Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN


SISTEM INTEGUMENT DAN IMUN“

Disusun oleh :

Nama : Silvi widya ningsih

Nim : 18334096

Tingkat : III D

Dosen pembimbing : Ns. Hilma Yessi, S.Kep M.Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

SUMATERA BARAT

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha
penyayang kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah yang telah
melimpahkan rahmat hidayah-Nya pada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalahini dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi


penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi aran dan kritik pada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
kami dikemudian hari.

Pariaman, 16 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 

DAFTAR ISI............................................................................................................ 
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 
A.    Latar Belakang............................................................................................... 
B.     Tujuan............................................................................................................ 
C.     Manfaat
BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................... 
1. SISTEM INTEGUMENT ...................................................................................
a. Pengertian Kulit....................................................................................... 
b. Lapisan Kulit............................................................................................ 
c. Pembuluh Darah dan Saraf...................................................................... 
d. Kelenjar-kelenjar Kulit............................................................................. 
e. Pelengkap Kulit........................................................................................ 
f. Fungsi Kulit............................................................................................. 
2. SISTEM IMUN....................................................................................................
a. Pengertian imun.........................................................................................
b. fungsi dari sistem imun.............................................................................
c. macam-macam sistem Imun......................................................................
d. jenis-jenis antibodi.......................................................................................
e. penyebab menurunnya sistem imun........................................................
f. mekanisme dari sitem imum...................................................................

BAB III Asuhan Keperawatan................................................................................


1.      Pengkajian..........................................................................................................
2.      Diagnosa keperawatan dengan urtikaria.....................................................
3.      Intervensi Keperawatan.................................................................................
4.      Dokumentasi..................................................................................................
5.      Evaluasi.......................................................................................................... 
BAB IV PENUTUP............................................................................................... 

A.    Kesimpulan.................................................................................................... 
B.     Saran.............................................................................................................. 

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah


reaksi di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema
(bengkak) setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna
pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal,
rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain
biduran atau kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah
di temukan,ternyata pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak member
hasil seperti yang di harapkan.
Penelitan urtikaria jarang dilakukan di Indonesia
baik  prevalensi  maupun distribusinya, sehingga data urtikaria sangat minimal di
Palembang  dan Sumatera  Selatan. Penelitian
epidemiologi  urtikaria  ini  belum  pernah  dlakukan,  dara  yang  dipublikasikan
adalah data rawat jalan di Unit Pelayanan Kesehatan.
Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui  prevalensi  unikaria  akut  dan
kronik  di  masyarakat,  faktor risiko populasi di kota Palembang berumur 14-19
tahun. Disain studi berupa  studi  potong  lintang dengan  mendistribusikan
kuesioner  kepada 3000 responden usia l4-19 tahun dengan memakai besar sampel
dengan variabilitas maksimal p : q = 0,5 dan maksimal error = 5%. Hasil
penelitian didapatkan prevalensi urtikaria secara keseluruhan 42,78%, prevalensi
pria (46,09%) lebih tinggi dari wanita (40,84%)  dengan odd ratio: 1.24 dengan
C.195% [1.06-1.44]. Prevalensi urikaria akut lelaki 2,8%, wanita
4.3%,  sedangkan prevalensi urtikaria akut secara keselumhan subjek penelitian :
7%. prevalensi urtikaria kronik lelaki  : 0,9 %, wanita = 1,5% dan prevalensi total
urtikaria kronik subiek penelitian =  2,4%. Faktor pencetus urtikaria akut dan
kronik adalah paparan angina dan garukan, sedangkan urtikaria akut:
faktor  pencetus alergi ikan laut dan cuaca dingin, urtikaria kronik: cuaca dan
alergi. Genetik dan atopi penderita biduran 21,2 % dan atopi  berupa  hidung
tersumbat 17,5%. Diantara penderita urtikaria kronik didapatkan 159 kasus
urtikaria fisik, pada urtikaria akut didapatkan 58 urtikaria fisik,  terdapat 34 kasus
yang alergi terhadap obat-obatan, serta 85 kasus setiap serangan urtikaria disertai
dengan purpura. Umur serangan pertama kali diantara 10-15 tahun dan
yang  meninggalkan bekas bercak hitam pasca urtikaria 175 orang, serangan lebih
dari 24 jam sebanyak 526 kasus. (Suryadi, 2007).
Imonologi atau Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam
resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel,
molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respons imun.
Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap
bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim dan menggunakan
makanan yang banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain
menginfeksi sel pejamu dan berkembang biak intraseluler dengan menggunakan
sumber energi sel pejamu. Baik mikroba ekstraseluler maupun intraseluler dapat
menginfeksi subyek lain, menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga
yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk pejamu. Pertahanan imun terdiri atas
sistem imun alamiah atau nonspesifik (nature innate/ native) dan didapat atau
spesifik (adaptive/ acquired).

B.  Tujuan
1. Menjelaskan tentang anatomi dan fisiologi kulit
2. Menjelaskan pengertian urtikaria
3. Menjelaskan etiologi urtikaria
4. Menjelaskan tanda dan gejala urtikaria
5. Menjelaskan tentang patofisiologi urtikaria
6. Menyebutkan pemeriksaan penunjang pada pasien dengan urtikaria
7. Menjelaskan penatalaksanaan dari urtikaria
8. Menjelaskan Askep pada pasien dengan urtikaria.
9. Menjelaskan sistem Imun.
10. Menjelaskan fungsi dari sistem imun.
11. Menjelaskan macam-macam sistem Imun.
12. Menjelaskan jenis-jenis antibodi.
13. Menjelaskan penyebab menurunnya sistem imun.
14. Menjelaskan mekanisme dari sitem imum.

C. Manfaat
1.    Mahasiswa dapat memahami konsep dan proses keperawatan pada pasien
dengan gangguan integument dan imun sehingga dapat menunjang mata
kuliah keperawatan medical bedah 2.
2.    Mahasiswa mampu mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga
dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. SISTEM INTEGUMENT

a. Pengertian Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang
menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit
bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. Kulit mencakup kulit
pembungkus permukaan tubuh berikut turunannya termasuk kuku, rambut
dan kelenjar. (Syaifuddin, 2006).
Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan. Luas : 1,50 – 1,75 m.
Tebal rata – rata : 1,22 mm. Daerah yang paling tebal : 66 mm, pada
telapak tangan dan telapak kaki dan paling tipis : 0,5 mm, pada daerah
genetalia.

b. Lapisan Kulit
Menurut (Syaifuddin, 2006) Lapisan kulit terdiri dari beberapa
lapisan, yaitu:

 EPIDERMIS
Epidermis memiliki beberapa lapisan sel:
 Stratum Korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti
selnya sudah mati, dan mengandung zat keratin.
 Stratum Lusidumi, selnya pipih, bedanya dengan stratum
granulosum ialah sel-sel sudah banyak yang kehilangan inti dan
butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan
ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam
lapisan terlihat seperti suartu pita yang bening, batas-batas sel
sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidum.
 Stratum Granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti
kumparan. Sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar
dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir
yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam
pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-butir stratum
granulosum.
 Stratum Spinosum/stratum akantosum, lapisan ini merupakan
lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-
8 lapisan. Berbentuk seperti poligon (banyak sudut) dan
mempunyai tanduk (spina).
 Stratum Basal/germinativum, terletak di bagian basal. Sel ini
merupakan sel-sel induk. Berbentuk silindris (tabung) dengan inti
yang menonjol. Terdapat butir melanin warna.

 DERMIS
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan
epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatas
dengan subkutis, tapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan
ialah mulainya terdapat sel lemak.

Dermis terdisi dari 2 lapisan:


1.    Bagian atas, para papilaris (stratum papilar)
2.    Bagian bawah, retikularis (stratum retikularis).

 SUBKUTIS
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak  dan diantara
gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak
ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga
membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus, yang tebalnya tidak
sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan
perempuan tidak sama (berlainan).
Guna penikulus adiposus adalah sebagai shok breker = pegas / bila
terkena trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu. Penimbunan kalori, dan tambahan untuk keantikan
tubuh.

c. Pembuluh darah dan Saraf


 PEMBULUH DARAH
Pembuluh darah kulit terdiri dari 2 anyaman pembuluh darah nadi,
yaitu:
Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar. Anyaman ini terdapat
antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan
arteriole pada tiap-tiap papilakori.
Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam. Anyaman
ini terdapat antara korium dan subkutis, anyaman ini memberikan cabang-
cabang pembuluh nadi ke alat-alat tambahan yang terdapat di korium.
(syarifuddin, 2006)

 SUSUNAN SARAF KULIT


Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal
dan permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motori dan saraf sensorik.
Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang
terdapat pada kulit. Sedangkan saraf sensorik berguna untuk
menerimarangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit ujung-
unjung saraf sensorik ini membentuk bermacam-macam kegiatan untuk
menerima rangsangan. Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima
rangsangan sakit/nyeri banyak terdapat di epidermis. Disini ujung-ujung
sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu
organ. (syarifuddin, 2006).

d. Kelenjar-kelenjar Kulit
a.    Kelenjar Sebasea
Berasal dari rambut yang bermuara pada saluran folikel rambut
untuk melumasi rambut dan kulit yang berdekatan.
b.   Kelenjar Keringat
Kelenjar tubular bergelung tidak berabang pada seluruh kulit
kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis, dan gendang telinga.
Dan paling banyak pada telapak tangan dan kaki. Terdapat 2 kelenjar
keringat yaitu kelenjar keringat ekrin dan kelenjar keringat apokrin.
1)   Kelenjar keringat ekrin: tersebar di seluruh tubuh kecuali
kulit pembungkus penis, bagian dalam telinga luar, telapak tangan/kaki,
dan dahi. Badan kelenjar terdapat antara perbatasan kulit ari dan kulit
jangat, salurannya berbelok-belok keluar dan berada pada lapisan jangat,
lalu berjalan lurus ke lapisan epidermis dan bermuara pada permukaan
kulit pada pori-pori keringat.

2)   Kelenjar keringat apokrin: kelenjar keringat yang besar hanya


dapat ditemukan pada ketiak, kulit puting susu, kulit sekitar alat kelamin,
dan dubur. Kelenjar ini terletak lebih dalam dan saluran keluarnya
berbelok-belok kemudian lurus menuju epidermis dan bermuara pada
folikel rambut, bersama keringat keluar bagian-bagian sel kelenjar yang
sudah rusak dan berbau khas.

e. Pelengkap Kulit
Pelengkap kulit terdiri dari 2 macam yaitu, Rambut dan Kuku.

 RAMBUT
Rambut adalah batang sel gepeng mati, berisi keratin dan memiliki
peran utama sebagai pelindung. Akar rambut atau bulbus, terkubur dalam
lubang atau folikel. Saat sel baru bertambah banyak bagian akar, rambut
memanjang dari bawah. Berbagai jenis rambut tumbuh dengan kecepatan
yang berbeda, rambut kulit kepala memanjang sekitar 0,3 mm setiap hari.
Namun demikian, rambut tidak tumbuh terus-menerus. Setelah tida sampai
empat tahun, folikel masuk dalam fase istirahat dan rambut terlepas dari
dasarnya. Tiga sampai enam bulan kemudian, folikel aktif kembali dan
mulai menghasilkan rambut baru. (Ensiklopedia Tubuh Manusia, 2007).
Rambut terdiri dari:
a.    Rambut panjang dikepala, pubis dan jenggot.
b.    Rambut pendek dilubang hidung, liang telinga dan alis.
c.    Rambut bulu lanugo diseluruh tubuh.
d.   Rambut seksual dipubis dan aksila (ketiak).

Beberapa fungsi dari rambut adalah sebagai berikut:


a.    Sebagai pelindung, pada muara lubang telinga/hidung terdapat benda-
benda yang masuk serta melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet dan
panas.
b.    Mengatur suhu, pengaturan panas dengan cara bulu badan menyimpan
panas.
c.    Pembuangan keringat dan air, karena permukaan yang luas, rambut akan
membantu penguapan keringat.
d.   Pengaturan emosi, apabila mengalami ketakutan bulu tengkuk berdiri.
e.    Sebagai alat perasa, rambut memperbesar rangsangan sentuhan terhadap
kulit.

 KUKU
Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah tertanam
dalam palung kuku menurut garis lekukn pada kulit. Palung kuku mendapat
persarafan dan pembuluh darah yang banyak.
Bagian proksimal terletak dalam lipatan kulit merupakan awal kuku
tumbuh, bdan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit dengan kuat terikat dalam
palung kulit dan bagian atas merupakan bagian yang bebas. (syarifuddin,
2006).
Bagian dari kuku, terdiri dari:
a.    Ujung kuku atas ujung batas
b.    Badan kuku yang merupakan bagian yang besar
c.    Akar kuku (radik).

f. Fungsi Kulit
a.    Melindungi tubuh terhadap luka, mekanis, kimia dan termis karena
epitelnya dengan bantuan sekret kelenjar memberikan perlindungan
terhadap kulit.
b.    Perlindungan terhadap mikro organisme patogen.
c.    Mempertahankan suhu tubuh dengan pertolongan sirkulasi darah.
d.   Mengatur keseimbangan cairan melalui sirkulasi kelenjar.
e.    Alat indera melalui persarafan sensorik dan tekanan temperatur dan
nyeri.
f.     Sebagai alat rangsangan rasa yang datang dari luar yang dibawa oleh
saraf sensorik dan motorik keotak.

2. SISTEM IMUN

a. Pengertian Sistem Imun


Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses
pertahanan atau imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau
organisme asing yang masuk kedalamtubuh. Secara historisistilahini
kemudian digunakan untuk menjelaskan perlindungan terhadap penyakit
infeksi. Untuk melindungi dirinya, tubuh memerlukan mekanisme yang
dapat membedakan sel-sel itu sendiri (Self) dariagen-agen penginvasi
(nonself).

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan


pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini
juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

b. Fungsi Sistem Imun

Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:

 Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak


sakit, dan jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini
mendapatkan gangguan atau tidak bekerja dengan baik, maka oranmg
akan mudah terkena sakit

 Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan


dari komponen tubuh.

 Perondaan(Penjaga), sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuan


untuk memantau ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang
mengalami mutasi maka sel peronda tersebut akan membinasakannya.

c. Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2 yaitu:

 Sistem kekebalan tubuh non spesifik

Disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas


alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk
satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah
sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non
spesifik.Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.

 Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama

Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut


kekebalan tubuh alami. Tubuh memberikan perlawanan atau
penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit menjadi
penghalan bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit
mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan
mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan
terhadap senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan
mikroorganisme tersebut.

Minyak yang dihasilkan oleh Glandula Sebaceae


mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk
memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus
dan akan dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga
memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring udara dari
partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh
tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut
lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis
membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel
kemudian pecah dan mati. Bila patogen berhasil melewati pertahan
tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif.

 Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua

Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non


spesifik, dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke
dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu
akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi
berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya
pecah. Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar
dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa
kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit,sel-sel
darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut.
Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika
yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis.

Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan


cara menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan
membunuh patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan
bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan
senyawa racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim
lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba. Pada bagian
tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke
bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru(alveolar macrophage),
hati(sel-sel Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial), otak(sel–sel
microgial), jaringan penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan
spleen. Acidofil/Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-
parasit besar. Sel ini akan menempatkan diri pada dinding luar
parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-granul
sitoplasma yang dimiliki.

Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam


menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang paling penting
dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen
yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan
spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang
terinfeksi oleh virus yang berfungsi menghambat produksi virus
pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil melewati seluruh
pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera
berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh
limfosit.

 Sistem kekebalan tubuh spesifik

Pertahanan spesifik: imunitas diperantarai antibodi untuk respon


imun yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini,
dimana limfosit B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan
respon imun sekunder.Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan
cocok, maka limfosit B membelah secara mitosis dan menghasilkan
beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b segera melepaskan antibodi
yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk menghancurkan
antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk mengeluarkan
histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan
antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa
ini disebut limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika
suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan
cepat menghasilkan lebih banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya.
Semuanya melepaskan antibodi dan merangsang sel Mast
mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut.

Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan


antibodi yang ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa
respon imun sekunder jauh lebih cepat daripada respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama
dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang
disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B yang mengingat
antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori biasanya berumur
panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen
spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam
waktu yang sangat lama, maka Limfosit b bisa saja mati, dan individu
yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi
jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus
diulang dari awal.

d. Jenis-jenis Antibodi

Antibodi adalah protein berbentuk Y dan disebut


Immunoglobulin(Ig), hanya dibuat oleh Limfosit B. Antibodi berikatan
dengan antigen pada akhir lengan huruf Y. Bentuk lengan ini akan
menentukkan beberapa macam IG yang ada, yaitu IgM, IgG, IgA,IgE dan
IgD. Saat respon imun humoral, IgM adalah antibodi yang pertama kali
muncul. Jenis lainya akan muncul beberapa hari kemudian. Limfosit B
akan membuat Ig yang sesuai saat interleukin dikeluarkan untuk
mengaktifkan Limfosit T saat antigen menyerang.

Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak


dengan cara mengikatkan antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen
tersebut dari sel yang ingin dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi.
Semua Ig mempunyai kemampuan ini. Antibodi juga mempersiapkan
antigen untuk dimakan oleh makrofag. Antobodi mengikatkan diri pada
antigen sehingga permukaannya menjadi lebih mudah menempel pada
makrofag. Proses ini disebut opsonisasi.

IgM dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok protein


yang mempunyai kemampuan unutk memecah membran sel.IgM dan IgG
bekerja paling maksimal dalam sistem sirkulasi,IgA dapat keluar dari
peredaran darah dan memasuki cairan tubuh lainnya.IgA berperan penting
untuk menghindarkan infeksi pada permukaan mukosa. IgA juga berperan
dalam resistensi terhadap banyak penyakit. IgA dapat ditemukan pada ASI
dan membantu pertahanan tubuh bayi.IgD merupakan antibodi yang
muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon imun.IgE merupakan
antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan besar
merespon infeksi dari protozoa dan parasit.

Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan


tetapi menetralkannya atau menyebabkan antigen ini menjadi target bagi
proses penghancutan oleh mekanisme opsonosasi, aglutinasi,presipitasi
atau fiksasi komplemen. Opsonisasi, aglutinasi dan presipitasi
meningkatkan proses fagositosis dari komplek antigen-antibodi sementara
fiksasi komplemen memicu proses lisis dati protein komplemen pada
bakteri atau virus.

Sistem imun manusia terdiri daripada organ imun, sel imun dan
lain-lain. Organ imun merujuk kepada sumsum tulang, kelenjar timus,
limpa, nodus limfa, tonsil, apendiks dan sebagainya. Kebanyakan sel imun
terdiri daripada sel T dan sel B. Sel B akan matang dalam sumsum tulang,
apabila sistem darah diserang, ia akan memproses antibodi untuk
menentang virus dan bakteria. Sel T dihasil oleh sumsum tulang,
bertumbuh dan matang di kelenjar timus tetapi ia tidak menghasilkan
antibodi. Tugas utamanya adalah: menentang sel yang dijangkiti virus,
bakteria dan kanker. Apabila sistem imun berada di dalam keadaan
normal, tubuh manusia akan dapat menentang berbagai patogen. Walau
bagaimana, jika daya imun berada dalam paras rendah, peluang
menghidapi penyakit menjadi lebih tinggi, terutamanya bayi, kanak-kanak
dan orang tua. Sistem imun bayi masih di dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan.

Oleh itu, antibodi badan masih lemah untuk melawan pelbagai


mikroorganisma. Manakala organ sistem imun orang tua telah uzur dan
semakin merosot, jadi daya tahan sistem imun juga menurun. Sistem
kekebalan tubuh harus selalu dalam keadaan seimbang. Jika tidak, akan
terganggu.Penyebab gangguan sistem kekebalan tubuh ada yang tidak
diketahui dan telah ada sejak lahir (primer). Ada juga gangguan kekebalan
sekunder karena faktor lain, misalnya infeksi (AIDS, campak dan lain-
lain), gizi buruk, serta penyakit ganas misalnya kanker, leukemia, obat-
obatan misalnya obat yang mengandung hormon kortikosteroid, obat
untuk kanker, dan lain-lain.

e. Faktor-faktor Yang Merendahkan Sistem Imun

Sistem imun mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup kita.


Berikut adalah faktor-faktor yang merendahkan sistem keimunan kita:

1. Cara hidup yang tidak sihat

2. Kekurangan zat makanan

3. Pencemaran udara atau alam sekitar

4. Keletihan

5. Tekanan dan kerisauan

6. Kurang bersenaman

7. Penggunaan antibiotik yang berlebihan.

Apabila sistem imun kita menurun, maka lebih mudah untuk kita
mendapat jangkitan. Orang yang mempunyai sistem imun yang rendah
mudah berasa letih, tidak bersemangat, sentiasa selesema, jangkitan usus
(makanan yang tidak sesuai akan menyebabkan muntah dan mual), luka
sukar untuk sembuh, alergi dan sebagainya. Selain itu, sistem imun yang
tidak teratur juga boleh menyebabkan kecederaan pada sel.

f. Antibodi - imunologlobulin

Antibodi didefinisikan sebagai suatu zat cair ( ᵞ- globulin) yang


dibuat sebagai respon terhhadap rangsangan antigen. Ia bekerja sebagai zat
perlindungan terhadap organisme tertentu. Antibodi ditentukan di dalam
serum, getah bening dan cairan tubuh lainya. Serum yang mengandung kadar
antibodi tinggi sesudah infeksi atau imunisasi disebut serum imun. Sifat-sifat
Antibodi:

a. Merupakan suatu protein, Terbentuk sebagai respon terhadap rangsangan


antigen

b. Bereaksi khas dengan antigen yang cocok dengannya dan hasil reaksinya
mudah diamati

c. Secara kimiawi molekul antibodi sulit dibedakan dengan gama globulin


biasa. Globulin merupakan suatu campuran yang rumit dari molekul-
molekul protein yang mirip satu sama lain.

Imunoglobulin ialah protein yang berasal dari hewan yang memiliki


aktivitas sebagai antibodi, termasuk juga protein-protein lain yang struktur
kimiawinya mirip dengannya.Imunoglobulin dibuat oleh elpplasma dan juga
oleh linfosit. Imunoglobulin merupakan 20 sampai 25% dari seluruh protein
serum. Istilah imunoglobulin bedasarkan konsep struktural dan kimiawi,
sedangkan istilah antibodi berdasarkan konsep biologis dan fungsional. Semua
antibodi merupakan imunoglobulin, tetapi tdak semua imunoglobulin bersifat
sebagai antibodi. Bedasarkan ukuranya,kandungan karbonhidrat dan analisis
asam aminonya, telah ditetapkan lima kelompok imunoglobulin yaitu IgG,
IgA, IgM, IgD, dan IgE.

Struktur Imuoglobulin:
Imunoglobulin adalah glikoprotein,tiap molekulnya mempunyai dua
pasang rantai polipeptida yang ukurannya berbeda terikat oleh ikatan disulfide
(S-S). Rantai pendek disebut rantai ringan (light = L) dan rantai panjang
disebut rantai berat (heavy = H). Berat molekul rantai L ialah 25.000
sedangkan rantai H 50.000. Rantai L menempel pada rantai H oleh ikatan
disulfide. Kedua rantai H diikat oleh 1-5 ikatan S-S tergantung jenis kelas
immunoglobulin tersebut. Secara structural dan antigenic rantai H berbeda
untuk tiap-tiap kelas.

Kelas-kelas immunoglobulin:

 IgG

IgG merupakan bagian terbesar immunoglobulin serum. Berat


molekulnya 150.000 dan angka sedimentasinya 7S. Distribusinya merata pada
ruang intravaskuler dan ekstravaskuler. Waktu paruhnya 23 hari. Bentuknya
serupa lingkaran dan panjangnya 250-300 A°. Konsentrasinya didalam serum
normal adalah 5-16 mg/ml. IgG berperan pada berbagai reaksi imunologis
seperti presipitasi, pengikatan komplemen, netralisasi toksin dan virus.Ada 4
kelas IgG yang telah ditemukan yaitu IgG1, IgG2, IgG3, IgG4. Tiap-tiap jenis
ini mempunyai jenis rantai gama yang berbeda yang dapat dibedakan dengan
antiserum khusus.

 IgA

IgA adalah gama atau beta globulin yang dapat bergerak cepat,
merupakan 10% globulin serum. Kadar normalnya di dalam serum ialah 0,6-
4,2 mg/ml. Waktu paruhnya 6-8 hari. Berat molekulnya 160.000 dengan angka
sendimentasi 7S. Terdapat dalam konsentrasi tinggi pada kolostrum, air mata,
cairan empedu, air liur serta secret saluran pencernaan dan hidung. Jumlahnya
akan sangat meningkat pada kasus myeloma multiple. Tidak dapat melewati
plasenta. IgA tidak mengikat komplemen tetapi secara aktif mengubah jalur
reaksi complement. IgA mengikat fagositosit dan penghancuran
mikroorganisme di dalam sel.

IgA yang terdapat di dalam secret mengandung unit struktur tambahan


yang disebut bagian transport (T) atau sekretori (S). Bagian T dibuat di dalam
sel epitel kelenjar, usus dan saluran pernafasan. Bagian ini melekat pada
molekul IgA selama pengangkutannya melalui sel. Bagian T mengikatkan dua
molekul IgA pada bagian Fc. Juga dapat ditemukan rantai J pada IgA. Rantai J
ini dibuat oleh sel limfoid.

 IgM

Juga disebut sebagai macroglobulin yang merupakan 5%-10% dari


seluruh serum globulin (kadarnya di dalam serum 0,5-2 mg/ml). Waktu
paruhnya 10 haril. Berat molekulnya 900.000-1.000.000 dengan angka
sendimentasi 19S. Sebagian besar IgM berada di dalam pembuluh darah
(intravaskuler). Sering ditemukan bentuk polimer dengan rantai J. Bentuknya
merupakan bulatan. IgM terbentuk lebih dini pada respon primer, sedangkan
IgG dibuat lebih belakangan. Waktu paruhnya 5 hari. Tidak dapat melewati
plasenta. IgM lebih efisien bekerja pada reaksi aglutinasi, reaksi sitolisis dan
sitotoksik. Pada septikemia sering ditemukan difisiensi IgM.

 IgD

Konsentrasinya di dalam serum ialah 0,03 mg/ml. Sebagian besar


berada intravaskuler. Waktu paruhnya 3 hari. Fungsinya tidak diketahui
dengan jelas.

 IgE

Merupakan antibody reaginik yang berperan pada reaksi


hipersensitivitas tipe cepat.Berat molekulnya 190.000 dan angka
sedimentasinya 8S. Waktu paruhnya 2 hari. Dapat diinaktifkan dengan
pemanasan pada 56°C selama 1 jam. Mempunyai afinitas terhadap sel-sel
jaringan (terutama mast-cell) pada spesies yang sama. Menjadi perantara pada
reaksi Prausnitz-Kustner. Tidak dapat melewati plasenta atau mengikat
komplemen. Sebagian besar berada intravaskuler. Dalam keadaan normal,
kadarnya di dalam serum sangat kecil. Pada keadaan atopic seperti asma,
demam jerami (hayfever) atau eksim kadarnya akan meningkat, demikian pula
pada anak-anak yang mengidap infeksi cacing.

g. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh

Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak


memiliki pertahanan yang kuat, akan mudah mendapatkan perlawanan baik
dari dalam maupun dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur.
Begitupun halnya tubuh kita. Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang
tinggi pada akhirnya tubuh kita akan jatuh sakit dan mungkin akan berujung
kepada kematian. Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk menjaga agar
tubuh kita bisa melawan serangan apapun baik dari dalam maupun dari luar.

Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa


membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Biasanya ketika ada benda asing yang yang memicu respons imun masuk ke
dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri. Secara
garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun
humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody
(Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam
lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa
makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.

Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang


terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien,
sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga
termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan
paru-paru.

Sistem limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul


tonjolan kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini
dikarenakan kelenjar limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk
ke dalam tubuh. Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai
tanggung jawab dalam pembentukan sel T dan penting bagi para bayi baru
lahir, karena tanpa thymus, bayi yang baru lahir akan mempunyai sistem
imun yang buruk. Leukosit (sel darah putih) dihasilkan oleh Thymus, lien
dan sumsum tulang. Leukosit bersirkulasi di dalam badan antara organ
tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah. Dengan begitu, sistem
imun bekerja terkoordinasi baik memonitor tubuh dari kuman ataupun
substansi lain yang bisa me

Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas
memakan organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang
bertugas mengingat dan mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta
membantu tubuh menghancurkan mereka. Sedangkan sel lainnya adalah
netrofil, yang bertugas melawan bakteri. Jika kadar netrofil meningkat,
maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di dalamnya. Limfosit sendiri
terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit dihasilkan
oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi limfosit
sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi
limfosit sel T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana
limfost B berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan tentara untuk
mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T merupakan tentara yang
bisa menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi keberadaan
mereka.

Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh)


terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa
mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk
memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada
suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang
diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa
mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan
bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus,
ataupun sel yang terinfeksi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.  Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem integumen dan imun
sebagai berikut:
1.    Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien urtikaria menggunakan
pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
1)   Pengumpulan data
Biodata
a)    Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnostic medic.
b)   Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien.

Riwayat Kesehatan
a)  Keluhan utama, Merupakan gambaran yang dirasakan klien sehingga dating
ke RS untuk menerima pertolongan dan mendapatkan perawatan serta
pengobatan.
b)  Riwayat kesehatan sekarang Menguraikan keluhan secara PQRST. Misalnya
: pasien (biasanya wanita tua) mungkin melaporkan penurunan kemampuan
untuk mengangkat , pasien menyatakan nyeri beberapa lama ,letak nyeri,dll.
c)  Riwayat kesehatan masa lalu Merupakan riwayat kesehatan yang berkaitan
dengan penyakit sebelumnya dan riwayat pemeriksaan klien. apakah alergi
terhadap zat makanan, cuaca, obat-obatan, dsb.
Misalnya pada kasus cystitis yang perlu dikaji yaitu : riwayat menderita
infeksi saluran kemih sebelumnya,riwayat pernah menderita batu ginjal
,riwayat penyakit DM, dan jantung.
d)   Riwayat kesehata keluarga Memuat riwayat adakah anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit akut / kronis serta melampirkan genogram klien.
Pemeriksaan Fisik, Meliputi:
a)    Keadaan Umum
(1)     Keadaan fisik : sedang, ringan, berat
(2)     Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi,suhu, pernafasan
(3)     Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, spoor, somnolent

b)   Kulit
(1)     Inspeksi : apakah ada kelainan, warna kulit
(2)     Palpasi : suhu, tekstur, kelembaban, apakah ada nyeri tekan, apakah
ada massa / benjolan atau apakah ada odema.

c)    Kepala
(1)     Inspeksi : apakah penyebaran rambut merata ,apakah ada luka di
kepala,apakah kebersihan kulit terjaga.
(2)     Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa / benjolan

d)   Wajah
(1)     Inspeksi : apakah ada luka di wajah,apakah wajah tampak pucat atau
tidak.
(2)     Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.

e)    Mata
(1)     Inspeksi : apakah sclera ikterus atau tidak, apakah konjungtiva pucat
atau tidak, apakah palpebra oedema atau tidak.
(2)     Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.

f)    Hidung
(1)     Inspeksi : apakah ada polip,perdarahan,secret,dan luka
(2)     Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan

g)   Telinga
(1)     Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen
(2)     Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau apakah ada massa / benjolan.
h)   Mulut
(1)     Inspeksi : apakah bibir tampak kering atau sariawan
(2)     Palpasi : apakah ada nyeri tekan

i)     Leher
(1)     Inspeksi : apakah ada kelenjar thyroid dan kelenjar limfe
(2)     Palpasi : apakah terjadi pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar
limfe

j)     Ketiak
(1)     Inspeksi : apakah tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening
(2)     Palpasi : apakah teraba adanya pembesaran getah bening

k)   Dada dan pernapasan


(1)     Inspeksi : bentuk dada normal/abnormal,apakah simetris kiri dan
kanan
(2)     Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan
(3)     Perkusi : apakah suara paru soror,redup,pekak,atau tympani
(4)     Auskultasi : suara nafas apakah vesikuler atau broncovesikuler,
apakah ada suara tambahan, misalnya : roles, ronchi.

l)     Jantung
(1)     Inspeksi : untuk mengetahui denyut dinding toraks yaitu ictus cordis
pada ventrikel kiri ICS 5 linea clavikularis kiri
(2)     Palpasi : untuk meraba dengan jari II,III,IV yang dirasakan pukulan/
kekuatan getar dan dapat dihitung frekuensi jantung (HR) selama satu
menit penuh.
(3)     Perkusi : untuk mengetahui batas-batas jantung
(4)     Auskultasi : untuk mendengar bunyi jantung

m) Abdomen
(1)     Inspeksi : apakah ada jaringan parut striase, apakah permukaan
abdomen datar, pengembangan diafragma simetris kiri dan kanan.
(2)     Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa/benjolan
(3)     Perkusi : apakah ada sura tympani atau tidak
(4)     Auskultasi : apakah ada suara bising usus atau tidak.apakah peristltik
ususnya normal atau tidak.

n)   Genetalia dan anus


(1)     Inspeksi : apakah ada benjolan atau tidak
(2)     Palapsi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan.

o)   Ekstermitas
Ekstermitas atas
(1)     Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan otot
(2)     Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
(3)     Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan
pemeriksaan tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
(4)     Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
(5)     Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,
temperature, rasa , gerak dan tekanan.

Ekstermitas bawah
(1)     Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki,dan kekuatan otot
(2)     Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
(3)     Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan
pemeriksaan tonus kekuatan otot, dan tes keseimbangan.
(4)     Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
(5)     Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,
temperature, rasa , gerak dan tekanan.

B. ANALISA DATA
Proses analisa merupakan kegiatan terakhir dari tahap pengkajian
setelah dilakukan pengumpulan data dan validasi data dengan
mengidentivikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan yang
dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan (Hidayat, 2008:104).
C. Diagnosa Keperawatan
INTEGUMEN
1. Gangguan citra diri tubuh b/d perubahan bentuk tubuh
2. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri
3. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer ( kerusakan
integritas kulit )

IMUN
1. Defisit nutrisi b/d faktor psikologi
2. Gangguan mobilitas fisik b/d ketidakbugaran fisik
3. resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan sekunder
(imununosupresi)

D. LUARAN KEPERAWATAN
INTEGUMEN
1. Gangguan citra diri tubuh b/d perubahan bentuk tubuh
Citra tubuh
Kriteria hasil :
- Verbalisasi kecacatan bagian tubuh
- Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh
- Fokus pada bagian tubuh
- Fokus pada penampilan masa lalu

2. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri


Tingkat ansietas
Kriteria hasil :
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
- Perilaku gelisah
- Perilaku tegang
- Anoreksia
- pucat
3. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
( kerusakan integritas kulit )
Tingkat infeksi
Kriteria :
- Nafsu makan
- Nyeri
- Kemerahan
- Kultur area luka

IMUN
1. Defisit nutrisi b/d faktor psikologi
Status nutrisi
Kriteria hasil :
- Berat badan
- Frekuensi makan
- Nafsu makan
- Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat

2. Gangguan mobilitas fisik b/d ketidakbugaran fisik


Mobilitas fisik
Kriteria fisik :
- Pergerakan ekstremitas
- Kekuatan otot
- Gerakan terbatas
- Kelemahan fisik

3. resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan


sekunder (imununosupresi)
tingkat infeksi
kriteria hasil :
- nyeri
- kadar sel darah putih
- kultur darah
- kadar sel darah putih
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
INTEGUMEN
1. Gangguan citra diri tubuh b/d perubahan bentuk tubuh
Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri
Observasi
- Identifikasi persepsi tentang masalah kesehatan
Terapeutik
- Tingkatkan rasa tanggungjawab atas perilaku sendiri
Edukasi
- Diskusikan tanggung jawab terhadap profesi pemberian asuhan

2. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri


Reduksi ansietas
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
- Pahami situasi yang membuat ansietas

3. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer


( kerusakan integritas kulit )
Pencegahan infeksi
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan siskemik
Terapeutik
- Berikan perawatan kulit
- Pertahankan teknik aseptik pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondiri luka
IMUN
1. Defisit nutrisi b/d faktor psikologi
Manajemen nutrisi
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
Terapeutik
- Berikan makanan yang tinggi serat
- Berikan makanan yang tinggi protein dan kalori
- Berikan suplemen makanan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makanan

2. Gangguan mobilitas fisik b/d ketidakbugaran fisik


Dukungan mobilisasi
Observasi
- Identifikasi intoleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik

- Fasilitasi aktivitas mobilisasi


- Fasilitasi melakukan pergerakan
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

3. resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan sekunder


(imununosupresi)
manajemen imunisasi
observasi
- identifikasi riwayat kesehatan
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2009 : 127).
Kegiatan implementasi pada klien dengan batu ginjal adalah
membantunya mencapai kebutuhan dasar seperti :
1. Melakukan pengakajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah
baru atau mamantau status atau masalah yang ada.
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien mamperoleh
pengetahuan baru mangenai kesehatan mereka sendiri atau
penatalaksanaan penyimpangan. 3. Membantu klien membuat keputusan
tentang perawatan kesehatan dirinya sendiri.
4. Konsultasi dan rujuk pada profesional perawatan kesehatan lainnya
untuk memperoleh arahan yang tepat.
5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan.
6. Membantu klien untuk melaksanakan aktivitas mereka sendiri.

6. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yan menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan,
sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2009 : 135).
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi hasil atau formatif
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil sumatif
dilakukan dengan membandingkan respons klien pada tujuan khusus dan
umum yang telah ditentukan. Problem-Intervention-Evaluation adalah
suatu singkatan masalah, intervensi dan evaluasi. Sistem
pendokumentasian PIE adalah suatau pendekatan orientasi-proses pada
dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa
keperawatan (Nursalam, 2009 : 207) Proses dokumentasi dimulai
pengkajian waktu klien masuk diikuti pelaksanaan pengkajian sistem
tubuh setiap hari setiap pergantian jaga (8 jam), data masalah hanya
dipergunakan untuk asuhan keperawatan klien jangka waktu yang lama
dengan masalah yang kronis, intervensi yang dilaksanakan dan rutin
dicatat dalam “flowsheet”, catatan perkembangan digunakan untuk
pencatatan nomor intervensi keperawatan yang spesifik berhubungan
dengan masalah, intervensi langsung terhadap penyelesaian masalah
ditandai dengan “I” (intervensi) dan nomor masalah klien, keadaan klien
sebagai pengaruh dari intervensi diidentifikasikan dengan tanda “E”
(Evaluasi) dan nomor masalah klien, setiap masalah yang diidentifikasi
dievaluasi minimal setiap 8 jam (2009 : 208).

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urtikaria adalah reaksi vaskuler di kulit akibat faktor imunologik dan non-
imunologik, biasanya ditandai dengan edema setempat yang timbul mendadak dan
menghilang perlahan-lahan. Urtikaria dapat terjadi pada semua umur.
Penyebabnya yaitu faktor imunologik (reaksi hipersensitivitas tipe I, II, III, IV,
dan genetik) dan faktor non-imunologik (bahan kimia pelepas mediator, faktor
fisik, efek kolinergik, alkohol, emosi, demam). Gejala yang timbul biasanya
berupa edema setempat yang eritem, kemudian biasanya disertai gatal.
Pengobatan yang selama ini diberikan sesuai dengan kausa dan diberikan juga anti
histamin.
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau
imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk ke
dalam tubuh. Zat asing dapat berupaVirus, Bakteri, Protozoa atau parasit. Sistem
imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu Sistem Imun
Nonspesifik (Sistem imun alami) merupakan lini pertama sedangkan Sistem Imun
Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi) merupakan lini kedua dan
juga berfungsi terhadap serangan berikutnya oleh mikroorganisme patogen yang
sama.

B. Saran
Setelah kami menyimpulkan tentang URTIKARIA, kami menyarankan dan
menghimbau kepada segenap pembaca untuk dapat menjaga kesehatannya agar
tidak mudah terserang penyakit, Karena tanpa kita sadari bahwa timbulnya suatu
penyakit disebabkan oleh lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Dan tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu dan perhatikan.

DAFTAR PUSTAKA
Akib, A. AP., Munasir, Z., & Kurniati, N. 2007. Alergi-Imunologi Anak,
Edisi 2. Jakarta: IDAI

Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi-Ed-Rev 3. Jakarta: EGC

Parker, Steve. 2007. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Jakarta: Erlangga

Price, S. A., Wilson, L. M. 2005. PATOFISIOLOGI: Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit-Ed. 6. Vol 1. Jakarta: EGC

Price, S. A., Wilson, L. M. 2005. PATOFISIOLOGI: Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit-Ed. 6. Vol 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2001 Buku Ajar Keperawatan medikal-


bedah Brunner & suddarth-Ed. 8. Vol 3.  Jakarta: EGC

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat-Ed. 2. Jakarta:


EGC

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan-


Ed. 3. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa


Keperawatan-Ed. 2. Jakarta: Salemba Medika

Taylor, C. M., Ralph, S. S. Diagnosis Keperawatan: Dengan Rencana


Asuhan-Ed. 10. Jakarta: EGC

                                                                             

Anda mungkin juga menyukai