Oleh:
Inas Husnun Hanifah, S. Kep
131523143048
131523143049
131523143050
131523143051
131523143052
LEMBAR PENGESAHAN
131523143048
131523143049
131523143050
131523143051
131523143052
Pembimbing Pendidikan,
Mengetahui,
Kepala Ruangan
Ruang Bona 1
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
penyakit ginjal tahap akhir pada anak. Walaupun persentase penderita anak dengan
Sindroma nefrotik resisten steroid (SNRS) kecil, grup ini berisiko mengalami
komplikasi ekstrarenal dan berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir (Niaudet et
al., 2004). Prediksi terhadap kemungkinan menjadi resisten terhadap steroid menjadi
amat penting bagi seorang anak penderita sindroma nefrotik agar terhindar dari penyakit
ginjal tahap akhir dan biaya pengobatan yang cukup mahal.
Ruang Menular Anak Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah ruangan
dimana anak-anak dirawat dengan berbagai macam penyakit, salah satunya di ruang 3
dengan masalah penyakit nefro. Ruangan tersebut banyak sekali anak-anak yang
mengalami penyakit sindrom nefrotik maka penulis ingin mengangkat seminar tentang
asuhan keperawatan sindroma nefrotik pada An. R di Ruang Menular Anak Bona 1.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep teori tentang sindroma nefrotik?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan sindroma nefrotik?
1.2.3 Bagaimana asuhan keperawatan pada An. R dengan sindroma nefrotik di Ruang
Menular Anak Bona 1 Dr. Soetomo Surabaya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawayan pada An. R dengan sindroma nefrotik di Ruang
Menular Anak Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami konsep teori sindroma nefrotik
2. Memahami konsep asuhan keperawatan pada anak dengan sindroma nefrotik.
3. Memahami asuhan keperawayan pada An. R dengan sindroma nefrotik di
Ruang Menular Anak Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
a. Pengkajian
b. Analisa data dan diagnose keperawatan
c. Rencana intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
BAB 2
TINJAUAN TEORI
distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma
darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus
pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul,
sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai
urin atau kemih (Price,2001 : 785).
2.
Fisiologi
Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat
penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya
ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20%
dari seluruh cardiac output.
a.
Faal glomerolus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk
ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan
hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit
per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal
dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12
tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak.
b.
Faal Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat
yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana diketahui,
GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang direabsorbsi hanya 100 ml/menit,
sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk urin atau dalam sehari
1440 ml (urin dewasa).
Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan umur :
c.
d.
e.
2.2 Definisi
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan
protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria
massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100
ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf,
2002).
2.3 Etiologi
Menurut Arif Mansjoer, 2000 :488, sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi
menjadi :
Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut,
glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion,
Menurut Betz, Cecily L.2002 : 335, manifestasi klinis dari sindroma yaitu:
Gejala utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari
bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila
ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan
umumnya terjadi.
Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang)
2.
Uji darah
3.
Uji diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin.
Indikasi dilakukan biopsi ginjal :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g. Gagal ginjal
h. Riwayat keluarga atau gagal ginjal dan tuli (Yap, 2015)
2.6 Patofisiologi
Menurut Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217 :
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan
osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon
(ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan
retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan
onkotik plasma
.Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam
hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak
dalam urin (lipiduria)
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut dan
menurunkan resiko komplikasi. Menurut Kim Yap-Hui (2015), untuk mencapai tujuan
terapi, maka penatalaksanaan tersebut meliputi hal-hal berikut.
1.
2.
3.
Tirah baring
Diuretik
Adenokortikosteroid, golongan prednisolone
Indikasi : episode pertama pada sindrom nefrotik dan relaps berikutnya
Protokol:
2.8 WOC
Gangguan
permeabilitas
selektif kapiler
glomerulus dan
filtrasi glomerulus
meningkat
Penurunan
tekanan onkotik
Produksi
albumin dalam
darah tidak
seimbang
dengan
kehilangan
albumin yang
keluar dari
Aktivasi
SRAA
Hilangnya
protein dalam
serum
Sintesis
lipoprotein di hati
Protein dan
albumin bocor
melalui
glomerulus
Proteinuri
a
Perpindahan cairan
dari sistem vaskular
ke ruang cairan
ekstraseluler
Peningkatan
konsentrasi lemak
dalam darah
Edem
a
Hiperlipidemi
a
Hipoalbumine
mia
Sindrom
nefrotik
Respons edema
- Edema (Pitting edema) di
sekitar mata (periorbital),
pada area ekstremitas
(sakrum, tumit, dan tangan),
dan pada abdomen (asites)
Respons sistemik
-Mual, muntah,
anoreksia
-Malaise
-Sakit kepala
-Keletihan umum
- Respons psikologis
Peningkatan
permeabilitas
kapiler
MK: Mual
Perpindahan
cairan ekstra
seluler ke
interstitial
Intake
nutrisi
menurun
Krisis
situasional
MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
MK: Kelebihan
volume cairan
DAMPAK HOSPITALISASI
Orang tua
Perubaha
n peran
Faktor
ekonomi
Krisis
situasional
Anak
Lingkungan
baru
Perpisahan
dengan
orang tua
Kurang
informasi
MK: Kurang
Pengetahua
n
Tindakan
invasif
MK:
Ketakutan
10
MK:
Kecemas
an
MK: Cemas
11
2. Diagnosis Keperawatan
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme cairan
atau onkotik.
b) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
c) Resiko infeksi
3. Rencana Keperawatan
ANALISA DATA
NO DATA
ETIOLOGI
12
PROBLEM
1.
2.
DS
DO
DS:
DO:
3.
DS:
DO:
Edema anasarka
Efusi
Ascites
Peningkatan berat badan
Perubahan tekanan darah
(Hipertensi).
Gangguan
mekanisme
regulasi
Kelebihan volume
cairan
Perubahan
tekanan onkotik
Peningkatan
aktivasi sistem
renin angiotensin
aldosteron
Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
untuk
nutrisi: kurang dari
mengabsorpsi
kebutuhan tubuh.
nutrien
Penyakit kronik
dan supresi
respon inflamasi
akibat steroid.
Risiko infeksi.
INTERVENSI
1. Diagnosa Keperawatan 1: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme cairan atau onkotik.
NOC
a. Elektrolit and acid based balance
b. Fluid balance
c. Hidration
Kriteria Hasil:
a.
b.
c.
d.
13
a. Fluid management
1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
2) Pasang urine kateter jika diperlukan
3) Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, HMT,
osmolalitas urine)
4) Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP dan PC WP
5) Monitor vital sign
6) Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan (krakels, CVP, edema,
distensi vena leher, ascites).
7) Kaji lokasi dan luas edema
8) Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori.
9) Monitor status nutrisi.
10) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai instruksi
b. Fluid Monitoring
1) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi.
2) Tentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
(hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaforesis,
disfungsi hati, dan lain-lain).
3) Monitor berat badan
4) Monitor serum dan elektrolit urine
5) Monitor serum dan osmolalitas urine
6) Monitor BP, HR dan RR.
7) Monitor tekanan darah orthostatic dan perubahan irama jantung.
8) Catat secara akurat intake dan output, monitor tanda dan gejala dar
oedem.
2. Diagnosa Keperawatan 2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
NOC
a. Nutritional status: food and fluid intake
b. Nutritional status: nutrient intake
c. Nutritional status: weight control
KRITERIA HASIL:
a.
b.
c.
d.
NIC
a. Nutrition management
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
3) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
4) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
5) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
b. Nutrition monitoring
14
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
3. Diagnosa Keperawatan 3:
NOC:
a. Imune status
b. Knowledge: infection control
c. Risk control
KRITERIA HASIL
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
NIC:
a. Infection control:
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
2) Batasi pengunjung bila perlu
3) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah berkunjung meninggalkan pasien.
4) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
5) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
6) Dorong masukan nutrisi yang cukup.
7) Dorong masukan cairan
8) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
15
BAB 3
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tanggal Pengkajian
14.00
Tanggal MRS
1250 XXXX
Ruang/Kelas
Nefrotik
: 12 Juli 2016
Jam
: 11 Juli 2016
No. RM
: Bona 1/ 3
Identitas
Identitas Anak
Nama Anak
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Usia
SMA
Diagnosa Medis
:
:
:
:
Dx Medis
An. R
06-06-2008
Laki-laki
8 tahun
: Sindrom
Agama
Nefrotik
: Manukan, Sby
Alamat
Jawa/ Indonesia
Sumber Informasi :
Manukan, Sby
: Sindrom
Ibu Klien
16
: Islam
Suku /Bangsa
Alamat
Batuk
Operasi :
Ya
Tidak
Alergi
Makanan
Debu
Obat
Udara
Lainnya, Sebutkan tidak ada
Tahun
alergi
Imunisasi
: BCG (Umur 1 Bln ) Polio 4 X(Umur
1,2,3,4 bln )
DPT 3 X (Umur 2,3,4 bln ) Campak
(Umur 9 bln) Hepatitis 4 X(Umur 1 minggu, 2, 3, 4 bulan )
17
18
ROS
Pernafasan B1 (Braeth)
Kardiovaskuler B2
(Blood)
Irama Jantung :
S1/S2 Tunggal
Nyeri Dada :
Ya
Bunyi Jantung: Normal
Lain-Lain
CRT
:
<3 dt
Akral
:
Hangat
Kering
Dingin Basah
Lain-lain
:
Reguler
Ya
Tidak
Murmur
Eye :
Gallop
>3 dt
Panas
GCS
Total : 15
Ireguler
Tidak
Reflek Fisiologis :
Menoleh
Verbal : 5
Dingin
Motorik :
Menghisap
Mengenggam
Patella
Biceps
Lain-Lain
Triceps
19
Moro
Refleks Patologis :
Babinsky
Kernig
Lain-Lain
:
Istirahat / Tidur
: 10
Jam/Hari
Gangguan Tidur: tidak ada
Kebiasaan Sebelum Tidur :
Minum Susu
Cerita/Dongeng
Penglihatan (Mata)
Pupil
:
Isokor
Anisokor
Sclera/Konjungtiva
:
Anemis
Lain :
Pendengaran/Telinga
Gangguan Pandangan:
Ya
Jelaskan:
Penciuman (Hidung)
Bentuk
:
Normal Tidak
Gangguan Penciuman:
Ya
Jelaskan:
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
Perkemihan B4 (Bladder)
Kebersihan
Urin
:
:
Budzinsky
Mainan
Lain-Lain :
Ikterus
Tidak
Jelaskan:
Tidak
Bersih
Kotor
Jumlah :
cc/hari
Bau:
Alat bantu (kateter dan lain-lain):
Kandung Kencing :
Membesar
Ya
Tidak
Nyeri Tekan
Ya
Alat Kelamin
: Normal
Tidak Normal,
Sebutkan....................
Uretra
:
Normal
Hipospadia/Epispadia
Gangguan
: Anuria
Oliguri
Inkontinensia
Nokturia
20
Lain-
Warna :
Tidak
Retensi
Lain-lain
Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan
x/hari
Porsi makan
Baik
Menurun
Frekuensi
Habis
Tidak
Ket:
cc/hari
Minum
: 1500
Mulut dan tenggorokan
Mulut
:
Bersih
Mukosa
:
Lembab
Tenggorokan
:
menelan
Kotor
Berbau
Kering
Stomatitis
Sakit /nyeri telan
Kesulitan
Pembesaran tonsil
Lain-lain
Abdomen
Perut
:
Tegang
Kembung Ascites
Nyeri
tekan, lokasi :
Peristaltik : 5-10 x/menit
Pembesaran hepar
:
Ya
Tidak
Pembesaran lien :
Ya
Tidak
Buang air besar : 2
hari/1x Teratur
Ya
Tidak
Konsistensi : lunak
Bau: khas Warna: kecoklatan
Lain-lain :
Ikterus
Pucat
Turgor
Odema
Lain-lain
:
:
:
Baik
Ada
Bebas
Sianotik
Hiperpigmentasi
Sedang Jelek
Tidak ada
Kemerahan
Lokasi :
Endokrin
Tyroid
:
Hiperglikemia
Hipoglikemia
Luka gangren
Lain-lain
:
Membesar
:
Ya
:
Ya
:
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
21
HygienePersonal
Mandi
: 2 x/hari
Sikat gigi
:2 x/hari
Keramas : 3 hari sekali
Memotong kuku
: 1 minggu
1x
Ganti pakaian
: 2 x/hari
a.
Masalah
: takut,
pengetahuan
Data
Penunjang
(Lab,kurang
Foto, USG,
dll)
Hasil laboratorium terlampir
Hasil Foto Thoraks (tanpa kontras)
Nama
No. Reg
Tanggal
: An. R
: 1250xxxx
: 14/7/ 2016
Hasil:
Pulmonal: tidak tampak infiltrate pada lapang paru kiri dan lapang paru kanan yang
tervisualisasi Sinus phrenicostalis kanan tertutup perselubungan, kiri tajam.
Tampak perselubungan di hemithorax kanan hingga atas disertai terdesaknya trakea ke
kiri.
Kesimpulan: Efusi Pleura Kanan
22
Terapi/Tindakan lain :
Injeksi Ranitidin 2x 20 mg IV
Injeksi Furosemide 25mg-0-0
Oral Prednisol 1x 5 tablet
Oral Captopril 3x6,25 mg
Oral Kalek 3 x 1 tablet
Diit makanan 1700 kkal, protein 25 gr
Diit garam 1-2 gr/hari, TKCPRG
Surabaya,
14 Juli 2016
Ners,
Ringkasan Kasus :
1. Identitas Anak :
An. R dengan diagnosis sindrom nefrotik umur 8 tahun, jenis kelamin laki-laki
2. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik :
B1 (Breathing)
Bentuk dada klien normal dengan jenis normochest. Pola napas normal dengan irama
teratur. Suara napas vesikuler, klien batuk namun tidak sesak napas. tidak ada retraksi
dinding dada dan klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan.
B2 (Blood)
Irama jantung klien teratur, S1/S2 tunggal, tidak ada nyeri dada. Bunyi jantung klien
normal, CRT < 3 detik dan akral hangat
B3 (Brain)
GCS: 15
Eye: 4
Verbal: 5
Motorik: 6
23
tekan pada kandung kemih. Bentuk alat kelamin klien normal, uretra normal.
B5 (Bowel)
Nafsu makan klien menurun, frekuensi makan 3 x/hari. Porsi makan klien 1 porsi makan
dari rumah sakit. klien minum 1500 cc/hari.
Mulut dan tenggorokan: mulut klien bersih, mukosa lembab, tidak ada keluhan pada
tenggorokan. Perut: terdapat asites dan tidak ada nyeri tekan. peristaltik 8 x/menit.
Tidak ada pembesaran hepar dan lien. Klien BAB 2 hari/1x dan teratur dengan
konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan bau khas
B6 (Bone & Integumen)
Kemampuan pergerakan sendi klien bebas,kekuatan otot 5 5
3. Pemeriksaan Penunjang :
Hasil Foto Thoraks (tanpa kontras)
Nama
No. Reg
Tanggal
: An. R
: 1250xxxx
: 14/7/ 2016
Hasil:
Pulmonal: tidak tampak infiltrate pada lapang paru kiri dan lapang paru kanan yang
tervisualisasi Sinus phrenicostalis kanan tertutup perselubungan, kiri tajam.
Tampak perselubungan di hemithorax kanan hingga atas disertai terdesaknya trakea ke
kiri.
Kesimpulan: Efusi Pleura Kanan
Pemeriksaan laboratorium terlampir
4. Terapi :
Injeksi Ranitidin 2x 20 mg IV
Injeksi Furosemide 10mg-0-0
Oral Prednisol 1x 5 tablet
Oral Captopril 3x6,25 mg
Oral Kalek 3 x 1 tablet
Diit makanan 1700 kkal, protein 25 gr
24
Hasil laboratorium
Nama
No. Reg
Tanggal
No
1
2
3
4
5
6
7
: An. R
: 1250xxxx
: 11/7/2016
Parameter
WBC
HGB
HCT
RBC
MCV
PLT
MPV
Hasil
17,6
15,4
43,9
5,49
80,1
497
6,23
Satuan
10e3/uL
g/dl
%
10e6/uL
fL
10e3/uL
fL
Nilai Rujukan
3,70-10,1
12,9-14,2
37,7-53,7
4,06-4,69
81,1-96,0
155-366
6,90-10,6
: An. R
: 1250xxxx
: 11/7/2016
Parameter
Albumin
BUN
Kreatinin Serum
Asam Urat
Kalium
Natrium
Hasil
1,9
20
0,65
8,1
3,4
131
Satuan
g/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mmol/l
mmol/l
25
Nilai Rujukan
3,4 5,0
7 18
0,00- 1,50
2,6 7,2
3,5 5,1
136 145
7
8
9
10
Klorida
Kalsium
Fosfat
CRP
88
6,6
5,3
3,2
mmol/l
mg/dL
mg/dL
mg/dL
98 107
8,5 10,1
2,5 4,9
0,00 0,90
ANALISA DATA
ETIOLOGI
Gangguan mekanisme regulasi
Perubahan tekanan onkotik
Peningkatan aktivasi sistem
RAA
Peningkatan permeabilitas
kapiler
Perpindahan cairan dari
intravaskuler ke interstitial
edema
26
MASALAH
Kelebihan volume cairan
DS:
ibu klien mengatakan
selain makan makanan di rs,
klien juga makan makanan di
luar rumah sakit
DO:
Klien makan makanan di
luar rumah sakit
Ibu tampak belum
memahami diet yang harus
diberikan pada anaknya
DS: klien hanya menangis
DO:
Klien tampak menangis
saat hendak dilakukan
tindakan invasif
Perilaku menghindar
Fokus tertuju pada pusat
ketakutan
Sindroma nefrotik
Gangguan reabsorpsi natrium
dan air
Pembatasasan asupan garam
Diet rendah garam cukup
protein
Kurang informasi
Dampak hospitalisasi
Tindakan invasif
Perubahan emosi
Ketakutan
Kurang Pengetahuan
27
Takut
28
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Kelebihan volume cairan
29
INTERVENSI
Fluid Management:
1. Pertahankan intake dan output dalam cairan
yang akurat
2. Pasang urin kateter bila diperlukan
3. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi
cairan (BUN, Hematokrit, osmolalitas urin)
4. Monitor status hemodinamik
5. Monitor vital sign
6. Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan
7. Kaji lokasi dan luas edema
8. Batasi masukan cairan pada keadaan
hiponatremi dilusi dengan serum Na<130
mEq/L
9. Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan
berlebih muncul
Kurang Pengetahuan
Tujuan :
Knowledge: Healthy Diet 1854
Kriteria hasil:
a) Menerima tujuan diet
b) Mengoptimalkan rentang berat badan
diri
c) Intake cairan seimbang dengan
metabolisme tubuh
d) Intake nutrisi seimbang dengan
metabolisme tubuh
e) Makanan sesuai dengan petunjuk gizi
f) Rekomendasi diet untuk natrium dan
protein
30
Takut
Tujuan:
Fear level: child - 1213
Kriteria hasil:
Tidak ada peningkatan nadi
Tidak berkeringat
Tidak menangis
Tidak marah
Tidak ada perilaku menghindar
Tidak gelisah
31
No
DK
IMPLEMENTASI
Rabu
13 Juli 2016
PARAF
JAM
13.30
WIB
EVALUASI
S: ibu klien mengatakan perut
anaknya masih membesar, ibu
klien sudah mengontrol minum
klien maksimal 1000 cc/hari
O: BB saat ini 27 kg
TD 110/60 mmHg, N 90
x/menit, RR 24 x/menit, S
37 C
Intake output (balance
cairan), deficit 152 cc
Pembesaran abdomen +
Injeksi furosemid IV 25 mg
A: Kelebihan volume cairan
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
32
PARAF
Rabu
13 Juli 2016
13.30
WIB
Rabu
13 Juli 2016
13.30
WIB
33
34
No
DK
IMPLEMENTASI
Kamis
14 Juli 2016
PARAF
JAM
13.00
WIB
EVALUASI
S: ibu klien mengatakan perut
anaknya masih membesar,
O: Keadaan umum baik, BB saat
ini 25 kg, edema (+)
TD 110/70 mmHg, N 94
x/menit, RR 20 x/menit, S 37
C
Intake output (balance cairan),
deficit 152 cc
Pembesaran abdomen +
Injeksi furosemid IV 25 mg
A: Kelebihan volume cairan
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
35
PARAF
14 Juli 2016
13.00
WIB
Kamis
14 Juli 2016
13.00
WIB
36
37
No
DK
IMPLEMENTASI
Jumat
15 Juli 2016
PARAF
JAM
13.30
WIB
EVALUASI
S: ibu klien mengatakan perut
anaknya masih membesar,
O: Keadaan umum baik, BB
saat ini 25 kg, edema (+)
TD 110/70 mmHg, N 94
x/menit, RR 20 x/menit, S 37
C
Intake output (balance
cairan), deficit 152 cc
Pembesaran abdomen +
Injeksi furosemid IV 25 mg
A: Kelebihan volume cairan
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
38
PARAF
Jumat
15 Juli 2016
13.30
WIB
39
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada kasus yang dialami An. R dengan Sindrom Nefrotik terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan dengan teori, antara lain :
1.1 Sindrom nefrotik bisa teradi karena diturunkan sebagai resesif autosom yang
disebut sindrom nefrotik bawaan. Pada kasus An. R, riwayat penyakit keluarga
klien yaitu ayah dan nenek klien mempunyai penyakit ginal.
2.1 Selain bisa diturunkan sindrom nefrotik juga bisa disebabkan oleh penyakit malaria,
penyakit kolagen, glomerulonefritis, bahan kimia, dan lain-lain. Klien An. R
mempunyai kebiasaan minum perasaatau minuman kemasan yang dijual di tempat
umum dan mempunyai kebiasaan makan mie instan untuk sarapan pagi, sehingga
kemungkinan bisa disebabkan oleh zat-zat kimia yang klien konsumsi melalui
makanan dan minuman yang tidak sehat.
3.1 Salah satu gejala utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi
dari bentuk ringan sampai berat (anarsaka). Jika dilihat pada kasus An. R, An. R
terdapat edema pada tangan dan kaki atau edema pada ekstremitas.
4.1 Selain gejala utama yaitu edema, ada gejala penyerta lainnya pada sindrom nefrotik
seperti, penurunan jumlah urin, pucat, hematuri, anoreksia, diare, sakit kepala, nyeri
abdomen, gagal tumbuh. Pada kasus ini gejala lainnya adalah, konjungtiva klien
anemis, tidak ada hematuri, urin kuning keruh, nafsu makan klien turun, tidak ada
diare, tidak ada sakit kepala, tidak gagal tumbuh.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular
yang terjadi pada anak. Data penyakit ginjal anak di Indonesia dari tujuh Pusat
Pendidikan Dokter Spesial Anak memperlihatkan bahwa Sindrom Nefrotik merupakan
penyakit yang paling dijumpai (35%) di poliklinik nefrologi.
Penyebab sindrom nefrotik adalah bisa dikarenakan genetic atau diturunkan, zatzat kimia, penyakit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis, maupun tidak dapat
ditemukan secara pasti penyebabnya.
Sindrom Nefrotik bisa memunculkan beberapa gejala yaitu, edema yang termasuk
gejala utama pada sindrom nefrotik, edema ini bisa mulai dari edema ringan sampai
edema berat (anarsaka), kemudian bisa teradi diare, anoreksia, pucat, hematuri, urin
sedikit, nyeri abdomen, dan gagal pertumbuhan.
5.2
Saran
1. Hindari makan dan minuman yang terdapat bahan pengawet dan garam
berlebih jika mempunyai faktor resiko pada genetik.
2. Jika sudah terkena sindrom nefrotik, lakukan terapi sesuai advis dokter dengan
rutin.
41
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily. L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik (Mosbys Pediatric Nursing
Reference) edisi 3. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria. M et. al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th edition.
Philadelphia: Mosby, Inc.
Herdman, T. H, et. al. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and Classifications 10th
edition. Oxford: Willey Blackwell
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 edisi 3. Jakarta: Medika
Aesculafius
Mc. Kinney, et al. 2001. Maternal-Child Nursing. Philadelphia : WB Saunders
Moorhead, Sue, et. al. 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5 th edition.
Philadelphia: Mosby, Inc
Rauf, S. 2002. Catatan Kuliah Nefrologi Anak. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan anak
FK-UH
Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV. Sagung Seto, Jakarta.
Sylvia A. Price. (2001). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi 4
Buku 2. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC
Yap, Hui-Kim, et. al. 2015. Pediatric Nephrology On-The-Go 2nd edition. Singapore:
Childerens Kidney Centre
42