Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME

PADA TN. M DENGAN KASUS TB PARU (TBC)


DI RUANG IGD RSUD J.P.WANANE
KABUPATEN SORONG

NAMA : MUHAMMAD ARAFAH


NIM : 31440118076

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SORONG
PRODI III KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya

saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan tentang “LAPORAN

PENDAHULUAN DAN RESUME PADA TN. M DENGAN KASUS TB PARU

(TBC) DI RUANG IGD RSUD J.P.WANANE” dengan baik dan tepat waktu.

Adapun pembuatan laporan pendahuluan ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai

tugas Pratik Klinik Keperawatan. Selain itu, pembuatan laporan pendahuluan ini

juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Saya sangat bersyukur karena telah menyelesaikan laporan pendahuluan dengan

judul “LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME PADA TN. M DENGAN

KASUS TB PARU (TBC) DI RUANG IGD RSUD J.P.WANANE”. Selain itu,

saya juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap

kekurangan dalam laporan pendahuluan ini agar selanjutnya saya dapat

memberikan karya yang lebih baik dan sempurna.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga laporan pendahuluan ini

bisa bermanfaat bagi pengetahuan.

Sorong, 21 Mei 2021

Penulis

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik Keperawatan (PKK) dengan kasus TB PARU

(TBC) Pada Tn. M di Ruang IGD RSUD J.P. WANANE KABUPATEN

SORONG telah disetujui oleh pembimbing, sebagai bukti bahwa mahasiswa telah

melakukan Praktik Klinik Keperawatan di Ruang Operasi RSUD J.P WANANE

KABUPATEN SORONG

Sorong, Mei 2021

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Ns. Alva Cherry Mustamu, S.Kep


NIP : 199101042018011001

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................

C. Tujuan Penelitian...........................................................................

D. Manfaat Penelitian.........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Gout Arthritis

1. Definisi......................................................................................

2. Etiologi......................................................................................

3. Patofisiologi..............................................................................

4. Klasifikasi.................................................................................

5. Manifestasi Klinis.....................................................................

6. Penatalaksanaan........................................................................

7. Komplikasi................................................................................

B. Konsep Dasar Nyeri

1. Definisi Nyeri............................................................................

2. Klasifikasi Nyeri.......................................................................

3. Etiologi Nyeri............................................................................

4. Pengukuran Intensitas Nyeri....................................................

5. Faktor yang mempengaruhi Nyeri............................................

3
C. Konsep Dasar Kayu Manis

1. Definisi Kayu Manis............................................................................

2. Tujuan Kayu Manis..................................................................

3. Manfaat Kayu Manis................................................................

4. Tahap Pelaksanaan...................................................................

5. Mekanisme Kompres Terhadap Penurunan Nyeri...................

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian.................................................................................

2. Diagnosa keperawatan..............................................................

3. Perencanaan...............................................................................

4. Implemmentasi..........................................................................

E. Kerangka Teori..............................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rencana Penelitian.........................................................

B. Subjek Penelitian...........................................................................

C. Media dan Alat Yang di Gunakan.................................................

D. Tempat dan Waktu penelitian........................................................

E. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data.................................

F. Keabsahan Data.............................................................................

G. Analisa Data...................................................................................

H. Etika Penelitian..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan utama yang

belum terselesaikan hinggasaat ini. Penyakit ini merupakan penyakit lama

yang masih menjadi pembunuh terbanyak di antara penyakit menular

(Kemenkes, 2018). TB menyebar dari orang ke orang melalui udara. Ketika

orang dengan TB paru batuk, bersin atau meludah, mereka mendorong

kumanTB ke udara. Seseorang perlu menghirup hanya beberapa kuman

ini agar terinfeksi.Tuberkulosis (TB) sendiri disebabkan oleh

bakteri (Mycobacterium tuberculosis) yang paling sering menyerang

paru-paru. TBC dapat disembuhkan dan dicegah (WHO, 2020).

Berdasarkan laporan WHO (2018) diperkirakan 10 juta orang jatuh sakit

akibatTBC di seluruh dunia. 5,7 juta pria, 3,2 juta wanita dan 1,1 juta anak-

anak diseluruh negara dan kelompok umur (WHO, 2020). Dari 87% kasus TB

baru terdapat delapan negara yang menyumbangkan kasus TB baru terbanyak

dengan presentasi 2/3 dari kasus didunia. Delapan negara tersebut yaituIndia,

Cina, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria,Bangladesh, dan Afrika Selatan

(Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Berdasarkan data WHO (2018) Indonesia menduduki urutan ketiga sebagai

negara penyumbang kasus TB baru terbesar didunia (WHO, 2020)

dengan data tahun 2017jumlah kasus TB di indonesia sebanyak 420.994 (data

1
per-17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TB

lebih banyak terjadi pada kalangan pria dengan presentase 1,4 kali

lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut dibuktikan

dengan adanya surveiyang menemukan bahwa dari seluruh partisipan jenis

kelamin laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan

perempuandengan mengonsumsi rokok aktif(Pusat Data dan Informasi

(Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Report prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB Paru oleh

tenaga kesehatan Tahun 2018 adalah 0,4 %, tidak berbeda dengan tahun 2013.

Enam provinsi dengan TB tertinggi adalah Papua (77%), Banten (76%), Jawa

Barat (63%), Sumatera Selatan (53%), Papua Barat (53%), dan DKI Jakarta

(51%). Prevalensi TB cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, pada

Pendidikan rendah, dan pada kelompok orang yang tidak bekerja. Dari seluruh

penduduk yang didiagnosis TB Paru oleh tenaga kesehatan, hanya 69,2%

diobati dengan obat program.

Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan

komplikasi. Komplikasi TB Paru terbagi menjadi 2 yaitu, komplikasi dini dan

komplikasi lanjut. Komplikasi dini, menyebabkan infeksi pada organ lain,

yaitu : Pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis, TB usus, poncet’s

arthropathy. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi

Pasca TB), kerusakan parenkim berat (fibrosis paru), kor-pulmonal,

amyloidosis paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), TB milier, jamur paru

(asperrgillosis) dan kavitas (Amin & Bahar, 2015).

2
Berdasarkan data diatas angka kejadian TB paru masih tinggi serta

komplikasi yang ditimbulkan maka diperlukan peran perawat sebagai

pemberian asuhan keperawatan, advokar, educator, coordinator, kolaborator,

konsultan, dan pembaharuan. Peran perawat sebagai pemberian asuhan

keperawatan yaitu melaksanakan tindakan keperawatan secara langsung

seperti : Mengkaji fungsi pernafasan (suara, irama kecepatan dan kedalaman

pernafasan), berikan posisi semi fowler, ajarkan teknik batuk efektif, anjurkan

untuk makan diit tinggi kalori dan tinggi protein. Dan peran perawat sebagai

educator (pendidik), ajarkan klien cara mengurangi penyakit TB Paru dengan

menutup mulut ketika batuk, bersin, berinteraksi dengan orang lain, dan

membuang sputum secara tepat. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang

lain dalam pemberian terapi obat, radiologi, dan laboratorium.

Pentingnya peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan

pencegahan komplikasi pada klien dengan TB Paru, maka penulis ingin

mempunyai pengalaman yang nyata dalam melakukan asuhan keperawatan.

Oleh sebab itu penulis mengambil kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn. M

dengan TB Paru di RSUD J.P.WANANE KABUPATEN SORONG

B. Rumusan Masalah
Dari data diatas maka dapat diambil rumusan masalah ‘’Bagaimana Asuhan

Keperawatan Pada Klien dengan TB Paru ?”

C. Tujuan Penulisan

1. Umum :

3
Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan TB

Paru

2. Khusus :

a. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien TB Paru

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien TB Paru

c. Menyusun rencana keperawatan pada TB Paru

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien TB Paru

e. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien TB Paru

D. Sistematika Laporan
Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah:

a) BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan (tujuan

umum dan tujuan khusus), serta sistematika penulisan.

b) BAB II : PEMBAHASAN

Bab ini berisi konsep dasar seperti (pengertian, klasifikasi, epidemiologi,

etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan hasil.

Adapun konsep keperawatan seperti (pengakjian primer, diagnosa

keperawatan utama, intervensi dan rasional, fokus implementasi, serta

fokus evaluasi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
TB Paru adalah suatu penyakit pada sistem pernafasan yang

mengalami peradangan paru-paru yang disebabkan oleh bakteri

mycobacterium tuberkulosis (Bachrudin & Najib, 2016).

Tuberkulosis paru (tb paru) adalah infeksi paru yang menyerang jaringan

prenkim paru, disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis. (Alwi, 2017 ).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yakni bakteri yang mempunyai ukuran 0,5-4

mikron × 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok,

bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar

tebal yang terdiri dari lipoid yang sulit ditembus oleh zat kimia ( Maghfiroh,

2017 ).

2. Klasifikasi

Menurut Sudoyo, Setiyohadi, Simadibrata, Setiati (2014) dari sistem lama,


klasifikasi TB paru berupa :

a. Pembagian secara patologis : Tuberkulosis primer (childhood


tuberculosis) dan Tuberkulosis post primer (adult tuberculosis)
b. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkulosis paru : aktif,
non aktif, dan bentuk aktif mulai menyembuh.

5
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal Terdapat sebagian kecil infiltrat nonka-vitas
pada satu paru mapun keduanya, tetapi tidak lebih dari 1 lobus
paru.
2) Moderately advance tuberculosis. Terdapat adanya kavitas dengan
diameter ≥ 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih
dari satu bagian paru, bila kasar tidak lebih dari sepertiga
bagian satu paru.
3) For advance tuberculosis paru Terdapat infiltrat dan kavitas
yang melebihi keadaan pada moderately advance tuberculosis
paru

3. Epidemiologi
Tuberkulosis terjadi di setiap belahan dunia yang menjadi salah satu dari
10penyebab kematian terbesar di dunia. Tuberkulosis merupakan penyebab
kematianpada seseorang dengan HIV positif. Pada tahun 2017, kejadian
tuberkulosis palingbesar terjadi di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Timur
dengan 62% kasus baru,kemudian diikuti oleh Afrika dengan 25% kasus baru.
Sebanyak satu juta anak-anak(0-14 tahun) terjangkit tubekulosis dan 230.000
anak (termasuk anak HIV dengan TB)meninggal pada tahun 2017 (World
Health Organization, 2018).

Pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta-12 juta)
yangsetara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan
insiden kasustertinggi, yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan.
Jumlah kasus baru TBdi Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
(data per 17 Mei 2018).

4. Etiologi
Penyakit Tuberculosis Paru disebabkan oleh Mycibakterium Tuberkolosis,
yang mempunyai sifat : basil berbentuk batang, bersifat aerob, mudah mati
pada air mendidih (5 menit pada suhu 80°C), mudah mati terkena sinar

6
ultra violet (matahari) serta tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar
dan ruangan yang lembab (Bachrudin & Najib, 2016).

5. Manifestasi Klinis
Gejala TB paru adalah :
1. Demam 40-410 serta ada batuk/batuk darah
2. Sesak napas dan nyeri dada
3. Malaise, keringat malam
4. Suara khas pada perkursi dada, bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Pada anak
- Berkuranganya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
gagal tumbuh.
- Demam lama (>2 minggu) dan / berulang tanpa sebab yang jelas.
- Batuk kronik > 3 minggu.
- Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa. (Amin, H. 2015).

6. Patofisiologi
Menurut Bachrudin, M & Moh Najib, (2016) setelah seseorang
menghirup bakteri (Mycobakterium Tuberkolosis), kemudiam akan masuk
melalui mukosiliar saluran pernafasan, akhirnya basil TB Paru sampai ke
alveoli (paru), kuman mengalami multiplikasi di dalam paru-paru (Focus
Ghon), melalui kelenjar limfe basil mencapai kelenjar limfe hilus. Focus
Ghon dan limfe denopati hilus akan membentuk suatu kompleks
primer. Melalui kompleks primer inilah basil dapat menyebar melalui
saluran pembuluh darah sampai keseluruh tubuh.Perjalanan penyakit
selanjutnya ditentukan oleh banyaknya basil TBC dan kemampuan daya
tahan tubuh seseorang, kebanyakan respon imun tubuh dapat
menghentikan multiplikasi kuman, namun sebaagian kecil basil TBC menjadi
kuman Dorman. Kemudian kuman tersebut menyebar kejaringan sekitar,
penyebaran secara Bronchogen keparu-paru sebelahnya, penyebaran
secara hematogen dan limfogen ke organ lain seperti; tulang, ginjal,

7
otak.Terjadi setelah periode beberapa bulan atau tahun setelah terjadinya
infeksi primer, reaktivasi kuman dorman pada jaringan setelah mengalami
multiplikasi terjadi akibat daya tahan tubuh yang menurun/lemah.
Reinfeksi dapat terjadi apabila ; ada sumber infeksi, jumlah basil cukup,
virulensi kuman tinggi dan daya tahan tubuh menurun.

7. Komplikasi
- Komplikasi paru :
a. Atelektasis,

- Atelektasi adalah penyakit paru-paru dimana alveolus tidak terisi

oleh udara. Atelektasi juga merupakan salah satu penyebab paru-

paru kolaps atau kempis dan tidak bisa mengembang.

- Atelektasi terjadi akibat kurangnya surfaktan pada dinding

alveolus. Surfaktan merupakan zat yang berfungsi untuk menjaga

alveolus tetap mengembang. Kurangnya zat surfaktan akan

menyebabkan alveolus mengempis dan tidak mengembang

kembali.

b. Hemoptisis

- Hemoptitis atau Batuk Berdarah adalah batuk berdahak yang

mengandung darah. Darah ini dapat berasal dari hidung,

tenggorokan dan Paru-paru

- Hemoptitis terjadi akibat banyaknya darah pada saluran

pernafasan sehingga menyebabkan asfiksia dan diikuti oleh gagal

system kardiovaskular

c. Fibrosis,

8
- Fibrosis paru adalah salah satu penyakit dari group besar penyakit

paru interstisial. Penyakit ini bisa didefinisikan sebagai kondisi

ketika jaringan paru menjadi jaringan parut, seperti paparan

jangka Panjang terhadap zat beracun tertentu, memiliki kondisi

medis tertentu, dan konsumsi beberapa obat.

- Fibrosis paru terjadi karena beberapa factor, seperti : penuaan,

kebiasaan merokok, atau memiliki profesi yang berbahaya bagi

paru-paru seperti pekerja tambang, konstruksi, dan peternak

d. Bronkiektasis
- Bronkiektasis adalah kerusakan dan pelebaran permanen pada

bronkus dan saluran pernapasan. Kondisi inimenyebabkan

penumpukan lender di dalam paru-paru. Gejala yang sering

muncul adalah batuk berdahak terus-menerus dan sesak napas.

- Bronkiektatis terjadi karena kerusakan bronkus yang diperparah

oleh infeksi. Infeksi pada pengidap bronkiektasis bisa

meningkatkan resiko terserang infeksi paru-paru bahkan bisa

membuat bronkus semakin meradang dan melebar.

e. Pneumotoraks
- Pneumotoraks adalah kondisi ketika udara terkumpul di rongga

pleura, yaitu ruang diantara paru-paru dan dinding dada. Udara

tersebut dapat masuk akibat adanya cedera di dinding dada atau

robekan di jaringan paru-paru.

- Pneumotoraks dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui

penyebabnya dengan atau akibat kondisi berikut:

9
a. Penyakit paru-paru yang menyebabkan kerusakan jaringan,

seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi paru-

paru dan cystic fibrosis.

b. Cedera pada dada, misalnya akibat luka tembak, luka tusuk,

benturan, patah tulang rusuk, atau prosedur medis seperti

biopsy dan CPR

c. Pecahnya kantung berisi udara diluar paru-paru akibat

emfisema atau PPOK

d. Ketidakseimbangan tekanan udara didalam dada akibat

penggunaan alat bantu pernapasan ventilator.

f. gagal napas.

- Gagal napas adalah kondisi kegawatan medis yang terjadi

akibat gangguan serius pada system pernapasan, sehingga

menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Kondisi ini perlu

segara mendapat penanganan medis. Jika tidak segara

diatangani, gagal napas dapat menyebabkan kerusakan organ

tubuh dan bahkan kematian.

- Gagal napas terjadi karena kondisi lain seperti keeracunan,

overdosis obat, apnea tidur (sleep apnea), dan ketoasidosis

diabetic, juga oploid dan obat penenang.

g. TB ekstra paru :

a. Pleuritis

10
- Pleuritis adalah istilah untuk menggambarkan kondisi

peradangan yang terjadi pada pleura. Organ tersebut terdiri

dari dua lapisan didalam rongga dada yang berfungsi untuk

membungkus paru-paru.

- Pleuritis terjadi karena disebabkan oleh infeksi virus yang

terjadi di paru-paru (bisa juga infeksi bakteri atau jamur).

Kondisi inilah yang akan membuat pleura meradang, bengkak,

dan cairan pleura menjadi lengket.

b. Efusi pleura

- Efusi pleura adalah kondisi terjadinya penumpukan cairan di

pleura, yaitu rongga yang terletak di antara paru-paru dan

dinding dada. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh penyakit

lain yang diderita klien seperti gagal jantung kongestif,

pneumonia, dan emboli paru

- Berdasarkan penyebabnya, efusi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

a) Efusi pleura transudative

Efusi pleura ini terjadi akibat peningkatan tekanan di

pembuluh darah atau rendahnya kadar protein didalam

darah, sehingga cairan merembes ke pleura.

b) Efusi pleura eksudatif

Efusi pleura eksudatif ini terjadi akibat peradangan, cedera

paru, tumor, gangguan aliran pada pembuluh getah bening.

c. Pericarditis

11
- Perikarditis adalah suatu kondisi yang menyebabkan iritasi

pada jaringan disekitar jantung. Jaringan (Perikardium)

membentuk kantung yang melindungi jantung dan

menjaganya agar tidak bergesekan dengan organ terdekat

lainnya.

- Perikarditis dapat terjadi karena adanya suatu peradangan pada

selaput pembungkus jantung (Perkardium). Perikardium

berfungsi untuk menahan jantung dan posisinya, melumas dan

melindungi jantung dari infeksi atau penyakit lainnya.

d. Peritonitis

- Peritonitis adalah peradangan di bagian peritoneum (lapisan

jaringan ikat yang mengelilingi organ perut).

- Peradangan ini terjadinya karena disebabkan oleh luka di

bagian perut, infeksi bakteri atau jamur, dan keadaan

medislainnya

e. TB kelenjar limfe

- TB kelenjar limfe adalah infeksi yang disebabkan karena

bakteri Mycrobacterium tuberculosis yang menyerang kelenjar

getah bening.

- Salah satu jenis TB diluar paru yang cukup sering terjadi

adalah limfadinitis tuberculosis atau TBC kelenjar. Kondisi ini

bisa terjadi di berbagai area tubuh, seperti kelenjar getah

bening, pada ketiak, serta dilipatan paha.

12
f. Cor Pulmonale

- Cor Pulmonale adalah perubahan struktur dan fungsi ventrikel

kanan jantung akibat penyakit primer di system pernapasan.

- Cor Pulmonale dapat terjadi karena chronic obstructive

pulmonary disease (COPD). (Alwi, 2017).

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah : LED meningkat

b. Mikrobiologis

c. BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS

d. Kultur mycobacterium tuberculosis positif (diagnosis pasti)

e. Foto toraks PA+ lateral (hasil bervariasi) : infiltrat, pembahasan kelenjar

getah bening(KGB) hilus / KGB paratrakeal, milier, atelektasis, efusi

pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyeb lung.

f. Imuno-serologis

g. Uji tuberculis : sensitivitas 93,6%.

h. Tes PAP, ICT-TB : positif

i. PCR-TB dari sputum (hanya menunjang klinis). (Alwi, 2017).

10. Penatalaksanaan
Ada fase metode penyembuhan tuberkulosis yaitu fase mendalam semasa

(2 sampai 3 bulan) dalam fase susulan hingga 4 atau 7 candra. Perpaduan obat

yang dipakaiyaitu perpaduan obat pertama dan pula obat susulan(Guyton &

Hall, 2016). Obat pertama yang dipakai dalam terapi Tuberkulosis Paru celah

lain menjadi berikut:

13
1. Obat rifampisin

Rifampisin sediaan obtatnya10 mg/kg berat badan, maks600mg2-

3x/minggunya (berat badan lebih60kg sampai 600mg, berat badannya40-

60kg sampai 450mg, berat badan<40kg sampai

300mg,dosisintermediation yaitu 600 mg/x).

Obat rifampisin mampu mengakibatkan air seni/kencing berwarna

merah, peluh, air mata, dan selera. Proses metabolisme yang memproses

air seni berwarna merah dan termasuk obat yang tidak berbahaya. Hal

tersebut harus diinfokan kepada pengidap supaya dipahami dan tidak perlu

dikhawatirkan.

Efek samping ringan hanya perlu penyembuhan sistematis ialah :

a. Syndrome influenza seperti panas kedinginan bahkan nyeri tulang

b. Syndrome perut dirasakan sepertimulas, mual, taknafsu santap,

muntah, kadang kala berak air.

c. Syndrome kulit dirasakan seperti terasa renyem dan kebiraman.

2. Isoniazid(INH)

Dosis yang diberikan untuk obat INH adalah 5 mg/kg berat badan,

maximal 300mg, 10 mg/kg berat badan 3x/seminggunya, 15 mg/kgBB

2x/1 minggu atau (300 mg/hari untuk orang cukup umur. lntermiten : 600

mg/kali).

Efek samping ringan muncul tanda terjadi keracunan syaraf

tepi,kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeriotot. Efek sampingnya bisa

14
dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100mg/hari dengan

vitamin Bkompleks. Pada suasana tersebut penyembuhan bisa dijalankan.

Abnormalitas lain ialah menyamai syndrom pelagra.

Efek samping berat bisa berupa hepatitis yang mungkin muncul

kurang lebihnya0,5% pengidap. Jika terjadi hepatitis dampak obat,

Hentikan OAT dan penyembuhan sinkron dengan arahan tuberkulosis

pada suasana privat.

3. Pirazinamid

Obat ini digunakan pada saat faseintensif 25mg/kg berat badan,

35mg/kg berat badan 3x/semingggunya, 50 mg/kg berat badan 2 x/satu

mingggu atau: berat badan lebih 60 kg :1500 mg, berat badan 40-60 kg

:1000mg, berat badan kurang 40kg :750mg

Efek samping pertamanya hepatitis dampak obat jika penatalaksanaan

menurutarahan tuberkulosis disuasana privat. Nyeri persendian

dirasakanbisa diberikan aspirin dan kadang kala dapat mengakibatkan

serbuan arthritis Gout, hal itu barang kali diakibatkan oleh terbatasnya

ekskresi dan pengumpulan asam urat. Kadang kala timbul reaksi seperti:

panas dingin, meluah, kemerahandan reaksi kulit yang lain.

4. Streptomisin

Pada obat streptomisin ini diberikan dosis 15mg/kg berat badan /(BB

lebih 60kg sampai 1000mg, BBnya 40-60kg=750mg, BB kurang 40kg

15
=sesuai berat badan). Efek samping yang pertama dapat terjadi keburukan

pada syaraf kedelapan yang berangkaian pada kesepadanan dan

pendengaran. Efek lainya ini akan melonjak seiring dengan tingkat dosis

yang digunakan dan berdasarkan usia pengidap.

5. Etambutol

Untuk obat ini diberikan fase intensif dengan dosis 20mg/kg BB, fase

lanjut 15 mg/kg berat badan, 30mg/kg berat badan 3x/seminggunya, 45

mg/kg berat badan 2x/seminggu atau : (BB lebih60kg :1500 mg, berat

badan 40-60 kg

:1000mg, berat badan kurang 40 kg :750 mg, Dosis intermiten 40 mg/kg

BB/ kali).

Etambutol juga mengakibatkan terganggunya pandangan berupa

kurangnya ketajaman penglihatan, buta warna untuk warna merah dan

hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung dosis

yang digunakan, ronggang terjadi bila dosisnya 15-25mg/kg BB perhari

atau 30 mg/kg BB diberikan 3 x/seminggu. Gangguan pendangan bisa

normal lagi setelah seputar minggu obat diperhentikan. Dianjurkan

etambutol tak dikasihkan untuk anak-anak akibat risiko keburukan okuler

dan sulit dideteksi (Guyton & Hall, 2016).

1. Pengkajian Primer
Menurut Sudarta, (2015) pengkajian merupakan awal dari proses

keperawatan, kegiatan observasi, identifikasi, dan review masalah

16
menggunakan literature yang bisa di terapkan, juga melibatkan pengetahuan

konseptual berguna untuk memandang dan mengkaji masalah.

Menurut Widagdo & Yeti Resnayati,(2019) pengkajian TBC meliputi:

a. Riwayat kesehatan

1) Riwayat masa lalu: seperti riwayat TB Paru pada keluarga, riwayat

mengosumsi obat TB Paru pada masa lampau, riwayat merokok.

2) Riwayat saat ini: adanya batuk berdahak selama 2-3 minggu. batuk

berdarah, sesak nafas, nafsu makan menurun, BB menurun, meriang

malam hari sulit tidur.

b. Pemeriksaan fisik: demam subfebris, sakit kepala, tachycardia,

anoreksia, hilang BB, malaise, kelelahan, mens tidak teratur, nyeri dada.

c. Psikososial: ekonomi, pekerjaan rumah, lingkungan rumah, penolakan

dari lingkungan, peran, strategi koping, aktifitas sosial sehari-hari.

d. Pengetahuan klien dan tugas keluarga dalam bidang kesehatan:

kemampuan klien dan keluarga mengenal penyakit TB paru,

kemampuan klien dan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi

TB paru, kemampuan klien dan keluarga dalam merawat anggota yang

sakit TB paru, kemampuan klien dan keluarga menciptakan lingkungan

yang nyaman untuk klien, kemampuan klien dan keluarga

dalam memanfaatkan fasiloitas kesehatan dalam mengatasi TB paru.

2. Diagnosa Keperawatan
a.

17
3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan dari pengkajian dan diagnosis, perawat akan menetapkan


tujuan keperawatan yang terukur dan bisa di capai dalam jangka pendek
dan jangka panjang. (Sudarta, 2015).

Menurut PPNI, 2018 menyebutkan bahwa intervensi atau rencana


keperawatan yaitu:

a. Defisit pengetahuan
j. Tujuan: klien menunjukkan tingkat pengetahuan meningkat
k. Kriteria hasil: perilaku sesuai anjuran meningkat, verbalisasi minat
dalam belajar meningkat, persepsi yang keliru terhadap masalah
menurun.
l. Intervensi:
1) Identifikasi pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit
Tuberkulosis paru
2) Berikan edukasi mengenai proses penyakit, tanda gejala,
penyebab, pencegahan dan penularan
3) Edukasikan untuk perubahan gaya hidup yang baik untuk
mencegah infeksi
4) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan dan
perawatannya, misalnya kebersihan diri
5) Motivasi klien untuk menentukan pilihan yang lain dengan
cara yang tepat atau diindikasikan
6) Anjurkan kepada klien untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
7) Melibatkan keluarga sebagai Pendamping Minum Obat (PMO)

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif


m. Tujuan: klien menunjukkan bersihan jalan nafas meningkat
dilakukan tindakan 3x24 jam.

18
n. Kriteria hasil: batuk efektif meningkat, produksi sputum
menurun, wheezing menurun, dispnea menurun, frekuensi nafas
membaik, pola nafas membaik.
o. Intervensi:
1) Kaji fungsi respirasi: suara, frekuensi, irama, penggunana otot
bantu nafas
2) Mointor pola napas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
3) Monitor kemampuan untuk mengeluarkan secret
4) Monitor adanya sumbatan jalan napas
5) Auskultasi bunyi napas
6) Mengatur posisi tidur semi atau highyfowler
7) Ajarkan klien batuk efektif dan nafas dalam

c. Gangguan pertukaran gas


p. Tujuan : klien menunjukkan pertukaran gas meningkat setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam.
q. Kriteria hasil : dispnea menurun, bunyi nafas tambahan menurun,
takikardi menurun, nafas cuping hidung menurun, pola nafas membaik.
r. Intervensi :
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya mafas
2) Monitor pola nafas seperti adanya bradypnea, takipnea,
kussmaul, cheyne-stokes
3) Monitor adanya sumbatan jalan nafas
4) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5) Auskultasi bunyi napas
6) Monitor saturasi oksigen

d. Defisit nutrisi
s. Tujuan: klien menunjukkan status nutrisi membaik setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam.

19
t. Kriteria hasil: pola makan yang dihabiskan meningkat, pengetahuan
tentang pilihan makan yang sehat meningkat, frekuensi makan
membaik, nafsu makan membaik, bising usus (5-30) menit membaik.
u. Intervensi:
1) Identifikasi status nutrisi
2) Monitor berat badan
3) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4) Anjurkan makan sedikit tapi sering dengan diet TKTP
5) Anjurkan keluarga untuk memasak makanan yang pasien suka
6) Berikan atau damping meminum vitamin sesuai indikasi yang
diberikan oleh dokter

e. Resiko infeksi
v. Tujuan: klien menunjukkan tingkat infeksi menurun setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
w. Kriteria hasil: demam menurun, nyeri dada menurun, sputum
berwarna hijaumenurun, nafsu makan membaik.
x. Intervensi:
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
3) Identifikasi resiko penularan kepada anggota keluarga
4) Ajarkan etika batuk
5) Anjurkan kepada pasien jika batuk/bersin menggunakan tissue.
6) Anjurkan klien menggunakan tissue untuk membuang secret
7) Anjurkan klien untuk menggunakan masker
8) Memonitor suhu sesuai indikasi

4. Implementasi Keperawatan
Menurut Sudarta,(2015)implementasi atau tindakan keperawatan adalah
pelaksanaan langsung dari rencana yang sudah di buat. Tahap pelaksanaan di

20
mulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan.

Implementasi yang perlu di lakukan bagi penderita Tuberkulosis paru dalam


konteks keluarga yaitu:

a. Mengidentifikasi resiko adanyapenularan pada anggota keluarga


b. Mengajarkan kepada klien untuk melakukan etika batuk
c. Menganjurkan klien jika batuk/bersin, maka ludahkan ke tissue
d. Menganjurkan klien untuk menggunakan tissue saat membuang
sputum
e. Menganjurkan klien untuk menggunakan masker
f. Menganjurkan kepada klien dan keluarga untuk memodifikasi
lingkungan dengan cara membuka jendela pada pagi hari, menjemur
Kasur pada pagi hari dan menjaga kebersihan diri.
g. Menganjurkan pada klien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses penilaian dalam pencapaian tujuan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana dari proses tersebut (Sudarta, 2015).Menurut
Widagdo & Yeti Resnayati,(2019) evaluasi terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan adalah

a. Bersihan jalan nafas meningkat


b. Status nutrisi meningkat
c. Tingkat pengetahuan meningkat
d. Tingkat infeksi menurun

21
B. Konsep Keperawatan

RESUME RUANGAN RUANG IGD

A. Identitas Klien

Nama : Tn. M
Usia : 36 Tahun
Jenis Kelamin : √ Laki-Laki Perempuan
Alamat : Kampung Fategoni
Agama : Islam Kristen Katolik

Hindu Budha lain-lain:………….

Tanggal MRS : 23 Mei 2021


No. MR : 18 78 04
Diagnosa Medis : TB Paru
Data pre hospital
Cara tiba ke RS : Ambulan Kendaraan Umum √
Lain-lain:…………….

Tanda-tanda Vital : Tekanan darah : 100/70 mmHg


Nadi : 116 x/menit
Suhu : 38,10C
Pernafasan : 26 x/menit

22
Tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan
a. RL 20 tpm + Febrion 1 amp
b. 0₂ Nasal Kanul 3½
c. Inj. Ceftriaxone 1 x 2gr
d. Inj. Ranitidin 2 x 1gr
e. Pct 1gr Drips
f. Azitromicin 1 x 1gr
g. Nebulizer 1:2 cc/8jam
h. Cek HIV
i. Foto Toraks
j. Swab
Keluhan Utama :
Klien masuk dengan keluhan batuk berdahak, lemas, dan demam

Pengkajian Primer:
Airway : Jalan napas klien paten

: √ Tidak paten: Gurgling/snoring/stridor

Breathing Efektif √ tidak efektif


: warna kulit : √ Normal pucat

: Pola nafas: Normal √ tidak

: Kerja nafas : Normal √ Takipnea bradipnea

Menggunakan otot bantu nafas : Ya Tidak √

Suara nafas : vesikuler wheezing ronchi tridor



Jejas : Ya Tidak √

Defisiasi Trakea : Ya Tidak √

Pengembangan dada : Simetris √ Tidak


23
Distensi vena jugularis Ya Tidak

Cirtulation : kualitas nadi : Kuat Lemas



: Ritme jantung : Reguler irregular

: EKG : Tidak diukur
: CRT : ˃ 2 Detik
: warna kulit : Normal √ Pucat
: Suhu kulit : 38,1 C0

Disability : Tingkat Kesadaran : Composmentis


: GCS: 15, Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Eksposure : Tidak ada

Pengkajian Sekunder
Riwayat kesehatan Sekarang :
- Keadaan klien saat ini terlihat lemas, batuk, dan demam
Riwayat Kesehatan lalu :
- Keluarga klien mengatakan pernah dirawat dengan
Penyakit yang sama
Riwayat Kesehatan Keluarga :
- Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarga yang sakit seperti
klien

Pengkajian heand to toe


Kepala Inspeksi dan Palpasi
a. Rambut : Klien tampak bersih
b. Wajah : Klien tampak normal, tidak ada kelainan
c. Mata : Konjungtiva anemis, Pupil isokor, Reflek cahaya
positif

24
d. Hidung : tidak ada secret/darah
e. Telinga : klien tampak normal tidak ada kelainan
Leher Inspeksi dan Palpasi
 Nyeri : Tidak ada
 Bendungan Vena Jugularis : tidak ada bendungan vena
jugularis
Thorak a. Inspeksi (paru dan Jantung):
Paru-paru : Gerakan dada simetris
Jantung : tidak ada jejas, ictus cordis terlihat di IC ke 4
b. Palpasi (Paru dan Jantung)
Paru-paru : Vocal fremitus teraba
Jantung : ictus cordis teraba di IC ke 4
c. Auskultasi (Paru dan Jantung)
Paru-paru : Suara napas Ronchi
Jantung : tidak ada suara tambahan
d. Perkusi ( Paru dan jantung)
Paru-paru : Suara lapang paru pekak
Jantung : tidak ada pembesaran jantung
Abdomen a) Inspeksi :
 Bentuk : normal
 Kelainan : tidak ada kelainan
b) Palpasi:
 Nyeri : tidak ada nyeri
 Distensi : tidak ada distensi
c) Auskultasi :
 Suara Peristaltic : Iya
 Jumlah : 16x/menit
d) Perkusi :
 Timpani : Timpani
 Kelainan : Tidak ada kelainan
Ekstremitas a. Inspeksi

25
 Warna : Normal
b. Palpasi
 Nyeri : Tidak ada nyeri
 Krepitasi : Tidak krpitasi
 Edema: Tidak ada edema
 Pulse : ,Sensasi: ,Motorik:

Pemeriksaan Penunjang dan Terapi Medis


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Darah
Glukosa 76 76 - 110 Mg/dl
Sewaktu
Glukosa Puasa < 100 Mg/dl
Glukosa 2JPP < 140 Mg/dl
Cholesterol < 200 Mg/dl
Trigliserida < 200 Mg/dl
LDL < 130 Mg/dl
HDL P:45,65,L:35,-55 Mg/dl
Ureum 10 - 50 Mg/dl
Creatinin P:0,5-0,9/L:0,6,-1,1 Mg/dl
Asam Urat P < 5,7; L < 7,0 Mg/dl
SGOT P < 32; L < 37 U/L
SGPT P < 37; L: < 42 U/L

Terapi Medis

26
a. RL 20 tpm + Febrion 1 amp
b. 0₂ Nasal Kanul 3½
c. Inj. Ceftriaxone 1 x 2gr
d. Inj. Ranitidin 2 x 1gr
e. Pct 1gr Drips
f. Azitromicin 1 x 1gr
g. Nebulizer 1:2 cc/8jam
h. Cek HIV
i. Foto Toraks
j. Swab

27
ANALIS DATA

No Data Fokus Penyebab Masalah


1. DS :
- Klien mengatakan batuk
berdahak dan sesak saat
bernafas Penumpukan Ketidakefektifan
secret bersihan jalan

DO: nafas

- Kesadaran CM
- Jalan nafas adanya secret
- RR : 26 x/mnt
- Tampak terpasang
oksigen nasal 3lpm
2. DS :
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan tidak
bisa beraktivitas
Kelemahan otot Intoleransi
DO :
aktivitas
- Klien nampaklemas
- Seluruh aktivitas nampak
dibantu orang lain
- TTV
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 116 x/mnt
RR : 26 x/mnt

28
Suhu : 38,1 C˚
3. DS :
- Klien mengeluh demam
DO :
- Suhu badan klien tampak Terjadinya proses Hipertermi

panas inflamasi

- TTV
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 116 x/mnt
RR : 26 x/mnt
Suhu : 38,1 C˚

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Ketidakefektifan 1. Observasi TTV 1. Adanya perubahan fungsi
bersihan jalan 2. Observasi respirasi
nafas kemampuan 2. Kemampuan mengeluarkan
berhubungan mengeluarkan secret menimbulkan
dengan secret secara timbulnya penumpukan
Penumpukan efektif berlebihan pada saluran
secret 3. Berikan posisi napas
semi fowler 3. Membantu membersihkan
4. Ajarkan batuk secret pada jalan napas
efektif 4. Batuk efektif mempermudah
5. Kolaborasi ekspektorasi muskus
dengan dokter 5. Bertujuan untuk
dalam

29
pemberian mengencerkan dahak
inhalasi
nebulizer
2. Intoleransi 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan umum
aktivitas 2. Ajarkan teknik klien
berhubungan ROM 2. ROM dilakukan untuk
dengan 3. Kompres mencegah kekauan pada
kelemahan otot hangat pada sendi
persendian 3. Agar tidak terjadi kekakuan
4. Anjurkan untuk pada sendi
aktifitas yang 4. Untuk melatih klien supaya
ringan dapat beraktivitas sendiri
5. Kolaborasi 5. Berfungsi untuk
pemberian mengoptimalkan/memulihkan
fisioterapi tenaga klien supaya dapat
mentoleransi aktifitas
3. Hipertemi 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui status
berhubungan 2. Ajarkan suhu
dengan klien/keluarga 2. Agar keluarga dapat mengerti
terjadinya dalam dan mencegah dampak
proses inflamasi mengukur suhu 3. Kompres hangat
untuk menyebabkan vasodilatasi
mencegah dan sehingga terjadi perpindahan
mengenali panas secara evoforasi
secara dini 4. Menghindari dehidrasi
hipertermia 5. Untuk menurunkan panas
3. Berikan
kompres hangat
4. Anjurkan
asupan oral 2
liter per hari
5. Kolaborasi
pemberian
antipiretik

30
CATATAN PERKEMBANGAN

No Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


DX
1. Minggu, 1. Mengobservasi TTV S:
23/05/2021 2. Memberikan posisi semi - Klien
fowler mengetakan
3. Memberikan relaksasi masih batuk
distraksi O:
4. Memberikan pemberian - Klien nampak
inhalasi nebulizer masih batuk
- TTV
TD : 100/70
mmHg
Nadi : 116
x/mnt
RR : 26 x/mnt
- Suhu : 38,1 C˚
A:
- Masalah
belum teratasi
P:
- Intervensi
dilanjutkan
2. Minggu, 1. Mengobservasi TTV S:

31
23/05/2021 2. Mengajarkan teknik ROM - Klien
3. Menganjurkan untuk mengatakan
aktifitas yang ringan masih lemas
O:
- Klien nampak
masih lemas
- TTV
TD : 100/70
mmHg
Nadi : 116
x/mnt
RR : 26 x/mnt
- Suhu : 38,1 C˚
A:
- Masalah
belum teratasi
P:
- Intervensi
dilanjutkan

3. Minggu, 1. Mengobservasi TTV S:


23/05/2021 2. Menanjurkan asupan oral 2 - Klien
liter per hari
mengatakan
3. Berkolaborasi pemberian
badan masih
antipiretik
terasa panas
O:
- TTV
TD : 100/70
mmHg
Nadi : 116
x/mnt

32
RR : 26 x/mnt
- Suhu : 38,1 C˚
A:
- Masalah
belum teratasi
P:
- Intervensi
dilanjutkan

33
DAFTAR PUSTAKA

Jendral Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular. 2017.


Hidup Sehat Tanpa Rokok. Kementrian kesehatan republic Indonesia
Kemenkes. (2012). Peraturan Pemerintah No 109 Tahun 2012 Tentang
Pengamanan Bahan Yang Menagandung Zat Adiktif Berupa
Tembakau Bagi Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indnesia,
(online), melalui
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28918/1/LAILA
%20ROMLAH-FKIK.pdf (diaskses pada Selasa, 07 april 2020).

Amin, & Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:
MediAction.
Alwi, Idrus. (2017). Penetalaksanaan di bidang ilmu penyakit dalam panduan
praktik kklinis.Internapublishing pusat. penerbitan ilmu penyakit dalam
Maghfiroh, Lailatul. (2017), Pengaruh Pemberian Edukasi Menggunakan Buku
Saku Bergambar dan Berbahasa Madura terhadap Tingkat Pengetahuan
Penderita dan Pengawas Menelan Obat Tuberkulosis Paru, Fakultas
Farmasi, Universitas Jember Jalan Kalimantan no 37, Jember 68121 e-
mail korespondensi : anton.farmasi@unej.ac.id
Amin, H. (2015). NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction
Jogja
WHO. (2019). Global Tuberculosis Report. Geneva: WHO.
NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperwatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
Global tuberculosis report 2017. ISBN 978-92-4-156551-6 © World Health
Organization 2017 Some rights reserved. This work is available under the
Creative Commons Attribution-NonCommercialShareAlike 3.0 IGO
licence (CC BY-NC-SA 3.0 IGO;
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/3.0/igo).
https://www.google.co.id/amp/alamipedia.com/etiologi-tbc-penyebab-
tuberkulosis/amp/#ampshare=http://alamipedia.com/etiologi-tbc-
penyebab-tuberkulosis

34

Anda mungkin juga menyukai