Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT CAMPAK

Sebagai tugas kelompok mata kuliah Keperawatan ATM


Dosen Pengampu: 1. YUNITA KRISTINA, S.Kep., M.Kes
2. SITI SOLTIF, S.Kep., Ns., M.Si
3. Dr. HASMI, M.Kes

ANGGOTA KELOMPOK 4:
1. NORMAN RIDHO HANGGITO
2. EVLIEN STELA
3. DESI KRISNITA RATE
4. HANA AGUSTINA WENNO
5. PATRICIA WINDA AGAKI
6. YULIAN OGOLMAGAI
7. ELISABETH KRISTINA TABO

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang "Asuhan Keperawatan
Pada Penyakit Campak".
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka
pengembangan dasar ilmu Keperawatan ATM yang berkaitan dengan Campak. Sehingga
besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi
pengembang wawasan pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu perbaikan
serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu dengan
lapang dada penulis akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat ikut memberikan
sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jayapura, 17 Maret 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

SAMPUL......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAH..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. TUJUAN.........................................................................................................................1
C. MANFAAT.....................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................2
A. KONSEP PENYAKIT....................................................................................................2
1. DEFINISI....................................................................................................................2
2. ANATOMI FISIOLOGI..............................................................................................2
3. ETIOLOGI..................................................................................................................4
4. MANIFESTASI KLINIS.............................................................................................4
5. PATOFOSIOLOGI......................................................................................................4
6. WEB OF CAUTION (PATWHAY)...........................................................................5
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................6
8. PENATALAKSANAAN MEDIS...............................................................................7
B. PROSES KEPERAWATAN...........................................................................................8
1. PENGKAJIAN............................................................................................................8
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................................8
3. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN........................................................9s
BAB III PENUTUP..................................................................................................................12
A. KESIMPULAN.............................................................................................................12
B. SARAN.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAULUHAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh
virus golongan Paramyxovirus. Pada tahun 2013, di dunia terdapat 145.700
orang meninggal akibat campak, sedangkan sekitar 400 kematian setiap hari
sebagian besar terjadi pada balita (WHO, 2015).
Campak adalah penyebab umum kematian pada anak di Asia Tenggara
karena merupakan penyakit yang dapat dicegah namun tetap menjadi penyebab
utama dari morbiditas dan mortalitas (WHO, 2008). Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/
ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi.
Di antara penyakit pada anak yang dapat dicegah dengan vaksin, campak adalah penyebab
kematian utama pada anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting
dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa tujuan yang disepakati dalam
pertemuan dunia mengenai anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi
anak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak diberikan pada
bayi umur 9-11 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi diantara
imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan Campak) (Depkes RI, 2009).

B. TUJUAN PENULISAN
i. Mengetahui apa dan bagaimana terjadinya Campak.
ii. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Campak.
C. MANFAAT PENULISAN
Sesuai dengan latar belakang dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka manfaat yang
dapat diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:
i. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa memahami Campak.
ii. Bagi Perawat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat agar mengetahui Campak dan mampu menerapkan
Asuhan Keperawatannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diaplikasikan
pada pelayanan kesehatan.
iii. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan sebagai
bahan masukan bagi sekolah atau instansi kesehatan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo
papulor selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38℃ atau lebih dan disertai salah
satu gejala batuk, pilek, dan mata merah (WHO). Campak adalah penyakit infeksi virus
akut, menular yang ditandai dengan tiga stadium yaitu stadium katari, stadium erupsi dan
stadium konvalensi. Penyakit campak (Rubela, campak 9 hari, measles) adalah suatu
infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis
(peradangan selaput ikat mata) dan ruam kulit.
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini
ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki
masa inkubasi 8-13 hari. Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk,
pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada
kulit (rash). Dampak penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi
sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom radang
otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebih parah setelah
sakit campak berat.
2. ANATOMI FISIOLOGI
a) Anatomi kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ
terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada
orang dewasa sekitar 2,7 - 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 - 1,9 meter persegi. Tebalnya
kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis
kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian
medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
i. Epidermis
Epiderms adalah lapisan luar kulit tipis dan avaskuler. dari gepeng bertanduk,
mengandung melanosit, Langerhans dan Tebal epidermis berbeda-beda pada
berbagai tempat tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-
6 minggu
Epidermis terdiri atas lima lapisan(dari lapisan paling atas sampai paling terdalam):
- Stratum Komeum →terdiri dari keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
- Stratum Lusidum →berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
kaki dan telapak tangan. Tidak sampai pada kulit tipis
- Stratum Granulosum→ditandai oleh lapis sel polygonal yang intinya ditengah
dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
2
keratohialin yang mengandung protein kaya histidin. Terdapat Langerhans
- Stratum Spinosum→terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans
- Stratum Basale (Stratum Germinativum) →terdapat aktifitas mitosis yang hebat
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan factor lain. Merupakan satu lapis mengandung
melanosit.
Fungsi Epidermis: Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) pengenalan alergen (sel
Langerhans).
ii. Dermis
Merupakan bagian paling penting di kulit sering dianggap sebagai "True Skin".
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki 3
mm. Dermis terdiri dari dua lapisan:
- Lapisan papiler, tipis mengandung jaringan ikat jarang.
- Lapisan retikuler, tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilanganan kelemasannya
dan tampak mempunyai banyak keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan
pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivate epidermis yaitu
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung
banyak tidaknya derivate epidermis didalam dermis.
Fungsi dermis: Srtuktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi
iii. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hypodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan dibawahnya. Jumlah dan ukuruannya berbeda-beda menurut daerah
di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi.
Fungsi subkutis/hypodermis : Melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, control bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
b. Vaskularisasi kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan
papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang
kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya
satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah
tapi mendapat nutrisi dari dermis melalui membrane epidermis
3
c. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barrier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, ekresi dan metabolism.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barrier dari invasi mikroorganisme pathogen. Sensasi
telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena
banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, putting dan ujung jari. Kulit berperan
pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh
hypothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat,
insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol
dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperature dengan
melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan
aliran darah di kulit. Pada temperature yang menurun, pembuluh darah kulit akan
vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
3. ETIOLOGI
Campak disebabkan oleh paramyxovirus, virus dengan rantai tunggal RNA yang memiliki
satu tipe antigen. Manusia merupakan satu-satunya pejamu alami bagi penyakit ini. Virus
campak mengenai traktus respiratorius atas dan kelenjar limfe regional dan menyebar
secara sistemik selama viremia yang berlangsung singkat dengan titer virus yang rendah.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- Panas badan
- Nyeri tenggorokan
- Pilek Coryza
- Batuk (Cough)
- Bercak Koplik
- Nyeri otot
- Mata merah (conjuctivitis)
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam
(kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala di
atas. Ruam ini bisa berbentuk makula (rum kemerahan yang mendatar) maupun papula
(ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan
di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke
batang tubuh, lengan dan kaki, sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Pada puncak
penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40°
Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun. penderita mulai merasa baik dan ruam
yang tersisa segera menghilang. Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan
merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan
merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
5. PATOFOSIOLOGI
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak. Infeksi mulai
saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret nasofaring pasien
campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan
4
penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan
kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif
memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang terjadi,
berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu (kira-kira 9
sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi
di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga dapat
ditemukan di secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling mungkin menularkan pada
orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari
setelah infeksi awal ). perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan
virus, kecuali di urine, tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden
bersamaan dengan munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar
dalam serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam.
Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa
hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi
melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media,
bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan serebrospinalis dan 50%
memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak serangan penyakit. Namun, hanya
0.1% yang memperlihatkan gejala dan tanda ensefalomielitis. Beberapa hari setelah
serangan akut, terlihat kelainan system saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus
menular tidak lagi dapat dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimmun. Pada pasien
SSPE, hilangnya virus campak dari system saraf pusat beberapa tahun kemudian setelah
infeksi campak primer menekankan perlunya penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus
dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun kronis. SSPE hisa disebut sebagai
ensefalitis virus campak lambat
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan imunisasi
campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya. Kekebalan ini
akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang
sekali kita jumpai bayi (khususnya yang berusia dibwah 5 bulan) yang menderita campak.
Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal seumur hidupnya.

6. WEB OF CAUTION (PATWHAY)

Paramiksovirus Poliferansi endotelkapiler dalam korium

Saluran Nafas Eksudasi serum/eritrosit dalam epidemis

Ditangkap Makrofag Ruam

Menyebar ke kelenjar Kulit Gangguan citra


limfa regional Resiko infeksi
tubuh
Replikasi virus Epitel saluran nafas
Fungsi
silia
Sel-sel jaringan Hiperemis dinding
limfa local posterior faring Sekret
Menyebarkan ke
Virus di lepas ke Berbagai organ
aliran darah Reflek
batuk
(veriema primer) Hipetamia Nyeri tenggorokan

Ketidak efektifan
Virus sampai RES Gatal Jalan nafas

(Nyeri ringan) Nyeri


Replikasi Kembali

Verimea sekunder Gangguan rasa Nyaman Set point meningkat

Reaksi radang
Suhu tubuh
Pengeluaran mediator
Kimia
Hipertemia

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
i. Serologi
Pada kasus tropic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya.
Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi
hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.
ii. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, sentrum
germinativum yang besar, sel warthin-finkeldey (sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki muncleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sa,pak) pada bercak kolpik
dijimpai : nekrosis, neutrophil, neovaskularisasi.
iii. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
iv. Pemeriksaan antibosy IgM anti campak
v. Pemeriksaan untuk komplikasi
vi. Ensefalopati/ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah), enteritis (faces lengkap),
bronkopneumonia (dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah).
6
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Kecuali Tindakan pendukung, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang tidak
mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak
invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo. Penggunaan
antipiuretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin
bermanfaat secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti
pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk mengobati komplikasi
infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang menimbulkan
tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang gizi, WHO
menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah dengan defisiensi
vitamin A. Supplement vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan frekuensi
dan keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak
pada epitel tractus respiraturius bersilia. Pada bayi usia dibawah 1tahun diberi vitamin
A sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini
diberikan segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari
berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulang 1 sampai 4
minggu kemudian.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu sering
menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk sehingga
mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien campak
dengan bronkopneumonia perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan perawatan
yang memadai (kadang perlu infuse atau oksigen). Masalah yang perlu diperhatikan
ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa nyaman, risiko
terjadinya komplikasi.
- Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. anak sering
mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yang
tinggi menyebabkan oengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak
diperhatikan agar anak mau makan ataupun minum akan menambah kelemahan
tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi
- Gangguan Suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infekis virus
ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar
banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih
lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika
tinggi sekali diberikan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.
- Gangguan Rasa Nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan, pusing,
mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidak tahan
melihat sinar karena silai, batuk bertambah banyak dan akan berlangsung lebih
lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat rewel, pada waktu mala
manak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah keluar anak akan
merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman dan kenyamanan anak.
Untuk
7
mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau
lainnya(atas resep dokter). Selama masih demam tinggi jangan dimandikan
tetapi sering-sering dibedaki saja.
- Resiko Terjadinya Komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini dapat
dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negative.
Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang kemampuannya
untuk bereaksi terhadapt infeksi. Oleh karena itu resiko terjadinya komplikasi
lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti pada pasien
dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainnya.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
- Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat Pendidikan, agama,
pekerjaan, tanggal MRS, Nomor Registrasi, dan lain-lain.
- Keluhan utama
- Riwayat keperawatan
a. Factor yang mempengaruhi personal hygiene
b. Pola kebersihan tubuh
c. Kebiasaan personal hygiene (mandi, oral care, perawatan kuku, perawatan
kaki, perawatan rambut, mata, hidung dan telinga)
- Pemeriksaan fisik
a. Catat perubahan-perubahan pada area membrane mukosa, kulit, mulut,
hidung, telinga, kuku, kaki, dan rambut akibat terapi
b. Lakukan inspeksi, palpasi, catat adanya lesi dan kondisi lesi
c. Observasi kondisi membrane mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga, kuku,
kaki, dan rambut: warna, tekstur dan turgon)
- Data
DS (Data Subjektif):
a. Malas beraktivitas
b. Intraksi kurang
c. Kegiatan kurang
d. Pasien merasa lemah
DO (Data Objektif)
a. Badan dan pakaian kotor
b. Rambut kotor
c. Mulut dan gigi bau
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku kotor
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (mis.proses
penyakit) dibuktikan dengan mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan
tubuh, mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain serta
hubungan social berubah (D.0083)
8
ii. Resiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
Kerusakan integritas kulit. (D.0142)
3. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Gangguan citra Setelah dilakukan intervensi Promosi Citra Tubuh
tubuh berhubungan selama 1 jam maka Citra (I.09305)
dengan perubahan Tubuh meningkat (L.09067) Observasi
fungsi tubuh dengan kriteria hasil: - Monitor
(mis.proses - Verbalisasi frekuensi
penyakit) perubahan pernyataan
dibuktikan dengan negatif tentang kritik terhadap
mengungkapkan perubahan tubuh diri sendiri
perasaan negatif menurun (5) Terapeutik
tentang perubahan - Verbalisasi - Diskusikan
tubuh, kekhawatiran perbedaan
mengungkapkan pada penampilan
kekhawatiran pada penolakan/reaksi fisik terhadap
penolakan/reaksi orang lain harga diri
orang lain serta menurun (5) - Diskusikan
hubungan social - Hubungan social kondisi stress
berubah (D.0083) membaik (5) yang
mempengaruhi
citra tubuh (mis.
Luka, penyakit,
pembedahan)
- Diskusikan
persepsi pasien
dan keluarga
tentang
perubahan citra
tubuh
Edukasi
- Jelaskan kepada
keluarga
tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh
- Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra
tubuh
- Latih fungsi
tubuh yang
dimiliki
- Latih
pengungkapan
kemampuan diri
kepada orang
lain maupun
kelompok
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Imunisasi/
dibuktikan dengan selama 1 jam maka Tingkat Vaksinasi (I. 14508)
ketidakadekuatan Infeksi menurun (L.14137) Observasi
pertahanan tubuh dengan kriteria hasil: - Identifikasi
primer: Kerusakan - Kemerahan riwayat
integritas kulit. menurun (5) kesehatan dan
(D.0142) - Kebersihan riwayat alergi
tangan - Identifikasi
meningkat (5) kontraindikasi
- Kebersihan pemberian
badan imunisasi
meningkat (5) (mis.reaksi
anafilaksis
terhadap vaksin
sebelumnya dan
atau sakit parah
dengan atau
tanpa demam)
- Identifikasi
status imunisasi
setiap
kunjungan ke
pelayanan
kesehatan
Terapeutik
- Dokumentasi
informasi
vaksinasi (mis.
nama produsen,
tanggal
kadaluwarsa)
- Jadwalkan
imunisasi pada
interval waktu
yang tepat
Edukasi
- Jelaskan tujuan,
manfaat, reaksi
yang terjadi,
jadwal, dan efek
samping
- Informasikan
imunisasi yang
diwajibkan
pemerintah
(mis. Hepatitis
B, BCG, difteri,
tetanus,
pertussis, H.
influenza, polio,
campak,
measles, rubela)
- Informasikan
penundaan
pemberian
imunisasi tidak
berarti
mengulang
jadwal
imunisasi
Kembali
- Informasikan
penyedia
layanan Pekan
Imunisasi
Nasional yang
menyediakan
vaksin gratis
11

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Campak merupakan penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh infeksi virus
campak yang ditularkan melalui perantara droplet. Virus campak termasuk dalam genus
Morbillivirus di famili Paramyxoviridae. Gejala pada campak diawali dengan demam tinggi,
pilek, batuk, kehilangan nafsu makan, dan konjungtivitis. Tatalaksana umumnya suportif
dan pemberian vitamin A sesuai usia penderita. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi
MMR.

B. SARAN
Bagi masyarakat yakni diharapkan agar membawa anak mereka yang berusia 9 bulan-11
bulan untuk diimunisasi campak, memberikan anak makanan yang bergizi, memenuhi
persyaratan rumah sehat, dan melakukan PHBS.
Bagi Puskesmas :
a. Peningkatan program imunisasi campak,antara lain crash Jurnal Dunia
Kesmas Volume 1. Nomor 2. April 2012 9 program, catch up
campaign dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dan anak sekolah
untuk meningkatkan gizi anak.
c. Surveilans aktif ke rumah-rumah yang kepadatan hunian baik tetapi
terdapat penderita campak.
d. Penyuluhan pentingnya imunisasi campak, gizi, PHBS, dan rumah
sehat
12

DAFTAR PUSTAKA

Balu, B., & Mostow, E. N. (2019). Measles. JAMA Dermatology, 155(12), Drutz, J. (2016).
Measles. In Pediatrics in review (Vol. 37, Issue 5, pp. 220–221).
Keller, J. M., Dela Cruz, C. S., Pasnick, S., Gross, J. E., Carlos, W. G., Maves, R., & Jamil,
S. (2019). Measles. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 200(1), P1–
P2.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2019 (B. Hardhana, F. Sibuea, & W. Widiantini (eds.).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
(2018). Situasi Campak dan Rubella di Indonesia 2018. Kementerian Kesehatan RI Pusat
Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Infodatin;2018.
Kemenkes RI, ISSN 2442-7659. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2018 (R. Kurniawan, Yudianto, B. Hardhana, & T. Siswant
(eds.)). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Measles. The Lancet, 390(10111), 2490–2502 Paul A, Gastanaduy, Redd, S. B., Clemmons,
N. S., Lee, A. D., Hickman, C. J., Rota, P. A., & Patel, M. (2019). Measles. Centers for
Disease Control and Prevention.
World Health Organization. (2019). Measles. World Health Organization.
https://www.who.int/
13

Anda mungkin juga menyukai