Anda di halaman 1dari 77

KEPERAWATAN GERONTIK

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PNEUMONIA”

OLEH:
KELOMPOK 3 / KELAS B12-B

1. A.A. ISTRI CAHYADININGRUM (193223107)

2. IDA AYU PUTU MIRAH ADI ANGGRAENI (193223123)

3. LUH PUTU NITA MELIANDRI (193223127)

4. LUH PUTU WIDYANTARI (193223129)

5. NI LUH GEDE ITA SUNARIATI (193223138)

6. NI LUH GEDE RIKA RAHAYU (193223139)

7. NI LUH GEDE YUPITA ASTRI SURYANDARI (193223140)

8. NI LUH PUTU ARI PUSPITARINI (193223141)

9. NI PUTU PRASTIWI FATMA SARI (193223150)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Gerontik ini dengan baik dan lancar. Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca
mengenai “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Pneumonia)”. Wawasan tersebut bisa didapatkan melalui pendahuluan,
pembahasan masalah dan penarikan kesimpulan. Makalah ini disusun dengan
konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca untuk
lebih mudah memahami isi dari makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada dosen yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kelompok kami untuk membuat
tugas makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan
makalah yang telah kami buat.

Denpasar, Maret 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
1. Tujuan umum...................................................................................................2
2. Tujuan khusus..................................................................................................2
D. Manfaat.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Konsep Dasar Penyakit.....................................................................................3
1. Definisi.............................................................................................................3
2. Etiologi.............................................................................................................3
3. Tanda dan Gejala.............................................................................................5
4. Klasifikasi........................................................................................................5
5. Patofisiologi.....................................................................................................9
6. Manifestasi Klinis..........................................................................................11
7. Faktor Risiko..................................................................................................11
8. Penatalaksanaan.............................................................................................12
9. Komplikasi.....................................................................................................13
10. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................14
11. Pathway..........................................................................................................17
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Pneumonia..............................18
1. Pengkajian......................................................................................................18
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................29
3. Intervensi Keperawatan..................................................................................30
4. Implementasi Keperawatan............................................................................40
5. Evaluasi Keperawatan....................................................................................40

ii
C. Contoh Aplikasi Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia....................41
1. Pengkajian......................................................................................................41
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................58
3. Intervensi Keperawatan..................................................................................59
4. Implementasi keperawatan.............................................................................63
5. Evaluasi Keperawatan....................................................................................72
BAB III PENUTUP................................................................................................73
A. Simpulan.........................................................................................................73
B. Saran...............................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................74

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia adalah penyakit yang sering dijumpai dan terus menjadi
pembunuh utama anak di negara berkembang dan lansia di negara maju. Menurut
perkiraan WHO, terdapat 450 juta laporan kasus pneumonia setiap tahunnya,
menyebabkan 7% (empat juta) dari keseluruhan 57 juta kematian. Insidens
tertinggi terjadi pada anak usia kurang dari lima tahun dan orang dewasa usia
lebih dari 75 tahun.
Di Amerika Serikat dari hasil penelitian yang dilaporkan dalam Vital
Statistic Center, Communicable Disease Centeri tahun 1996, pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 10 pada kelompok usia 45-64 dan
penyebab kematian nomor 5 pada kelompok usia lebih dari 65 tahun. Di
Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
kardiovaskuler/cardiovascular disease (CVD) dan tuberculosis (TBC). Faktor
sosial ekonomi yang rendah di Indonesia turut mempertinggi angka kematian
akibat pneumonia.
Pada usia tua, beberapa infeksi tertentu terjadi lebih sering pada
kelompok usia lanjut dan memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi
pula. Infeksi ini meliputi infeksi saluran nafas bagian bawah, pneumonia
bakterial, dan infeksi saluran kemih. Pneumonia komunitas pada usia lanjut
memiliki manifestasi klinis yang berbeda dengan pneumonia komunitas pada
kelompok usia lain. Manifestasi klinis pneumonia komunitas pada usia lanjut
biasanya tidak lengkap. Sebagai tambahan, terdapat keberagaman yang luas dari
aspek gejala dan tanda yang terjadi, dengan tidak didapatkannya asosiasi di antara
gejala dan tanda tersebut.Konfusi,perubahan kapasitas fisik secara fungsional, dan
dekompensasi dari penyakit penyebab, dapat muncul sebagai manifestasi klinis.
Malnutrisi merupakan salah satu keadaan yang ditemui pada kelompok usia lanjut.
Mengingat tingginya angka kejadian dan kematian dari pneumonia pada
usia lanjut dan perbedaannya dengan pneumonia pada kelompok usia lain, maka
diperlukan pemahaman yang baik mengenai pneumonia pada usia lanjut dari

1
berbagai aspek dan secara menyeluruh agar dapat dilakukan penatalaksanaan
dengan baik

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya:
1. Bagaimana konsep dasar penyakit pada pasien dengan Pneumonia?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Pneumonia?
3. Bagaimana contoh aplikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Pneumonia.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini diantaranya:
a. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit pada pasien dengan Pneumonia
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia
c. Untuk mengetahui contoh aplikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia

D. Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah agar dapat menjadi bahan
bacaan bagi pembaca guna menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman
mengenai konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Pneumonia adalah salaah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernapasan bawah akut (INSBA) dan
ditandai dengan gejala batuk disertai dengan sesak napas yang disebabkan oleh
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan substansi asing, berupa
radang paru – paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat
melalui gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran
gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun
dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi
maksimal (Soemantri, 2009).
Pada usia tua, beberapa infeksi tertentu terjadi lebih sering pada
kelompok usia lanjut dan memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi
pula.Infeksi ini meliputi infeksi saluran nafas bagian bawah, pneumonia bakterial,
dan infeksi saluran kemih. Pneumonia pada usia lanjut merupakan penyakit yang
sering terjadi dan tergolong serius yang manifestasi klinisnya dapat berbeda
dengan pasien usia muda. Pada pasien usia lanjut keluhan pada pneumonia dapat
lebih sedikit dari pasien muda, namun delirium sering terjadi. Terkadang, delirium
merupakan satu-satunya manifestasi klinis pneumonia pada usia lanjut.

3. Etiologi
Tabel 2 menunjukkan jenis organisme yang sering menyebabkan infeksi
saluran pernafasan pada usia lanjut. Adapun jenis infeksi saluran pernapasan yang
sering mengenai usia lanjut adalah pneumonia bakterial. Kendati telah ditemukan
sekitar 100 agen mikroba yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya beberapa
mikroba yang merupakan penyebab tersering dari kasus pneumonia. Pada sekitar
setengah dari pneumonia komunitas yang terjadi pada usia lanjut agen penyebab
terjadinya pneumonia tidak dapat diidentifikasi. Dari perkiraan, sekitar 20-30%

3
dari total keseluruhan kasus pneumonia komunitas disebabkan oleh kuman
Streptococcus penumoniae, sedangkan agen penyebab lain dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:

Hampir sebagian besar (50-60%) pneumonia yang didapat dirumah sakit


disebabkan oleh aerob gram negatif, dapat juga disebabkan oleh Streptococcus
ureus, Hemophillus influenza. Streptococcus pneumonia merupakan penyebab
paling banyak dari pneumonia pada usia lanjut.
Streptococcus pneumoniae memiliki virulensi yang ditentukan oleh
polisakarida kapsular pneumokokal, yang memungkinkan bakteri untuk

4
menghalangi fagositosis dari sel penjamu. Sementara pada pneumonia
nosokomial, penyebab terbanyak dari kelompok usia lanjut yang dirawat di rumah
sakit adalah virus, yang menyebabkan terjadinya pneumonia viral.
Berdasarkan penelitian dari Raul Riquelme et al. penyebab terbanyak
dari pneumonia komunitas pada usia lanjut adalah Streptococcus pneumoniae.
Sebagai tambahan, sebanyak 17% dari kasus disebabkan oleh mikroorganisme
atipikal seperti C. Pneumoniae, M. pneumoniae, dan C. burnetti (Joseph, 2003).

4. Tanda dan Gejala


Demam (dengan atau tanpa menggigil), batuk-batuk (dengan atau tanpa
produksi sputum) dan dispnea. Batuk non produktif menunjukkan pneumonia
viral atau mikroplasma, sputum yang bernoda darah atau berwarna seperti warna
karat menunjukkan pneumonia bakterialis. Nyeri dada pleuristik disebabkan oleh
inflamasi yang terjadi di dekat pleura (Tao. L dan Kendall. K, 2013).

5. Klasifikasi
Menurut Misnadiarly (2008), beberapa klasifikasi dari pneumonia sebagai berikut:
a. Pneumonia bakteri
Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses
infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Terdapat konsolidasi dari
seluruh lobus pada pneumonia lobaris sedangkan pneumonia lobularis atau
bronkopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang berbecak
dengan diameter sekitar 3 – 4 cm mengelilingi dan mengenai bronkus.
b. Pneumonia Pneumokokus
Pneumokokus mencapai alveolus - alveolus dalam bentuk percikan mucus
atau saliva. Lobus paru bawah paling sering terserang karena pengaruh gaya
tarik bumi. Bila sudah mencapai dan menetap di alveolus maka pneumokokus
menimbulkan patologis yang khas yang terdiri dari 4 stadium yang berurutan:
1) Kongesti (4 – 12 jam pertama) eksudat serusa masuk dalam alveolus -
alveolus dari pembuluh darah yang bocor dan dilatasi.
2) Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) paru - paru tampak merah dan tampak
bergranula karena sel darah merah fibrin dan leukosit polimorfonuklear
mengisi alveolus – alveolus.

5
3) Hepatisasi kelabu (3 – 8 hari) paru - paru tampak abu – abu karena leukosit
dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
4) Resolusi ( 7 – 11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh
mikrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu kejadian yang
tiba – tiba disertai menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang
berwarna seperti karat. Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai
komplikasi dan jaringan yang rusak dapat diperbaiki kemabali. Komplikasi
tentang sering terjadi adalah efusi plura ringan. Adanya bakterimia mempengaruhi
prognosis pneumonia. Adanya bakterimia menduga adanya lokalisasi proses paru
- paru yang tidak efektif. Akibat bakterimia mungkin berupa lesi metastatik yang
dapat mengakibatkan keadaan seperti meningitis, endokariditis bakterial dan
peritonitis. Sudah ada vaksin untuk melawan pneumonia pneumokokus. Biasanya
diberikan pada mereka yang mempunyai risiko fatal yang tinggi seperti anemia
sickle – sell, multiple mietoma, sindroma nefrotik atau diabetes mellitus.
c. Pneumonia Stafilokokus
Mempunyai prognosis jelek walaupun diobati dengan antibiotika. Pneumonia
ini menimbulkan kerusakan parenkim paru - paru yang berat dan sering
timbul komplikasi seperti abses paru - paru dan empiema. Merupakan infeksi
sekunder yang sering menyerang pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien
lemah dan paling sering menyebabkan bronkopneumonia.
d. Pneumonia Klebsiella / Friedlander
Penderita ini berhasil mempertahankan hidupnya, akhirnya menderita
pneumonia kronik disertai obstruksi progresif paru - paru yang akhirnya
menimbulkan kelumpuhan pernapasannya. Jenis ini yang khas yaitu
pembentukan sputum kental seperti sele kismis merah (red currant jelly).
Kebanyakan terjadi pada lelaki usia pertengahan atau tua, pecandu alkohol
kronik atau yang menderita penyakit kronik lainnya.
e. Pneumonia pseudomonas
Sering ditemukan pada orang yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit
atau yang menderita supresi sistem pertahanan tubuh (misalnya mereka yang
menderita leukemia atau transplantasi ginjal yang menerima obat

6
imunosupresif dosis tinggi). Sering kali disebabkan karena terkontaminasi
peralatan ventilasi.
f. Pneumonia Virus
Ditandai dengan peradangan interstisial disertai penimbunan infiltrat dalam
dinding alveolus meskipun rongga alveolar sendiri bebas dari eksudat dan
tidak ada konsolidasi. Pneumonia virus 50% dari semua pneuminia akut
ditandai oleh gejala sakit kepala, demam dan rasa sakit pada otot - otot yang
menyeluruh, rasa lelah sekali dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini
ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak
mengakibatkan kerusakan paru – paru yang permanen. Pengobatan
pneumonia virus bersifat sympomatik dan paliatif, karena antibiotik tidak
efektif terhadap virus. Juga dapat mengakibatkan pneumonitis berbecak yang
fatal atau pneumonitis difus.
g. Pneumonia Mikoplasma
Serupa dengan pneumonia virus influenza, disertai adanya pneumonitis
interstitial. Sangat mudah menular tidak seperti pneumonia virus, dapat
memberikan respon terhadap tetrasiklin atau eritromisin.
h. Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung.
Pneumonia yang diakibatkannya sebagian bersifat kimia, karena diakibatkan
oleh reaksi terhadap asam lambung dan sebagian bersifat bakterial, karena
disebabkan oleh organisme yang mendiami mulut atau lambung. Aspirasi
paling sering terjadi selama atau sesudah anestesi (terutama pada pasien
obstretik dan pembedahan darurat karena kurang persiapan pembedahan),
pada anak - anak dan pada setiap pasien yang disertai penekanan reflek batuk
atau reflek muntah. Inhalasi isi lambung dalam jumlah yang cukup banyak
dapat menimbulkan kematian yang tiba – tiba, karena adanya obstruksi
sedangkan aspirasi isi lambung dalam jumlah yang sedikit dapat
mengakibatkan oedema paru - paru yang menyebar luas dan kegagalan
pernapasan. Beratnya respon peradangan lebih tergantung dari pH zat yang
diaspirasikan. Aspirasi pneumonia selalu terjadi apabila pH dan zat yang
diaspirasi 2,5 atau kurang. Aspirasi pneumonia sering menimbulkan

7
komplikasi abses, bronchieptase dan gangrean. Muntah bukan syarat
masuknya isi lambung ke dalam cabang tracheobronchial, karena regurgitasi
dapat juga terjadi secara diam - diam pada pasien yang diberi anestesi. Paling
penting pasien harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar sekret
orofarengeal dapat keluar dari mulut.
i. Pneumonia Hypostatik
Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh napas
yang dangkal dan terus menerus dalam posisi yang sama. Daya tarik bumi
menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru dan infeksi membantu
timbulnya pneumonia yang sesungguhnya.
j. Pneumonia Jamur
Tidak sesering bakteri. Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit paru
supuratif granulomentosa yang sering kali disalah tafsirkan sebagai TBC.
Banyak dari infeksi jamur bersifat endemik pada daerah tertentu. Contohnya
di US, hystoplamosis (barat bagian tengah dan timur), koksibiodomikosis
(barat daya) dan blastomikosis (tenggara). Spora jamur ini ditemukan dalam
tanah dan terinhalasi. Spora yang terbawa masuk ke bagian paru yang lebih
difagositosis terjadi reaksi peradangan disertai pembentukan kaverne. Semua
perubahan patologis ini mirip sekali dengan TBC, sehingga perbedaan kurang
dapat ditentukan dengan menemukan dan pembiakan jamur dari jaringan
paru. Tes serologi serta tes hypersensitifitas kulit yang lambat belum
menunjukan tanda positif sampai beberapa minggu sesudah terjadi infeksi,
bahkan pada penyakit yang berat tes mungkin negatif. Pneumonia jamur
sering menimbulkan komplikasi pada stadium terakhir penyakit tersebut,
terutama pada penyakit yang sangat berat, misalnya Ca atau leukemia,
candida alicans adalah sejenis ragi yang sering ditemukan pada sputum orang
yang sehat dan dapat menyerang jaringan paru. Penggunaan antibiotik yang
lama juga dapat mengubah flora normal tubuh dan memungkinkan infasi
candida. Amfotinsin B merupakan obat terpilih untuk infeksi jamur pada
paru.

8
6. Patofisiologi
Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi pulmoner pada sistem respirasi
mengalami berbagai perubahan anatomis yang berkontribusi pada berbagai
perubahan fungsional. Perubahan anatomis pada sistem pulmoner tersebut
meliputi:
a. Penurunan diameter rata-rata dari bronkus dan bronkiolus
b. Penurunan diameter dari sakus alveolaris yang menyebabkan terjadinya
penyempitan
c. Penurunan jumlah serat elastik dan peningkatan jumlah kolagen tipe III
Berbagai perubahan anatomis ini kemudian menyebabkan berbagai
perubahan fungsional yang meliputi 1) penurunan elastic recoil, 2) penurunan
kapasitas difusi oksigen, 3) penyempitan jalan nafas yang menyebabkan
terjebaknya udara di dalam paru-paru, 4) penurunan tingkat aliran ekspirasi.
Sedangkan perubahan spirometri yang terjadi meliputi penurunan volume
inspirasi, penurunan volume ekspirasi, dan penurunan kapasitas vital paru.
Sebagai tambahan, bersihan mukosilier ikut menurun seiring dengan pertambahan
usia.
Pada akhirnya, perubahan yang terjadi pada sistem respirasi usia lanjut
baik perubahan secara anatomis maupun fungsional, menyebabkan eningkatnya
kemungkinan masuknya mikroorganisme infeksius ke dalam paru akibat
ketidakmampuan paru untuk melakukan ekspirasi dan membersihkan paru melalui
sistem mukosilier secara sempurna.
Beberapa penyakit infeksi penting pada usia lanjut dan mortalitasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:

9
Dari Aging, Immunity, and Infection. George Washington University
School of Medicine, 2003.
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan terdapat 2 jalur utama dari
penyebaran infeksi pada usia lanjut, yaitu: sistem respirasi dan sistem urinaria.
Hal ini disebabkan oleh 1) perubahan fisiologis terkait usia yang meliputi
perubahan struktural dan fungsional dari organ respirasi, urinaria, dan
gastrointestinal, 2) perubahan patologis yang disebabkan oleh penyakit dan
kelainan lain yang telah ada (komorbiditas), dan 3) perubahan kompetensi imun
berupa disregulasi sistem imun alamiah (innate immunity) dan terkait usia dan
sistem imun yang didapat (acquired immunity) (Joseph, 2003).
Pada usia lanjut, kemungkinan mekanisme yang menyebabkan
pneumonia adalah aspirasi dari flora orofaring. Banyak faktor lain misalnya
pasien yang dirawat di rumah sakit, adanya penyakit penyerta, pasien yang
terbaring terlalu lama ditempat tidur, gangguan buang air kecil, atau penggunaan
antibiotik yang dapat memicu kolonisasi bakteri orofaringeal gram negative yang
dapat meningkatkan resiko pneumonia yang disebabkan mikroorganisme.
Kurangnya kebersihan mulut juga merupakan faktor penting terjadinya kolonisasi
orofaring untuk terjadinya pneumonia. Penurunan daya tahan tubuh pada usia

10
lanjut dihubungkan juga dengan imunitas humoral dan imunitas seluler,
malnutrisi, perokok berat dan penyakit sistemik (Joseph, 2003).

7. Manifestasi Klinis
Pneumonia pada pasien lansia dapat mucul sebagai diagnosis primer atau
sebagai komplikasi dari penyakit kronis. Infeksi primer pada lansia seringkali sulit
diobati dan menyebabkan angka mortalitas yang tinggi pada individu yang lebih
muda. Perburukan umum, kelemahan, gejala abdomen, anoreksia, konfulsi,
takikardi, dan takipnea dapat menandai awitan pneumonia. Diagnosis pneumonia
mungkin terabaikan karena gejala klasik seperti batuk, nyeri dada, produksi
sputum, dan demam mungkin tidak ada atau tersamarkan pada pasien lansia.

Selain itu, munculnya sejumlah gejala juga dapat menyesatkan. Bunyi


nafas abnormal, misalnya, mungkin disebabkan oleh mikroatelektasis yang terjadi
akibat penurunan mobilitas, penurunan volume paru, atau perubahan fungsi
pernafasan lain. Foto rontgen dada mungkin diperlukan untuk membedakan gagal
jantung kronis dan pneumonia sebagai penyebab atau tanda gejala klinis (Brunner
& Suddarth, 2014).

8. Faktor Risiko
Berdasarkan penelitian berbasis populasi, Koivula et al. faktor risiko dari
pneumonia komunitas meliputi alkoholisme, asma, pasien imunosupresif, usia
lebih dari 70 tahun, dan usia 60-69 tahun.
Pada pneumonia dengan etiologi yang lebih spesifik, faktor risiko dapat
berbeda dengan faktor risiko pneumonia secara keseluruhan. Contohnya pada
pneumonia pneumokokal, faktor risiko meliputi demensia, kejang, penyakit
jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF), dan penyakit
kardiovaskuler atau CVD.
Sedangkan menurut Thomas Yoshikawa et al., alkoholisme, asma, pasien
imunosupresif, dan usia lebih dari 70 tahun, merupakan faktor risiko terjadinya
pneumonia komunitas pada usia lanjut. Sedangkan pada pneumonia nosokomial
yang terjadi akibar perawatan selama di rumah sakit, faktor risiko meliputi usia
tua, jenis kelamin laki-laki, kesulitan menelan, ketidakmampuan mengonsumsi
obat-obatan oral, disabilitas tingkat berat, dan inkontinensia urin. Sedangkan

11
menurut Tirthankar Mukherjee et al., pneumonia merupakan salah satu infeksi
nosokomial yang paling sering terjadi selain infeksi traktus respiratorius dan
insidensi pneumonia meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan alat
bantu yang bersifat invasif.
Sementara pada pneumonia aspirasi, aspirasi bakteri patogen dari
orofaringeal ke dalam traktus respiratorius bawah merupakan penyebab
pneumonia aspirasi pada usia lanjut. Selain itu, gangguan menelan dan reflex
batuk yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler, juga dapat
meningkatkan insidensi pneumonia (Misnadiarly, 2008).

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia pada usia lanjut melibatkan banyak aspek
dari ilmu kedokteran geriatri, termasuk di antaranya data demografis dari populasi
usia lanjut, efek pneumonia pada kesehatan general pasien usia lanjut, dan
pengetahuan yang memadai mengenai perbedaan antara pneumonia pada usia
lanjut dan usia muda (Jeremy, 2005).
Prinsip penatalaksanaan pneumonia adalah pemberian antibiotik untuk
membunuh kuman patogen. Selain itu bantuan pernafasan menggunakan alat
bantu nafas dan obat batuk jenis ekspektoran dapat diberikan untuk membuka
jalan nafas, mengencerkan dahak, dan mengeluarkannya sebagai terapi
simtomatik. Pengobatan biasa diberikan selama 10-14 hari. Pemberian zink
merupakan alternatif tambahan dalam tata laksana pneumonia (Jeremy, 2005).
Selain itu, kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat bisa
diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita
yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung
atau paru - paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus.
Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas
mekanik (Jeremy, 2005).
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan untuk pneumonia
bergantung pada penyebab sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum
mencakup:

12
a. Oksigen 1 – 2 L/menit
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan:
Untuk kasus pneumonia community base:
a. Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b. Kloramfenikol 75mg/kg BB/ hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
a. Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
b. Amikasin 10- 15mg/kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian

10. Komplikasi
Menurut Astuti dan Angga (2010), beberapa komplikasi pada pasien dengan
pneumonia diantaranya:
a. Gagal napas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orng yang menderita
pneumonia sering kesulitan bernapas, dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk
tetap cukup bernapas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-
invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan napas dengan bilevel
tekanan positif, dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan
ventilator dapat digunakan untuk membantu pernapasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal napas oleh pencetus akut
respiratory distress syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respons
inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental,
kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara
untuk cairan alveoli, harus membuat ventilasi mekanik yang membutuhkan.
Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari pneumonia.
Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem

13
imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena
bakteri; streptococcus pneumonia merupakan salah satu penyebabkan individu
dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan intensif dirumah sakit.
Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu
mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat
meyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan jantung diantara masalah lain dan sering
menyebabkan kematian.
b. Efusi pleura, empyema, dan abces
Ada kalanya, infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan
bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru (rongga
pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan ini
disebut empyema. Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia, cairan ini
sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan periksa, tergantung dari hasil
pemeriksaan ini. Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini, sering memerlukan
selang pada dada. Pada kasusu empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika
cairan tidak dapat dikeluarkan, mungkin infeksi berlansung lama, karena
antibiotik tidak menembus dengan baik ke dalam rongga pleura.
Bakteri akan menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut
abses. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x
atau CT scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering
mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan
abses pada paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli
radiologi.
c. Empiema yang memerlukan antibiotik dalam waktu yang lama.

11. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Anwar (2010), pemeriksaan penunjang pada pasien dengan pneumonia
diantaranya:
a. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat
ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak - bercak
infiltrate didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris
terlihat adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia

14
lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto
rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa
lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti
pleuritic, abses paru, perikarditis.
b. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran darah menunjukkan leukositosis biasanya 15.000 – 40.000 /mm3
dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan
tenggorokan dan 30 % dari darah. Urine biasanya berwarna lebih tua,
mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak
hialin.
c. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi
nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada
mungkin bersih.
d. GDA/nadi oksimetris
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
e. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah
Untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik
atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari
satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia,
stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV.
Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang
ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia sementara.
f. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
g. Pemeriksaan serologi
Misalnya, titer virus atau legionella, aglutinin dingin, membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.

15
h. Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan
nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan
(hipoksemia).
i. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
j. Bilirubin : Mungkin meningkat
k. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan
intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel
rekayasa(rubela).

16
12. Pathway

Rangsang batuk
Bersihan jalan napas tidak efektif

Nyeri pleurik

Nyeri akut

Gangguan Pola Tidur Hipovolemia

Defisit Nutrisi

17
E. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Pneumonia
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi:
nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian.
b. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala dan kelemahan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan
dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa
dingin.
d. Riwayat Penyakit Masa lalu
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma,
alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok.
e. Genogram
Keturunan pasien dalam keluarga dan anggota keluarga yang tinggal bersama
pasien.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti:
TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
g. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan yang pernah dijalani oleh pasien.
h. Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien selama hidupnya tinggal bersama siapa dan keadaan di dalam rumah
pasien.
i. Riwayat Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan pasien untuk menghibur dan menghilangkan stress.
j. Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang menjadi sumber kehidupan bagi pasien.

18
k. Spiritual/Kultural
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan
perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam
upaya pelaksanaan ibadah dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
l. Keyakinan Tentang Kesehatan
Persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami.
m. Pola Fungsi Gordon
1) Persepsi Kesehatan – Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami
pasien.
2) Pola Aktivitas/Latihan
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3) Pola Nutrisi Metabolik
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : Sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
4) Pola Eliminasi
Biasanya tidak terjadi masalah dengan pola eliminasi pasien.
5) Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
6) Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur karena sesak napas sering terjadi.
7) Konsep Diri dan Persepsi Diri
Persepsi pasien mengenai sakit yang dialami. Menjelaskan konsep diri dan
persepsi diri misalnya body image, body comfort.
8) Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran.

19
9) Pola Reproduksi dan Seksual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.
10) Manajemen Koping Stress
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah.
11) Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan
perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam
upaya pelaksanaan ibadah.
n. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Tingkat Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, coma
3) GCS : E4 : V5 :M6
4) Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu pasien
5) Antropometri
a) Tinggi Badan :
Pada pria: 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut (cm))
Pada wanita: 84,88 - (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut
(cm))
b) Berat Badan
BB
c) IMT = 2
(TB) dalam meter
6) Pendekatan system
a) Respirasi
Gejala : Adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea,
takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan
otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
Sputum : Merah muda, berkarat atau purulen.
Perkusi: Pekak datar area yang konsolidasi.
Premikus : Taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Gesekan friksi pleural.

20
Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
Warna : Pucat/sianosis bibir dan kuku.
b) Kardiovaskuler
Pembuluh darah kehilangan elastisitas, peningkatan nadi dan peningkatan
tekanan darah.
c) Gastrointestinal
Tidak ada perubahan yang signifikan
d) Genitourinaria
Kehilangan irama diurnal pada produksi urinedan penurunan filtrasi ginjal.
e) Muskuloskeletal
Atrofi otot, dekalsifikasi tulang dan perubahan postural
f) Neurologis
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)
g) Psikologis
Biasanya terjadi penurunan daya ingat dan kecerdasan mental.
o. Pengkajian Sembilan Instrument Geriatric
1) Fungsional Bartel
No Jenis ADL Kategori Skor
1 Makan 0 = tidak ada
(Feeding) 1 = perlu
bantuan untuk
memotong dll
2 = mandiri
2 Mandi 0 = tergantung
(Bathting) orang lain
1 = mandiri
3 Perawatan Diri 0 = perlu
(Grooming) bantuan
1 = mandiri
4 Berpakaian 0 = tergantung
(Dressing) 1 = sebagian
dibantu
2 = mandiri

21
5 Buang Air Kecil 0 = tidak bisa
(Bowel) mengontrol
(perlu dikateter
dan tidak dapat
mengatur)
1 = BAK
kadang-kadang
(sekali/24 jam)
2 = terkontrol
penuh (lebih dari
7 hari)
6 Buang Air Besar 0 =
(Bladder) inkontinensia
(perlu enema)
1 = kadang
inkontinensia
(sekali
seminggu)
2 = terkontrol
penuh
7 Penggunaan Toilet 0 = tergantung
bantuan orang
lain
1 = perlu
bantuan tetapi
dapat melakukan
sesuatu sendiri
2 = mandiri
8 Berpindah 0 = tidak dapat
(Tidur atau duduk) 1 = butuh
bantuan (2
orang)
2 = dapat duduk

22
dengan sedikit
3 = mandiri
9 Mobilitas 0 = tidak
bergerak/tidak
mampu
1 = mandiri
dengan kursi
2 = berjalan
dengan bantuan
3 = mandiri
10 Naik Turun Tangga 0 = tidak mampu
1 = perlu
bantuan
2 = mandiri
Interpretasi Hasil :
20 : Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan Ringan
9 – 11 : Ketergantungan Sedang
5 –8 : Ketergantungan Berat
0–4 : Ketergantungan
2) Pengkajian Status Kognitif /Mental
a) Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Benar Salah Nomor Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa alamat anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden Indonesia?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun

23
Jumah
Interpretasi:
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
b) Mini Mental State Exam (MMSE)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada?
Registrasi 3  Negara
 Provinsi
 Kabupaten
Sebutkan 3 nama objek (kursi, meja, kertas) kemudian
ditanyakan kepada klien, menjawab
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
3 Perhatian 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100, kemudian
dan dikurangi 7 sampai 5 tingkat
Kalkulasi 1. 100, 93, ..., ..., ...
4 Mengingat 3 Meminta klien untuk menyebutkan objek pada poin 2:
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
5 Bahasa 9 Menanyakan kepada klien tentang benda (sambil
menunjuk benda tersebut)
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk mengulangi kata berikut “tak ada
jika, dan, atau, tetapi”

24
Klien menjawab -, dan, atau, tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang
terdiri dari 3 langkah
Ambil ballpoint di tangan anda, ambil kertas, menulis
saya mau tidur
1. Ambil bolpen
2. Ambil kertas
3. –
Perintahkan klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
“tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk menulis atau kalimat dan
menyalin gambar
Total 30
Skor:
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : Probable gangguan kognitif
Nilai 0 – 16 : Defisit gangguan kognitif

3) Pengkajian Psikososial
Menggambarkan hubungan lansia dengan keluarga, lansia lain dan
lingkungan.
4) Pengkajian Risiko Jatuh
No Risiko Skala Hasil
1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4
2 Pusing atau pingsan pada posisi tegak 3
3 Kebingungan setiap saat (contoh:pasien yang mengalami demensia) 3
4 Nokturia/Inkontinen 3
5 Kebingungan intermiten (contoh pasien yang mengalami delirium/Acute 2
confusional state)
6 Kelemahan umum 2
7 Obat-obat berisiko tinggi (diuretic, narkotik, sedative, antipsikotik, laksatif, 2
vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat hipoglikemik, antidepresan,
neuroleptic, NSAID)
8 Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir 2
9 Osteoporosis 1

25
10 Gangguan pendengaran dan/atau penglihatan 1
11 Usia 70 tahun ke atas 1
Jumlah
Tingkat risiko
Risiko rendah bila skor 1 – 3 : Lakukan intervensi risiko rendah
Risiko tinggi bila skor ≥ 4 : Lakukan intervensu risiko tinggi
5) Pengkajian Depresi (GDS)
Pilihlah jawaban yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan Anda
selama dua minggu terakhir.
No Pertanyaan Skor
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda? YA TIDAK
2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan minat YA TIDAK
/kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? YA TIDAK
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK
5 Apakah anda mempunyai semangat baik setiap saat? YA TIDAK
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? YA TIDAK
7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar hidup anda? YA TIDAK
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar YA TIDAK
dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya YA TIDAK
ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini menyenangkan? YA TIDAK
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat YA TIDAK
kini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? YA TIDAK
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? YA TIDAK
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari YA TIDAK
anda?
TOTAL
SKOR
Panduan pengisian instrumen GDS
(a) Jelaskan pada pasien bahwa pemeriksa akan menanyakan keadaan
perasaannya dalam dua minggu terakhir, tidak ada jawaban benar salah,
jawablah ya atau tidak sesuai dengan perasaan yang paling tepat akhir-akhir
ini.
(b) Bacakan pertanyaan nomor 1 – 15 sesuai dengan kalimat yang tertulis, tunggu

26
jawaban pasien. Jika jawaban kurang jelas, tegaskan lagi apakah pasien ingin
menjawab ya atau tidak. Beri tanda (lingkari) jawaban pasien tersebut.
(c) Setelah semua pertanyaan dijawab, hitunglah jumlah jawaban yang bercetak
tebal. Setiap jawaban (ya/tidak) yang bercetak tebal diberi nilai satu (1).
(d) Jumlah skor diantara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar ada gangguan
depresi.
(e) Jumlah skor 10 atau lebih menunjukkan ada gangguan depresi

6) APGAR Keluarga
a) Saya puas bisa kembali pada keluarga saya untuk membantu pada
waktu sesuatu menyusahkan saya (adaptasi)
b) Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan masalah dengan saya (hubungan)
c) Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan)
d) Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai
(afek)
e) Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu
bersama – sama
Penilaian: pertanyaan yang dijawab :
Selalu : (poin 2)
Kadang – kadang : (poin 1)
Hampir tidak pernah : (poin 0)
p. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang nonspesifik yang seringkali dilakukan
diantaranya :
1) Hitung leukosit : dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser
ke kiri
2) Laju endap darah : meningkat pada infeksi bacterial namun banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya
3) C Reactive Protein (CRP) : meningkat pada infeksi bacterial

27
4) Procalcitonin : dianggap lebih baik disbanding CRP
Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan
keadaan hiposekmia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2
dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi
asidosis respiratorik, asidosis metabolic, dan gagal napas.Pemeriksaan kultur
darah jarang menunjukkan respons terhadap penanganan awal.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI (2018), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
dengan Pneumonia diantaranya:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis
b. Hipovolemia berhubungan dengan evaporasi
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
– kapiler
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
f. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
h. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

28
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit Pneumonia mengacu pada SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
menurut (PPNI, 2019) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menurut (PPNI, 2018) yaitu:

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


(SLKI) (SIKI)
1. Luaran Utama: Tingkat Nyeri Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
Nyeri akut berhubungan Nyeri Nyeri
Setelah dilakukan asuhan Observasi Observasi
dengan agen pencidera
keperawatan selama 3 x
fisiologis 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
kunjungan dalam seminggu
durasi, frekuensi, kualitas, durasi, frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri menurun dengan
intensitas nyeri intensitas nyeri pada pasien
kriteria hasil:
2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri pasien
1. Keluhan nyeri menurun ( 0 –
3. Identifikasi faktor yang 3. Mengetahui faktor yang
1)
memperberat dan memperingan memperberat dan memperingan
2. Meringis menurun
nyeri nyeri pasien
3. Gelisah menurun
Terapeutik Terapeutik
4. Frekuensi nadi membaik (60 –
1. Berikan teknik nonfarmakologis 1. Membantu mengurangi nyeri
100 x/menit)
untuk mengurangi rasa nyeri pasien
5. Pola napas membaik (16 – 20
2. Kontrol lingkungan yang 2. Mencegah nyeri bertambah
x/menit)

30
6. Tekanan darah membaik memperberat rasa nyeri (mis. suhu
(Tekanan darah sistole (90 ruangan, pencahayaan, kebisingan) Edukasi
-120 mmHg, tekanan darah Edukasi 1. Mengurangi nyeri pasien dengan
diastole (60 – 80 mmHg) 1. Anjurkan menggunakan analgetik penggunaan analgetik
secara tepat 2. Mengurangi nyeri pasien
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
Kolaborasi 1. Mengurangi nyeri pasien
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Luaran Utama: Status Cairan Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
Hipovolemia Hipovolemia Hipovolemia
Setelah dilakukan asuhan Observasi Observasi
berhubungan dengan
keperawatan selama 3 x
evaporasi 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengethaui tanda dan gejala
kunjungan dalam seminggu status
hipovolemia (mis. frekuensi nadi hipovolemia
cairan membaik dengan kriteria
meningkat, nadi teraba lemah,
hasil:
tekanan darah menurun, tekanan
1. Turgor kulit membaik
nadi menyempit, turgor kulit
2. Output urine meningkat
menurun, membran mukosa kering,

31
3. Frekuensi nadi membaik (60 – volume urine menurun, hematokrit
100 x/menit) meningkat, haus dan lemah)
4. Tekanan darah membaik 2. Monitor intake dan output cairan 2. Mengetahui keseimbangan cairan
(Tekanan darah sistole (90 dalam tubuh
-120 mmHg, tekanan darah Terapeutik Terapeutik
diastole (60 – 80 mmHg) 1. Berikan asupan cairan oral 1. Mencegah hipovolemia yang lebih
5. Tekanan nadi membaik parah
6. Membran mukosa membaik Edukasi Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan 1. Meningkatkan asupan cairan pasien
cairan oral agar tidak terjadi hipovolemia yang
lebih parah
Kolaborasi Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Menjaga keseimbangan cairan


isotonis (mis. NaCl, RL) dalam tubuh
3. Bersihan jalan napas Luaran Utama: Bersihan Jalan
tidak efektif Napas Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Jalan Napas Jalan Napas
spasme jalan napas Setelah dilakukan asuhan
Observasi Observasi
keperawatan selama 3 x
1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Mengetahui pola napas pasien

32
kunjungan dalam seminggu kedalaman, usaha napas) mulai dari frekuensi, kedalaman
dan usaha napas
bersihan jalan napas meningkat
dengan kriteria hasil: 2. Mengetahui adanya bunyi napas
2. Monitor bunyi napas tambahan tambahan
1. Produksi sputum menurun (mis. gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
2. Mengi menurun
3. Wheezing menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, 3. Mengetahui jumlah, warna dan
aroma) aroma sputum
4. Dispnea menurun
Terapeutik Terapeutik
5. Frekuensi napas membaik (16
– 20 x/menit) 1. Posisikan semi-fowler atau fowler 1. Mencegah sesak napas

6. Pola napas membaik 2. Berikan minuman hangat 2. Mengencerkan sputum pasien


3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu 3. Mengeluarkan sputum pasien
4. Lakukan penghisapan lendir 4. Mengeluarkan sputum pasien
kurang dari 15 detik
5. Berikan oksigen, jika perlu
5. Mencegah sesak napas
Edukasi
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi 1. Menjaga kebutuhan cairan pasien

2. Ajarkan teknik batuk efektif

33
2. Mengeluarkan sputum
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, bila perlu 1. Meningkatkan kapasitas serapan
oksigen ke paru - paru
4. Gangguan pertukaran
gas berhubungan Luaran Utama: Pertukaran gas Intervensi Utama: Pemantauan Intervensi Utama: Pemantauan
dengan perubahan Setelah dilakukan asuhan respirasi respirasi
membran alveolus –
kapiler keperawatan selama 3 x Observasi Observasi
kunjungan dalam seminggu 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Mengetahui frekuensi, irama,
pertukaran gas meningkat dengan kedalaman dan upaya napas kedalaman dan upaya napas pasien
kriteria hasil: 2. Mengetahui perubahan pola napas
1. Dispnea menurun 2. Monitor pola napas (bradipnea, pada pasien
2. Bunyi napas tambahan takipnea, hiperventilasi)
menurun 3. Auskultasi bunyi napas 3. Mengetahui bunyi napas pasien
3. Pusing menurun Terapeutik Terapeutik
4. Takikardia membaik 1. Atur interval pemantauan respirasi 1. Menjaga kestabilan kondisi pasien
5. Pola napas membaik (16 – 20 sesuai kondisi pasien
x/menit) 2. Dokumentasikan hasil pemantauan 2. Sebagai pertanggungjawaban

34
6. Sianosis membaik Edukasi Edukasi
7. Warna kulit membaik 1. Infomasikan hasil pemantauan 1. Keluarga mengetahui keadaan
pasien
5. Intoleransi aktivitas Luaran Utama: Toleransi
berhubungan dengan Aktivitas Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
kelemahan energi energi
Setelah dilakukan asuhan
Observasi Observasi
keperawatan selama 3 x
1. Monitor kelelahan fisik dan mental 1. Mengetahui tingkat kelelahan fisik
kunjungan dalam seminggu
pasien
toleransi aktivitas meningkat
Terapeutik Terapeutik
dengan kriteria hasil:
1. Lakukan latihan rentang gerak 1. Melatih gerak pasien
1. Frekuensi nadi meningkat (60
pasif atau aktif
– 100 x/menit)
Edukasi Edukasi
2. Keluhan lelah menurun
1. Anjurkan tirah baring 1. Membatasi gerak pasien
3. Perasaan lemah menurun
2. Anjurkan melakukan aktivitas 2. Melatih aktivitas pasien secara
4. Warna kulit membaik
secara bertahap bertahap
Tekanan darah membaik
Kolaborasi Kolaborasi
(Tekanan darah sistole (90
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang 1. Menjaga asupan nutrisi pasien
-120 mmHg, tekanan darah
cara meningkatkan asupan
diastole (60 – 80 mmHg) makanan

35
7. Frekuensi napas membaik (16
– 20 x/menit)

6. Defisit nutrisi Luaran Utama: Status Nutrisi Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Nutrisi Nutrisi
peningkatan kebutuhan Setelah dilakukan asuhan Observasi Observasi
metabolisme keperawatan selama 3 x
1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi pasien
kunjungan dalam seminggu status
2. Identifikasi makanan yang disukai 2. Meningkatkan asupan makan
nutrisi membaik dengan kriteria
pasien
hasil:
3. Monitor asupan makanan 3. Mengetahui perkembangan nutrisi
1. Porsi makanan yang
pasien
dihabiskan meningkat Terapeutik Terapeutik
2. Serum albumin meningkat
1. Lakukan oral hygiene sebelum 1. Mencegah mual
3. Frekuensi makan membaik
makan, jika perlu
4. Nafsu makan membaik
2. Sajikan makanan secara menarik 2. Meningkatkan nafsu makan pasien
5. Membran mukosa membaik dan suhu yang sesuai
Edukasi Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Posisi nyaman pasien dan

36
mampu meningkatkan nafsu makan
2. Ajarkan diet yang diprogramkan 2. Pemberian nutrisi yang sesuai
dengan pasien
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
1. Meningkatkan asupan makan
sebelum makan (mis. pereda nyeri,
pasien
antiematik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
2. Menyesuaikan nutrisi dengan
menentukan jumlah kalori dan
kebutuhan pasien
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu
7. Gangguan pola tidur Luaran Utama: Pola Tidur Intervensi Utama: Dukungan Tidur
berhubungan dengan Intervensi Utama: Dukungan Tidur
kurang kontrol tidur Setelah dilakukan asuhan Observasi
Observasi
keperawatan selama 3 x 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1. Mengetahui pola tidur pasien
kunjungan dalam seminggu pola 2. Identifikasi faktor pengganggu
2. Mengetahui penyebab pasien tidak
tidur membaik dengan kriteria tidur
bisa tidur
hasil: Terapeutik
Terapeutik
1. Keluhan sulit tidur menurun 1. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
1. Menghindari sulit tidur di malam
2. Keluhan sering terjaga

37
menurun 2. Lakukan prosedur untuk hari
3. Keluhan pola tidur berubah meningkatkan kenyamanan (mis. 2. Meningkatkan kualitas tidur pasien
menurun pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresur)
Edukasi
1. Jelaskan tidur cukup selama sakit Edukasi
1. Meningkatkan pengetahuan pasien
2. Anjurkan menepati kebiasaan mengenai kebutuhan istirahat tidur
waktu tidur 2. Meningkatkan kualitas tidur pasien
8. Hipertermia Luaran Utama: Termoregulasi Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Hipertermia Intervensi Utama: Manajemen
peningkatan laju Setelah dilakukan asuhan
Hipertermia
metabolisme Observasi
keperawatan selama 3 x
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia
kunjungan dalam seminggu
1. Mengethaui penyebab hipertermi
(mis. dehidrasi, terpapar
termoregulasi membaik dengan
pada pasien
lingkungan panas)
kriteria hasil:
2. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun
2. Mengetahui suhu tubuh pasien
3. Monitor kadar elektrolit
2. Kulit merah menurun
3. Mengetahui kadar elektrolit pasien
Terapeutik
3. Takikardi menurun
Terapeutik
1. Berikan cairan oral
4. Takipnea menurun

38
5. Bradikardi menurun 2. Berikan oksigen, jika perlu 1. Mencegah dehidrasi
6. Suhu tubuh membaik (36,0º C Edukasi 2. Mencegah sesak napas
– 37,5º C) 1. Anjurkan tirah baring Edukasi
Kolaborasi 1. Mencegah kelelahan pasien

1. Kolaborasi pemberian cairan dan Kolaborasi


elektrolit intravena, jika perlu 1. Mencegah kekurangan cairan
Sumber: SIKI (2018) dan SLKI (2019)

39
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru. Pada proses keperawatan, implementasi
adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Berdasarkan terminologi Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan
intervensi (atau program keperawatan). Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut (Kozier,
2010).

5. Evaluasi Keperawatan
Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase
kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi adalah
aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan
professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010).

40
F. Contoh Aplikasi Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 2 Maret 2020, pukul 09.00 WITA
di Br. Pabean, Ketewel, Gianyar. Data diperoleh dari pasien dan keluarga pasien.
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Br. Pabean, Ketewel, Gianyar
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Sudah menikah
Suku bangsa : Bali
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Pengkajian : Senin, 2 Maret 2020
Diagnosa Medis : Pneumonia
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. N
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Br. Pabean, Ketewel, Gianyar
Hubungan dg pasien : Anak
c. Keluhan Utama
Ny. S mengatakan sesak napas dan batuk berdahak
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. S mengatakan sesak napasnya sering kambuh sejak 2 hari yang lalu,
batuk disertai dahak ± 2 bulan dan nyeri tenggorokan.
e. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Ny.S mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit Sanjiwani Gianyar dengan
keluhan yang sama. Pada tanggal 28 Februari 2020, Ny.S sempat melakukan
pemeriksaan ke RSUD Sanjiwani Gianyar.

41
f. Genogram
g.

42
Keterangan :
: Meninggal

: Tinggal satu rumah

: Pasien

: Hubungan perkawinan

: Laki – laki masih hidup

: Perempuan masih hidup

Penjelasan Genogram:
Ny. S merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Orang tua Ny.S sudah
meninggal karena faktor umur, begitupula dengan kakek dan nenek Ny.S juga
sudah meninggal karena faktor umur. Orang tua Ny.S dan kakek serta nenek Ny.S
tidak memiliki penyakit keturunan seperti Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Ny.S
menikah dengan Tn.A dan memiliki empat orang anak. Anak pertama Ny.S dan
Tn.A bernama Tn. N. Tn. N menikah dengan Ny. M dan memiliki tiga orang
anak. Anak pertama Tn.N dan Ny.M bernama An. R, anak kedua bernama An. C
dan anak ketiga bernama An. J.
h. Riwayat Penyakit Keluarga
Ny.S mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
yang sama dengan pasien, dan juga tidak memiliki hipertensi maupun DM.
i. Riwayat Pekerjaan
1) Pekerjaan saat ini : Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga
2) Alamat pekerjaan :-
3) Berapa jarak dari rumah : -
4) Alat transportasi :-
5) Pekerjaan sebelumnya : Pasien mengatakan sebelumnya pernah bekerja
sebagai karyawan toko sembako
6) Berapa jarak dari rumah : ± 1 km
7) Alat transportasi : Sepeda

43
8) Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
Sumber pendapatan kebutuhan Ny.S yaitu dari anaknya Tn.N yang bekerja
sebagai karyawan swasta.
j. Riwayat Lingkungan Hidup
1) Tipe tempat tinggal
Menetap
2) Kamar
Dalam rumah Ny. S terdapat lima kamar tidur, satu ruang tamu, satu kamar
mandi dan satu dapur.
3) Kondisi tempat tinggal
Ny. S mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan dekat dengan jalan
raya.
4) Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah
Ny. S mengatakan tinggal dengan suaminya, anak pertamanya, menantu dan
tiga orang cucu.
5) Derajat privasi
Keluarga Ny. S sangat menjaga privasi antara satu dengan yang lain anggota
keluarganya.
k. Riwayat Rekreasi
1) Hobi atau Minat
Ny.S mengatakan suka menyanyi lagu Bali
2) Keanggotaan dalam Organisasi
Ny. S mengatakan tidak ada mengikuti keorganisasian
3) Liburan / Perjalanan
Ny. S mengatakan untuk menghibur dan menghilangkan stress dengan
menonton TV dan kadang – kadang pergi ke pantai di dekat rumahnya.
l. Sistem Pendukung
Jarak pelayanan kesehatan dari rumah Ny.S sekitar 2 km, terdapat tempat
praktik dokter mandiri.
m. Riwayat Spiritual / Kultural
Ny. S mengatakan penyakit yang ia derita saat ini merupakan kehendak
Tuhan. Ny. S hanya berusaha untuk sembuh.

44
n. Keyakinan tentang Kesehatan
Ny. S mengatakan ingin segera sembuh dari sakitnya, karena apabila ia sakit
ia tidak bisa melakukan aktivitas sehari – hari.
o. Pola Fungsional Gordon
1) Pola Nutrisi Metabolik
Ny. S mengatakan biasa makan tiga kali sehari dengan menu nasi, lauk dan
sayur. Minum ± 1500 ml per hari.
2) Pola Eliminasi
Ny. S mengatakan BAB 1 kali/hari di pagi hari dengan konsistensi lembek
berwarna coklat dan bau khas feses. Tidak ada masalah dalam BAB. BAK 4 –
5 kali/hari warna kuning jernih bau khas urine.
3) Pola Istirahat Tidur
Ny. S mengatakan tidur malam ± 7 – 8 jam/hari dari pukul 22.00 – 06.00
WIB. Ny. S mengatakan tidak pernah tidur siang.
4) Pola Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan
Ny. S mengatakan bila sedang sakit selalu periksa ke rumah sakit atau praktik
dokter umum. Persepsi mengenai sakit yang diderita pasien mengatakan
sudah tahu sedikit tentang penyakit yang diderita.
5) Pola Toleransi dan Koping Stress
Ny. S mengatakan merasa cemas terhadap penyakit yang dideritanya. Bila
ada masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri, pasien akan meminta
bantuan keluarga.
6) Pola Peran dan Hubungan
Ny. S sebagai ibu rumah tangga perannya tidak dapat dilakukan apabila ia
sakit.
7) Pola Persepsi Kognitif
Ny. S mengatakan sangat memperhatikan penyakitnya serta sakit yang
dideritanya murni karena medis dan bukan karena hal gaib.
8) Pola Reproduksi dan Seksualitas
Ny. S sebagai seorang ibu mempunyai 4 orang anak. Pasien tidak memiliki
penyakit kelamin.

45
9) Pola Aktivitas dan Latihan
Ny. S beraktivitas sehari – hari dan memenuhi ADL secara mandiri
Activity Daily 0 1 2 3 4
Living
Makan / minum √
Mandi / toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi √
Berpindah √

10) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri


Pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien hanya mengetahui sedikit.
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh.
11) Pola Keyakinan dan Nilai
Pola spiritual Ny. S baik karena Ny. S mengatakan bahwa sakit itu datangnya
dari Tuhan dan kita hanya bisa berusaha untuk sembuh.
p. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) TTV
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,7º C
4) Antopometri:
BB : 55 kg
TB
Pada wanita: 84,88 - (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut (cm))
= 84,88 – (0,24 x 65 tahun) + (1,83 x 45 cm)
= 84,88 – 15,6 + 82,35
= 151,63 cm
IMT
BB 55 55
IMT = 2 = 2
=
2,28
=24,1(Normal)
(TB) dalam meter (1,51) dalam meter

46
5) Pemeriksaan Head to Toe:
a) Mata
Konjungtiva anemis, sklera mata ikterik
b) Hidung
Simetris, terdengar suara ronkhi, tampak ada secret di lubang hidung.
c) Mulut
Tidak mengalami kelainan kongenital, mukosa bibir lembab
d) Telinga
Bentuk dan ukuran simetris antara kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada serumen
e) Kepala
Bentuk kepala mesocepal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka
f) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
g) Dada
Pemeriksaan Paru
Inspeksi:
Pernapasan cepat, frekuensi pernapasan 24, pengembangan dada sejajar,
simetris, penggunaan otot bantu pernapasan: Dyspnea
Palpasi:
Taktil fremitus (getaran) raba kanan dan kiri sama
Perkusi:
Sonor dari clavikula (batas atas) – ICS 5 (batas bawah) (paru – paru
dextra)
Sonor dari clavikula (batas atas) – ICS 3 (batas bawah) ( paru – paru
sinistra)
Auskultasi:
Terdengar ronchi/cracles (seperti suara gesekan rambut)
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi:
Ictus cordis tidak tampak pada ICS 5

47
Palpasi:
Ictus cordis teraba 2 cm dari md clavicula sinistra
Bunyi pekak ICS 2 parasternum dextra (batas atas), ICS 3,4 parasternal
(batas bawah) – jantung kanan
Bunyi pekak ICS 2 parasternum sinistra (batas atas), ICS 6 – jantung kiri
(jantung melebar)
Auskultasi:
BJ 1 terdengar di ICS 5 sinistra dan ICS 3 sinistra parasternum
BJ 2 terdengar di ICS 2 baik sinistra maupun dextra, suara 1 – 2 reguler,
lemah
h) Abdomen
Inspeksi : abdomen kanan sama dengan kiri
Auskultasi : peristaltik usus 12 x/menit
Palpasi : hepar tidak teraba
Perkusi : bunyi tympani
i) Kulit
Kulit tampak bersih dan turgor kulit elastis
j) Ekstremitas
Ekstremitas Atas :
CRT < 2 detik. Tidak terdapat oedema.
Ekstremitas Bawah :
Reflek normal, CRT < 2 detik. Tidak terdapat oedema.
k) Genetalia
Tidak ada gangguan pada genetalia
q. Sembilan Instrumen Geriatric
1) Fungsional Bartel
No Jenis ADL Kategori Skor
1 Makan 0 = tidak ada
(Feeding) 1 = perlu bantuan untuk memotong dll 2
2 = mandiri
2 Mandi 0 = tergantung orang lain
0
(Bathting) 1 = mandiri
3 Perawatan Diri 0 = perlu bantuan 0

48
(Grooming) 1 = mandiri
4 Berpakaian 0 = tergantung
(Dressing) 1 = sebagian dibantu 2
2 = mandiri
5 Buang Air Kecil 0 = tidak bisa mengontrol (perlu
(Bowel) dikateter dan tidak dapat mengatur)
1 = BAK kadang-kadang (sekali/24 2
jam)
2 = terkontrol penuh (lebih dari 7 hari)
6 Buang Air Besar 0 = inkontinensia (perlu enema)
(Bladder) 1 = kadang inkontinensia (sekali
2
seminggu)
2 = terkontrol penuh
7 Penggunaan 0 = tergantung bantuan orang lain
Toilet 1 = perlu bantuan tetapi dapat
2
melakukan sesuatu sendiri
2 = mandiri
8 Berpindah 0 = tidak dapat
(Tidur atau 1 = butuh bantuan (2 orang)
2
duduk) 2 = dapat duduk dengan sedikit
3 = mandiri
9 Mobilitas 0 = tidak bergerak/tidak mampu
1 = mandiri dengan kursi
2
2 = berjalan dengan bantuan
3 = mandiri
10 Naik Turun 0 = tidak mampu
Tangga 1 = perlu bantuan 1
2 = mandiri
Jumlah 15
(Ketergantungan
Ringan)

2) Pengkajian Status Kognitif /Mental


a) Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Benar Salah Nomor Pertanyaan

49
√ 1 Tanggal berapa hari ini?
√ 2 Hari apa sekarang?
√ 3 Apa nama tempat ini?
√ 4 Dimana alamat anda?
√ 5 Berapa alamat anda?
√ 6 Kapan anda lahir?
√ 7 Siapa presiden Indonesia?
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 9 Siapa nama ibu anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun
Jumah 7 (Fungsi intelektual utuh)
Interpretasi:
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
b) Mini Mental State Exam (MMSE)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada?
Registrasi 3 3  Negara
 Provinsi
 Kabupaten
Sebutkan 3 nama objek (kursi, meja, kertas) kemudian
ditanyakan kepada klien, menjawab
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas

50
3 Perhatian 5 1 Meminta klien berhitung mulai dari 100, kemudian
dan dikurangi 7 sampai 5 tingkat
Kalkulasi 2. 100, 93, ..., ..., ...
4 Mengingat 3 2 Meminta klien untuk menyebutkan objek pada poin 2:
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
5 Bahasa 9 6 Menanyakan kepada klien tentang benda (sambil
menunjuk benda tersebut)
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk mengulangi kata berikut “tak ada
jika, dan, atau, tetapi”
Klien menjawab -, dan, atau, tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang
terdiri dari 3 langkah
Ambil ballpoint di tangan anda, ambil kertas, menulis
saya mau tidur
1. Ambil bolpen
2. Ambil kertas
3. –
Perintahkan klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
“tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk menulis atau kalimat dan
menyalin gambar
Total 30 22 Probable gangguan kognitif
Skor:
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : Probable gangguan kognitif
Nilai 0 – 16 : Defisit gangguan kognitif
3) Pengkajian Psikososial
Hubungan lansia dengan keluarga, lansia lain dan lingkungannya baik. Tidak
ada masalah dalam berinteraksi satu sama lain.
4) Pengkajian Risiko Jatuh
No Risiko Skala Hasil
1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4 0
2 Pusing atau pingsan pada posisi tegak 3 0
3 Kebingungan setiap saat (contoh:pasien yang mengalami demensia) 3 0

51
4 Nokturia/Inkontinen 3 0
5 Kebingungan intermiten (contoh pasien yang mengalami delirium/Acute 2 0
confusional state)
6 Kelemahan umum 2 0
7 Obat-obat berisiko tinggi (diuretic, narkotik, sedative, antipsikotik, 2 0
laksatif, vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat hipoglikemik,
antidepresan, neuroleptic, NSAID)
8 Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir 2 2
9 Osteoporosis 1 1
10 Gangguan pendengaran dan/atau penglihatan 1 0
11 Usia 70 tahun ke atas 1 0
Jumlah 3 (Risiko rendah)
Tingkat risiko
Risiko rendah bila skor 1 – 3 : Lakukan intervensi risiko rendah
Risiko tinggi bila skor ≥ 4 : Lakukan intervensu risiko tinggi

5) Pengkajian Depresi (GDS)


Pilihlah jawaban yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan Anda
selama dua minggu terakhir.
No Pertanyaan Skor
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda? YA TIDAK 0
2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan minat YA TIDAK 0
/kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? YA TIDAK 0
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK 0
5 Apakah anda mempunyai semangat baik setiap saat? YA TIDAK 0
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? YA TIDAK 1
7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar hidup anda? YA TIDAK 0
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK 0
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar YA TIDAK 1
dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya YA TIDAK 1
ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini menyenangkan? YA TIDAK 0
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat YA TIDAK 0
kini?

52
13 Apakah anda merasa penuh semangat? YA TIDAK 0
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? YA TIDAK 0
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari YA TIDAK 0
anda?
TOTAL SKOR : 3 (Tidak ada gangguan depresi) 3

6) APGAR Keluarga
a) Saya puas bisa kembali pada keluarga saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya (adaptasi) selalu (2)
b) Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan masalah dengan saya (hubungan) selalu (2)
c) Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan) selalu (2)
d) Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai (afek) kadang –
kadang (1)
e) Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu bersama –
sama kadang – kadang (1)
r. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan EKG pada tanggal 28 Februari 2020
Hasil: HR :96bpm AXIS : 58 deg R-R : 623 ms RVS : 1.10Mv P-R : 116
ms sv1 : 1.00 Mv QRS : 81 ms R+S : 2.18 mV QT : 308 ms QTC : 390
2) Laboratorium pada tanggal 28 Februari 2020
Pemeriksaan Hasil Satuan Harga normal
Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin 13.7 g/dl 12-16
Leukosit 16.790 H /ul 4.800-10.000
LED 35 H /mm 0-20

53
Hitung jenis sel
Eosinofil % 10.9 H % 1-3
Basofil % 0.2 % 0-1
Neutrofil batang % 0L % 1-6
Neutrofil segmen % 69.8L % 50-70
Limfosit % 9.2 L % 20-40
Monosit 9.9 L % 2-8
Ht 40.1 % 37-47
Protein plasma g/dl 6-8
Trombosit 494 H 10 3/ul 150-450
Eritrosit 4.96 10 6/ul 4,2-5,4
MCV 80.8 Fl 80-100
MCH 27.6 Pg 27-32
MCHC 34.2 g/dl 32-36
RDW 13.2 %
SGOT 13 u/l <31
SGPT 15 u/l <31

3) Pemeriksaan Urine pada tanggal 28 Februari 2020

54
4) Pemeriksaan Thorax pada tanggal 28 Februari 2020
Limphadenopathy hilus sinistra DD: massa paru
Pneumonia sinistra lobus superior segment apical posterior
5) Pemeriksaan Laboratorium
5)
5)
5)
5)
5)
5)
5)
5)
5)
5)
5)
5)
5)
5)
Terapi Obat
– Cetriaxon 2 x 500 mg
– Dexamethason 2 x 0.5 mg
– Ondansetron 3 x 4 mg (KP)
– Omeprazole 2 x 20 mg
– GG 1 x 100 mg
– Codein 2 x 10 mg
ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Masalah


1 Ds : Saluran napas bagian atas Gangguan
- Pasien menatakan sesak napas Pertukaran Gas
Do : Bronchiolus
1. Pernapasan cepat (RR: 24
Alveoli
x/menit)
2. Nadi 88 x/menit Reaksi radang pada
bronchus dan alveolus

55
3. Terdengar suara ronkhi
Fibrosus dan pelebaran
4. Pengembangan dada sejajar,
simetris, penggunaan otot bantu Atelektasis
pernapasan: Dyspnea Gangguan difusi
5. TD : 150/90 mmHg

Gangguan Pertukaran
Gas
2 Ds : Saluran napas bagian atas Bersihan Jalan
1. Pasien mengatakan sesak Napas Tidak
Bronchiolus Efektif
napas dan batuk berdahak
2. Pasien mengatakan dahak sulit Alveoli
keluar
Reaksi radang pada
Do : bronchus dan alveolus
1. RR :24 x/menit
Akumulasi sekret
2. Terdengar suara ronkhi
3. Tampak ada sekret di lubang Obstruksi jalan napas
hidung
Gangguan ventilasi
4. Leukosit 16.790 H/ul
Bersihan Jalan Napas
5. Pasien tampak gelisah
Tidak Efektif
3 Ds : Gangguan Pertukaran Gas Intoleransi
1. Pasien mengatakan sesak Aktivitas
Suplai O2 ke jaringan
napas bila digunakan untuk
menurun
beraktivitas dan mengeluh
Kelemahan
cepat lelah.
2. Pasien tampak lemah Intoleransi Aktivitas
Do :
1. Semua aktivitas pasien
tampak dibantu oleh orang
lain
2. TD : 150/90 mmHg
Nadi 88 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,7 0 C

56
13. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus – kapiler dibuktikan dengan Pasien menatakan sesak napas,
pernapasan cepat (RR: 24 x/menit), nadi 88 x/menit, terdengar suara ronkhi,
pengembangan dada sejajar, simetris, penggunaan otot bantu pernapasan:
Dyspnea, TD : 150/90 mmHg.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
dibuktikan dengan Pasien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak,
pasien mengatakan dahak sulit keluar, RR :24 x/menit, terdengar suara
ronkhi, tampak ada sekret di lubang hidung, Leukosit 16.790 H/ul, pasien
tampak gelisah.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
Pasien mengatakan seak napas bila digunakan untuk beraktivitas dan
mengeluh cepat lelah, pasien tampak lemah, semua aktivitas pasien tampak
dibantu oleh orang lain, TD : 150/90 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR : 24
x/menit, Suhu : 36,7 0 C

57
14. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(SLKI) (SIKI)
1 Gangguan pertukaran
gas berhubungan Luaran Utama: Pertukaran gas Intervensi Utama: Pemantauan Intervensi Utama: Pemantauan
dengan perubahan Setelah dilakukan asuhan respirasi respirasi
membran alveolus –
kapiler keperawatan selama 3 x Observasi Observasi
kunjungan dalam seminggu 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Mengetahui frekuensi, irama,
pertukaran gas meningkat dengan kedalaman dan upaya napas kedalaman dan upaya napas pasien
kriteria hasil: 2. Mengetahui perubahan pola napas
1. Dispnea menurun 2. Monitor pola napas (bradipnea, pada pasien
2. Bunyi napas tambahan takipnea, hiperventilasi)
menurun 3. Auskultasi bunyi napas 3. Mengetahui bunyi napas pasien
3. Pusing menurun Terapeutik Terapeutik
4. Takikardia membaik 1. Atur interval pemantauan respirasi 1. Menjaga kestabilan kondisi pasien
5. Pola napas membaik (16 – 20 sesuai kondisi pasien
x/menit) 2. Dokumentasikan hasil pemantauan 2. Sebagai pertanggungjawaban
6. Sianosis membaik Edukasi Edukasi
7. Warna kulit membaik 1. Infomasikan hasil pemantauan 1. Keluarga mengetahui keadaan
pasien

59
2. Bersihan jalan napas Luaran Utama: Bersihan Jalan
tidak efektif Napas Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Jalan Napas Jalan Napas
spasme jalan napas Setelah dilakukan asuhan
Observasi Observasi
keperawatan selama 3 x
1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Mengetahui pola napas pasien
kunjungan dalam seminggu
kedalaman, usaha napas) mulai dari frekuensi, kedalaman
bersihan jalan napas meningkat dan usaha napas
dengan kriteria hasil: 2. Mengetahui adanya bunyi napas
2. Monitor bunyi napas tambahan tambahan
1. Produksi sputum menurun (mis. gurgling, mengi, wheezing,
2. Mengi menurun ronkhi kering)
3. Wheezing menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, 3. Mengetahui jumlah, warna dan
4. Dispnea menurun aroma) aroma sputum

5. Frekuensi napas membaik (16 Terapeutik Terapeutik


– 20 x/menit) 1. Posisikan semi-fowler atau fowler 1. Mencegah sesak napas
6. Pola napas membaik 2. Berikan minuman hangat 2. Mengencerkan sputum pasien
3. Lakukan fisioterapi dada, jika 3. Mengeluarkan sputum pasien
perlu
4. Mengeluarkan sputum pasien
4. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
5. Berikan oksigen, jika perlu 5. Mencegah sesak napas

60
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 1. Menjaga kebutuhan cairan pasien
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
2. Mengeluarkan sputum

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Meningkatkan kapasitas serapan
bronkodilator, bila perlu
oksigen ke paru - paru
3 Intoleransi aktivitas Luaran Utama: Toleransi
berhubungan dengan Aktivitas Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
kelemahan energi energi
Setelah dilakukan asuhan
Observasi Observasi
keperawatan selama 3 x
1. Monitor kelelahan fisik dan mental 1. Mengetahui tingkat kelelahan fisik
kunjungan dalam seminggu
pasien
toleransi aktivitas meningkat
Terapeutik Terapeutik
dengan kriteria hasil:
1. Lakukan latihan rentang gerak 1. Melatih gerak pasien
1. Frekuensi nadi meningkat (60
pasif atau aktif
– 100 x/menit)
Edukasi Edukasi
2. Keluhan lelah menurun
1. Anjurkan tirah baring 1. Membatasi gerak pasien
3. Perasaan lemah menurun

61
4. Warna kulit membaik 2. Anjurkan melakukan aktivitas 2. Melatih aktivitas pasien secara
Tekanan darah membaik secara bertahap bertahap
(Tekanan darah sistole (90 Kolaborasi Kolaborasi
-120 mmHg, tekanan darah 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang 1. Menjaga asupan nutrisi pasien
diastole (60 – 80 mmHg) cara meningkatkan asupan
makanan
8. Frekuensi napas membaik (16
– 20 x/menit)

62
15. Implementasi keperawatan
Nama/TTD
No. Tanggal No.Dx Jam Implementasi Evaluasi
Memonitor frekuensi, irama, Ds :
1. Senin, 1 10.00 WITA kedalaman dan upaya napas - Pasien menatakan sesak napas
02/03/2020 Do :
6. Pernapasan cepat (RR: 24 x/menit)
7. Nadi 88 x/menit
8. Terdengar suara ronkhi
9. Pengembangan dada sejajar,
simetris, penggunaan otot bantu
pernapasan: Dyspnea
10. TD : 150/90 mmHg

Ds :
2. 2 10.05 WITA Memonitor bunyi napas tambahan
(mis. gurgling, mengi, wheezing, 1. Pasien mengatakan sesak napas
ronkhi kering)
dan batuk berdahak
2. Pasien mengatakan dahak sulit
keluar
Do :

63
1. RR :24 x/menit
2. Terdengar suara ronkhi
3. Tampak ada sekret di lubang
hidung
4. Leukosit 16.790 H/ul
5. Pasien tampak gelisah
10.15 WITA Mendokumentasikan hasil Ds :
3. 2 pemantauan
1. Pasien mengatakan sesak napas
dan batuk berdahak
2. Pasien mengatakan dahak sulit
keluar
Do :
1. RR :24 x/menit
2. Terdengar suara ronkhi
3. Tampak ada sekret di lubang
hidung
4. Leukosit 16.790 H/ul
5. Pasien tampak gelisah

64
4. 2 10.20 WITA Memposisikan semi-fowler atau DS: pasien mengatakan tidak terlalu
fowler
sesak nafas setelah diberikan
posisi ½ duduk
DO: pasien tampak tidak terlalu
sesak nafas, RR: 24x/menit
disertai suara ronki/cracles,
terpasang kanul O2 5
liter/menit, tidak sianosis

5. 2 10.35 WITA Memberikan minuman hangat DS : pasien mengatakan bersedia


DO : pasien tampak minum air
hangat 1 gelas habis
Memonitor kelelahan fisik dan Ds :
6. 3 10.40 WITA mental
6. Pasien mengatakan seak
napas bila digunakan untuk
beraktivitas dan mengeluh
cepat lelah.
7. Pasien tampak lemah
Do :

65
8. Semua aktivitas pasien
tampak dibantu oleh orang
lain
9. TD : 150/90 mmHg
Nadi 88 x/menit
RR : 24 x/menit
- Suhu : 36,7 0 C
10.50 WITA Melakukan latihan rentang gerak
7. 3 pasif atau aktif DS: pasien mengatakan hanya
mampu miring kanan dan kiri
DO: tampak semua aktivitas pasien
dibantu keluarga
11.00 WITA
8. 2 Mengajarkan teknik batuk efektif DS: pasien mengatakan setelah
diajarkan teknik ini pasien
dapat mengeluarkan dahaknya.
Do : jumlah sputum 1 cc, warna
putih kental, suara napas
ronkhi, terpasang oksigen nasal
kanul 5 liter/menit.

66
09.00 WITA
9. Rabu, 2 Memonitor pola napas (frekuensi, Ds: pasien mengatakan masih sesak
kedalaman, usaha napas)
04/03/2020 napas dan batuk berdahak
Do :
RR :24 x/menit
Terdengar suara ronkhi
Tampak ada sekret di lubang
hidung

10 2 9.10 WITA Memposisikan semi-fowler atau DS: pasien mengatakan nyaman


fowler
dengan posisi yang diberikan
DO: pasien tampak rileks RR:
24x/menit disertai suara
ronki/cracles,
09.30 WITA Menganjurkan melakukan aktivitas
11. 3 secara bertahap DS: pasien mengatakan masih
lemas
DO: pasien tampak masih dibantu
oleh keluarga

67
09.40 WITA Melakukan latihan rentang gerak
12. 3 pasif atau aktif DS: pasien mengatakan bersedia
DO: pasien tampak diawasi oleh
keluarganya
Memonitor kelelahan fisik dan Ds :
13. 3 09.45 WITA mental
Pasien mengatakan sesak
napas sudah berkurang
Pasien mengatakan lemas
mulai berkurang
Do :
TD : 130/80 mmHg
Nadi 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0 C
10.00 WITA
14. 2 Memberikan minuman hangat DS: pasien mengatakan setelah
banyak minum dahaknya sudah
mulai encer dan tidak terlalu kental
DO: wajah pasien tampak tenang
Memonitor frekuensi, irama, Ds :
15. Jumat , 1 10.00 WITA kedalaman dan upaya napas - Pasien mengatakan sesak napas
06/03/2020 sudah berkurang
Do :

68
RR: 22 x/menit
Nadi 80 x/menit
Suara ronkhi mulai
berkurang
TD : 120/80 mmHg
Dypsnea menurun
Ds :
16. 1 10.10 WITA Memonitor bunyi napas tambahan
(mis. gurgling, mengi, wheezing, Pasien mengatakan sesak
ronkhi kering)
napas sudah berkurang
Do :
10. RR :22 x/menit
11. Terpasang 02 nasal kanul 3
liter/menit
12. Suara ronkhi mulai
berkurang
13. Pasien tampak tenang

17 2 10.20 WITA Memberikan minuman hangat pasien mengatakan setelah banyak


minum dahaknya sudah mulai encer

69
dan tidak terlalu kental
DO: wajah pasien tampak tenang

18 2 10.30 WITA Mengajarkan teknik batuk efektif DS: pasien mengatakan setelah
diajarkan teknik ini pasien
dapat mengeluarkan dahaknya.
Do : jumlah sputum 0,5 cc, warna
putih kental, terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter/menit.
Mendokumentasikan hasil Ds :
19 1 10.50 WITA pemantauan Pasien menatakan sesak napas sudah
berkurang
Do :
14. RR: 22 x/menit
15. Nadi 80 x/menit
16. Suara ronkhi mulai
berkurang
17. TD : 150/90 mmHg
Dypsnea menurun
Memonitor kelelahan fisik dan Ds : pasien mengatakan perasaan
20 3 11.00 WITA mental lemah sudah berkurang

70
Pasien mengatakan perasaan lelah
sudah berkurang
Do :
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 x/menit
Nadi : 80 x/menit
S : 36.00 C

71
16. Evaluasi Keperawatan
Tanggal No. Evaluasi Paraf
Dx
Jumat, 1. S: Pasien mengatakan sesak napas sudah
berkurang
06/03/2020
O: Pola napas : 22 x/menit, TD : 120/80 mmHg,
Nadi 80 x/menit, S: 360 C, Suara ronkhi
berkurang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Jumat, 2. S: Pasien mengatakan sesak napas sudah
berkurang
06/03/2020
O: Spuntum sudah mulai berkurang, suara ronkhi
berkurang, RR: 22 x/menit, Nadi : 80 x/menit,
TD : 120/80 mmHg, S: 360 C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Latih batuk efektif
Jumat, 3. S : pasien mengatakan perasaan lemah sudah
berkurang, pasien mengatakan perasaan lelah
06/03/2020
sudah berkurang
O:
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 x/menit
Nadi : 80 x/menit
S : 36.00 C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

17.

72
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pneumonia pada usia lanjut merupakan penyakit yang sering terjadi dan
tergolong serius dimana manifestasi klinis yang terjadi dapat berbeda dengan
pneumonia pada usia muda. Pada pneumonia usia lanjut keluhan pada pneumonia
dapat lebih sedikit dari pasien muda, namun delirium sering terjadi. Terkadang,
delirium merupakan satu-satunya manifestasi klinis pneumonia pada usia lanjut.
Perubahan yang terjadi pada sistem respirasi usia lanjut baik perubahan
secara anatomis maupun fungsional merupakan hal yang mendasari meningkatnya
kemungkinan masuknya mikroorganisme infeksius ke dalam paru akibat
ketidakmampuan paru untuk melakukan ekspirasi dan membersihkan paru melalui
sistem mukosilier secara sempurna.
Penyembuhan pneumonia pada umumnya usia lanjut bersifat lama.
Pentingnya penegakan diagnosis dan pemberian penatalaksanaan secara cepat dan
tepat dapat mengurangi tingginya morbiditas dan mortalitas pneumonia pada usia
lanjut.

G. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, penulis perlu bimbingan dari dosen pembimbing maupun
pembaca untuk kesempurnaan dari makalah ini.

73
DAFTAR PUSTAKA
Astuti & Angga. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Anwar, Budiman Syaeful. 2010. Gambaran Radiologi Pneumonia pada Pasien
Lanjut Usia. Bagian Ilmu Radiologi RSUD Temanggung: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi Edisi 2. Erlangga : Jakarta.
Joseph F. dan Julia F. Albright. 2003. Aging, Immunity, and Infection. George
Washington University School of Medicine. Humana Press Inc. Totowa,
New Jersey.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, & Praktik Edisi 7. (D. Widiarti, A. Onny Tampubolon,
& N. Budhi Subekti, Eds.) (7th ed.). Jakarta: EGC.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak,
Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 3. Yogjakarta: Mediaction.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Soemantri. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Tao, L dan Kendall, K. 2013. Sinopsis Organ Sistem Pulmonologi. Tanggerang:
Karisma.

74

Anda mungkin juga menyukai