Oleh
KRLOMPOK 8
1. AINUN ULFA [20161240]
2. LAILUL MUNA [20161257]
3. VIKO SEPTIAN ARDYANTORO [20151229]
4. VIVI NUR SAFITRI [20161273]
A. Hasil
Kendal. Rumah Sakit Islam Kendal merupakan salah satu rumah sakit
kecamatan Weleri. Rumah Sakit Islam Kendal terdiri dari beberapa ruang
aisyah, yang mana ruangan tersebut adalah lokasi penulis mengambil data
untuk karya tulis ilmiah ini. Ruang aisyah adalah ruangan peri-natal,
dimana klien yang dirawat disana adalah ibu-ibu yang baru saja
Ruang aisyah ini juga terdiri dari tiga kelas, yaitu ruang aisyah utama A,
sebagai kamar kelas VIP (Very Important Person), ruang aisyah utama B,
sebagai kamar kelas 1, ruang aisyah 2A-E sebagai kamar kelas 2 dan ruang
a. Pengkajian
1
Pendidikan Sekolah Dasar Sekolah Menengah
Atas
Suku/Bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat Rowosari Patebon
Pekerjaan IRT Perawat
Tanggal/Jam Masuk 1 Juli 2018/09.00 12 Juli 2018/09.30
Rumah Sakit
Tanggal/Jam 2 Juli 2018/08.00 13 Juli 2018/08.00
Pengkajian
Diagnosa Medis Post operasi sectio Post operasi sectio
caesarea dengan indikasi caesarea dengan
adanya bekas jahitan indikasi malposisi fetus
pada vagina
Identitas
Penanggungjawab
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama Nyeri pada luka post Nyeri pada luka post
operasi sectio caesarea operasi sectio caesarea
2
pelan, namun masih malam sekitar 4 jam.
kesulitan dan nyeri
untuk bergerak.
3
persalinan spontan, Belum ada pengalaman
penolong dokter, menyusui
jenis kelamin laki-
laki, BB lahir
2750g, keadaan
bayi waktu lahir
baik, tidak ada
masalah kehamilan.
3. Tahun 2018, tipe
persalinan SC,
penolong dokter,
jenis kelamin
perempuan, BB
lahir 3350g,
keadaan bayi waktu
lahir baik, masalah
kehamilan mual dan
muntah.
Pengalaman menyusui
selama 7 tahun
.
Riwayat Kehamilan saat Masalah kehamilan: Masalah kehamilan:
Ini Mual, muntah tidak ada
Gravida: G3 P3 A0 Gravida: G1 P1 A0
HPHT: 1-10-2017 HPHT: 13-10-2017
TTP: 8-7-2018 TTP: 20-7-2018
Umur kehamilan: Umur kehamilan:
36mgg 37mgg
4
kali kali
Konsumsi Konsumsi
obat/jamu/alkohol: obat/jamu/alkohol:
Tidak Tidak
Asuransi kesehatan: Asuransi kesehatan:
Tidak ada BPJS Kesehatan
Pola Eliminasi:
1. Eliminasi Alvi Sebelum MRS: 1- Sebelum MRS: 1-
2x/hari pagi, konsistensi 2x/hari pagi,
lunak berbentuk, bau konsistensi lunak
khas, warna kuning berbentuk, bau khas,
kecoklatan warna kuning
Saat dikaji: Belum kecoklatan
BAB Saat dikaji: Belum
BAB
5
menggunakan kateter, berpindah/berjalan,
dan makan minum menggunakan kateter,
dibantu. dan makan minum
mandiri.
Pola Persepsi diri dan Klien berharap segera Klien berharap segera
Konsep Diri pulih dan bisa mengurus pulih dan bisa
anaknya dengan mengurus anaknya
maksimal dengan maksimal
Klien bahagia karena Klien bahagia karena
anaknya lahir dengan anaknya lahir dengan
sehat sehat dan merupakan
anak yang diidam-
idamkannya
6
menstruasi lancar, menstruasi lancar,
memiliki dua anak, belum memiliki anak,
persalinan ketiga, dan persalinan dan anak
pola seksualnya pertama, pola
terganggu karena seksualnya terganggu
kehamilan dan karena kehamilan dan
persalinan (nyeri post- persalinan (nyeri post-
op). op).
fetus. Keluhan utama kedua kasus tersebut adalah nyeri pada luka
respon yang diterima klien dan gangguan lain yang muncul karena
nyeri. Perbedaan lainnya pada kedua kasus saat dikaji yaitu kasus 1
7
2) Hasil Observasi, Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda Vital:
1. Tekanan Darah 120/80mmHg 130/90 mmHg
2. Nadi 88 kali/menit 90 kali/menit
3. Pernapasan 22 kali/menit 24 kali/menit
4. Suhu 37 ºC 36 ºC
Pengukuran
Antropometri:
1. Berat Badan 71 kilogram 60 kilogram
2. Tinggi Badan 154 sentimeter 163 sentimeter
3. Indeks Massa 30 kilogram/meter 22,6 kilogram/meter
Tubuh (IMT)
8
Alat bantu: tidak Alat bantu: tidak
1. Paru-Paru
a. Inspeksi Bentuk dan pergerakan Bentuk dan pergerakan
simetris, tidak ada luka simetris, tidak ada luka
dan jejas, nafas teratur dan jejas, nafas teratur
2. Jantung
a. Inspeksi Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris, tidak
ada luka, tidak ada ada luka, tidak ada
memar memar
9
cordis teraba di SIC ke- ictus cordis teraba di
5, midklavikula sinistra SIC ke-5, midklavikula
sinistra
3. Abdomen
a. Inspeksi Bentuk simetris, terdapat Bentuk simetris,
luka bekas operasi sectio terdapat luka bekas
caesarea melintang operasi sectio caesarea
sepanjang ±14cm di melintang sepanjang
bagian bawah, kondisi ±10cm di bagian
luka belum diketahui bawah, kondisi luka
karena masih tertutup belum diketahui karena
perban. masih tertutup perban.
Ekstremitas
1. Inspeksi Kuku Warna merah muda Warna merah muda,
pucat, utuh, bersih bersih, agak panjang
10
menggenggam dengan menggenggam dengan
erat dan mengangkat erat dan mengangkat
kedua tangannya keatas. kedua tangannya
keatas.
umum klien kasus 2 lebih tampak lesu daripada klien kasus 1 yang
baik, dan juga ekspresi wajah klien pada kasus 1 dalam merespon
11
Makna dan Penjelasan:
ANALISIS MASALAH
Data Etiologi Masalah
KASUS 1 Prosedur bedah (SC)
DS:
P (Paliatif) : Saat
bergerak Terputusnya jaringan,
Q (Quality) : Disayat- pembuluh darah, dan saraf
sayat
R (Regio) : Abdomen
bawah (luka bekas Mengeluarkan histamin
operasi) dan prostaglandin
S (Skala) : 6 (sedang)
T (Time) : Hilang-
timbul Merangsang reseptor
nyeri pada ujung – ujung
DO: saraf bebas
1. Klien tampak
meringis saat \ Nyeri Akut
mencoba untuk Nyeri dihantarkan ke
bergerak. dorsal spinal cord
2. Klien tampak
berhati – hati bila
bergerak. Thalamus
3. Terdapat luka post
operasi pada
abdomen bagian Cortex Serebri
bawah kurang lebih
14 cm
Nyeri dipersepsikan
Nyeri akut
DS: Tindakan SC
1. Klien mengatakan
belum pernah
latihan turun dari Adanya luka post Op
tempat tidur/senam
2. klien mengatakan
aktivitasnya dibantu Nyeri
oleh keluarga.
Hambatan mobilitas fisik
DO: Klien takut bergerak
1. Klien tampak banyak karena nyeri
meminimalkan bertambah
gerakan/berhati –
hati bila bergerak.
2. Klien mobilisasi Hambatan mobilitas fisik
secara bertahap,
mulai dari miring
12
kiri kanan, duduk,
turun dari tempat
tidur.
3. Klien baru dapat
miring kanan-
miring kiri.
DS:
P (Paliatif): Saat Terputusnya jaringan,
bergerak pembuluh darah, dan saraf
Q (Quality): Ditusuk-
tusuk
R (Regio): Abdomen Mengeluarkan histamin
bawah (luka bekas dan prostaglandin
operasi)
S (Skala): 7 (sedang).
T (Time): Hilang-timbul Merangsang reseptor
nyeri pada ujung – ujung
DO: saraf bebas
1. Klien tampak
meringis dan \
Nyeri akut
merintih menahan Nyeri dihantarkan ke
nyeri. dorsal spinal cord
2. Klien tampak
meminimalkan
gerakan. Thalamus
3. Terdapat luka post
op pada abdomen
bagian bawah Cortex Serebri
kurang lebih 10 cm
Nyeri dipersepsikan
Nyeri akut
13
DS:
1. Klien mengatakan Nyeri luka post Op SC
sering terbangun
karena nyeri pada
perut bagian bawah Rangsangan ke pusat
2. Klien mengatakan jaga / Repticular
tidur malam sekitar Activating System (RAS)
4 jam dan tidak
dapat tidur siang
3. Klien mengeluh di Rapid eye movement
sekitarnya berisik menurun
dan
mengganggunya
Gangguan pola tidur
Klien terjaga/sering
DO: terbangun
1. Klien tampak lelah
dan kantong mata
agak hitam Gangguan pola tidur
2. Klien tampak
gelisah
3. Klien tampak
sering menguap
4. Ekspresi wajah
klien tampak
mengantuk
persamaan dua masalah yang muncul, yaitu masalah nyeri akut sebagai
masalah prioritas utama pada kedua kasus dan masalah resiko infeksi.
14
fisik, dan resiko infeksi, sedangkan pada kasus 2 muncul tiga masalah,
b. Diagnosis
DS:
1. Klien mengatakan
belum pernah
latihan turun dari
tempat tidur/senam
2. klien mengatakan
aktivitasnya dibantu
oleh keluarga. Nyeri ditandai dengan
Klien tampak
DO: meminimalkan
1. Klien tampak gerakan/berhati – hati
Hambatan mobilitas fisik
meminimalkan bila bergerak dan Klien
gerakan/berhati – mengatakan belum
hati bila bergerak. pernah latihan turun dari
2. Klien mobilisasi tempat tidur/senam
secara bertahap,
mulai dari miring
kiri kanan, duduk,
turun dari tempat
tidur.
3. Klien baru dapat
miring kanan-
15
miring kiri.
DS: -
DO:
1. Tampak luka post-
op di abdomen
yang masih ditutup
verban.
2. Tanda REEDA:
R (Kemerahan):
tidak Resiko infeksi Prosedur invasif
E (Edema): tidak
E (Ekimosis): tidak
D (Discharge
serum/pus/darah):
tidak ada
A (Approximate):
tampak bekas luka
post-op
KASUS 2
DS:
P (Paliatif): Setelah
dilakukan operasi.
Q (Quality): Ditusuk-
tusuk.
R (Regio): Abdomen
bagian bawah.
S (Skala): 7 (sedang).
T (Time): Hilang- Agens cedera fisik
timbul, pada saat ditandai dengan klien
digerakkan. mengatakan nyeri pada
Nyeri akut
abdomen bagian bawah
DO: dan klien tampak
1. Klien tampak merintih menahan nyeri.
merintih menahan
nyeri.
2. Klien tampak
meminimalkan
gerakan.
3. Terdapat luka post
op pada abdomen
bagian bawah
kurang lebih 10 cm
DS:
1. Klien mengatakan
sering terbangun
Imobilisasi ditandai
karena nyeri pada
dengan klien
perut bagian bawah
mengatakan sering
2. Klien mengatakan Gangguan pola tidur
terbangun karena nyeri
tidur malam sekitar
dan hanya tidur sekitar 4
4 jam dan tidak
jam
dapat tidur siang
3. Klien mengeluh
disekitanya berisik
16
dan mengganggu
DO:
1. Klien tampak lelah
dan kantong mata
agak hitam
2. Klien tampak
gelisah
3. Klien tampak
sering menguap
4. Ekspresi wajah
klien tampak
mengantuk
DS: -
DO:
1. Tampak luka post-
op di abdomen
yang masih ditutup
verban.
2. Tanda REEDA:
R (Kemerahan):
tidak Resiko infeksi Prosedur invasif
E (Edema): tidak
E (Ekimosis): tidak
D (Discharge
serum/pus/darah):
tidak ada
A (Approximate):
tampak bekas luka
post-op
(NANDA, 2015)
yang sama, yaitu nyeri akut dan resiko infeksi. Data subjektif dan data
c. Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
(Tujuan, Kriteria Intervensi (NIC) Rasional
Hasil)
KASUS 1 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui sampai
nyeri mana tingkat nyeri
Nyeri akut b.d. agens yang dialami oleh
17
cedera fisik (prosedur klien
bedah)
2. Observasi tanda- 2. Melihat
Setelah dilakukan tanda vital klien perkembangan
perawatan selama 3 x 24 keadaan umum
jam, klien menunjukkan klien dimana
rangsang nyeri
NOC dapat meningkatkan
1. Keadaan umum baik tanda-tanda vital
2. Skala nyeri berada
pada 1-2 (ringan) 3. Atur posisi berbaring 3. Mengalihkan
3. Ekspresi wajah misalnya dengan perhatian ke hal
rileks posisi supine yang lain sehingga
tidak terlalu fokus
pada nyeri
18
4. Berikan pendidikan 4. Meningkatkan
kesehatan perihal pengetahuan ibu
tentang pentingnya tentang pentingnya
mobilisasi post SC mobilisasi sehingga
memotivasi ibu
untuk
melakukannya
19
KASUS 2 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui sampai
nyeri mana tingkat nyeri
Nyeri akut b.d. agens yang dialami oleh
cedera fisik (prosedur klien
bedah)
2. Observasi tanda- 2. Melihat
Setelah dilakukan tanda vital klien perkembangan
perawatan selama 3 x 24 keadaan umum
jam klien menunjukkan klien dimana
rangsang nyeri
NOC dapat meningkatkan
1. Skala nyeri tanda-tanda vital
berkurang menjadi
1-2 (ringan) 3. Atur posisi berbaring 3. Mengalihkan
2. Wajah klien tidak misalnya dengan perhatian ke hal
meringis menahan posisi supine yang lain sehingga
nyeri tidak terlalu fokus
pada nyeri
20
makanan atau triptopan yang
minuman yang tinggi mempunyai efek
protein sebelum tidur sedatif
( susu)
21
antibiotik yang
digunakan
pada target waktu pencapaian tujuan, yaitu 3x24 jam pada semua
daya yang ada. Pada karya tulis ilmiah ini, penulis memilih untuk lebih
distraksi.
d. Pelaksanaan
Dx,
3 Juli 2018 4 Juli 2018 5 Juli 2018
Kep.
KASU
S1
22
nafas dalam visual: melihat
saat nyeri pemandangan 10.20 Mengobserv
timbul asi tingkat
8.15 Mengobservas nyeri
09.20 Mengobservas i tingkat nyeri
i tingkat nyeri 13.00 Melakukan
9.00 Mengajarkan teknik
teknik relaksasi:
11.00 Melakukan relaksasi: meditasi
teknik aroma pikiran saat
distraksi: lavender saat nyeri timbul
imajinasi nyeri timbul
terbimbing 13.20 Mengobserv
9.20 Mengobservas asi tingkat
11.20 Mengobservas i tingkat nyeri nyeri
i tingkat nyeri
13.00 Melakukan
teknik
distraksi
pendengaran:
mendengarkan
musik
13.20 Mengobservas
i tingkat nyeri
KASU
14 Juli 2018 15 Juli 2018 16 Juli 2018
S2
23
i tingkat nyeri 10.20 Mengobserv
11.0 Mengajarkan asi tingkat
11.00 Melakukan 0 teknik nyeri
teknik relaksasi:
distraksi: meditasi 12.20 Melakukan
hipnosis nyeri pikiran saat teknik
nyeri timbul relaksasi:
11.20 Mengobservas sroma
i tingkat nyeri 11.2 Mengobservas lavender saat
0 i tingkat nyeri nyeri timbul
13.00 Melakukan
teknik 13.0 Melakukan 12.30 Mengobserv
distraksi: 0 teknik asi tingkat
imajinasi distraksi nyeri
terbimbing pendengaran:
mendengarkan 13.30 Melakukan
13.20 Mengobservas musik teknik
i tingkat nyeri distraksi:
13.2 Mengobservas hipnosis
0 i tingkat nyeri nyeri
13.50 Mengobserv
asi tingkat
nyeri
terfokus pada satu diagnosis yang sama pada kedua kasus, yaitu nyeri
dilakukan pada kedua kasus dilakukan pada saat penulis dinas pagi.
24
e. Evaluasi
A : masalah A : masalah
A : masalah belum
teratasi sebagian teratasi
teratasi
25
timbul dengan abdomen bawah, rasa masih seperti
frekuensi sering. dan hilang-timbul. disayat-sayat, di
Saat dilakukan Klien mengatakan abdomen bawah
relaksasi dan Relaksasi dan dan hilang-
distraksi belum distraksi yang timbul. Relaksasi
terlalu terasa dilakukan mulai dan distraksi
dampaknya dan ada dampak bagi yang dilakukan
nyeri belum rasa nyerinya, memang
berkurang. tetapi sedikit. berdampak pada
nyeri, pasien
teralihkan dari
nyerinya, namun
tidak sepenuhnya
mampu
mengurangi rasa
nyeri.
26
Makna dan Penjelasan:
teratasinya masalah pada hari ke-3, yaitu kasus ke 1 masalah nyeri akut
B. Pembahasan
1. Pengkajian
rentang waktu yang sama, yaitu pasca operasi hari ke-1. Metode yang
yang berarti, artinya kondisi klien pada kedua kasus masih fisiologis atau
ada bekas jahitan di vagina, dan kasus ke 2 karena malposisi fetus. Tidak
pihak dapat bekerja sama dengan baik dan saling mendukung satu sama
27
lain. Data pengkajian yang terdapat pada tinjauan teori sesuai dengan data
yang ditemukan penulis pada saat melakukan pengkajian pada kedua klien.
Penulis dalam melakukan pengkajian kepada klien pada kedua kasus, telah
sesuai dengan teori dalam tinjauan teori yang ada. Tahap-tahap pengkajian
dalam hal skala dan tingkatannya dijelaskan oleh Musrifatul dan Hidayat
perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
ditemukan di tinjauan teori yaitu nyeri pada operasi sectio caesaria, dan
abdomen lunak (tidak ada distensi), aliran lokhea sedang. Keluhan utama
pada kedua kasus sama, yaitu nyeri pada luka bekas operasi, namun yang
Klien kasus ke 1 lebih kuat dalam menghadapi nyeri karena multipara dan
secara sectio caesaria untuk pertama kalinya, sedangkan pada klien kasus
ke 2 lebih tidak tahan dalam menghadapi nyeri karena klien primipara dan
sejak kecil selalu tidak bisa tahan merasakan nyeri. Data yang ditemukan
pada klien kedua kasus sudah sesuai dengan tinjauan teori yang ada, tidak
ada kesenjangan antara teori dan fakta di lapangan. Perbedaan pada kedua
28
kasus yang muncul, seperti persepsi nyeri pada kedua klien disebabkan
nyeri yang hanya bisa dirasakan oleh klien merupakan salah satu penyebab
perbedaan intensitas nyeri pada kedua klien pada saat dikaji penulis.
2. Diagnosis
memiliki satu diagnosis prioritas yang sama, yaitu nyeri akut berhubungan
Data subjektif dan data objektif yang muncul pada diagnosis nyeri akut
29
lebih tampak terganggu dan tidak nyaman karena nyeri. Diagnosis yang
Diagnosis yang tidak terdapat pada teori, namun ada pada kasus,
serta mandiri akibat nyeri yang dirasakan, keadaan umum klien yang
karena klien terganggu dengan nyeri yang dirasakan, sehingga klien sering
terbangun dan tidak nyenyak ketika tidur. Jika masalah tersebut tidak
ditangani maka akan berdampak pada daya tahan tubuh klien yang
keluarga. Diagnosis ini tidak diangkat karena klien sudah mengetahui dan
30
mengerti tentang perawatan bayi dan karena klien banyak belajar dari
ditegakkan karena pada saat pengkajian peristaltik usus klien normal dan
bayi dan karena klien sudah memiliki banyak pengalaman sebagai seorang
trauma/diversi mekanis tidak ditemukan pada kasus karena klien tidak ada
ditegakkan pada kasus karena klien tampak dibantu oleh keluarga dan
31
3. Perencanaan
sectio caesaria, disesuaikan dengan kondisi klien dan sumber daya yang
hasil yang ingin dicapai, rencana tindakan yang akan dilakukan, dan
waktu yang sama, yaitu 3 x 24 jam. Karya tulis ilmiah ini berfokus pada
akut pada kedua kasus, karena keadaan klien hampir sama. Perencanaan
atau intervensi yang disusun penulis untuk semua diagnosis sudah sesuai
dengan teori dan tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori
32
4. Pelaksanaan
nyeri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bagharpoosh
sangat efektif untuk mengurangi nyeri, merupakan cara mudah yang dapat
berdasarkan teori Gate Control, bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
yang disuplai oleh tubuh. Individu dengan endorfin banyak lebih sedikit
dalam rentang waktu yang sama, yaitu tiga hari berturut-turut. Pada hari
pertama, penulis melakukan tindakan yang sama pada kedua kasus, sesuai
33
pada tindakan relaksasi dan distraksi. Penulis menggunakan beberapa
teknik relaksasi dan distraksi pada kedua klien, yaitu teknik nafas dalam,
susah untuk dilakukan relaksasi dan distraksi dan skala nyerinya masih
dapat menimbulkan dampak bagi nyeri kedua klien, dan dapat mengurangi
34
5. Evaluasi
(58,14%), dan tidak ada responden (0,00%) dengan interval nyeri skor 0.
Hal ini disebabkan oleh karena pemberian teknik relaksasi nafas dalam itu
sendiri, jika teknik relaksasi nafas dalam dilakukan secara benar maka
dengan tidak benar, maka nyeri yang dirasakan sedikit berkurang namun
masih terasa nyeri dan pasien merasa tidak nyaman dengan keadaannya.
Hal ini dapat mempengaruhi intensitas nyeri, karena jika teknik relaksasi
35
nafas dalam yang dilakukan secara berulang akan dapat menimbulkan rasa
beradaptasi dengan nyeri, dan juga akan memiliki pertahanan diri yang
baik pula.
Evaluasi yang terdapat pada karya tulis ilmiah ini adalah evaluasi
pada klien, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan dari hari pertama sampai
ketiga dengan format S-O-A-P, yang mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil klien. Evaluasi hari ketiga atau terakhir pada kedua kasus memiliki
hasil yang berbeda, yaitu pada kasus 1 masalah sudah teratasi pada hari
pertama klien mengatakan skala nyeri sudah berkurang, dan pada evaluasi
hari ketiga klien mengatakan skala nyerinya sudah berada pada taraf
ringan (skala 1), data objektif juga menunjukkan bahwa klien tampak
nyaman, tidak gelisah, lebih bebas dan aktif dalam bergerak. Sedangkan
pada kasus kedua setelah dilakukan tindakan relaksasi dan distraksi respon
klien tampak lebih pasif, karena pada evaluasi hari pertama klien
mengatakan skala nyeri masih tetap dan tidak turun, dan pada data objektif
dan meringis saat bergerak. Oleh karena itu pada kasus 1 intervensi
36
dihentikan karena masalah sudah teratasi pada evaluasi hari ketiga, dan
yang terdapat dalam teori. Tidak ada kesenjangan antara fakta yang ada
pada kedua kasus dan yang ada pada teori. Perkembangan kesehatan klien
pada kedua kasus berjalan dengan baik, walau ada faktor yang
37
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul dan Musrifatul, Uliyah. 2011. Keterampilan Dasar Praktik
Lukman, Trullyen Vista. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD. Prof.
Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Jurnal. Gorontalo: Program Studi
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/viewFile/2859/2835
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/27/jtstikesmuhgo-gdl-
Rampengan, Stania F. Y., dkk. 2014. Pengaruh Teknik Relaksasi dan Teknik
https://media.neliti.com/media/publications/113009-ID-none.pdf Diunduh