OLEH:
RIA SUKMAWATI
2019.04.059
Oleh:
(RIA SUKMAWATI)
(..................................................) (..................................................)
Mengetahui
Kepala Ruangan
(……………..…………………...)
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA
“MYOMA UTERI”
DI RUANG OK RSUD GENTENG
Oleh:
(RIA SUKMAWATI)
(..................................................) (..................................................)
Mengetahui
Kepala Ruangan
(……………..…………………...)
A. ANATOMI FISIOLOGI UTERUS
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh
peritoneum / serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus
wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita
multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram.
Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram / lebih.
Uterus terdiri dari:
1. Fundus Uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu ke-2 tuba fallopi berinsensi
ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteris
berada oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan
fundus uteri.
2. Korpus Uteri
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan:
serosa, muskula & mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai janin
berkembang.
3. Serviks Uteri
Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak
dibawah isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri
atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah.
Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan sekret yang kental dan lengket dari
kanalis servikalis.
4. Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan
sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
Gambar 1. Reproduksi Interna Wanita
C. KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan
uterus yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium.
Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar.
Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel
dalam rongga peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid Ditemukan
kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt
(Chelmow, 2015)
D. ETIOLOGI
1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma
uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid).
Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%
(Joedosaputro, 2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada
jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
(Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal
ini mempercepat pembesaran mioma uteri.
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan
1 (satu) atau 2 (dua) kali.
E. PATOFISIOLOGI
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat
bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi
dapat juga terjadi pada servik. Tumor subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh
darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat
besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan
berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang
dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang
bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi
atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan
uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan
kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
G. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul
diantaranya:
1. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium karena pengaruh ovarium
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di
antara serabut miometrium
2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
terutama saat menstruasi
3. Pembesaran perut bagian bawah
4. Uterus membesar merata
5. Infertilitas
6. Perdarahan setelah bersenggama
7. Dismenore
8. Abortus berulang
9. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
mioma uteri , sebagai berikut :
1. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT
scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal.
2. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan
ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal
dan perjalanan ureter.
3. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
5. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
6. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.Dengan demikian terjadi sindrom
abdomen akut.
J. PENATALAKSANAAN
Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
dan terbagi atas:
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
2. Monitor keadaan Hb
3. Pemberian zat besi
4. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma.
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2. Nyeri pelvis yang hebat
3. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4. Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5. Pertumbuhan mioma setelah menopause
6. Infertilitas
7. Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2011).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2011). Miomektomi lebih sering di lakukan pada
penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling
disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah
penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2015).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya
(total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2010). Histerektomi dapat
dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita
yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada
dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus
gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya
rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
1. Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba
dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
2. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan
anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat
dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah
yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan
frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2015).
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu,
konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna,
dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya,
jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan
kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien
mioma uteri saat siang dan malam hari, masalah
yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu,
pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala
dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan
bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan,
lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau
lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat
adanya
penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan
rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi,
jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak
dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi,
terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi
pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma
uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan
kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pre op
- Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi
- Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
2) Intra Op
- Bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret
- Risiko perdarahan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
- Risiko Aspirasi berhubungan dengan mual muntah
3) Post Op
- Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kebutuhan O2 menurun
- Hipotermi berhubungan dengan pajanan suhu dingin
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pre Op
b. Objektif
1.Tekanan darah
meningkat
2.pola napas berubah
3.Nafsu makan menurun
4.proses berpikir
terganggu
5.menarik diri
6.berpokus pada diri
sendiri
7.diaforesis
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil ( SLKI) Intervensi (SIKI)
2. Ansietas SLKI : SIKI:
berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5) Reduksi ansietas ( 1.09314)
1.kehawatiran mengalami 1x20 menit pasien menunjukkan ekspektasi Observasi :
ke gagalan hipotermia menurun dengan kriteria hasil: a. Identifikasi kemampuan mengambil
Gejala dan Tanda Mayor a. Tingkat Ansietas ( L.09093) keputusan
a. Subjektif Kriteria Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk b. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
Hasil Menurun meningk at
1.merasa bingung at nonverbal)
Verbalis 1 2 3 4 5
2. merasa khawatir Terapeutik
asi
dengan akibat dari kebingun c. Ciptakan suasana terapeutik untuk
gan
kondisi yang dihadapi Verbalis 1 2 3 4 5 menumbuhkan kepercayaan
asi
3 sulit berkonsentrasi d. Temani pasien untuk mengurangi
khawatir
b. Objektif akibat kecemasan, jika memungkinkan
kondisi
1tampak gelisah . e. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
yang di
2.tampak tegang . hadapi memicu kecemasan
Perilaku 1 2 3 4 5
3.sulit tidur gelisan
Edukasi
Perilaku 1 2 3 4 5
Gejala dan Tanda Minor f. Jelaskan prosedur termasuk sensasi
tegang
a. Subjektif Keluhan 1 2 3 4 5 yang mungkin dialami
pusing
1mengeluh pusing anoreksi 1 2 3 4 5 g. Informasikan secara faktual mengenai
2.anoreksia a diagnosis, pengobatan, dan prognosis
palpitasi 1 2 3 4 5
Frekuens 1 2 3 4 5
3.palpitasi h. Latih kegiatan pengalihan untuk
i
4.merasa tidak berdaya pernapas mengurangi ketegangan
an
b. Objektif Frekuens 1 2 3 4 5
i. Latih tekhnik relaksasi
1.frenkuwensi nafas i nadi Kolaborasi
Tekanan 1 2 3 4 5
meningkat frenkuwensi nadi darah j. Kolaborasi pemberian obat antiansietas
tremor 1 2 3 4 5
meningkat pucat 1 2 3 4 5 jika perlu
Membur Cukup Sedang Cukup Membai
2.tekanan darah meningkat. uk membur membaik k
uk
3.diaforesis Pola 1 2 3 4 5
4.tremor tidur
Pola 1 2 3 4 5
5.muka tampak pucat berkemih
Orientasi 1 2 3 4 5
6.suara bergetar.
7.kontak mata buruk
8.sering berkemih
9.berorientasi pada masa lalu
2. Intra Op
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Masalah Kolaborasi
2. Risiko SLKI : SIKI :
Perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 4. Pemantauan tanda vital ( 1.02060)
Berhubungan dengan : x 30 menit pasien menunjukkan ekspektasi Risiko Observasi :
1. Tindakan pembedahan perdarahan menurun dengan kriteria hasil: b. Monitor tekanan darah
Gejala dan Tanda Mayor Tingkat perdarahan ( L.02017) c. Monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
b. Subjektif Kriteria Meningk Cukup Sedang Cukup Menurun irama)
Hasil at Meningk Menurun
- at d. Monitor pernapasan (frekuensi,
Hemoptis 1 2 3 4 5
b. Objektif kedalaman)
is
Hematem 1 2 3 4 5
- e. Monitor suhu tubuh
esis
Gejala dan Tanda Minor Perdarah 1 2 3 4 5 f. Monitor oksimetri nadi
an
b. Subjektif Vagina
g. Identifikasi penyebab perubahan tanda
Perdarah 1 2 3 4 5
. - vital
an paska
b. Objektif operasi Terapeutik :
Membur Cukup Sedang Cukup Membai
- uk Membur Membai k h. Atur interval pemantauan sesuai kondisi
- uk k pasien
Hemoglo 1 2 3 4 5
bin i. Dokumentasikan hasil pemantauan
Hematok 1 2 3 4 5
rit Edukasi :
Tekanan 1 2 3 4 5
darah
j. Jelaskan tujuan dan prosedur
Denyut 1 2 3 4 5 pemantauan
nadi
apikal k. Informasikan hasil pemantauan, jika
Suhu 1 2 3 4 5
perlu
tubuh
3. Post Op
Achadiat CM. 2014. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2015. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology.
Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D.2015.GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2013. Tumors of the Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric
Pathology. Boston : Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia.Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated. London : Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2013. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi T. Editor.Edisi Ke-2.Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka
Mansjoer A., Trijayanti&Savitri et al (ed). 2012. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-2. Jakarta: Media Aescolapius
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta : Edisi 1.Cetakan 2.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta : Edisi 1.Cetakan 2.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Edisi 1. Cetaka 2.