Anda di halaman 1dari 35

TUGAS TERSTRUKTUR MATERMITAS PATOLOGIS

“CA ENDOMETRIUM”
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Dibimbing Oleh
Ni Luh Diah Ayu Sita Dewi S. Kep, Ns, M.Kep

Nama Kelompok :

1. Arien Ullatul Islamiyah (1820043)


2. Akhon Choirul ilma (1820004)
3. Lailatul Fitria (1820025)
4. Mochamad fahmi G (1820065)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Maternitas Patologi tentang “Ca Endometrium”

Makalah Maternitas Patologi ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga kami dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah Maternitas Patologi ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Makalah Patologi tentang “Ca
Endometrium ” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Kepanjen, 14 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................ii

DAFTAR ISTILAH ...............................................................................................................................iii

BAB I LATAR BELAKANG

A. Pengertian Ca Endometrium......................................................................................................4
B. Insiden dan Angka Prevalensi Kejadian......................................................................................4
C. Angka Morbiditas dan mortalitas .............................................................................................5
D. Angka Kesembuhan Di Luar Negeri, Indonesia,Jawa Timur........................................................5

BAB 1

A. Tinjauan Teori Lengkap dan Pohon Masalah ............................................................................8

BAB 3

A. Teori Asuhan Keperawatan........................................................................................................17

BAB 4

A. Trend dan Issue .........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH

1. Endometrium
Lapisan terdalam pada rahim dan tempatnya menempelnya ovum yang telah
dibuahi. Pada fase ini, biasa disebut menstruasi atau peluruhan dinding rahim.
2. Pelvis
Panggul
3. Infertilisasi
Ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun
berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi
4. Usia paritis
Angka melahirkan anak baik hidup maupun mati, tetapi buka aborsi tanpa
melihat jumlah anaknya.
5. Menarche
Haid pertama dari uterus yang merupakan awal dari fungsi menstruasi dan
tanda telah terjadinya pubertas pada remaja putri. Pada dekade terakhir
menunjukkan kecenderungan pergeseran usia menars ke arah umur yang
lebih muda.
6. Siklus onovulatorik

Siklus haid yang terjadi tanpa adanya proses ovulasi (pelepasan sel telur dari
kandung telur).

7. Morbiditas
Derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi atau disebut juga
penyimpangan dari sehat dan sejahtera atau keberadaan dari suatu kondisi
sakit, biasanya dinyatakan dalam angka prevelensi atau insedensi yang utuh.
8. Mortalitas
Ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada
suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan.
9. Prognosis
Peramalan dari kemungkinan dan akhir suatu penyakit, sebuah perkiraan
kemungkinan hasil akhir gangguan atau penyakit, baik dengan atau tanpa
pengobatan.
10. Keganasan ginekologi
Sekelompok penyakit yang berkembang di organ reproduksi wanita, seperti
vulva, vagina, leher rahim, rahim, ovarium, dan tuba fallopi, yang semuanya
terletak di dalam panggul. Kanker ginekologi dinamai setelah organ di mana
sel-sel kanker itu terbentuk.
11. Osteoporosis
Penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang
rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
12. Menopause
Berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang biasanya terjadi saat wanita
memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Seorang wanita dikatakan sudah
menopause bila tidak mengalami menstruasi lagi, minimal 12 bulan.
13. Hipeplasia
Peristiwa meningkatnya jumlah sel yang terjadi pada organ tertentu akibat
peningkatan proses mitosis.
14. Atrofi
Proses fisiologis umum reabsorpsi dan kerusakan jaringan, yang melibatkan
apoptosis. Ketika atrofi terjadi sebagai akibat dari penyakit atau kehilangan
dukungan trofik akibat penyakit lain, disebut sebagai atrofi patologis,
meskipun dapat menjadi bagian dari perkembangan normal tubuh dan
homeostasis juga.
15. Temofixen
Obat yang digunakan untuk mencegah kanker payudara pada wanita dan
mengobati kanker payudara pada wanita dan pria. Obat ini juga sedang
dipelajari untuk pengobatan kanker lainnya. Tamoksifen juga telah digunakan
untuk pengobatan sindrom Albright.
16. Senyawa kaempferol
Senyawa yang ada pada tumbuhan alami yang banyak terdapat pada sayuran,
buah-buahan, anggur, kopi, obatan herbal dan lain-lainnya.
17. Fitoesterogen
Kelompok tanaman, baik biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-
buahan yang memiliki sifat khasiat menyerupai hormon estrogen.
18. Docking
Merupakan salah satu metode yang dapat memprediksi interaksi antar
molekul, dapat berupa protein termasuk enzim, DNA, karbohidrat, lemak
terhadap substrat, tetapi lebih banyak yang mengeksplorasi terhadap enzim.
19. Ligan estradiol
Estradiol sangat penting untuk pengembangan dan pemeliharaan jaringan
reproduksi wanita seperti payudara, rahim, dan vagina selama pubertas,
dewasa, dan kehamilan.
20. Binding affinity
Kekuatan interaksi pengikatan antara biomolekul tunggal (misalnya protein
atau DNA) dengan ligan / mitra pengikatnya (misalnya obat atau inhibitor).
BAB 1

PRNDAHULUAN

1. Latar Belakang
A. Pengertian Ca Endometrium

Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada


endometrium, lapisan paling dalam dari dinding uterus, dimana sel-sel
endometrium tumbuh secara tidak terkontrol, menginvasi dan merusak
jaringan di sekitarnya
Kanker endometrium terdiri dari dua tipe yaitu kanker
endometrium tipe I (estrogen dependent) dan kanker endometrium tipe II
(estrogen independent). Penyebab kanker endometrium masih belum
diketahui sepenuhnya, tetapi sebagian besar faktor risiko berhubungan
dengan perubahan pola hormonal yang terjadi sepanjang hidup wanita.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium
yaitu usia, paritas, menarche dini, obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
riwayat genetik dan pemberian asi eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan faktor risiko dengan tipe kanker endometrium.
B. Insiden dan angka prevalensi kejadian
Insiden karsinoma endometrium berdasarkan data dari “Office of
National Statistic” meningkat dari dua per 100.000 wanita per tahun
dibawah usia 40 tahun sampai 40-50 per 100.000 wanita per tahun pada
dekade ke-6, ke-7, dan ke-8. Data di Asia Tenggara, insiden karsinoma
endometrium mencapai 4,8 % dari 670.587 kasus kanker pada wanita.3
Penelitian terakhir di RSCM Jakarta didapatkan prevalensi karsinoma
endometrium mencapai 7,2 kasus pertahun.
Karsinoma endometrium merupakan kanker ginekologik pada
wanita yang terjadi pada usia pertengahan dengan insidens puncak pada
kelompok usia 55-65.5 Data dari RSCM Jakarta, kejadian karsinoma
endometrium jarang dijumpai pada kelompok usia di bawah 40 tahun.6
Sekitar 70% dari semua wanita yang didiagnosa karsinoma endometrium
adalah pascamenopause. Selain usia, faktor risiko karsinoma endometrium
yang lainnya adalah kegemukan yang disebabkan oleh peningkatan sintesis
estrogen dalam simpanan lemak, diabetes, hipertensi, infertilitas pada
pasien tidak menikah, nulipara, dan wanita yang sering mengalami siklus
anovulatorik.
Disimpulkan bahwa kejadian kanker endometrium terbanyak pada
wanita usia lanjut dengan jumlah anak 3, indeks masa tubuh normal pada
stadium III dengan tipe histopatologi andenokarsioma endometiroid yang
beberapa diantara memiliki riwayat hipertensi dan diabetes militus. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut.
Upaya promotif dan preventif bagi masyarakat agar dapat meningkatkan
angka harapan hidup pasien kanker endometrium.

C. Angka morbiditas dan Mortalitas


Rerata angka ketahanan hidup untuk kanker endometrium relative
baik. Secara keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun dan 10 tahun
mendekati 70%. Pasien dengan penyakit stadium 1 di mana tumor lebih dari
separuh ketebalan myometrium, memiliki angka ketahanan hidup 5 tahun
lebih dari 90%. Dengan tingginya prevalensi ini, kanker endometrium dapat
dipertimbangkan menjadi nooplansia dengan morbiditas yang tinggi namun
mortalitas yang relative rendah di Negara-negara maju.
D. Angka kesembuhan di Luar Negeri, Indonesia, Jawa Timur
Di dunia sekitar 320.000 kasus baru didiagnosis pada tahun 2010
dan jumlahnya hampir 5%dari seluruh kasus baru kanker pada wanita (2%
dari seluruh kanker). Angka ini meningkat dibandingkan sekitar 290.000
kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2008 (Elleson and Pirog,2015).
Penyakit ini 53% terdapat di negara-negara maju, insiden tertinggi adalah
Amerika Utara, Eropa Timur dan insiden terendah di Afrika Tengah, Afrika
Barat dan Asia. Berdasarkan data American Cancer Society (2006), sekitar
40.880 kasus baru didiagnosis di Amerika Serikat dengan angka kemarian
7.400. angka kejadian ini meningkat menjadi 47.130 kasus baru yang
didiagnosis pada tahun 2012 dengan angka kematian diprediksi mencapai
8010.
Indonesia meraih posisi kedelapan dengan jumlah kasus kanker
terbanyak di Asia Tenggara. Di Asia, peringkatnya duduk di urutan ke-23.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2018, jumlah kasus kanker naik
menjadi 1,79 dari 1,4 per 1000 penduduk di tahun 2013. Perkembangan
teknologi terapi kanker dimulai pada tahun 1809. Saat itu para dokter biasa
melakukan tindakan bedah (operasi) untuk mengambil sel kanker, kemudian
di tahun 1896 berkembang menjadi tindakan radiasi (radioterapi).
Kemoterapi mulai diperkenalkan menjadi tindakan medis di tahun 1940-an
dan masih dilakukan hingga kini. Lalu, pada tahun 1990-an evolusi
pengobatan kanker sampai pada tindakan terapi target guna memblok sel
kanker agar tidak berkembang. Tahun 2000-an metode imunoterapi mulai
diperkenalkan sebagai tata laksana medis teranyar untuk kanker. Sementara
di Indonesia, metode ini mulai diterapkan sejak Agustus 2016 dengan akses
khusus Kementerian Kesehatan dan kini telah digunakan secara lebih luas.
BAB 2

TINJAUN TEORI DAN POHON MASALAH

A. Definisi Ca Endometrium
Kanker endometrium atau lebih sering dikenal sebagai kanker
rahim adalah kanker yang mengenai lapisan dalam rahim. Terdapat
dua jenis kanker endometrium, yaitu kanker endometrium tipe I dan
tipe II. Tipe I cenderung tumbuh lambat dan umumnya terbatas pada
endometrium, sedangkan tipe II memiliki tipe jaringan yang lebih buruk,
menginvasi otot polos rahim (miometrium), dan tumbuh dengan cepat.
Oleh sebab itu, kanker endometrium tipe II umumnya memiliki hasil
akhir (prognosis) yang kurang baik apabila dibandingkan dengan tipe I.

B. Epidimemiologi Kanker Endometrium


Kanker endometrium merupakan keganasan ginekologi tersering di
Amerika Serikat dan terdapat 287.100 wanita yang didiagnosa
mengalami kanker endometrium tiap tahun di seluruh dunia. Insidensi
atau kasus baru kanker endometrium pada wanita di bawah usia 40
tahun adalah 2 dari 100.000 wanita per tahun. Akan tetapi, ketika
memasuki dekade keenam hingga kedelapan, angka ini dapat
meningkat menjadi 40-50 dari 100.000 wanita per
tahun. Umumnya, kanker endometrium dijumpai pada wanita yang
berusia 50-65 tahun dengan rerata usia 61 tahun, terutama di negara
maju. Hal ini dikarenakan 75% kanker endometrium terjadi
setelah menopause sehingga gejala yang paling umum adalah
perdarahan setelah menopause. Sementara di negara berkembang
seperti Indonesia, usia penderita kanker endometrium cenderung lebih
muda, yaitu sebanyak 63,9% pada usia 50 tahun ke atas dan sebanyak
12,5% pada usia 40 tahun ke bawah.
C. Etiologi Kanker Endometrium
Hingga saat ini, penyebab kanker endometrium masih belum
diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko kanker endometrium. Umumnya, faktor-
faktortersebut menyebabkan kadar hormon estrogen di dalam tubuh
meningkat atau paparan terhadap hormon estrogen menjadi lebih lama,
sementara kadar hormon progesteron di dalam tubuh menurun
sehingga sel-sel pada lapisan dalam rahim (endometrium) terus
memperbanyak diri.
Faktor-faktor diantaranya yaitu :
1. Usia
2. Kondisi reproduksi
Kondisi reproduksi yang berhubungan dengan risiko
kanker endometrium, antara lain usia menarche (awal
menstruasi) dini (<12 tahun) dan usia menopause yang
lambat (>52 tahun) karena terkait dengan paparan estrogen
yang lebih lama. Menopause merupakan keadaan tidak
adanya periode haid atau menstruasi selama 12 bulan dan
merupakan suatu kondisi normal ketika wanita telah
memasuki usia lanjut. Sebelum menopause, indung telur
(ovarium) merupakan sumber utama penghasil hormon
pada wanita, yaitu estrogen dan progesteron.
Keseimbangan kedua hormon ini berubah selama siklus
haid setiap bulan, sehingga terjadi haid atau menstruasi.
Kondisi tersebut menjaga jaringan endometrium tetap
sehat karena sisa jaringan akan meluruh bersama darah
haid dan digantikan oleh jaringan baru. Setelah menopause,
indung telur akan berhenti menghasilkan kedua hormon
tersebut, tetapi sejumlah kecil estrogen akan tetap
dihasilkan oleh lemak tubuh.
3. Terapi hormon
Penggunaan terapi sulih hormon, yaitu hormon
estrogen dari luar (eksogen) pada wanita menopause yang
digunakan dalam jangka lama diperkirakan meningkatkan
risiko kanker endometrium sebesar 4,5-13,9 kali. Terapi
sulih hormon biasanya digunakan untuk mengurangi gejala
yang timbul akibat menopause, antara lain serangan rasa
panas (hot flashes), kekeringan vagina, dan kekeroposan
tulang (osteoporosis). 
4. Obesitas
Perempuan dengan kelebihan berat badan 11-25 kg
mempunyai peningkatan risiko 3 kali lipat untuk mengalami
kanker endometrium, bahkan risiko dapat meningkat hingga
10 kali pada wanita yang mempunyai kelebihan berat badan
>25 kg.
5. Keturunan atau genetic
Riwayat keluarga yang menderita kanker
endometrium atau riwayat pribadi yang menderita kanker
tipe lainnya (misalnya kanker usus besar dan kanker
payudara) juga dapat meningkatkan risiko kanker
endometrium.
6. Kondisi medis lain
Kondisi medis lain antara lain sindrom polikistik
ovarium, diabetes melitus, dan hipertensi.
D. Gejala Kanker Enometrium

Berikut gejala kanker endometrium, diantaranya:

 Perdarahan dari rahim pada wanita yang sudah menopause


 Gangguan menstruasi (siklus mentruasi tidak teratur)
 Perdarahan di luar siklus menstruasi
 Nyeri perut atau pinggul
 Kembung atau cepat merasa kenyang
 Perubahan kebiasaan buang air kecil dan buang air besar

E. Tingkatan Kanker Endometrium


a. Adenokarsinoma endometrium Tipe 1 Merupakan tipe kanker
endometrium yang paling sering ditemukan (80-95% dari semua
karsinoma endometrium). Pada umumnya, kanker jenis ini timbul
akibat hiperplasia endometrium. Gambaran morfologi histopatologi
tipe ini menunjukkan adanya fokus hiperplasia di dalam karsinoma.
Adenokarsinoma endometrium Tipe 1 memiliki diferensiasi yang baik
serta sulit untuk dibedakan dengan kelenjar endometrium normal.
Kanker tipe ini tidak menginvasi sampai bagian dalam miometrium dan
prognosisnya baik.
b. Adenokarsinoma endometrium Tipe 2 Adenokarsinoma
endometrium tipe ini lebih jarang muncul (10-15% dari seluruh kasus
kanker endometrium) dan tidak ada hubungannya dengan hiperplasia.
Penderita kanker tipe ini biasanya lebih tua dari penderita Tipe 1 dan
diferensiasinya buruk.7,8,9 Tipe ini juga tidak ada hubungannya dengan
estrogen. Tingkatan atau grading histopatologinya juga lebih tinggi.
Jenis tumor yang termasuk dalam tipe ini adalah serosa, sel jernih (clear
cell), musinosum, serta tidak berdiferensiasi. Jenis lainnya yang relatif
lebih sering muncul adalah skuamosa, transisional dan jenis lainnya
yang sangat jarang.
F. Manifestasi klinis
o Rasa sakit pada saat menstruasi
o Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian
bawah, rasa sakit ini akan bertambah pada saat berhubungan
seks
o Sakit punggung pada bagian bawah
o Sulit buang air besar atau diare
o Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit
o Keputihan bercampur darah nanah
o Terjadi perdarahan abnormal pada Rahim
G. Pemeriksaan penunjang
 Biopsi
Pemeriksaan ini merupakan procedure pengambilan sempel
jaringan pada Rahim untuk mengetahui adanya sel-sel abnormal
pada organ tersebut.
 Radioterapi
Radiation Therapy in Endometrial Carcinoma (PORTEC-1) dan
yang dilakukan oleh Gynecologic Oncology Group (GOG-99)
pada pasien kanker endometrium Stadium 1 pasca operasi,
membandingkan peran radiasi eksterna dan observasi.
 Radiasi Eksterna
Radiasi eksterna memiliki peran pada kanker endometrium
stadium dini yang telah dihisterektomi, atau yang tidak
memungkinkan atau menolak untuk dioperasi. Teknik radiasi
yang diberikan bervariasi, bisa dengan teknik konvensional
maupun dengan konformal 3 dimensi (3D-CRT) atau Intensity
Modulated Radiation Therapy (IMRT).
 Radiasi Eksternal Konversal
Simulasi lapangan pelvis konvensional menggunakan struktur
anatomi tulang pelvis sebagai patokan untuk menentukan
lapangan radiasi. Pasien berbaring di meja simulator dalam
posisi supinasi dan dipasang balon kateter dengan kontras,
penanda di rektum dan vagina. Pemberian kontras oral atau
intravena dapat berguna untuk visualisasi dari usus. Batas
lapangan simulasi adalah sebagai berikut :
a) Lapangan Anterior-Posterior (AP) :
 Superior : antara tulang vertebra Lumbal 4 dan 5 (pada
keterlibatan KGB iliaka komunis, batas atas dinaikkan
setinggi Lumbal 3-4).
 Inferior : jika vagina tidak terlibat dibawah foramen
obturator, jika vagina terlibat dibawah tuberositas
ischium.
 Lateral : 2 cm dari bony pelvis.
b) Lapangan lateral:
 Superior dan inferior sama seperti lapangan anterior
posterior.
 Anterior : anterior sampai simfisis pubis.
 Posterior : antara vertebra Sacrum 2 dan Sacrum 3
( atau 2 cm posterior dari perluasan tumor).
 Pemeriksaan hiteroskop
Guna untuk melihat bagian dalam Rahim dengan menggunakan
teleskop kecil yang dilengkapi dengan kamera kecil dan cahaya.
Alat ini akan dimasukkan melalui vagina untuk mengambil
sempel dari lapisan dalam Rahim.
 USG Transvaginal
Dilakukan dengan memasukkan transducerke dalam vagina.
Alat ini akan memancarakan gelombang suara yang
menghasilkan rekaman gambar dalam Rahim untuk mengetahui
tekstur dan ketebalan Rahim.
 Pemeriksaan dilatasi
Prosedur pengikisan Rahim dengan menggunakan alat khusus,
setelah melakukan serangkaian pemeriksaan tersebut. Dokter
akan melakukan pemeriksaan tambahan (rotgen, CT-Scan, PET-
Scan, MRI)

H. Penatalaksanaan
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
merupakan pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang
masih terlokalisasi, sedangkan staging surgical yang
meliputihisterektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar getah
bening para-aorta adalah penatalaksanaan umum adenokarsinoma
endometrium.

1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan
rahim). Kedua tubafalopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-
ooforektomi bilateral ) karena sel-sel tumor bisamenyebar ke ovarium
dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin
tertinggalkemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan
oleh ovarium. Jika ditemukansel-sel kanker di dalam kelenjar getah
bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah beningtersebut juga
diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah
bening, makakemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Jika sel kanker belummenyebar ke luar endometrium (lapisan
rahim), maka penderita tidak perlu menjalanipengobatan lainnya.
2. Radioterapi
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapipenyinaran merupakan terapi lokal,
hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang disinari.Pada stadium I,
II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Angka
ketahananhidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium menurun
20-30% dibanding dengan pasiendengan operasi dan penyinaran.
Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untukmemperkecil
ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel
kanker yangtersisa). Stadium I dan II secara medis hanya diberi terapi
penyinaran. Pada pasien denganrisiko rendah (stadium IA grade 1 atau
2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.
Radiasi adjuvan diberikan kepada :
 Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III
dan/atau invasi melebihi setengahmiometrium.
 Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.Penderita dengan
stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri (Prawirohardjo,
2006). Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk
mengobati kanker endometrium:
 Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar
untuk mengarahkan sinar kedaerah tumor. Penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama beberapaminggu dan
penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi
eksternal tidak ada zatradioaktif yang dimasukkan ke dalam
tubuh.
 Radiasi internal (AFL): digunakan sebuah selang kecil yang
mengandung suatu zatradioaktif, yang dimasukkan melalui
vagina dan dibiarkan selama beberapa hari. Selamamenjalani
radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.

3. Kemoterapi
Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi
merupakan terapi sistemikyang menyebar keseluruh tubuh dan
mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh ataumetastase ke
tempat lain.

a. Tujuan Kemoterapi
Kemoterapi bertujuan untuk :
1. Membunuh sel-sel kanker.
2. Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
3. Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
b. Jenis kemoterapi:
1. Terapi adjuvant
Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri
atau bersamaandengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh
sel yang telah bermetastase.
2. Terapi neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk
mengecilkan massa tumor,biasanya dikombinasi dengan
radioterapi.
3. Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang
kemungkinan kecil untukdiobati, dan kemoterapi digunakan hanya
untuk mengontrol gejalanya.
4. Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi
berikutnya.
5. Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.

c. Cara Pemberian Kemoterapi


1. Per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian
peroral, diantaranyachlorambucil dan etoposide (VP-16).
2. Intra-muskulus
Pemberian ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan
tidak diberikan padalokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga
kali berturut-turut. Yang dapatdiberikan secara intra-muskulus
antara lain bleomicin dan methotreaxate.
3. Intravena
Pemberian ini dapat diberikan secara bolus perlahan-lahan
atau diberikan secarainfus (drip). Cara ini merupakan cara
pemberian kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan.
4. Intra arteri
Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan
sarana yang cukupbanyak, antara lain, alat radiologi diagnostik,
mesin, atau alat filter, sertamemerlukan keterampilan tersendiri.
5. Intra peritoneal
Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat
khusus (kateter intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi
karena pemasangan perlunarkose.

d. Cara Kerja Kemoterapi


Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan sel
yang teratur.Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel
baru dan sel yang lain akanmati. Sel yang abnormal akan membelah
diri dan berkembang secara tidak terkontrol yang pada akhirnya
akan terjadi suatu massa yang disebut tumor.
Siklus sel secara sederhana dibagi menjadi 5 tahap:
1. Fase G0: Fase istirahat
2. Fase G1: Sel siap membelah diri yang diperantarai oleh beberapa
protein penting untukbereproduksi. Berlangsung 18-30 jam
3. Fase S: DNA sel akan dicopy,18-20 jam
4. Fase G2: Sintesa sel terus berlanjut,2-10 jam
5. Fase M: sel dibagi menjadi 2 sel baru,30-60 menit
Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi
mempunyai targetdan efek merusak bergantung pada siklus selnya.
Obat kemoterapi aktif pada saat selbereproduksi, sehingga sel
tumor yang aktif merupakan target utama dari kemoterapi.Namun,
efek samping obat kemoterapi yaitu dapat mempengaruhi sel yang
sehat.

e. Persiapan Kemoterapi
 Darah tepi : HB, Leukosit, hitung jenis, trobosit.
 Fungsi hepar : bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase.
 Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan creatinine clearance
test (bila serum kreatininmeningkat).
 Audiogram (terutama pada pemberian cis-platinum).
 EKG (terutama pemberian adriamycin, epirubicin).

f. Syarat Pemberian Kemoterapi

1. Syarat yang harus dipenuhi

 Keadaan umum cukup baik.


 Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui
efek samping yang akanterjadi.
 Faal ginjal dan hati baik.
 Diagnosis histopatologik.
 Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
 Riwayat pengobatan (radioterapi atau kemoterapi)
sebelumnya.
 Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb > 10 gr%,
leukosit > 5000/mm3,trombosit > 150.000/mm3.
2. Syarat yang harus dipenuhi oleh pemberi pepengobatan.

 Mempunyai pengetahuan kemoterapi dan menejemen kanker


pada umumnya
 Sarana laboratorium yang lengkap

g. Efek samping:

1.Pada kulit.

 Alopesia.
 Berbagai kelainan kulit lain.
2.Gangguan di mukosa.
 Stomatitis.
 Enteritis yang menyebabkan diare.
 Sistitis hemoragik.
 Proktitis
3.Pada saluran cerna.
 Anoreksia.
 Mual muntah.
4.Depresi sumsum tulang.
 Pansitopenia atau anemia.
 Leukopenia.Trombositopenia.
5.Menurunnya imunitas.
6.Gangguan organ.
 Gangguan Faal hati
 Gangguan pada miokard
 Fibrosis paru
 Ginjal
7.Gangguan pada saraf
 Neuropati
 Tuli
 Letargi
8.Penurunan libido
9.Tidak ada ovulasi pada wanita.
I. Patofisiologi
Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalam
endometrium yang merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim.
Rahim terletak di daerah panggul dan menyerupai bentuk sebuah
pepaya atau buah pir. 90% dari semua kanker rahim yang terbentuk di
endometrium. Profesional medis tidak tahu persis apa yang
menyebabkan kanker endometrium, tetapi telah dikaitkan dengan
estrogen terlalu banyak, yang merupakan hormon wanita. Ini adalah
ovarium yang memproduksi estrogen, tetapi mereka juga memproduksi
hormon lain yang disebut progesteron yang membantu untuk
menyeimbangkan estrogen. Kedua hormon harus seimbang, tetapi jika
terlalu banyak estrogen yang diproduksi akan menyebabkan
endometrium tumbuh, sehingga meningkatkan risiko kanker
endometrium. Ada faktor lain yang meningkatkan kadar estrogen dan
salah satunya adalah obesitas. Jaringan lemak dalam tubuh juga
memproduksi hormon estrogen. Pola makan dengan asupan tinggi
lemak hewani, termasuk daging, susu, dan unggas, bersama dengan
makanan olahan dan gula halus adalah nomor satu penyebab obesitas.
MakananMakanan ini harus dihindari terutama oleh mereka yang
beresiko. Mereka yang berisiko adalah wanita yang telah melalui
menopause, tidak punya anak, menderita diabetes, memiliki kanker
payudara, atau sering mengkonsumsi makanan dengan lemak tinggi.
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau
bercak. Pendarahan atau bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker,
tetapi ide yang baik untuk segera memeriksakan ke dokter agar
diperiksa lebih detail lagi. GejalaGejala lain dari kanker endometrium
adalah penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul, kesulitan
buang air kecil dan nyeri selama hubungan seksual. KankerKanker ini
terutama mempengaruhi wanita yang telah melewati menopause.
MayoritasMayoritas kasus pada perempuan berusia 55-70 tahun
(Corwin: 1999).

J. Pathway
Kanker
Endometrium

Kedua jenis epitel mendesak

metoplasia

Porsio yang
erosive

Metoplasi Displastik
Squamosa

Endofilik Karsinoma Penyebaran


Eksofilik Ulseratif Invansif Tumor
Seviks

Scj ke Infiltrasi Dari


lumen Scj Penebalan Operasi Melalui
vagina Epitel atau Pembulu
Bedah h Darae
Merusak
Ulkus jaringan Regresi
Keputihan serviks Spontan
bau busuk Vagina Corpus Mengilfitrasi
Uterus Septum
MK : Rektum
Gangguan Ulkus luas Perdarahan Vaginal
Integritas Perdarahan
Spontan
MK : Kulit
HDR
MK : MK:
MK : Anemia Perubahan
Infeksi Resiko
Penurun pola eliminasi
an BAK
Volume
MK : Cairan
Gangguan
Nutrisi
Kanker
Endometrium

Kanker
Saat EEndometrium
dan PG Sel endometrial dpt
menurun memasuki limpa

Vakularisasi Di ureter
Pre Operasi menurun Post Operasi

Jaringa
Px kawatir Endometrial
Insisi pada Esterogen
dengan menjadi
abdomen meningkat Kehilangan
nekrosis darah saat
prosedur membuka
operasi
operasi uterus
Obstruksi
Saluran
Iritasi Kemih
Peritorium MK : Resiko
Defisiensi Menjadi luka
Perdarahan Hipovolemia Hb rendah
Pengetahuan operasi Urin naik ke
utreter
Nyeri Saat
Haid

Integritas Tekanan pada Tindakan


MK : Ansietas jaringan Px Lemas
Ginjal tranfusi darah
MK :
Nyeri
Akut

Menyebabkan Fungsi ginjal


Mediator Diskontinuitas menurun
Astrofil Px tdk mampu
Histamine jaringan beraktivitas

Kerusakan
Tubulus
MK :
MK : Resiko
Nyeri Akut Intoleransi
Infeksi
Aktivitas
Metabolisme basal
terganggu

Merasa tidak
nyaman Peningkatan
RR

MK :
Gangguan Hiperventilisasi MK :
Rasa Nyaman Ketidakefektifan
Pola Nafas
Hormon esterogen
meningkat

Vaskularisasi meningkat

Pertumbuhan berlebih
selaput lendir

Hpyesplasia
endometrium

Esterogen terus
menerus tinggi

Berkembang
menjadi ganas

Kanker
Endometrium

Saat E dan PG
menurun

Vakularisasi
menurun

Jaringan
endometrial
menjadi nekrosis

Iritasi Usus
peritorium tertekan Kemoterapi

Nyeri Mual MK :
haid muntah Gangguan
Citra
Tubuh
MK : MK
Nyeri :Ketidak
Akut seimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Studi Kasus
Ny.N sudah menikah berusia 30 tahun sampai sekarang masih
belum mempunyai momongan. Klien mengatakan sudah mengalami
menstruasi sejak usia 11 tahun. Sejak bebrapa bulan yang lalu Ny.N
mengeluh siklus menstruasinya sudah tidak teratur lagi dan berubah-ubah,
tidak nafsu makan, kesulitan untuk tidur (insomnia), dan rambut sedikit
rontok. Klien juga mengeluh terasa nyeri terus-menerus pada perut bagian
bawah, dan rasa sakit akan bertambah jika berhubungan seks. Darah yang
keluar selama menstruasi lebih banyak dan masa menstruasi lebih panjang
sekitar lebih dari 7 hari, muncul bercak darah diluar menstruasi, dan
pendarahan terjadi sebelum atau setelah berhubungan seksual. Rasa nyeri
saat menstruasi dimulai ketika klien berusia sekitar 17 tahun, klien tidak
pernah meminum alkohol dan tidak merokok. Setelah dilakukan
pemeriksaan ke dokter klien terdiagnosa Ca Endometrium.

B. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny.N
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : P
Alamat : Malang
Pekerjaan : ibu rumah tangga
2. Keluhan utama klien
Mengeluh nyeri secara terus-menerus pada perut bagian bawah,
rasa sakit akan bertambah saat melakukan hubungan seks.
3. Riwayat penyakit sekarang
Menstruasi yang dialami klien lebih banyak dan masa menstruasi
lebih panjang sekitar lebih dari 7 hari dan sering muncul bercak
darah diluar menstruasi.
4. Riwayat kehamilan dan kehamilan
Tidak ada
5. Riwayat penyakit lalu
Tidak ada
6. Pemeriksaan fisik
 Muka
Pucat jika mengalami gangguan pola menstruasi
 Dada
Pemeriksaan ginekologi sadaris (ada tidaknya penyebaran).
 Abdomen
Pemeriksaan nyeri tekan. Adanya masa.
 Genetalia
Terdapat sekret pervaginam (banyak, kekuning-kuningan,
berbau amis atau busuk, dapat bercampur darah, purulent),
perdarahan.
TerdapatTerdapat lesi, erosi, tukak kecil, tumor papiller,
tumor eksofitike.
 Ekstremitas
Bisa terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah.
C. Analisa Data

N Masalah
Data Etiologi
o Keperawatan
1 DS: Endometrium Nyeri akut
- Mengeluh nyeri secara terus- ↓
menerus pada perut bagian Saat E dan PG menurun
bawah ↓
DO: Vakularisasi menurun
- Klien memegangi perut ↓
bagian kiri bawahnya sambil Endometrium menjadi
menunjukan ekspresi meringis nekrosis
kesakitan dan nampak gelisah ↓
Iritasi peritorium
Nyeri saat haid

2 DS : Endometrium Gangguan
- Klien mengaku rendah diri ↓ citra tubuh
karena tidak bisa hamil. Saat E dan PG menurun
DO: ↓
- Klien murung, tidak ada Vakularisasi menurun
kontak mata dan sering ↓
menangis. Endometrium menjadi
nekrosis

Komeotrapi

3 Ds : Endometrium Defisit nutrisi


- klien mengeluh nafsu makan ↓
menurun dan merasa cepat Kedua jenis epitel
kenyang setelah makan mendesak
Do : ↓
Porsio yang erosive
- rambut klien sedikit rontok

Displastik

Karsinoma invansif serviks

Penebalan epitel

Regresi spontan

Pendarahan

Anemia

D. Diagnosa Keperawatan

No SDKI
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada fungsi tubuh
3 Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ( miss. Stress,
keengganan untuk makan)

E. Intervensi dan Output Keperawatan

N
O SLKI SIKI
DX
1 Nyeri akut 1. Beri terapi relaksasi
 Definisi: Pengalaman sensorik 2. Pantau nyeri
atau emosional yang berkaitan 3. Manajemen nyeri
dengan kerusakan jaringan 4. Beri analgesik
aktual atau fungsional dengan 5. Edukasi teknik napas
onset mendadak atau lambat 6. Edukasi proses penyakit
dan berintensitas ringan 7. Manajemen kenyamanan
hingga berat yang berlangsung lingkungan
kurang dari 3 bulan. 8. Memberikan teknik relaksasi
 Tujuan: setelah dilakukan
perawatan 3x24 jam masalah
nyeri pada pasien membaik,
dan dapat tidur dengan
nyaman, tidak merasa gelisah.
KH:
- Skala nyeri berkurang
- Sudah bisa tidur nyenyak
dan nyaman
2 Citra tubuh 1. Edukasi perawatan diri
 Definisi: Persepsi tentang 2. Kontrak perilaku positif
penampilan, struktur dan 3. Manajemen stress
fungsi fisik individu 4. Terapi kognitif perilaku
Tujuan: setelah dilakukan 5. Dukungan pengungkapan
perawatan 3x24 jam pasien perasaan
dapat menerima perubahan
fungsi tubuh. KH:
- Berhubungan sosial
dengan baik
- Menerima perubahan
gaya hidup
3 Defisit nutrisi 1. Pantau asupan makanan yang di
 Definisi: asupan nutrisi cerna
tidak cukup untuk 2. Edukasi proses penyakit
memenuhi kebutuhan 3. Monitor stres, kecemasan,
metabolisme. depresi, dan kemungkinan
Tujuan: setelah dilakukan penyebab
perawatan 3x24 jam klien 4. Manajemen stress
sudah tidak merasa stress 5. Manajemen kenyamanan
berlebihan dan nafsu lingkungan
makan klien pun langsung 6. Lakukan pengaturan posisi
meningkat. KH: perawatan
- perasaan stress berlebihan
sudah menurun
- semangat dalam
menjalani hidup
- nafsu makan meningkat

N
o Indikator 1 2 3 4 5
DX
Meringis X Y
1 Gelisah X Y
Kesulitan Tidur X Y
Kepuasan seksual X Y
Verbalisasi
2 perubahan gaya X Y
hidup
Verbalisasi
kekhawatiran
pada penolakan X Y
atau reaksi orang
lain
Stress berlebihan X Y
Nafsu makan
3 X Y

Keterangan Indikator
1. Memburuk atau tidak adekuat
2. Cukup buruk
3. Sedang
4. Cukup baik
5. Membaik
X : Kondisi Awal
Y : Hasil Yang Diharapkan

F. Implementasi dan Evaluasi

N IMPLEMENTASI EVALUASI
O
DX
1 1. Memberikan terapi relaksasi S : Pasien mengatakan nyeri
2. Mengedukasi proses penyakit berkurang
3. Memberi terapi sentuhan O: TD: 120/80 mmHg
4. Memantau nyeri N : 90x/menit
5. Memanajemeni nyeri S : 36,5° C
6. Memeri analgesik RR : 23x/menit
7. Mengedukasi teknik napas A : Masalah teratasi sebagian
8. Memanajemeni kenyamanan P : Lanjutkan intervensi
lingkungan
9. Melakukan pengaturan posisi
perawatan
10. Memberi kenyamanan berupa
terapi music
2 1. Beri edukasi perawatan diri S : Pasien mengatakan sudah
2. Lakukan kontrak untuk selalu lebih percaya diri dan mampu
berperilaku positif menerima citra diri
3. Manajemeni stress O: TD: 120/80 mmHg
4. Berikan terapi kognitif perilaku N : 90x/menit
5. Beri dukungan pengungkapan S : 36,5° C
perasaan RR : 23x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

3 1. Memantau asupan makanan yang S : Pasien mengatakan nafsu


di cerna makan sudah menigkat dan
2. Mengedukasi proses penyakit tidak merasa stress berelbihan
3. Memonitor stres, kecemasan, O: TD: 120/80 mmHg
depresi, dan kemungkinan N : 90x/menit
penyebab S : 36,5° C
4. Memanajemen stress RR : 23x/menit
5. Memanajemen kenyamanan A : Masalah teratasi sebagian
lingkungan P : Lanjutkan intervensi
6. Melakukan pengaturan posisi
perawatan

BAB 4
TREND DAN ISSUE

“UJI IN SILLICO SENYAWA KAEMPFEROL SEBAGAI KOMPETITOR ESTROGEN


PADA RESEPTOR ESTROGEN ALFA KANKER ENDOMETRIUM”

Saat ini, upaya pencegahan kanker endometrium menggunakan


terapi hormon dengan tamoxifen yang bekerja sebagai antagonis reseptor
estrogen namun memiliki efek samping terhadap kesehatan. Oleh karena
itu perlu adanya alternatif lain yaitu dengan fitoestrogen. Senyawa
kaempferol merupakan salah satu fitoestrogen.
Penelitian ini menggunakan metode penambatan atau doking yang
bertujuan untuk mendesain obat baru sebagai anti kanker dengan menguji
senyawa kaempferol yang diharapkan dapat menjadi kompetitor estrogen
dengan estrogen endogen REα pada kanker endometrium yang nantinya
dapat mencegah proliferasi sel.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, pada bulan
Desember 2017 sampai dengan bulan Februari 2018. Perangkat lunak yang
digunakan yaitu PyRx-Virtual Screening Tools dan Discovery Studio (untuk
visualisasi pose dan analisis data).
Hasil penelitian menunjukkan senyawa kaempferol berpotensi
sebagai kompetitor estrogen. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai binding
affinity (energi bebas) sebesar -7.0 kkal/mol. Jika dibandingkan dengan ligan
estradiol yang memiliki nilai binding affinity -6.7 kkal/mol, nilai binding
affinity pada kaempferol lebih rendah. Dibandingkan dengan ligan 3 alkil
naftalen yang memiliki nilai binding affinity -7.3 kkal/mol, senyawa
kaempferol memiliki nilai binding affinity yang lebih tinggi. Semakin rendah
nilai binding affinity maka interaksi akan semakin stabil antara ligan dengan
Reα

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Putu Pradnya Paramitha, Nyoman Gede Budiana. 2017.PROFIL PASIEN


KANKER ENDOMETRIUM DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE AGUSTUS 2012.
Vol 6 No 8
(https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum)
Diakses tanggal 16 Maret 2020
Effendi, Angelina, Wiwit Ade dan Ruza P. 2013. Profil Penderita Karsinoma
endometrium di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode 2008-2013
(https://media.neliti.com/media/publications/186421-ID-profil-penderita-
karsinoma-endometrium-d.pdf)
Diakses pada tanggal 16 maret 2020
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Yeni.2018. Pathway Ca endo
(https://id.scribd.com/document/370391682/Pathway-CA-Endo)
Diakses tanggal 17 maret 2010
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia definisi
dan tindakan keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persaruan
Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta selatan : Dewan Penguris Pusat Persaruan
Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai