dapat menimbulkan urosepsis (Purnomo, 2011).
Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan
pula ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi akibat batu saluran kemih ini .
Tingginya insidens rate batu saluran kemih, namun rendahnya kesadaran masyarakat
akan penyakit batu saluran kemih dan asuhan keperawatannya inilah yang mendorong
penulis untuk membahas atau membuat makalah mengenai batu saluran kemih
dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (Batu Saluran
Kemih)”.

1.2  Rumusan Masalah


1.2.1        Apa definisi dari Batu saluran kemih?
1.2.2        Bagaimana klasifikasi dari Batu saluran kemih?
1.2.3        Apa etiologi dari Batu saluran kemih?
1.2.4        Bagaimana patofisiologi dari Batu saluran kemih?
1.2.5        Apa saja manifestasi klinis dari Batu saluran kemih?
1.2.6        Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Batu saluran kemih?
1.2.7        Apa saja komplikasi dari Batu saluran kemih?
1.2.8        Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Batu saluran kemih?
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Definisi Batu Saluran Kemih


Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat,
calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila
batu ada di dalam saluran perkemihan.  Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan
batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran
perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam
ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter
cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada
pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau
merah. (Brunner and Suddarth, 2002).
Batu Saluran Kemih  adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi
berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium
oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat
(batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A.
Grace & Neil R. Borley 2006).
Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan mineral urine, biasa
ditemukan di dalam ginjal atau ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan
nephrolithiasis, urolithiasis, atau renal calculi.

2.1.2 Klasifikasi Batu Saluran Kemih


Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical
Surgical Nursing, dan buku Basuki B Purnomo, adalah:
1. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri
dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau
kerikil sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan
dapat masuk ke kaliks.
Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah :
a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya disebabkan
oleh komponen:
a) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada
hiperparatiroid primer atau pada tumor paratiroid
b) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan susu-
alkali syndrome, sarcoidosis
c) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal
d) Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal
b. Hiperoksaluri: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini
banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis
menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan
yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, jeruk sitrun, sayuran
berdaun hijan banyak terutama bayam
c. Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan kalsium
dengan oksalat atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai penghambat
pembentukan batu kalsium. Hal ini dapat terjadi karena penyakit asidosis tubuli
ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretic golongan thiazid dalam
jangka waktu yang lama.
d. Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu
kalsium, karena didalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi
magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium oksalat

2. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat
membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea
adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan
stapillokokus

3. Batu asam urat


Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:
a) Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak
mengandung purine, peminum alcohol.
b) Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi.
c) Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang
berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium
oksalat.

4. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi
pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada
anak kecil dan orang tua, jarang ditemukan pada usia

5. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi
oksidasi xathine.
2.1.3 Etiologi
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik.
a) Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri.
Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
a. Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis
tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus
ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolic.
Riwayat batu saluran kemih bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam
satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan batu saluran kemih
antara lain:
a) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D
sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria,
proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya
mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
b) Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih
rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.

b. Umur
Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun

c. Jenis kelamin
Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki
lebih sering terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian batu
saluran kemih yang sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak
terdapat 170.000 kasus baru per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan
produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan
anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan
anak-anak.
b) Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu
seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
a. Geografi
Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah
pegunungan, bukit atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden
batu saluran kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi
mewakili salah satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah,
temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang menjadi
predisposisi batu saluran kemih.

b. Faktor Iklim dan cuaca


Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan
tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim panas
banyak ditemukan batu saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan
keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang
mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap batu saluran kemih

c. Jumlah air yang diminum


Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah
jumlah air yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum
tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan
dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena batu saluran
kemih. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat
sehingga terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak
minum menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi
air kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal
pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air
kemih.

d. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran
kemih. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah
air kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya
batu saluran kemih.

e. Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi
dan orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena
mengganggu proses metabolisme tubuh

f. Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa
stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti.
Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya
tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan
terjadinya batu saluran kemih.

g. Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran
kemih jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang
bekerja di kantor dengan banyak duduk.
h. Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik
diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium
oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal ini disebabkan
pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat dan kalsium
naik

i. Kebiasaan menahan buang air kemih


Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat
berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman
pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan
adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.

j. Tinggi rendahnya pH air kemih


Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH 5,2
pada batu kalsium oksalat).

2.1.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis penyakit batu saluran kemih bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi
yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya
sedikit dan secara perlahan akan merusak inti fungsional (nefron) ginjal, dan gejala
lainnya adalah nyeri yang luar biasa (kolik). Gejala klinis dari batu saluran kemih
yang dapat dirasakan adalah :
1. Rasa Nyeri
Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut,
disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual dan
muntah, maka dapat disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu
yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia. Pasien yang mengalami kolik ureter akan sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air
kemih disertai dengan darah.

2. Demam
Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..

3. Infeksi
Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi
sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi
di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphylococcus.

4. Hematuria dan Kristaluria


Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya
hematuria dan kristaluira. Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air
kemih, sedangkan kristaluria adalah air kemih yang berpasir.

5. Mual dan Muntah


Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan
mual dan muntah.

2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran
kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap
dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin
yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam
urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat
yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal. 
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan
pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya secara normal.
2.1.6  WOC
2.1.7 Komplikasi
a. Sumbatan : akibat pecahan batu.
b. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


a) Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan
adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral,
bakteri, pus, pH urine asam.
b) Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
c) Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
d) Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein dan elektrolit.
e) Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan
kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
f) Darah lengkap :
Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
Sel darah merah : biasanya normal.
Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
g) Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
h) IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul.
i) USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan medis batu saluran kemih adalah untuk
menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.  Batu     dapat  
dikeluarkan     dengan            cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan
pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan
tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium)
yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu
yang telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8 gelas
air sehari.
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
1. Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan,
kopi, teh, dan coklat. Sedangkan batu kalsium fosfat : mengurangi makanan
yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden,
keju dan sari buah.
2. Batu asam urat
Makanan yang dikurangi : daging, kerang, gandum, kentang, tepung-
tepungan, saus dan lain-lain.
3. Batu struvite
Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.
4. Batu cystin
Makanan yang dikurangi : sari buah, susu, kentang. Anjurkan pasien banyak
minum : 3-4 liter/hari serta olahraga yang teratur.

b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan


Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu
dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin
hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat
diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk
mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih
atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu
dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan
obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu
berikutnya.

c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy


Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini
digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah
batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat
menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat
tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan
batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat
ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.

e. Tindakan Operasi
Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah
dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada
beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut
tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di dalam ginjal
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang
berada di vesica urinaria
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di uretra
2.2    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian
   Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang
terdiri dari :
a) Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu
2. Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi saluran
kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan nyeri
tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah, hematuri, Buang
Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tampias, rasa terbakar, penurunan haluaran
urin, dorongan berkemih.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
d) Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e) Pola kebiasaan sehari-hari
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala: Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi.  Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya
2. Sirkulasi
Tanda: Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit kemerahan dan
hangat; pucat.
3. Eliminasi
Gejala:
a. Riwayat adanya    ISK     kronis, obstruksi sebelumnya (kalukulus)
b. Penurunan haluaran          urine,   kandung          kemih penuh.
c. Rasa terbakar, dorongan berkemih
d. Diare
Tanda : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih
4. Makanan / cairan
Gejala:
a. Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
b. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau fosfat
c. Ketidak cukupan   pemasukan   cairan;   tidak minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus. Muntah.
5. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi  batu,
contoh pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat menyebar ke punggung,
abdomen, dan turun ke lipat  paha/genetalia.  Nyeri  dangkal  konstan menunjulkkan
kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut,
hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : Melindungi ; perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
6. Keamanan
Gejala  : Penggunaan alcohol. Demam, menggigil.
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala  :
a. Riwayat  kalkulus  dalam  keluarga,  penyakit ginjal, hipertensi, cout, ISK kronis
b. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatinoklisme
c. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

No SDKI
1. - Nyeri akut b.d Agen pencederaan fisiologis d.d Klien mengatakan merasa nyeri pada
saluran kemih
2. - Gangguan eliminasi urin b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d Klien mengatakan
mengeluarkan urine hanya sedikit dan terasa nyeri pada saat dikeluarkan urine

2.2.3 Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut TINGKAT NYERI OBSERVASI
berhubungan -keluhan nyeri -identifikasi
dengan agen (skala 5) lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,ku
pencedera fisik di -Meringis(skala 5) alitas,intensitas nyeri
buktikan dengan -identifikasi skala nyeri
mengeluh nyeri dan -identifikasi respons nyeri non verbal
tampak meringis -monitor efek samping penggunaan
analgetik
TERAPEUTIK
-Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
-kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
-fasilitasi istirahat dan tidur
EDUKASI
-jelaskan penyebab,periode,dan pemicu
nyeri
-jelaskan strategi meredakan nyeri
KOLABORASI
-kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu
2 - Gangguan Eliminasi Urine Tindakan dukungan perawtan diri
eliminasi urin -Sensasi berkemih BAB/BAK
b.d penurunan meningkat (skala 5) Observasi
kapasitas -Desakan berkemih - Identifikasi kebiasan BAB/BAK
kandung kemih menurun(skala 5) sesuai usia
d.d Klien -berkemih tidak - Monitor integritas kulit pasien
mengatakan tuntas menurun Terapeutik
mengeluarkan (skala 5) - Buka pakaian yang diperlukan
urine hanya - untuk memudahkan eliminasi
sedikit dan terasa - Dukung penggunaan toilet/
nyeri pada saat commede/pispot/ urinal secara
dikeluarkan urine
konsisten
- Ganti pakaian setelah eliminasi,
jika perlu
- Sediakan alat bantu (mis.kateter
eksternal, urinal) jika perlu
Edukasi
- Anjurkan BAB/BAK secara rutin
- Anjurkan ke kamar mandi/toilet
jika perlu

2.2.4 Implementasi

Melakukan semua rencana yang sudah direncanakan sebelumnya

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan


dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.

2.3 Asuhan Kasus Keperawatan


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras
seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan
nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Masalah keperawatan yang
sering dialami pada batu saluran kemih ialah nyeri akut, gangguan pola eliminasi
urin, resiko tinggi kekurangan volume cairan dan defisiensi pengetahuan.

3.2  Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit batu saluran
kemih. Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga
agar mereka faham dengan batu saluran kemih dan bagaimana pengobatannya.

Anda mungkin juga menyukai