Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS JURNAL

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Sistem Urinari

Judul Jurnal :

1. EFEKTIFITAS KONSUMSI EKTRAK IKAN GABUS (OPHIOCEPHALUS


STRIATUS) TERHADAP PENINGKATAN KADAR ALBUMIN DARAH PASIEN
DENGAN SINDROMA NEFROTIK DAN SEROSIS HEPATIS JURNAL MEDIA
MEDIKA MUDA.
2. PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKTRAK IKAN GABUS TERHADAP
KADAR KOLESTEROL DAN BERAT BADAN PADA ANAK DENGAN
SINDROM NEFROTIK REPOSITORY UNIVERSITY OF RIAU.
3. PENGARUH KALSIUM DAN SUPLEMEN VITAMIN D PADA TINGKAT
KALSIUM SERUM PADA ANAK DENGAN IDIOPATHIC SINDROM NEFROTIK

Disusun Oleh :
Randi Febriana (220110120095)
Nurul Azmi Nabilah (220110120108)
Janna Nahdya Nurrozi (220110120110)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
TAHUN AJARAN
2015 2016
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II ANALISIS JURNAL................................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................................9
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
LAMPIRAN JURNAL........................................................................................................................14

I
BAB I

PENDAHULUAN

Sindroma nefrotik adalah gangguan pada ginjal yang terjadi akibat peningkatan
permeabilitas glomerulus sehingga molekul yang berukuran besar seperti protein darah dapat
tersaring dalam proses filtrasi (Ignatavicius dan Workman, 2006). Sindroma nefrotik hampir
80% disebabkan oleh penyakit saringan ginjal (Glomerulo Nephritis), sedangkan 20%
disebabkan karena penyakit lain. Sindroma nefrotik menyerang semua kelompok usia, baik
pada anak-anak maupun dewasa. Sindroma nefrotik idiopatik (primer) lebih sering
menyerang anak usia 2 sampai 6 tahun, sedangkan pada usia dewasa menyerang usia 30
sampai 50 tahun dengan perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1 dengan tipe Sindroma
Nefrotik Sekunder.

Tingkat insidensi Sindroma Nefrotik pada anak berusia dibawah 16 tahun sebanyak
2-7 kasus per 100.000 orang per tahun. Untuk insidensi syndrome nefrotik di Indonesia
diperkirakan sebanyak 6 kasus per tahun tiap 100.000 anak usia kurang dari 14 tahun. Maka
dengan ini perlu diperhatikan dalam hal penanganan penyakit, selain itu diperlukan usaha
yang cepat dan tepat dalam upaya menekan perkembangan penyakit ini, jika tidak ditangani
dengan cepat maka dalam waktu kurang lebih 2 tahun diperkirakan 20 % pasien akan
meninggal karena mengalami gagal ginjal kronik.Sekitar 7580% SindromNefrotik idiopatik
secara histopatologis menunjukkan kelainan minimal dan lebih dari 95% memberikan
respons yang baik terhadap pengobatan steroid.Meskipun demikian, sekitar 6080%
penderita akan mengalami kekambuhan. Kejadian kambuh yang terjadi secara berulang-ulang
pada anak penderita Sindrom Nefrotik idiopatik ini perlu dicegah, karena akan
memperburuk prognosis penderita akibat toksisitas steroid dan kemungkinan akan terjadi
perubahan kelainan histopatologis menjadi nonminimal (glomerulosklerosis).

Kambuh pada Sindrom Nefrotik biasanya ditandai dengan proteinuria setelah


mengalami remisi. Oleh karena itu, salah satu terapi yang diberikan pada pasien dengan
sindroma nefrotik adalah dengan terapi albumin untuk mengatasi masalah hipoalbumin dalam
darahnya. Albumin merupakan protein yang paling banyak terkandung dalam plasma yaitu
sekitar 60% dari total plasma. Albumin sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh dan sebagai media transport berbagai substansi penting tubuh

1
(Ignativicius & Workman, 2006).Terapi albumin ini merupakan terapi yang utama bagi pasien
dengan sindroma nefrotik. Proses pembuatan albumin dalam darah manusia sangatlah sulit,
hal ini berakibat pada mahalnya harga serum albumin.

Saat ini, albumin tidak hanya bisa diperoleh dari serum darah manusia (Suprayitno,
2003),dari beberapa penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan sumber lain dari
albumin, yaitu dari ikan gabus (Ophiocephalus striatus). Ikan gabus adalah sejenis ikan buas
yang hidup di air tawar. Ikan ini dibeberapa daerah di Indonesia dikenal dengan sebutan, ikan
aruan (Kalimantan), kocolan (Betawi), dan kutuk (Jawa). Kadar protein yang terkandung
dalam ikan ini cukup tinggi dan dapat menjadi alternative pengganti human serum albumin
yang dapat digunakan sebagai terapi pengobatan, maka terapi albumin sangat diperlukan
untuk pasien dengan Sindroma Nefrotik dengan adanya terapi albumin diharapkan dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan penderita Sindroma Nefrotik yang mengalami
hipoalbuminemia dengan biaya yang dapat dijangkau. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian tentang efektifitas konsumsi ekstrak ikan gabus terhadap peningkatan kadar
albumin darah pada pasien dengan sindroma nefrotik

2
BAB II

ANALISIS JURNAL
Analisis Jurnal 1

EFEKTIFITAS KONSUMSI EKSTRAK IKAN GABUS (OPHIOCEPHALUS


STRIATUS) TERHADAP PENINGKATAN KADAR ALBUMIN DARAH PASIEN
DENGAN SINDROMA NEFROTIK DAN SIROSIS HEPATIS

Erwin, Wan Nishfa Dewi, Bayhakki


Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Tahun 2015

Tujuan Penelitian

Mengetahui seberapa besar efektifitas pemberian konsumsi ikan gabus terhadap


peningkatan kadar albumin darah pada pasien dengan kasus nefrotik syndrome dan sirosis
hepatis pada kelompok yang terkontrol dan terintervensi.

Metode dan Populasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan menggunakan pre test
and post test design with control group (Polit & Hungler, 2003 . Respondens dalam penelitian
ini adalah seluruh pasien dengan kasus syndroma nefrotik dan sirosis hepatis yang sedang
dirawat di ruang irna medikal RSUD Arifin Achmad. Adapun total responden dalam
penelitian ini sebanyak 20 responden. 10 orang responden merupakan responden terkontrol
dan 10 orang termasuk kedalam responden yang terintervensi. kelompok terkontrol dalam
penelitian ini mendapatkan terapi sesuai dengan semestinya, sedangkan yang menjadi
kelompok intervensi mendapatkan tambahan konsumsi ekstra ikan gabus selama satu
minggu. Penempatan responden kedalam setiap kelompok dilakukan secara random.

Pembahasan

Sebelum berlanjut ke pembahasan, sebelumnya kita harus mengetahui kandungan apa


saja yang terdapat di dalam ikan gabus. Ikan gabus memiliki kandungan protein yang sangat
tinggi yaitu sekitar 17% dan kandungan lemak yang rendah yaitu 1% (Sugito dan Ari, 2006)
dan salah satu protein yang ada dalam ikan gabus yaitu albumin. Albumin disini merupakan
salah satu jenis protein yang sangat bermanfaat untuk proses penyembuhan. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa kadar albumin yang ada pada ikan gabus

3
dapat mempercepat proses penyembuhan pasien pasca operasi dan pasien yang mengalami
luka bakar (Eddy, 2003 : Fajar,2008).

Penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh
yang signifikan dari konsumsi ekstra ikan gabus terhadap peningkatan kadar albumin darah
pada pasien dengan syndroma nefrotik dan sirosis hepatis. Dari penelitian ini didapatkan
hasil bahwa terjadi penurunan kadar albumin pada kedua kelompok tersebut. Sesuai dengan
teori yang sudah ada yaitu teori Ignatavicius dan Workman (2006) dalam teorinya dikatakan
bahwa penyakit syndroma nefrotik mempunyai keterkaitan dengan gangguan ginjal, akibat
dari gangguan tersebut maka albumin plasma akan berkurang. Akan tetapi secara deskriptif
terlihat bahwa kadar albumin darah pada pasien syndroma nefrotik dan sirosis hepatis yang
mendapatkan terapi dengan pemberian ekstra ikan gabus mengalami penurunan kadar
albumin darah jika dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan terapi dengan ekstra
ikan gabus. Hal ini menunjukkan bahwa ekstra ikan gabus mempunyai kecenderungan untuk
mempertahankan kadar albumin pasien. Dari penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa
ekstra ikan gabus belum berpengaruh terhadap peningkatan kadar albumin darah, bahkan
sebaliknya dalam penelitian ini menunjukkan kadar albumin mengalami penurunan setelah
dilakukan intervensi.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil simpulan bahwa
tidak ada pengaruh yang sangat signifikan antara pemberian ekstra ikan gabus dengan
peningkatan kadar albumin darah pada pasien dengan nefrotik syndroma dan sirosis hepatis

Kelebihan

Jurnal ini merupakan jurnal baru pada tahun 2014, dan jurnal ini pun memberikan informasi tentang
seberapa besar pengaruh pemberian ekstra ikan gabus terhadap peningkatan kadar albumin darah pada
pasien dengan sindroma nefrotik dan sirosis hepatis pada kelompok intervensi dan kelompok
terkontrol.

Kekurangan

Untuk jumlah sample yang menjadi bahan penelitian dalam jurnal ini masih terhitung sedikit yaitu
sebanyak 20 orang (10 orang merupakan kelompok terintervensi dan 10 orang lagi merupakan
kelompok terkontrol). Kelompok kontrol disini merupakan kelompok yang tidak mendapatkan terapi
ekstea ikan gabus, sedangkan kelompok terintervensi merupakan kelompok yang mendapatkan terapi

4
tambahan ekstra ikan gabus selama satu minggu. Selain itu hasil dari pre test dan post test yang telah
dilakukan pada kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa p-value 0,420, berati pada alpha 5%
tidak ditemukan adanya perbedaan yang sangat signifikan dari rata-rata nilai albumin darah pre test
antara kelompok terkontol dan kelompok terintervensi. pada hasil post test pun didapatkan nilai p-
value 0,226 dengan alpha 5% yang berarti menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang sangat
signifikan pada nilai-nilai albumin darah kelompok kontrol dan terintervensi.

Sedangkan pada tindakan selanjutnya didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan atau perubahan
pada albumin darah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi adapun
penurunan yang terjadi sebesar 0,166 mg/dl. Sedangkan pada kelompok terkontrol terjadi penurunan
kadar albmin darah lebih besar yaitu sekitar 0,328 mg/dl. Artinya pada kedua kelompok tersebut
didapatkan p value > alpha 5 %. Yang berati tidak ada perurbahan yang sangat signifikan antara nilai
albumin darah sesudah dan sebelum dilakukan intervensi.,

Analisis Jurnal 2

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP


KADAR KOLESTEROL DAN BERAT BADAN PADA ANAK DENGAN SINDROM
NEFROTIK

Latar belakang
Sindrom Nefrotik masih merupakan masalah utama di bagian nefrologi anak.
Hipoalbuminemia pada Sindrom Nefrotik dapat disertai dengan hiperkolesterolemia dan
edema. Keadaan hipoalbuminemia pada Sindrom Nefrotik (SN) memacu sel hati untuk
meningkatkan sintesis albumin yang disertai dengan peningkatan produksi lipoprotein
melalui jalur yang berdekatan. Peningkatan kadar lipoprotein dalam sirkulasi menyebabkan
kadar kolesterol darah lebih tinggi dari normal.
Berdasarkan penelitian eksperimental Trully Kusumawardhani yang memanfaatkan
ikan gabus ( Ophiocephalus striatus ) dalam bentuk formula tepung, didapatkan peningkatan
kadar albumin bermakna pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol
setelah 3 minggu pemberian suplementasi.
Mengingat pentingnya koreksi albumin, penulis ingin meneliti pengaruh pemberian
suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dengan dosis 2x150 mg albumin dalam menurunkan
kadar kolesterol dan berat badan pada anak dengan Sindrom Nefrotik. Pemberian
suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus diharapkan dapat mengoreksi albumin yang rendah
sehingga terjadi penurunan pada kadar kolesterol dan berat badan anak dengan Sindrom
Nefrotik.

5
Tujuan
Membuktikan pengaruh pemberian suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus 2x150 mg
selama 14 hari terhadap penurunan kadar kolesterol total dan berat badan pada anak dengan
Sindrom Nefrotik usia 2-14 tahun.

Metode
Penelitian ini menggunakan desain uji klinis dengan historical control. Kelompok
perlakuan adalah anak Sindrom Nefrotik yang mendapat suplementasi kapsul ekstrak ikan
gabus dosis 2x150 mg di poliklinik dan bangsal anak RSUP dr. Kariadi Semarang periode
Mei hingga Juni 2014. Kelompok control diperoleh dari catatan medic (historical control)
yaitu anak dengan Sindrom Nefrotik yang mendapat diet protein seimbang berupa diet
standart RSUP dr. Kariadi Semarang. Penelitian dilakukan setiap hari selama 14 hari.
Kelompok perlakuan mendapat intervensi berupa terapi medikamentosa, diet standart
harian dan asupan protein tambahan berupa suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus,
sedangkan kelompok kontrol hanya berupa diet standart RSUP dr. Kariadi Semarang dan
terapi medikamentosa.

Hasil
Didapatkan frekuensi jenis kelamin pada kelompok perlakuan yaitu 9 laki-laki
(64,3%) dan 5 perempuan (35,7%) sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 10 laki-laki
(71,4%) dan 4 perempuan (28,6%). Hasil uji statistik independent t test dan fishers
exact test didapatkan data usia dan jenis kelamin pada kelompok perlakuan
dan kontrol memiliki p > 0,05 ,yang artinya tidak didapatkan perbedaan
bermakna jenis kelamin dan usia pada kelompok perlakuan dan kontrol.
Dapat dikatakan jenis kelaimin dan usia bukan merupakan variabel perancu
pada penelitian ini.

6
Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan perubahan berat badan yang bermakna
(p=0,165) antara kelompok yang diberi suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dan
kelompok yang tidak mendapat suplementasi. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan berat
badan tidak semata-mata hanya dipengaruhi asupan protein responden penelitian, terdapat
beberapa hal yang mempengaruhi berat badan diantaranya lama terapi, kadar albumin, fungsi
ginjal, respon terapi dan asupan nutrisi. Factor tersebut yang belum menjadi pertimbangan
bagi peneliti.

Kesimpulan
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna perubahan kadar kolesterol total dan berat
badan antara kelompok yang diberi suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dosis 2x150 mg
selama 14 hari dan kelompok yang tidak diberi suplementasi.

Kelebihan
Jurnal tersebut memiliki inovasi yang baru dan bisa diaplikasikan dalam dunia
kesehatan terutama bagi profesi kita sebagai perawat. Indonesia merupakan Negara agraris
yang kaya akan wilayah perairan yang melimpah. Alternatif pengobatan berupa kapsul ikan
gabus menjadi hal yang tidak sulit didapatkan di Indonesia karena ikan gabus merupakan
ikan buas yang hidup di air tawar dan memiliki kadar protein yang tinggi. Oleh karena itu,
ikan gabus ini diharapkan dapat mencapai tujuan penelitian yaitu mencegah terjadinya
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia pada pasien nefrotik sindrom.

Kekurangan
Jurnal tersebut merupakan jurnal yang tidak signifikan dengan alfa >0,05 dan p value
= 0.165. Hal ini disebabkan jumlah responden yang ada dalam penelitian hanya 28 orang dan

7
dilihat dari hasil yang didapat saat penelitian yaitu tidak adanya perbedaan berat badan antara
pasien yang diberikan kapsul ekstrak ikan gabus dengan pasien yang hanya mengandalkan
obat-obatan dan diet seimbang.

Analisis Jurnal 3

PENGARUH KALSIUM DAN SUPLEMEN VITAMIN D PADA TINGKAT KALSIUM


SERUM PADA ANAK DENGAN IDIOPATHIC SINDROM NEFROTIK

Pendahuluan
Kalsium merupakan elemen penting di dalam tubuh. Sekitar 40 % kalsium di dalam
tubuh mengikat protein terutama albumin dan globulin. Pasien dengan Sindrom Nefrotik
mungkin dapat mengembangkan Hipokalsemia disebabkan oleh rendahnya tingkat albumin
dan vitamin D yang mengikat protein dan menurunnya penyerapan kalsium di dalam usus.
Hipokalsemia dapat mengakibatkan manifestasi neuromuskuler, seperti tanda-tanda Chvostek
dan Trosseau. Penelitian di India menunjukkan peningkatan yang signifikan dari kadar
kalsium serum, baik dalam kelompok yang diberikalsium maupun suplemen vitamin D, dan
kelompok yang tidak diberi suplemen, pada serangan pertama dan pasien jarang kambuh.

Metode
Dilakukan percobaan terkontrol pada pasien Sindrom Nefrotik idiopatik yang
berusia 1-14 tahun. Subjek dibagi menjadi kelompok pengobatan dan kelompok plasebo.
Subjek dalam kelompok pengobatan menerima 800 mg elemental kalsium dan 400 IU
suplemen Vitamin D, sementara mereka dalam kelompok kontrol menerima plasebo sirup
selama 8 minggu. Kalsium serum dan manifestasi hipokalsemia diperiksa sebelum dan
sesudah suplementasi. Kadar kreatinin diukur pada awal penelitian. Kedua kreatinin dan
kalsium serum diukur menggunakan Modular P800 ( batas normal untuk kreatinin adalah 0,7
1,2 mg/dL dan untuk kalsium serum adalah 8,4 11,0 mg/dL). Manifestasi klinis dari
hipokalsemia didefinisikan dengan tanda Chvostek dan Trousseau.

Hasil
Tiga puluh subjek telah menyelesaikan studi dengan 15 orang di dalam tiap
kelompok. Tujuh belas subjek mengalami hipokalsemia. Tanda-tanda Chvostek dan Trosseau
yang diamati pada 6 mata pelajaran pada kelompok pengobatan dan 2 mata pelajaran pada
kelompok plasebo ( P = 0.427 ). Setelah 8 minggu intervensi, tanda-tanda Chvostek dan

8
Trosseau menghilang pada kedua kelompok dibandingkan sebelum intervensi. Namun, tidak
ada perbedaan yang signifikan dalam kadar kalsium serum setelah 8 minggu antara kelompok
pengobatan dan kelompok plasebo ( P = 0.707 ).

Kesimpulan
Normalisasi kadar kalsium serum dan manifestasi klinis peningkatan hipokalsemia
terjadi baik pada pasien Sindrom Nefrotik yang menerima suplementasi kalsium dan vitamin
D dan mereka yang tidak. Sehingga konsumsi kalsium dan vitamin D dapat diberikan ataupun
tidak pada pasien Sindrom Nefrotik untuk mencegah kekambuhan dan timbulnya tanda gejala
lainnya.
Kelebihan
Jurnal ini meupakan jurnal terbaru yang di ekspos pada tahun 2014 dan memberikan
informasi mengenai pencegahan terjadinya kekambuhan, timbulnya tanda gejala seperti
hipokalsemia dan gejala lainnya pada anak dengan Sindrom Nefrotik Idiopatik dengan cara
mengkonsumsi kalsium dan vitamin D. Sebab setelah dilakukan penelitian setelah 8 minggu
tand-tanda Chvostek dan Trosseau menghilang pada kedua kelompok.
Kekurangan
Pada jurnal ini tidak diberi penjelasan tentang perbedaan pemberian suplemen baik
pada kelompok pengobatan maupun kelompok plasebo. Lalu pada jurnal juga tidak dijelaskan
mengapa tiap kelompok mendapatkan pemberian suplemen yang berbeda. Subjek dalam
kelompok pengobatan menerima 800 mg elemental kalsium dan 400 IU suplemen Vitamin D,
sementara mereka dalam kelompok kontrol menerima plasebo sirup selama 8 minggu. Dapat
dilihat juga kelompok kontrol mendapatkan plasebo sirup selama 8 minggu, namun tidak
dijelaskan sirup yang seperti apa, bagaimana kandungannya dan fungsinya.
Kemudian kekurangan lainnya yaitu di dalam jurnal dikatakan bahwa P Value
kurang dari 0,05 maka dikatakan jurnal ini signifikan. Namun pada hasil didapatkan P Value
0,427 yaitu lebih besar dari = 0,05, seharusnya data tidak signifikan. Pada hasil diskusi pun
dikatakan bahwa pemberian kalsium dan vitamin D dapat diberikan ataupun tidak karena
tidak memberikan hasil apapun, pernyataan ini jelas berbeda dengan apa yang ada di dalam
hasil.

9
10
BAB III
PEMBAHASAN

Kasus nefrotik syndrome yang banyak terjadi di sekitar kita, membuat kita sebagai
petugas kesehatan hendaknya lebih bersiap dalam menghadapi kasus tersebut. Menurut
Sunadi & Rita Yuliani, 2006 Nefrotik syndroma merupakan sekumpulan gejala yang biasanya
disebabkan karena adanya injury glomerular dan biasanya terjadi pada anak-anak dengan
karakteristik (Proteinuria, Hipoproteinuria, Hypoalbuminemia, Hiperlipidemia, dan edema).
Kekambuhan pada nefrotik syndroma sensitif steroid cukup sering terjadi, salah satu faktor
yang dapat menyebabkan kekambuhan antara lain usia serangan pertama, atopi, infeksi
saluran pernapasan akut karena adanya virus, dan genetik. Untuk mekanisme terjadinya
kekambuhan biasanya berkaitan dengan adanya pelepasan interleukin yang dicetuskan oleh
kelembaban yang tinggi dan suhu yang terlampau rendah terutama pada musim hujan. Suhu
yang rendah sangatlah berpengaruh terutama bagi pasien Nefrotik syndrome karena dapat
menimbulkan terjadinya reaksi hipersensitivitas nonalergi melalui peningkatan jalur T helper
2 (Th-2) sehingga sel mast dan sel basofil akan dirangsang untuk menghasilkan IL-4 dan IL-
13. Selain itu, klon limfosit T abnormal akan melepaskan suatu mediator tertentu (circulating
glomerulotoxic lymphokine) yang bersifat toksik terhadap membran basal glomerulus.

Nefrotik syndroma masih merupakan masalah utama dibagian nefrologi anak. Maka
hipoalbuminemia pada nefrotik syndroma dapat disertai dengan hiperkolesterolemia dan
edema. Untuk mengatasi hal tersebut kita sebagai perawat dapat memberikan suplemen
kapsul ekstra ikan gabus, Ikan gabus sendiri memiliki kandungan protein yang sangat tinggi
yaitu sekitar 17% dan kandungan lemak yang rendah yaitu 1% (Sugito dan Ari, 2006). Salah
satu protein yang terdapat dalam ikan gabus yaitu albumin, albumin merupakan salah satu
jenis protein yang sangat bermanfaat untuk proses penyembuhan. Ekstrak ikan gabus juga
dalam hal ini sangatlah mempengaruhi kadar albumin darah seseorang. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan terhadap kelompok yang terkontrol dan terintervensi maka
didapatkan hasil bahwa dengan diberikannya ekstra ikan gabus maka kadar albumin dari
pasien nefrotik syndrom akan mengalami peningkatan secara langsung.

Cara pemberian albumin secara intravena akan lebih cepat menimbulkan efek
dibandingkan secara oral. Pada penyakit sindrom nefrotik, pemberian ikan gabus dalam
bentuk ekstrak dengan kadar albumin yang tinggi tidak langsung dapat menurunkan berat

11
badan, suplemen albumin tambahan akan memperbaiki tekanan onkotik plasma intravaskular
terlebih dahulu untuk menghilangkan edema yang disertai dengan penurunan berat badan.
Setelah tekanan onkotik plasma intravaskular dalam keadaan stabil maka akan terjadi
peningkatan berat badan sebagai hasil dari perbaikan nutrisi.

Penelitian mengenai ikan gabus yang menjadi alternative suplemen untuk menjaga
kestabilan kadar albumin pasien dengan sindrom nefrotik makin berkembang melalui
penelitian yang lebih jauh, yakni pembuatan kapsul yang terbuat dari bahan dasar ikan gabus.
Dalam jurnal kedua, penelitian dengan tema pengaruh kapsul ikan gabus terhadap
peningkatan kolesterol dan berat badan pasien. Hipoalbuminemia pada Sindrom Nefrotik
dapat disertai dengan hiperkolesterolemia dan edema. Keadaan hipoalbuminemia pada
Sindrom Nefrotik (SN) memacu sel hati untuk meningkatkan sintesis albumin yang disertai
dengan peningkatan produksi lipoprotein melalui jalur yang berdekatan. Peningkatan kadar
lipoprotein dalam sirkulasi menyebabkan kadar kolesterol darah lebih tinggi dari normal.
Namun, dalam jurnal tersebut tidak mengikutsertakan konsumsi pasien terhadap makanan
lainnya terutama kandungan dari makanan tersebut yang bias mempengaruhi berat badan.
Asupan gizi selain protein seperti karbohidrat dan lemak sangatlah mempengaruhi berat
badan dari seseorang. Jadi dari penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna perubahan kadar kolesterol total dan berat badan antara kelompok
yang diberi suplemen kapsul ekstra ikan gabus dosis 2x150 mh selama 14 hari dan kelompok
yang tidak diberi suplementasi.

Selain ikan gabus yang menjadi focus analisa dari jurnal kami, pemberian kalsium
dan suplemen vitamin D menjadi salah satu tambahan alternative untuk pasien sindrom
nefrotik. Kalsium merupakan elemen penting di dalam tubuh. Sekitar 40 % kalsium di dalam
tubuh mengikat protein terutama albumin dan globulin. Pasien dengan Sindrom Nefrotik
mungkin dapat mengembangkan Hipokalsemia disebabkan oleh rendahnya tingkat albumin
dan vitamin D yang mengikat protein dan menurunnya penyerapan kalsium di dalam
usus.Normalisasi kadar kalsium serum dan manifestasi klinis peningkatan hipokalsemia
terjadi baik pada pasien Sindrom Nefrotik yang menerima suplementasi kalsium dan vitamin
D dan mereka yang tidak. Sehingga konsumsi kalsium dan vitamin D dapat diberikan ataupun
tidak pada pasien Sindrom Nefrotik untuk mencegah kekambuhan dan timbulnya tanda gejala
lainnya.

12
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Nefrotik syndroma merupakan sekumpulan gejala yang biasanya disebabkan karena


adanya injury glomerular dan biasanya terjadi pada anak-anak dengan karakteristik
(Proteinuria, Hipoproteinuria, Hypoalbuminemia, Hiperlipidemia, dan edema). Nefrotik
syndroma masih merupakan masalah utama dibagian nefrologi anak.

Hipoalbuminemia pada nefrotik syndroma dapat disertai dengan hiperkolesterolemia


dan edema. Untuk mengatasi hal tersebut kita sebagai perawat dapat memberikan suplemen
kapsul ekstra ikan gabus , Ikan gabus sendiri memiliki kandungan protein yang sangat tinggi
yaitu sekitar 17% dan kandungan lemak yang rendah yaitu 1% (Sugito dan Ari, 2006).

Ekstrak ikan gabus sangatlah mempengaruhi kadar albumin darah seseorang.


Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan terhadap kelompok yang terkontrol dan
terintervensi maka didapatkan hasil bahwa dengan diberikannya ekstra ikan gabus maka
kadar albumin dari pasien nefrotik syndroma akan mengalami peningkatan.

Hipoalbuminemia pada Sindrom Nefrotik dapat disertai dengan hiperkolesterolemia


dan edema. Asupan gizi selain protein seperti karbohidrat dan lemak sangatlah
mempengaruhi berat badan dari seseorang. Dalam jurnal yang kami analisa, tidak
mengikutsertakan konsumsi pasien terhadap makanan lainnya terutama kandungan dari
makanan tersebut yang bisa mempengaruhi berat badan. Berdasarkan salah satu penelitian,
dapat diambil simpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermaknapada perubahan kadar
kolesterol total dan berat badan antara kelompok yang diberi suplemen kapsul ekstra ikan
gabus dosis 2x150 mg selama 14 hari dan kelompok yang tidak diberi suplementasi.

Pasien dengan Sindrom Nefrotik mungkin dapat mengalami Hipokalsemia disebabkan


oleh rendahnya tingkat albumin dan vitamin D yang mengikat protein dan menurunnya
penyerapan kalsium di dalam usus. Hasil dari penelitian ini, tidak cukup berpengaruh
terhadap kondisi pasien sehingga konsumsi kalsium dan vitamin D dapat diberikan ataupun
tidak pada pasien Sindrom Nefrotik untuk mencegah kekambuhan dan timbulnya tanda gejala
lainnya.

13
Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam jurnal di atas, ada beberapa hal
yang bisa menjadi pengobatan alternative dalam mencegah kekambuhan maupun alternative
dalam pengobatan menuju kesembuhan. Penelitian di atas sudah dilakukan dan mendapat
hasil yang cukup baik untuk diaplikasikan namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arlanbi, N. P. (2014). Pengaruh Suplementasi Kapsul Ekstrak Ikan Gabus terhadap Kadar
Kolesterol dan Berat Badan pada Anak dengan Sindrom Nefrotik. Hal 3-12.

Dasitania, V., Chairulfatah, A., & Rachmadi, D. (2014). Effect of Calcium and Vitamin D
Suplementation on Serum Calcium Level in Children with Idiopathic Nephrotic
Syndrome. Original Article, Page 162-167.

Erwin, Dewi, W. N., & Bayhakki. (2014). Efektifitas Konsumsi Ekstrak Ikan Gabus
(Ophiocephalus striatus) terhadap Peningkatan Kadar Albumin Darah Pasien
dengan Sindroma Nefrotik dan Sirosis Hepatis. Hal 1-5.

15
LAMPIRAN
JURNAL

16

Anda mungkin juga menyukai