Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PREEKLAMSI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Penyakit
Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Namun gejala ini
dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
(Mansjoer,2000)
Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan terjadinya hipertensi, edema, dan proteinuria tetapi tidak menunjukan tandatanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasa
muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu (Obgynacea,2009)
Manuaba (1998) mendefinisikan bahwa preeklamsia (toksemia gravidarum)
adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria atau edema yang terjadi
pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
Eklamsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa
nifas yang ditandai dengan munculnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf)
dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukan gejala-gejala pre-eklamsia.
Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umunya terjadi pada wanita hamil atau
nifas dengan tanda-tanda preeklamsia (Sarwono,2005)
Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan preeklamsia yang
tidak disebabkan oleh hal lain (Cunningham,2005).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa preeklamsia adalah
kelainan multiorgan pada wanita hamil yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan
proteinuria setelah kehamilan berusia 20 minggu. Terdapat 2 klasifikasi preeklamsia,
yakni: preeklamsia ringan dan preeklamsi berat.
Sedangkan eklamsia adalah kelainan pada masa kehamilan atau masa nifas
ditandai dengan kejang atau tanda preeklamsia yang tidak disebabkan oleh hal
lainnya. Kejang pada eklamsia terjadi secara bertahap pada awalnya 30 detik, lalu
meningkat selama 2 menit, sebelum akhirnya pingsan selama 10-30 menit hal ini
perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan komplikasi berat, seperti: gagal jantung,
gagal ginjal, terganggunya fungsi paru dan tersendatnya metabolism tubuh.
2. Tanda dan Gejala
Pada umumnya preeklamsia dan eklamsia ditandai dengan:

1. Nyeri kepala hebat pad abagian depan atau belakang kepala yang dikuti
dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut
terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit
kepala lainnya.
2. Gangguan pengelihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya,
pandnagan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
3. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa ditoleransi dengan suara berisik
atau gangguan lainnya.
4. Nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah.
5. Gangguan pernapasan sampai cyanosis.
6. Terjadi gangguan kesadaran.
Jika ditelaah berdasarkan klasifikasinya manifestasi klinis pada preeklamsi adalah
sebagai berikut:
a. Gejala klinis preeklamsi ringan meliputi:
1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg (140 mmHg namun kurang 160
mmHg) atau lebih, diastole 15 mmHg (90 mmHg sampai kurang 110
mmHg) atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20
minggu.
2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih dari 0.3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif positif 2 (+2)
3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
4. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturutturut.
5. Timbul salah satu atau lebih tanda gejala preeklamsi berat.
b. Gejala Klinis preeklamsi berat meliputi:
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan adanya rasa nyeri pada
epigastrum.
5. Terdapat edema paru dan sianosis.
Jika dilihat dari klasifikasi eklamsi berdasarkan waktu terjadinya eklampsia, yaitu:
1.

2.

Eklampsia gravidarum
Kejadian 50% sampai 60 %
Serangan terjadi dalam keadaan hamil
Eklampsia parturientum
Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
Saat sedang inpartu
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai
inpartu

3.

Eklampsia puerperium
Kejadian jarang 10 %
Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir

Kejang kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :

1) Tingkat awal atau aura


Berlangsung 30 35 detik
Tangan dan kelopak mata gemetar
Mata terbuka dengan pandangan kosong
Kepala di putar ke kanan atau ke kiri
2) Tingkat kejang tonik
Berlangsung sekitar 30 detik
Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis,
tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.
3) Tingkat kejang klonik
Berlangsung 1 sampai 2 menit
Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
Konsentrasi otot berlangsung cepat
Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
Mata melotot
Mulut berbuih
Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
4) Tingkat koma
Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas
Lamanya bervariasi

3. Penyebab
Sampai saat ini penyebab pasti untuk preeklamsia maupun eklamsia belum
diketahui. Penyakit ini dianggap sebagai Maladaption syndrome akibat vasospasme
general dengan segala akibatnya. Ada beberapa teori yang dapat diterima untuk
menerangkan penyebab dari preeklamsia maupun eklamsia, yaitu:
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuaensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklamsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.

Adapula teori yang menyatakan prostasiklin dan trombosan berperan dalam


menimbulkan preeklamsia dan eklamsia.
1. Peran faktor imunologis
2. Peran faktor genetic, dalam faktor ini sangat dipengaruhi oleh reninangiostensin-aldosteron system (RAAS)
3. Faktor Predisposisi
Molahidatidosa
Diabetes militus
Kehamilan ganda
Hidrops fetalis
Obesitas
Umur wanita yang lebih dari 35 tahun atau kurang dari 20 tahun.
4. Patofisiologi
Menurut Mochtar (2011) pada preeklamsia terdapat penurunan plasma dalam
sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokri, dimana perubahan pokok pada
preeklamsia yaitu mengalami spasme pembuluh darah, perlu adanya kompensasi
hipertensi yaitu suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan tercukupi.
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap
angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler,
akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh
darah kesemua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak
menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta
dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas
terhadap oksitosin meningkat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan,
tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan
hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan
peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat terjadi penurunan volume darah,
edema berat dan berat badan naik dengan cepat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan
hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau
nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi
yang hebat dari preeklamsia, enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat.
Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symtom
visual skotama dan pandangan kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema

serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit
kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek).
Edema paru dihubungkan dengan edema umum yang berat, kompliksai ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
5. Pathway
Tekanan darah
Meningkat

Normal

(TD >140-190)
Hamil > 20 minggu

Hamil < 20 minggu


Superimposed Pre Eklamsia

Hipertensi kronik

Kejang (-)

Kejang (+)

Pre Eklamsia

Eklamsia

Penurunan Pengisiian darah di ventrikel kiri


Proses 1 cardiac
output menurun

Volume dan TD menurun

Kelebihan volume cairan

Vaso spasme pada pembuluh darah


Merangsang medulla oblongata
Sistem Saraf Parasimpatis meningkat

Kulit
Paru
HCL
Pembuluh darah Akral Dingin Jantung
Kongesti
vena
Konstipasi
Akumulasi gas
pulmonal Vasokontriksi
Keluar
Penumpukan
Kompresi saraf simpatis
Peristaltik
Perubahan
perfusi
Keringat
darah
meningkat,
gangguan
Menurun nutrisi
Ketidakseimbangan
berlebih
iramajaringan
jantung,perifer
aliran
Proses Perpindahan
cairan
Metabolisme
kurang dari kebutuhan
turbulensi emboli
karena perbedaan
turun tekanan
LAEDP
Timbul Oedema gangguan
fungsi aveoli

Ggn Rasa
Nyaman Gas
Gangguan
Pertukaran

6. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit

menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
USG : untuk mengetahui keadaan janin
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
7. Kriteria Diagnosis
8. Tindakan Penanganan
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tanda-tanda
sedini mungkin(pre elkampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup
supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada terhadap
kemungkinan terjadinya pre eklampsia kalau ada faktor-faktor peredisposisi.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, dan
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, karbohidrat, tinggi protein dan
menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah:
a. Untuk mencegah terjadinya PE dan E
b. Hendaknya janin lahir hidup
c. Trauma pada janin seminimal mungkin
Pada dasarnya penanganan preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi
pada saat yang optimal yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, tetapi sudah
cukup matur untuk hidup diluar uterus. Setelah persalinan berakhir jarang
terjadi eklampsia dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar
kandungan daripada dalam uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat
dicapai pada penanganan preeklampsia, terutama bila janin masih sangat
prematur. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan medis untuk dapat
menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
Penatalaksanaan Pre-eklamsi ringan: :
1.

Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk

2.

penanganan preeklampsia
Tidak perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya,
tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas

3.
4.

aman 140-150/90-100 mmHg


Pemberian luminal 1 sampai 2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg / hari

5.

Bila tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan


obat anti hipertensi: metildopa 3 x 125 mg/hari (maksimal 1500
mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5 10 mg / hari, atau nifedipin retard
2-3 x 20 mg / hari atau pindolol 1-3 x 5 mg / hari 9 maks. 30 mg /

6.
7.

hari
Diet rendah garam dan diuretika tidak perlu
Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa

8.

setiap 1 minggu.
Indikasi rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun
setelah rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu

9.

2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan preeklampsia berat.


Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai

10.
11.

preeklampsia berat.
Jika ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.
Pengakhiran kehamilan ditunggu sampai usia kehamilan 40
minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat
janin, solusio plasenta, eklampsia atau indikasi terminasi

12.

kehamilan lainnya.
Persalinan dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan
atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.

Penatalaksanaan Pre-eklamsi berat :


Pre-eklamsi berat kehamilan kurang 37 minggu:
1. Janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan
pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penanganannya adalah sebagai
berikut:
a. Berikan suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul
dengan injeksi tambahan 4 gr Im setiap 4 jam( selama tidak ada kontra
dindikasi)
b. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium
dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia
ringan (kecuali jika ada kontraindikasi)
c. Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin monitor, penimbangan
berat badan seperti pre-eklamsi ringan sambil mengawasi timbul lagi
gejala.

d. Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi


kehamilan: induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru
janin, maka penatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37
minggu.
3. Pre-eklamsi berat kehamilan 37 minggu ke atas:
1. Penderita di rawat inap
a. Istirahat mutlak dan di tempatkan dalam kamar isolasi
b. Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
c. Berikan suntikan sulfas magnesium 8 gr IM (4 gr bokong kanan
dan 4 gr bokong kiri)
d. Suntikan dapat di ulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
e. Syarat pemberian Mg So4 adalah: reflek patela (+), diurese 100cc
dalam 4 jam yang lalu, respirasi 16 permenit dan harus tersedia
antidotumnya: kalsium lukonas 10% ampul 10cc.
f. Infus detroksa 5 % dan ringer laktat
2. Obat antihipertensif: injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya
diberikan tablet katapres 3x tablet sehari
3. Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru
dan kegagalan jantung kongesif. Untuk itu dapat diberikan IV lasix 1
ampul.
4. Segera setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi
dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi
wanita dilarang mengedan.
6. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi pendarahan
disebabkan atonia uteri.
7. Pemberian sulfas magnesium kalau tidak ada kontraindikasi,
diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam post partum.
8. Bila ada indikasi obstetik dilakukan sectio cesaria.
Prinsip penanganan preeklampsia:
1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3. Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)

4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin
atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
9. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia yaitu antara lain (Mitayani, 2009):
a. Pada ibu
Eklamsia
Solusio plasenta
Perdarahan subkapsula hepar
Kelainan pembekuan darah
HELLP syndrome (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet
count)
Ablasio retina
Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada janin
Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
Prematur
Asfiksia neonatorum
Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35
tahun, Jenis kelamin.
a. Riwayat Kesehatan
1. keluhan Utama : biasanya

klirn dengan preeklamsia

mengeluh demam, sakit kepala


2. Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi,
oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
4. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola
hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre
eklamsia atau eklamsia sebelumnya.

5. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan


pokok maupun selingan.
6. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan
moril untuk menghadapi resikonya.
b. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
c. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika
ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi,
efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak
memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi
d. Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas
Gejala : biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan,
penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis
+/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksigen.
Abdomen
Gejala :
i.

Inspeksi : biasanya Perut membuncit sesuai usia


kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi

ii.

atau tidak.
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi

edema.
1. Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah
proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler.
2. Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian
bagian kecil janin di sebelah kanan.
3. Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir.

4. Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah


iii.

masuk pintu atas panggul


Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya

iv.

fetal distress
Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat

pemberian SM (jika refleks +)


Eliminasi
Gejala : biasanya proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup,
oliguria
Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan ,
muntah-muntah. Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Tanda : cemas
Neurosensori
Gejala : biasanya terjadi hipertensi. Tanda : biasanya terjadi kejang
atau koma
Nyeri / kenyamanan
Gejala : biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala,
ikterus, gangguan penglihatan. Tanda : biasanya klien gelisah,
Pernafasan
Gejala : biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki,
Whezing, sonor. Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak,
apakah ada bising atau tidak.
Keamanan
Gejala : apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2) Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3) Pemeriksaan Fisik (Persistem)
Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin
kurang, kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak
sehabis melakukan aktifitas,

krekes mungkin ada, adanya

edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.


Sistem cardiovaskuler

Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva


anemis.
Palpasi :
Tekanan darah

biasanya

pada

preeklamsia

terjadi

peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu


kehamilan.
Nadi : biasanya nadi meningkat atau menurun.
Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan
Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa
jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang
tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk
mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang
tidak teratur gerakan janin melemah.
System reproduksi
1) Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan
pada payudara.
5) Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir
bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini /
tidak.
3) Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin,
lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat
kontraksi uterus
Sistem integument perkemihan
1) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada
ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang
meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
2) Oliguria
3) Proteinuria
Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
Sistem Pencernaan

Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium


(kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
f. Pengelompokan Data
Data Subyektif
Biasanya ibu mengeluh Panas
Biasanya ibu mengeluh sakit dan nyeri kepala
Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada

2.

janin
Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
Skala nyeri (2-4)
Biasanya ibu mengatakan kurang nafsu makan
Biasanya ibu sering mengeluh mual muntah
Biasanya ibu sering bertanya tentang penyakitnya
Biasanya ibu sering mengungkapkan kecemasan
Data Obyektif
Biasanya teraba panas
Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
Biasanya ibu tampak kejang
Biasanya ibu tampak lemah, konjungtiva anemis
Biasanya penglihatan ibu kabur
Biasanya klien tampak cemas dan gelisah
Biasanya klien tampak kurus
Tonus otot perut tampa tegang
Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
Biasanya DJJ bayi cepat >160
Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
Aktivitas janin menurun
Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman ( Nyeri Akut ) b.d kompresi saraf simpatis
meningkat, gangguan irama jantung, aliran turbulensi emboli.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d akumulasi
gas meningkat.
3) Konstipasi b.d gerakan peristaltic menurun
4) Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi-perfusi, hipoksia, sianosis.
5) Kelebihan volume cairan b.d kerusakan fungsi glumerulus sekunder

3.

terhadap penurunan cardiac output.


Rencana Asuhan Keperawatan Keperawatan
No
1

Diagnosa
NOC
NIC
Gangguan
rasa Noc: pain level; Pain Nic: Pain management
1. Observasi
vital
nyaman ( Nyeri control; comfort Level
Kriteria Hasil:
sign pasien tiap 4

Akut ) b.d kompresi

1. Pasien

saraf

mengontrol nyeri
2. Pasien

simpatis

meningkat,
gangguan

irama

jantung,

aliran

turbulensi emboli.

mampu

melaporkan nyeri
berkurang (skala

jam
2. Berikan

posisi

nyaman

pada

pasien
3. Bantu melakukan
teknik

0-10)
-

relaksasi

misalnya : nafas
dalam

perlahan

perilaku distraksi
4. Kolaborasi
Pemberian
2

Ketidakseimbangan

analgetik
Nic:
Nutrition

Noc: Nutritional status


Criteria hasil:
nutrisi kurang dari
monitoring, nutrition
1. Pasien
menjadi
kebutuhan
tubuh
management
nafsu makan
1. Monitor
adanya
b.d akumulasi gas
2. Tidak ada tandapenurunan
berat
meningkat.
tanda malnutrisi
badan
2. Anjurkan
pasien
untuk
mengkonsumsi
makanan

sedikit

tapi sering
3. Berikan makanan
yang terpilih sesuai
dengan

hasil

konsultasi dengan
ahli gizi
4. Kolaborasi dengan
ahli

gizi

untuk

menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi

yang

dibutuhan pasien

Konstipasi

b.d NOC:

Bowel NIC:

Constipation

gerakan peristaltic elimination; hydration management


Criteria hasil:
1. Monitor
feses:
menurun
1. Feses lunak dan
bentuk,
berbentuk
frekuensi,konsisten
2. Bebas
dari
si
ketidaknyamanan
2. Menganjurkan
dan konstipasi
pasien
mengkonsumsi air
putih lebih banyak
3. Menganjurkan
pasien
mengkonsumsi
makanan

tinggi

serat
4. Kolaborasi
4

Gangguan

NOC:

pemberian laksatif
respiratory NIC:
Airway

pertukaran gas b.d status: gas exchange; management


1. Beri posisi nyaman
ventilasi-perfusi,
respiratory
status:
(semi fowler) pada
hipoksia, sianosis.
ventilation
Criteria hasil:
pasien
1. Tanda-tanda vital 2. Monitor pola napas
dalam

rentang

normal
2. Pasien bebas dari
tanda-tanda
distress
pernapasan
3. Tidak ada sianosis
dan dyspneu

pasien
3. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
4. Ajarkan
pasien
cara batuk efektif
5. Kolaborasi
tindakan fisioterapi
dada

dan

bronkodilator bila

Kelebihan volume NOC:

elctrolit

perlu
and NIC:

Fluid

cairan

b.d acid base balance;fluid management


1. Monitor vital sign
kerusakan
fungsi balance; hydration
Criteria hasil:
pasien
glumerulus
1. Terbebas
dari 2. Catat intake dan
sekunder terhadap
edema
output
cairan
penurunan cardiac 2. Terbebas
dari
pasien
output.
distensi
vena 3. Berikan
cairan
jugularis

instruksi.

Pantau

kecepatan

IV

secara cermat.
4. Berikan perawatan
kulit . Ganti posisi
pasien setidaknya 2
jam dan tinggikan
ekstremitas

yang

mengalami edema.
5. Periksa kulit pasien
setiap hari untuk
mengetahui
memar

tanda
atau

perubahan warna.
C. Daftar Pustaka
Varney,Helen dkk.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Edisi 4. EGC: Jakarta
Duff, Patrick dkk.2005.Obstetrick & Gynecology.International Edition. Mc. Grow Hill
Medical: North America
DTM, Dr Faisal Yatim.2001.Haid Tidak Wajar dan Menopause.Pustaka Populer
Obor:Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC.EGC: Jakarta

Nanda Internasional.2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011.EGC:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai