DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
KELAS AJ2/B17
Zun Nurainy
C. Ketut Subiyanto
Hasanah Eka W.
Nur Maziyya
Siwi Sabdasih
Diyah Hita M.
Dessy Era P.
131411123044
131411123045
131411123048
131411123050
131411123052
131411123054
131411123056
A. LATAR BELAKANG
Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia,
dengan prognosis yang sering kali buruk (Somantri, 2012). Kanker paru
menjadi penyebab paling sering dari kasus kematian akibat kanker pada lakilaki di Amerika Utara dan hampir di semua negara-negara Eropa Timur
maupun Eropa Barat, dan semakin sering menjadi penyebab kematian di
negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, meskipun
data-data yang berkualitas tinggi untuk perbandingan belum tersedia dari
kebanyakan populasi tersebut (Boyle, 2008).
Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun
2002 dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan kanker baru yang
terdiagnosis) dengan 154.900 kematian (merupakan 28% dari seluruh
kematian akibat kanker), di Inggris prevalensi kejadian mencapai 40.000 per
tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak.
Angka kematian akibat kanker paru di seluruh dunia mencapai kurang lebih
satu juta penduduk tiap tahunnya (Amin, 2007).
Kanker paru biasanya tidak dapat diobati dan penyembuhan hanya
mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, dimana sekitar 13% dari klien
yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun. Metastasis
penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya
dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis,
penatalaksanaan kanker paru seringkali hanya berupa tindakan paliatif
(mengatasi gejala) dibandingkan dengan kuratif (penyembuhan) (Somantri,
2012).
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan
penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis
penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan
memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan
kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi
diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks,
ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya (PDPI, 2003).
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan
angkainsiden kanker paru melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan
rehabilitatif. Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok tertarik membahas
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Paru.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah konsep kanker paru dan asuhan keperawatan pada
klien dengan kanker paru?
C. TUJUAN
1.
Tujuan umum
Mengidentifikasi konsep kanker paru dan asuhan keperawatan
pada klien dengan kanker paru.
2.
Tujuan khusus
a. Menjelaskan pengertian kanker paru
b. Menjelaskan anatomi fisiologi paru
c. Menjelaskan klasifikasi kanker paru
d. Menjelaskan etiologi kanker paru
e. Menjelaskan patofisiologi kanker paru
f. Menjelaskan staging kanker paru
g. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik kanker paru
h. Menjelaskan penatalaksanaan kanker paru
i. Menjelaskan komplikasi kanker paru
j. Menjelaskan pengkajian keperawatan pada kasus kanker paru
k. Menjelaskan diagnosa keperawatan pada kasus kanker paru
l. Menjelaskan intervensi pada kasus kanker paru
m. Menjelaskan Web of Causation (WOC) kanker paru
D. MANFAAT
1.
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Neoplasma (pertumbuhan baru atau tumor) adalah massa yang tidak
Tumor
dan Berdiferensiasi baik
anaplasia
Laju pertumbuhan
Kanker
Berdiferensiasi baik hingga
tidak
berdiferensiasi
(Anaplasia)
Tumbuh perlahan melalui Tumbuh
secara
periode
tahunan
dan biasanya
cepat,
membunuh
pejamu
Tumbuh sebagai sebagai Tumbuh
infiltrasi
yang
invasif,
dan
Metastasis
Tidak bermetastasis
mengelilinginya
(penyebaran lokal)
Memiliki
kemampuan
bermetastasis
ke
arah
(penyebaran
distal),
dan
menimbulkan pertumbuhan
sekunder pada daerah yang
jauh
Kapasitas inspirasi
Kapasitas residual fungsional
Kapasitas vital paksa
Kapasitas total paru-paru
2a
2b
2c
2. Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjar paru.
Tumor ini biasanya terjadi dibagian perifer paru, termasuk bronkiolus
terminal dan alveolus. Kanker Jenis ini terhitung sekitar 30% dari kanker
paru dan lebih tinggi diantara wanita. Adenokarsinoma biasanya berukuran
kecil dan tumbuh lambat, tetapi bermetastasis secara dini dan angka
bertahan hidup sampai 5 tahunnya buruk.
3. Kanker sel besar tak berdiferensiasi sangat anaplastik dan cepat
bermetastasis. Tumor ini sekitar 10-15% dari semua kanker paru, sering
terjadi di bagian perifer dan meluas kearah pusat paru. Tumor ini berkaitan
erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis ini
memiliki prognosis bertahan hidup yang sangat buruk.
4. Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua sel kanker paru. Tumor jenis ini
juga disebut sebagi karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh dibagian tengah
paru. Karsinoma sel kecil sejenis tumor yang bersifat sangat anaplastik, atau
embrionik, sehingga memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi. Tumor
ini sering merupakan tempat produksi tumor ektopik dan dapat
menyebabkan gejala awal berdasarkan gangguan endokrin. Metastasis paru
yang timbul ada tumor ini juga disebabkan obstruksi aliran udara. Tumor
jenis ini mungkin merupakn jenis yang paling sering dijumpai pada
perokok, dan memiliki prognosis paling buruk.
Sementara itu, menurut Amin (2007), terdapat pembagian praktis
untuk tujuan pengobatan, yaitu:
1.
2.
yang bersifat
Serat-serat asbes
Radon gas
Iritasi Bronkial
Mengendap di paru
Inflamasi mukosa
Makrofag mencerna
serat asbes
Masuk saluran
nafas sampai ke
broncus
bronkial
E. Menghilangnya
Patofisiologi
cilia
Kerusakan bronkial
Bronchitis
Emfisema
Perubahan genetik
Enzim yang
diproduksi makrofag
menyebabkan fibrosis
massif pada paru
Terjadi
peluruhan gas
radon yang
memancarkan
partikel-
Kecenderungan
keluarga
Penyakit
kronis
Sejarah
paru
paru
kanker
Polusi udara
Diet tidak sehat
Kerusakan
genetik
Migrasi ke pleura
Inflamasi pleura dan
penebalan plak
Kanker jenis
mesotelioma
KANKER PARU
B1 ( Breath)
Batuk terus
menerus
Sesak nafas
B2 ( Blood )
Batuk darah
Metastase
B3 ( Brain )
Sakit
kepala
B5 ( Bowel )
Berat badan
menurun,
kebutuhan nutrisi
Gangguan rasa
kurang dari
nyaman
Penatalaksanaa
normal
nyeri
n
Intoleransi aktifitas
B6 ( Bone )
Retak tulang
belakang
Gangguan mobilitas
fisik
Pecah pembuluh
Gangguan rasa
darah
Kurang
Resiko cedera
nyaman
Gangguan citra diri
istirahat
Radio
Kemoterapi
sesak
Perlukaan pada
Pembedah
Obat-obatan
Ca.
an
oral
Penyebab
belum
Intoleransi
Komplikasi
jelas
aktifitas
penyebaran
Pre Op
Pre Obatan
Pre Teraphy kanker
Kurang pengetahuan
ke saraf/otak
Kurang
Kurang
pengetahuan
Berhubungan
ttg tindakan operasi
pengetahuan
Anxietas,takut Berhubungan dengan
dengan
Anxiety,takut
Anxietas,takut
Post
Teraphy
kurang nafsu makan
abnormalitas
pada
Post Op
Post obat-obatan
Efek samping
Gelisah
akibat komplikasi
paru
Gg citraTakut
tubuhakan kondisi
Efek samping
teraphy
faring-laring
Intoleransi
aktifitas
pengonsumsian
Intoleransi
aktifitas
penyakitnya
obat-obatan per
b.
Hemoptisis
c.
d.
e.
Atelektasis
2.
Invasi lokal
a.
Nyeri dada
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3.
b.
4.
Sindrom Paraneoplastik
Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala:
a. Sistemik
b. Hematologi
c. Hipertrofi
: osteoartropati
d. Neurologik
e. Neuromiopati
f. Endokrin
: sekresi
berlebihan
hormon
paratiroid
(hiperkalsemia)
g. Dermatologi
h. Renal
5.
b.
Stage IV
Tis
T1-2
T1-2
T3
T1-3
T4
No
Carcinoma in situ
N0
Mo
N1
Mo
N0-1
Mo
N2
Mo
N0-3
Mo
Stage IA
Stage 1B
Stage IIA
Stage IIB
Stage IIIA
T1-3
N3
No
Stage IIIB
T1-4
N1-3
M1
Stage IV
T1N0M0
T2N0M0
T1N1M0
T2N1M0
T1-3N2M0
T3N1M0
T4 Any NM0
Any TN3M0
Any T Any
NM1
Keterangan:
T (tumor atau lesi primer dan luasnya)
Tx
Tis
T1
T2
T3
:
:
:
:
T4
pleura malignan
N (limfonodus regional dan keadaannya)
No
: tidak ada kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat
N1
: Metastasis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus
N2
: Metastasis KGB mediastinal atau sub carina
N3
: Metastasis KGB mediastinal kontra latera atau hilus atau KGB
skaleneus atau supraklavikular
M (metastasis jauh)
Mo
: tidak ada metastasis jauh
M1
: Metastasis jauh pada organ (otak, hati, dan lain-lain)
Staging kanker paru dapat dilakukan secara: 1. Diagnosis klinis (c.
TNM); 2. Reseksi surgikal-patologis (p TNM); 3. Evaluasi surgikal (s TNM);
4. Retreatment (r TNM); 5. Autopsi (a TNM). Untuk staging kanker paru,
sedikitnya diperlukan pemeriksaan CT Scan torak, USG abdomen (atau CT
Scan Abdomen), CT Scan otak dan bone scanning (Amin, 2007).
H. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan
kanker paru menurut Amin (2007) adalah sebagai berikut:
1. Radiologi
a.
Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta Tomografi
dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan masa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b.
2.
Laboratorium
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji
adanya/ tahap karsinoma.
dilakukan
untuk
bagian,dan
5.
Pencitraan
a. CT-Scan
Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih
baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan
ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tandatanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila
terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis,
efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum
dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan,
keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage juga
lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi.
Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis
intrapulmoner.
b. MRI
MRI tidak rutin digunakan untuk penjajakan pasien kanker paru. Pada
keadaan khusus, MRI dapat digunakan untuk mendeteksi area yang
sulit diinterpretasikan pada CT scan toraks seperti diafragma atau
bagian apeks paru (untuk mengevaluasi keterlibatan pleksus brakial
atau invasi ke vertebra).
I. Penatalaksanaan
2.
3.
4.
keluarga.
Suportif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal
seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti
Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
atau
sel
skuamosa
operasi
untuk
dan sempurna.
Target keberhasilan kemoterapi yakni:
Hasil pengobatan ( Lowenbraun dkk & Hoostraten)
a.
Remisi sempurna
1) Lenyapnya kelainan sec. klinis, lab, rontgen
2) Hilangnya gejala sistemik
b.
Remisi partial
Ukuran benjolan berkuruang lebih dari 50%. Dalam jangka 1 bulan
tidak ditemukan lesi-lesi baru, ada atau tidak ada perbaikan gejala
sistemik.
c.
Penurunan kurang dari 50% atau kenaikan kurang dari 25% dari
d.
e.
Relaps
Bila lesi bertambah 50% dari pengukuran semula atau timbul lesi baru
dalam waktu 2 minggu.
f.
Waktu remisi
Lamanya penderita mengalami bebas penyakit yang dihitung dari akhir
pengobatan 6 siklus sampai terjadinya relaps.
4.
Terapi
Hormonal
hormonal tidak
digunakan
dalam
pengobatan
karsinoma
bronkogenik. Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun
5.
Tumor burden harus kecil: < 5sel (1cm3 = 109 sel), hal ini
berakibat bahwa penggunaan imunoterapi pada karsinoma bronkogenik,
h.
i.
praktis terbatas untuk kasus paska bedah, paska radiasi, dan sitostatika.
Penderita harus immunocompetent
Pemantauan harus cermat, karena stimulasi yang berlebihan
malah akan mendorong pembentukan blocking factors yang dapat
menghambat respon imun, sehingga dapat memperburuk keadaan.
preoperatif
IIIA (unresectable)
IIIB (keterlibatan
limfonodi kontralateral
atau supraklavikula)
Kemoterapi dengan
radioterapi bersamaan
Tidak ada
atau setelahnya
Kemoterapi atau reseksi
IIIB atau IV
Limited disease
Extensive disease
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pengkajian
a. Anamnesa
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama: Biasanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk
produktif, batuk darah, sesak nafas, suara serak, nyeri dada, sakit/sulit
menelan, benjolan di pangkal leher dan sembab muka dan leher,
kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
2) Riwayat penyakit sekarang: Keluhan hampir sama dengan jenis
penyakit paru lain dan tidak mempunyai awitan (onset) yang khas.
3) Riwayat penyakit sebelumnya: Biasanya akan didapatkan keluhan
batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan,
merokok, riwayat keluarga, pajanan asbestos, paparan industri lain,
radiasi paru, riwayat PPOK.
4) Riwayat keluarga: anggota keluarga dari klien dengan kanker paru
beresiko lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun masih belum
dapat dipastikan apakah hal ini benar-benar karena faktor herediter
atau karena faktor-faktor familial.
c. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi: Terlihat batuk, dengan/tanpa peningkatan produksi sekret.
Pergerakan dada asimetris apabila terjadi komplikasi efusi pleura
dengan hemoragi.
b) Palpasi: Ekspansi paru meningkat dan taktil fremitus menurun.
c) Perkusi: Suara normal sampai hipersonor.
d) Auskultasi: Bunyi stridor lokal, wheezing unilateral muncul apabila
karsinoma sudah mengakibatkan penyempitan bronkus. Penyebaran
lukal tumor ke struktur mediastinum dapat menimbulkan suara
serak akibat terserangnya saraf rekuren.
2) B2 (Blood)
Takikardi, disritmia, menunjukkan efusi (gesekan pericardial), JVD
(obstruksi vena kava), jari tabuh.
3) B3 (Brain)
Sakit kepala, kejang, vertigo dan peningkatan tekanan intra kranial
akibat metastasis ke otak.
4) B4 (Bladder)
Peningkatan frekuensi/jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid).
5) B5 (Bowel)
Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan turun,
haus/peningkatan masukan cairan, hepatomegali dan joundice
akibat metastasis ke hepar, diare hilang timbul (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil).
6) B6 (Bone and Integumen)
Nyeri dan fraktur akibat metastasis ke tulang, demam mungkin ada
(sel
besar
atau
adenokarsinoma),
kemerahan,
kulit
pucat
Analisa Data
No
Data
Etiologi
Kanker paru
Obstruksi oleh tumor
sekresi trakeobronkial,
obstruksi bronkial sekunder
Masalah
Keperawatan
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
3. Sputum berlebihan.
DS: klien mengeluh
sesak napas.
DO:
1. Napas dalam dan
cuping hidung
2. Takipneu
3. Penggunaan
otot
bantu pernapasan.
DS: klien mengeluh
sesak napas.
DO:
1. AGD abnormal
2. pH arteri abnormal
3. Sianosis
4. Hipoksia, hipoksemia,
5. Takikardia.
DS: klien mengatakan
nyeri pada dada.
DO:
1. klien
meringis
kesakitan
2. posisi
menghindari
nyeri
DS: klien mengatakan
takut mati.
DO:
1. klien tampak gelisah
2. Insomnia
3. Kontak mata buruk.
DS: klien mengatakan
mual dan tidak
nafsu makan.
DO:
1. porsi makan tidak
dihabiskan,
2. penurunan
berat
badan
3. muntah >>.
DS: klien mengeluh
badannya
terasa
lemah.
DO:
1. kelemahan (+)
2. ada
masalah
pernapasan.
Kanker paru
Obstruksi bronkus
Pola napas
efektif
tidak
Kanker paru
penurunan kapasistas paru
Gangguan
pertukaran gas
Gangguan difusi
Kanker paru
Nyeri akut
Cemas
Ancaman kematian
Kurang informasi
Kanker paru
metabolisme dan proses
keganasan, kemoterapi.
Intoleransi aktivitas
10
Kurang pengetahuan
Gangguan
tubuh
citra
Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien kanker paru
menurut Muttaqqin (2008) dan Somantri (2009) adalah:
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial,
nyeri, penurunan ekspansi paru dan proses inflamasi.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi tumor
dan peningkatan sekresi trakeobronkial
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasistas
paru sekunder terhadap destruksi jaringan.
d. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan tumor pada jaringan penunjang
dan erosi jaringan
e. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian, ketidaktahuan informasi
dan penyakit kronis.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
inadekuat, peningkatan metabolisme dan proses keganasan.
2)
nafas.
Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi
tambahan, misalnya krekels, mengi.
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area
yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area
jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane
alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau
penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta
tumor.
3)
b.
lobus.
3) Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif),
juga produksi dan karakteristik sputum.
Rasional: Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada
penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada
mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
4) Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas
sesuai kebutuhan.
Rasional: Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan
nafas pasein dipengaruhi.
5) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol
dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi,
hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional: Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus,
menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan
memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan
dosis/ pilihan obat.
c.
dilakukan
tindakan
keperawatan,
pasien
tidak
mengontrol
nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
bahwa
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital dalam rentang normal
petunjuk
derajat
nyeri,
kebutuhan/
keefketifan intervensi.
3) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional: Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari
pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas
dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
4) Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.
Rasional: Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan
menurunkan ambang persepsi nyeri.
5) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan
teknik relaksasi
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
d.
menyebabkan
atau
meningkatkan ansietas.
2) Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan
Rasional: Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan
penghematan energi.
3) Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan
imajinasi.
Rasional: Memberikan
kesempatan
untuk
pasien
menangani
e.
dilakukan
tindakan
keperawatan,
pasien
menunjukkan
yang
aman
dengan
masalah
pernafasan
berat
biasanya
periode
istirahatdan
aktivitas
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan DIPD FKUI.
Asih, N.G.Y & Christantie E. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.
Brashers,Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan dan
Manajemen, Ed.2. Jakarta: EGC.
Boyle P, Gandini S, Gray N. Epidemiology of Lung Cancer: a Century of Great Success
and Ignominious Failure. In: Hansen H. 2008. Textbook of Lung Cancer.
United Kingdom: Informa UK Ltd.
Corwin, E. J. 2009. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Davis, W. D., et all. 2004. World Health Organization Classification of Tumours:
Pathology & Genetics. Tumours of The Lung, Pleura, Thymus and Heart.
Lyon: IARC Press.
Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit :EGC,
Jakarta.
Elizabeth, J. Corwin. 2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG.
Guyton, A.C.2007. Buku Teks Fisiologi KedokteraN. Ed. V, bagian 2. Jakarta: EGC.
Jusuf A, Harryanto A, Syahruddin E, Endardjo S, Mudjiantoro S, Sutandio N. 2005.
Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil. Pedoman Nasional Untuk
Diagnosa & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia.
Minna J.D. Neoplasma of the Lung. In Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL,
et al. 2011. Harrisons principles of internal medicine. 17th ed. New York:
McGraw Hil.
PDPI. 2003. Kanker Paru: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
(online)
diakses
dari
https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/kankerparu.pdf tanggal 1
November 2014 pukul 22.15 WIB.
Somantri, Iman.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B
First.