Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN PADA

PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


“MYOMA UTERI ”
DI RUANG OK RSUD GENTENG

OLEH:
RIA SUKMAWATI
2019.04.059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA
“MYOMA UTERI”
DI RUANG OK RSUD GENTENG

Telah di setujui pada tanggal : .... Maret 2020

Oleh:

(RIA SUKMAWATI)

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(..................................................) (..................................................)

Mengetahui
Kepala Ruangan

(……………..…………………...)
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA
“MYOMA UTERI”
DI RUANG OK RSUD GENTENG

Telah di setujui pada tanggal : .... Maret 2020

Oleh:

(RIA SUKMAWATI)

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(..................................................) (..................................................)

Mengetahui
Kepala Ruangan

(……………..…………………...)
A. ANATOMI FISIOLOGI UTERUS
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh
peritoneum / serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus
wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita
multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram.
Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram / lebih.
Uterus terdiri dari:
1. Fundus Uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu ke-2 tuba fallopi berinsensi
ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteris
berada oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan
fundus uteri.
2. Korpus Uteri
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan:
serosa, muskula & mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai janin
berkembang.
3. Serviks Uteri
Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak
dibawah isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri
atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah.
Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan sekret yang kental dan lengket dari
kanalis servikalis.
4. Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan
sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
Gambar 1. Reproduksi Interna Wanita

Gambar 2. Uterus Normal

B. DEFINISI MIOMA UTERI


Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2012).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous.Biasa juga disebut fibromioma
uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma
jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita
usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan
dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan
malpresentasi (Crum, 2013).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua
penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada
kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih
dari 35 tahun.

Gambar 3. Mioma Uteri

C. KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan
uterus yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium.
Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar.
Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel
dalam rongga peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid  Ditemukan
kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt
(Chelmow, 2015)

D.    ETIOLOGI

 Etiologi pasti belum diketahui


 Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri 
mempengarui pertumbuhan tumor
 Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan
fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi
paternal.
 Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2015).

Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:

1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma
uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid).
Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%
(Joedosaputro, 2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada
jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
(Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal
ini mempercepat pembesaran mioma uteri.
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan
1 (satu) atau 2 (dua) kali.

E.    PATOFISIOLOGI 
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat
bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi
dapat juga terjadi pada servik. Tumor subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh
darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat
besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan
berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang
dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang
bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi
atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan
uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan
kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
G. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul
diantaranya:
1. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
 Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium karena pengaruh ovarium
 Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di
antara serabut miometrium
2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
terutama saat menstruasi
3. Pembesaran perut bagian bawah
4. Uterus membesar merata
5. Infertilitas
6. Perdarahan setelah bersenggama
7. Dismenore
8. Abortus berulang
9. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
mioma uteri , sebagai berikut :
1. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT
scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal.
2. Foto Bulk Nier Oversidth  (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan
ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal
dan perjalanan ureter.
3. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
5. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
6. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin,  karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.Dengan demikian terjadi sindrom
abdomen akut.

J. PENATALAKSANAAN
Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
dan terbagi atas:
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
2. Monitor keadaan Hb
3. Pemberian zat besi
4. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma.
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2. Nyeri pelvis yang hebat
3. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4. Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5. Pertumbuhan mioma setelah menopause
6. Infertilitas
7. Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2011).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2011). Miomektomi lebih sering di lakukan pada
penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling
disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah
penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2015).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya
(total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2010). Histerektomi dapat
dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita
yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada
dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus
gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya
rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
1. Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba
dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
2. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan
anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat
dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah
yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan
frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2015).

K. PENATALAKSANAAN MIOMA UTERI PADA WANITA HAMIL


Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih
disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran
apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi
mekanik.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien
mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang
relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita
mioma saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri
karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ.
Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri,
intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah
diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh
pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat
alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,
penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota
keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes
melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat
kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien
mioma uteri yang perlu diketahui adalah
a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid
terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum
menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma
uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan
dalam
jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai
penyakitnya, faktorfaktor budaya yang
mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki
pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai
seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan
oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal
diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi,
perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga,
kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien
mioma uteri, mekanisme pertahanan diri, dan
interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang
lain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami
mioma uteri yang harus dikaji adalah frekuensi,
jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang
terjadi.

e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu,
konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna,
dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya,
jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan
kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien
mioma uteri saat siang dan malam hari, masalah
yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu,
pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala
dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan
bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan,
lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau
lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat
adanya
penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan
rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi,
jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak
dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi,
terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi
pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma
uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan
kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pre op
- Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi
- Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
2) Intra Op
- Bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret
- Risiko perdarahan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
- Risiko Aspirasi berhubungan dengan mual muntah
3) Post Op
- Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kebutuhan O2 menurun
- Hipotermi berhubungan dengan pajanan suhu dingin
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pre Op

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Nyeri Akut SLKI : SIKI :
Berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 1. Menejemen nyeri ( 1.11353)
a. Agen pencedera x 20 menit pasien menunjukkan ekspektasi Nyeri Observasi :
fisiologis menurun dengan kriteria hasil: a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
b. Agen pencedera fisik 1. Tingkat nyeri ( L.08066) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Gejala dan Tanda Mayor Kriteria Meningk Cukup Sedang Cukup Menurun b. Identifikasi skala nyeri
Hasil at meningk menurun
a. Subjektif at Terapeutik :
Keluhan 1 2 3 4 5
1. mengeluh nyeri a. Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk
nyeri
Meringis 1 2 3 4 5
b. Objektif Sikap 1 2 3 4 5
mengurangi rasa nyeri
1.Tampak meringis protektif b. Kontrol lingkungan yang memperberat
Gelisah 1 2 3 4 5
2.bersikap protektif Kesulitan 1 2 3 4 5 rasa nyeri
tidur
(waspada) Membur Cukup Sedang Cukup Membai Edukasi :
uk Membur Membai k
3. gelisah a. Jelaskan strategi meredakan nyeri
uk k
Frekuensi 1 2 3 4 5
4.frekuensi nadi b. Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk
nadi
meningkat Pola 1 2 3 4 5 mengurangi rasa nyeri
5. sulit tidur napas Kolaborasi :
Tekanan 1 2 3 4 5
Gejala dan Tanda Minor Darah 4) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
Napsu 1 2 3 4 5
a. Subjektif makan perlu
perilaku 1 2 3 4 5
. 1. - pola tidur 1 2 3 4 5

b. Objektif
1.Tekanan darah
meningkat
2.pola napas berubah
3.Nafsu makan menurun
4.proses berpikir
terganggu
5.menarik diri
6.berpokus pada diri
sendiri
7.diaforesis
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil ( SLKI) Intervensi (SIKI)
2. Ansietas SLKI : SIKI:
berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5) Reduksi ansietas ( 1.09314)
1.kehawatiran mengalami 1x20 menit pasien menunjukkan ekspektasi Observasi :
ke gagalan hipotermia menurun dengan kriteria hasil: a. Identifikasi kemampuan mengambil
Gejala dan Tanda Mayor a. Tingkat Ansietas ( L.09093) keputusan
a. Subjektif Kriteria Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk b. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
Hasil Menurun meningk at
1.merasa bingung at nonverbal)
Verbalis 1 2 3 4 5
2. merasa khawatir Terapeutik
asi
dengan akibat dari kebingun c. Ciptakan suasana terapeutik untuk
gan
kondisi yang dihadapi Verbalis 1 2 3 4 5 menumbuhkan kepercayaan
asi
3 sulit berkonsentrasi d. Temani pasien untuk mengurangi
khawatir
b. Objektif akibat kecemasan, jika memungkinkan
kondisi
1tampak gelisah . e. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
yang di
2.tampak tegang . hadapi memicu kecemasan
Perilaku 1 2 3 4 5
3.sulit tidur gelisan
Edukasi
Perilaku 1 2 3 4 5
Gejala dan Tanda Minor f. Jelaskan prosedur termasuk sensasi
tegang
a. Subjektif Keluhan 1 2 3 4 5 yang mungkin dialami
pusing
1mengeluh pusing anoreksi 1 2 3 4 5 g. Informasikan secara faktual mengenai
2.anoreksia a diagnosis, pengobatan, dan prognosis
palpitasi 1 2 3 4 5
Frekuens 1 2 3 4 5
3.palpitasi h. Latih kegiatan pengalihan untuk
i
4.merasa tidak berdaya pernapas mengurangi ketegangan
an
b. Objektif Frekuens 1 2 3 4 5
i. Latih tekhnik relaksasi
1.frenkuwensi nafas i nadi Kolaborasi
Tekanan 1 2 3 4 5
meningkat frenkuwensi nadi darah j. Kolaborasi pemberian obat antiansietas
tremor 1 2 3 4 5
meningkat pucat 1 2 3 4 5 jika perlu
Membur Cukup Sedang Cukup Membai
2.tekanan darah meningkat. uk membur membaik k
uk
3.diaforesis Pola 1 2 3 4 5
4.tremor tidur
Pola 1 2 3 4 5
5.muka tampak pucat berkemih
Orientasi 1 2 3 4 5
6.suara bergetar.
7.kontak mata buruk
8.sering berkemih
9.berorientasi pada masa lalu
2. Intra Op

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil ( SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Bersihan Jalan Napas SLKI : SIKI:
berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1) Manajemen Jalan Nafas ( 1.01012)
Efek agen farmakologis 1x20 menit pasien menunjukkan ekspektasi Observasi :
(anastesi) bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria b. Monitoring pola nafas ( frekuensi, usaha
Gejala dan Tanda Mayor hasil: nafas )
a. Subjektif Bersihan jalan napas ( L.01001) c. Monitoring bunyi nafas tanbahan
2. Dispnea Kriteria Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk ( ronchi,wheezing,gurgling)
Hasil Menurun meningk at
3. Sulit bicara at Terapeutik
Batuk 1 2 3 4 5
b. Objektif b. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
efektif
Meningk Cukup Sedang Cukup Menurun
1. Gelisah head-til dan chin-lift
at meningk menurun
2. sianosis at c. Berikan Oksigenasi
Produksi 1 2 3 4 5
3. bunyi napas menurun sputum
Edukasi
Dipsnea 1 2 3 4 5
4. Frekuensi napas Mengi 1 2 3 4 5 a. Anjurkan asupan cairan ( jika tidak
Sulit 1 2 3 4 5
berubah kontraindikasi)
bicara
sianosis 1 2 3 4 5
5. pola napas berubah Gelisah 1 2 3 4 5
Kolaborasi
Membur Cukup sedang Cukup membaik
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator (jika
uk membur membaik
Gejala dan Tanda Minor uk Perlu)
c. Subjektif Frekuens 1 2 3 4 5
i napas
- Pola 1 2 3 4 5
napas
d. Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu
batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing
dan/ronchi kering

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Masalah Kolaborasi
2. Risiko SLKI : SIKI :
Perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 4. Pemantauan tanda vital ( 1.02060)
Berhubungan dengan : x 30 menit pasien menunjukkan ekspektasi Risiko Observasi :
1. Tindakan pembedahan perdarahan menurun dengan kriteria hasil: b. Monitor tekanan darah
Gejala dan Tanda Mayor Tingkat perdarahan ( L.02017) c. Monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
b. Subjektif Kriteria Meningk Cukup Sedang Cukup Menurun irama)
Hasil at Meningk Menurun
- at d. Monitor pernapasan (frekuensi,
Hemoptis 1 2 3 4 5
b. Objektif kedalaman)
is
Hematem 1 2 3 4 5
- e. Monitor suhu tubuh
esis
Gejala dan Tanda Minor Perdarah 1 2 3 4 5 f. Monitor oksimetri nadi
an
b. Subjektif Vagina
g. Identifikasi penyebab perubahan tanda
Perdarah 1 2 3 4 5
. - vital
an paska
b. Objektif operasi Terapeutik :
Membur Cukup Sedang Cukup Membai
- uk Membur Membai k h. Atur interval pemantauan sesuai kondisi
- uk k pasien
Hemoglo 1 2 3 4 5
bin i. Dokumentasikan hasil pemantauan
Hematok 1 2 3 4 5
rit Edukasi :
Tekanan 1 2 3 4 5
darah
j. Jelaskan tujuan dan prosedur
Denyut 1 2 3 4 5 pemantauan
nadi
apikal k. Informasikan hasil pemantauan, jika
Suhu 1 2 3 4 5
perlu
tubuh

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil ( SLKI) Intervensi (SIKI)
7. Risiko aspirasi SLKI : SIKI:
berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5) Pencegahan aspirasi ( I.01018)
efek agen farmakologis 1x20 menit pasien menunjukkan ekspektasi risiko Observasi :
(anastesi) aspirasi menurun dengan kriteria hasil: a. Monitoring tingkat kesadaran, Batuk,
Gejala dan Tanda Mayor Tingkat aspirasi ( L.01006) muntah dan kemampuan menelan
a. Subjektif Kriteria Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk b. Monitor status pernapasan
Hasil Menurun meningk at
- at Terapeutik
Tingkat 1 2 3 4 5
b. Objektif c. Pertahankan kepatenan jalan napas
kesadara
- n Edukasi
Kemamp 1 2 3 4 5
uan d. Ajarkan strategi mencegah aspirasi
menelan
Menigka Cukup Sedang Cukup menurun
t meningk menurun
at
dipsnea 1 2 3 4 5
Kelemah 1 2 3 4 5
an otot
Batuk 1 2 3 4 5
Akumula 1 2 3 4 5
si sekret
Penggun 1 2 3 4 5
aan otot
asesoris
sianosis 1 2 3 4 5
gelisah 1 2 3 4 5
Membur Cukup Sedang Cukup Membai
uk membur membaik k
uk
Frekuens 1 2 3 4 5
i napas

3. Post Op

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil ( SLKI) Intervensi (SIKI)
2. Pola Nafas tidak efektif SLKI : SIKI:
berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2) Manajemen Jalan Nafas ( 1.01012)
Hambatan upaya nafas 1x20 menit pasien menunjukkan ekspektasi pola Observasi :
Gejala dan Tanda Mayor nafas membaik dengan kriteria hasil: a. Monitoring pola nafas ( frekuensi, usaha
b. Subjektif 1. Pola Nafas ( L.01004) nafas )
1. Dispnea Insirasi dan ekspirasi yang memberikan b. Monitoring bunyi nafas tanbahan
b. Objektif ventilasi adekuat ( ronchi,wheezing,gurgling)
1Penggunaan otot bantu Kriteria Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk Terapeutik
Hasil Menurun meningk at
pernapasan at d. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
Tekanan 1 2 3 4 5
2. Fase ekspirasi head-til dan chin-lift
Ekspirasi
Tekanan 1 2 3 4 5
memanjang e. Berikan Oksigenasi
inspirasi
3. Pola napas abnormal Membur Cukup Sedang Cukup Membai Edukasi
uk membur membaik k
(misal: uk
f. Anjurkan asupan cairan ( jika tidak
Frekuens 1 2 3 4 5
Takipnea,bradipnea,Hipe kontraindikasi)
i nafas
rventilasi) Kedalam 1 2 3 4 5 Kolaborasi
an nafas
Gejala dan Tanda Minor g. Kolaborasi pemberian bronkodilator (jika
e. Subjektif Perlu)
1. Ortopnea
f. Objektif
5. Pernapasan
Pursed-lip
6. Pernapasan cuping
hidung
7. Diameter toraks
anterior-posterior
meningkat
8. Ventilasi semenit
menurun
9. Kapasitas vital
menurun
10. Tekanan
ekspirasi menurun
11. Tekanan
inspirasi menurun

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil ( SLKI) Intervensi (SIKI)
2. Hipotermi SLKI : SIKI:
berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6) Menejemen Hipotermia ( 1.14507)
efek agen farmakologis 1x20 menit pasien menunjukkan ekspektasi Observasi :
(anastesi) hipertemi membaik dengan kriteria hasil: a. Monitor suhu tubuh
l. terpapar suhu Termoregulasi ( L.14134) b. Identifikasi penyebab hipotermia
lingkungan Kriteria meninkat Cukup Sedang Cukup menurun c. Monitor tanda dan gejala akibat
Hasil meningk menurun
rendah at hipotermia
menggigi 1 2 3 4 5
Gejala dan Tanda Mayor Terapeutik
l
Kulit 1 2 3 4 5
i. Subjektif d. Ganti pakaian dan/ linen yang basah
merah
- kejang 1 2 3 4 5 e. Lakukan penghangatan pasif (mis.
akrosian 1 2 3 4 5
b. Objektif osis Selimut,menutup kepala, pakaian tebal)
Konsums 1 2 3 4 5
1. kulit teraba dingin i oksigen Edukasi
Vasokon 1 2 3 4 5
2. menggigil f. Anjurkan makan/ minum hangat.
striksi
3. suhu tubuh dibawah perifer
pucat 1 2 3 4 5
nilai normal takikardi 1 2 3 4 5
takipnea 1 2 3 4 5
Gejala dan Tanda Minor Bradikar 1 2 3 4 5
di
3) Subjektif Dasar 1 2 3 4 5
kuku
-
sianotik
Membur Cukup Sedang Cukup Membai
4) Objektif
uk membur membaik k
1.akrosianosis uk
2. bradikardi Suhu 1 2 3 4 5
tubuh
3.dasar kuku sianotik Suhu 1 2 3 4 5
kulit
4. hipoglikemi Kadar 1 2 3 4 5
glukosa
5. hipoksia
darah
6.pengisian kapiler Pengisia 1 2 3 4 5
n kapiler
lebih dari 3 detik ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan 1 2 3 4 5
darah
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2014. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC

Callahan MD MPP, Tamara L. 2015. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology.
Boston : Blackwell Publishing,

Chelmow.D.2015.GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.

Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2013. Tumors of the Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric
Pathology. Boston : Elsevier Saunders

Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia.Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta

Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated. London : Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2013.  Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi T. Editor.Edisi Ke-2.Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka

Mansjoer A., Trijayanti&Savitri et al (ed). 2012. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-2. Jakarta: Media Aescolapius

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta : Edisi 1.Cetakan 2.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta : Edisi 1.Cetakan 2.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Edisi 1. Cetaka 2.

Anda mungkin juga menyukai