E DENGAN DIAGNOSA
TUBERKULOSIS PARU DENGAN MASALAH
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS
DI RS IMELDA PEKERJA INDONESIA (IPI) MEDAN 2022
Oleh:
Ekameiman P.Buulolo
(2214901011)
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, dan
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Keperawatan Dasar
Profesi di Akademi keperawatan Imelda medan.
Adapun judul laporan kasus ini adalah “Asuhan Keperawatan Pada
Tn. E Dengan Diagnosa Tuberkulosis Paru Dengan Masalah Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Di Rs Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan 2022”
Saya menyadari penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi, mau pun penyusunannya. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.Terwujudnya laporan kasus ini tidak terlepas dari bimbingan serta
dorongan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami dari saya
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Dalam penyusunan Makalah ini penulis mengucapkan Terimakasih
kepada Bapak/Ibu:
1. dr. H. Raja Imron Ritonga., M.Sc., selaku Ketua Yayasan Imelda.
2. Dr.dr. Imelda L. Ritonga S.Kp.,M.pd., MN., selaku RektorUniversitas Imelda
Medan.
3. dr. Hedy Tan, MARs., MOG., Sp. OG selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan.
4. Edisyah Putra Ritonga, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Prodi Ners
Universitas Imelda Medan.
5. Hamonangan Damanik, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Sekretaris Prodi
NersUniversitas Imelda Medan.
6. Meriani Siahaan, S.KM., S.Kep., M.Biomed selaku Dosen Pembimbing
akademik
7. Syahrul Handoko, S.Kep, Ns. Selaku preseptor klinik RSU Imelda Pekerja
Indonesia ( IPI) Medan.
Teman-teman yang ikut dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini dan semoga bermanfaat.
(Penulis)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulis ............................................................................ 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep TB Paru............................................................................. 3
2.1.1. Defenisi Tb Paru............................................................. 3
2.1.2. Etiologi............................................................................ 3
2.1.3.Manisfertasi...................................................................... 4
2.1.4.Patofiologi........................................................................ 5
2.1.5.Pathways.......................................................................... 7
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang.................................................. 8
2.1.7. Komplikasi...................................................................... 8
2.2.Teori Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif....................................... 9
2.2.1. Teori Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif....................... 9
2.2.2.Defesnisi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif................. 9
2.2.3.Etiologi bersihan jalan napas tidak efektif....................... 9
2.2.4.Patofisiologi..................................................................... 9
2.2.5.Tanda Dan Gejala............................................................. 10
2.3.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................... 11
2.3.1. Pengkajian Keperawatan................................................. 11
2.3.2.Diagnosa Keperawatan..................................................... 14
2.3.3. Rencana Keperawatan..................................................... 15
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1. Resume...................................................................................... 25
3.2. Genogram.................................................................................. 26
3.3. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 26
3.4. Analisa Data.............................................................................. 27
3.5. Diagnose Keperawatan.............................................................. 28
3.6. Intervensi................................................................................... 29
3.7. Implementasi dan Evaluasi ...................................................... 30
BAB VI: PENUTUP
4.1. Kesimpulan............................................................................... 33
4.2. Saran.......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen penyakit menular berbasis wilayah pada dasarnya merupakan
upaya tata laksana pengendalian penyakit menular dengan cara mengintegrasikan
upaya pencarian kasus secara proaktif, tata laksana penderita secara tepat dan
tuntas, yang dilakukan secara bersama dengan upaya pengendalian beberapa
factor risiko penyakit tersebut, serta keduanya di laksanakan secara simultan,
paripurna, terencana, dan terintegrasi pada sebuah wilayah tertentu (Achmadi,
2014).
Indonesia sebagai “negara tropis” merupakan kawasan endemik berbagai
penyakit menular, seperti TB Paru. Oleh karena itu, strategi pemberantasan
penyakit menular berbasis wilayah memiliki pengertian bahwa di setiap wilayah
administrasi pembangunan (kabupaten/kota) pemberantasan penyakit
menggunakan “paket” pendekatan strategic, contohnya melakukan pencarian dan
pengobatan secara intensif terhadap penderita. Untuk beberapa penyakit menular
yang memerlukan pengobatan jangka panjang seperti halnya TBC, harus ada
jaminan ketersediaan obat dan jaminan menelan obat.Keluarga terdekat atau tokoh
masyarakat setempat dapat meminta bantuan Pengawas Menelan Obat (Achmadi,
2014).
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis
dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui transmisi udara (droplet
dahak pasien tuberkulosis). Pasien yang terinfeksi Tuberkulosis akan
memproduksi droplet yang mengandung sejumlah basil kuman TB ketika mereka
batuk, bersin, atau berbicara. Orang yang menghirup basil kuman TB tersebut
dapat menjadi terinfeksi Tuberkulosis.
Di Indonesia jumlah kasus baru TB Paru sebanyak 420.994 kasus pada
tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru
TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan.
Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada lakilaki 3 kali lebih
tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara
lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada faktor risiko
TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat (Kementerian
Kesehatan RI, 2015).
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien TB Paru adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme,
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah
jantung, hipertermia berhubungan dengan inflamasi, ketidakseimbangan nutrisi
berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi, dan resiko infeksi
berhubungan dengan organisme purulent (NANDA, 2016).
Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada pasien TB Paru yaitu dengan cara batuk efektif, Gangguan
pertukaran gas dengan memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
hipertermia dengan memonitor suhu sesering mungkin, memonitor warna dan
suhu kulit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan
memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori, dan resiko infeksi dengan
memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal (NANDA, 2016).
1.2.TujuanPenulis
1. Mengetahuikeperawatandasar pada TB Paru.
2. Memberikanasuhankeperawatan yang tepat pada pasienTb Paru
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep TB Paru
2.1.1 Defenisi TB Paru
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat
hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi.Kuman ini juga mempunyai
kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan
bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya
berlangsung dengan lambat.Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu
penularannya terutama terjadi pada malam hari.Tuberkulosis Paru atau TB adalah
penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui
airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga
masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat
penularan yang kecil (kemenkes RI,2015).
2.1.2 Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015),
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis.Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet.Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara
yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini
bila menghirup bercak ini.Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.
2.1.3 Manifestasi
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan
pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien
TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang
terbanyak adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadangkadang
panas badan dapat mencapai 40-41oC.serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
serangan demam influenza.keadaan ini sangatdipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2. Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus.batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula.Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum).keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat
juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah
meliputi sebagian paru-paru
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.Terjadi gesekan kedua
pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun.Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll.Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
2.1.4 Patofiologi
Seorang penderita tuberkulosis ketika bersin atau batuk menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Bakteri kemudian
menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, di mana pada daerah tersebut bakteri
bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini dapat juga melalui sistem
limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan
area lain dari paru-paru (Soemantri, 2009). Pada saat kuman tuberkulosis berhasil
berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, terjadilah infeksi yang
mengakibatkan peradangan pada paru, dan ini disebut kompleks primer. Waktu
antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6
minggu.Setelah terjadi peradangan pada paru, mengakibatkan terjadinya
penurunan jaringan efektif paru, peningkatan jumlah secret, dan menurunnya
suplai oksigen (Yulianti & dkk, 2014).
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsifnya.Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yangerdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel.Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan
gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam
percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian
lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus.Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan
gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis
penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya
sembuh sendiri.Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut
yangbiasanya menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem
vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh (Soemantri, 2014).
2.1.5 Pathways
Mycrobacterium Tuberculosis
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= klien
= meninggal
IMUNO
SEROLOGI
Covid-19 Non Reactive Non Reactive ICT
Anti covid Ig G
HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI
FOTO THORAX: tampak bercak infiltrate pada lapangan atas paru kiri dan
parahiler disertai kalsifikasi( TB Paru Lama)
Pemeriksaan sputum : BTA ( + )
3.4 ANALISA DATA
No Analisa Data Etiologi Masalah
07 Oktober 2022 1. Memonitor kembali status respirasi: ventilasi S: Klien mengatakan batuk sudahberkurang
2. Menganjurkan pasien munum air hangat - Klien mengatakan masih sesak nafas sudahsedikit
3. Mengatur Posisi Semi Fowler berkurang
4. Mengajarkan kembali tehnik batuk efektif O: Klien masih terdengar batuk berdahak
5. Memberikan terapi Oksigenasi nasal kanul 3 - Kl sesak
liter/menit - TD: 120/60 mmHg
- N: 80 x/i
- S: 36 C
- P: 23 x/i
A: Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan
08 Oktober 2022 1. Memonitor kembali status respirasi: ventilasi S: Klien mengatakan hanya batuk sekali-sekali
menganjurkan pasien minum air hangat - Klien mengatakan sesak nafas sudahberkurang
2. Mengatur Posisi Semi Fowler O: Klien sudah jarang terdengar batukberdahak
3. Mengajarkan kembali tehnik batuk efektif - Klien tampak sudah tidak sesak
4. Memberikan terapi Oksigenasi nasal kanul 3 - TD: 120/80 mmHg
liter/menit - N: 80 x/i
- S: 36 C
- P: 20 x/i
A: Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau
diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen
yang tinggi.Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada
membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam
dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat.Bakteri ini tidak
tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam
hari.Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis.
4.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi keperawatan yang akan menjadi
perawat untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasientbparu dengan
prioritasmasalahKetidakefektifan bersihan jalan nafas
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Zulkifli, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV.
Jakarta: FKUI.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi 10.Dialih
bahasakan oleh Yasmin Asih.Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id.
Tanggal diakses : 20 Maret 2011.
Doenges, Marilynn E, et al. 2005. Nursing diagnosis manual: Planning,
individualizing, and documenting client care.
Philadelphia : F.A. Davis Company. NANDA International. 2002. Diagnosa
keperawatan definisi dan klasifikasi 2009-2011. Dialih bahasakan oleh
Made Sumarwati, dkk.Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson.2006. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit.Dialih bahasakan oleh Brahm U Pendit,
dkk.Jakarta : EGC.