Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN NEUROBLASTOMA

Disusun Oleh : Ainur Rohmah

Nim : Po.71.20.1.14.004

Tingkat II A

Dosen Pengampu :Rosnani, S.Kep, Sp.Mat

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Syukur Allhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Anak tentang Neuroblastoma. Semoga makalah Keperawatan Anak ini
dapat menjadi alat belajar yang lebih efektif dan menambah wawasan.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
diselesai dengan baik. Oleh karena itu, masukan, saran, kritik, dan usul yang sifatnya
untuk perbaikan dari berbagai pihak khususnya Bapak/Ibu serta rekan – rekan sangat
diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami mendapat dukungan dari berbagai
pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Atas bantuan dukungan dan
bimbingan tersebut kami ucapkan terimakasih. Semoga dukungan dan bimbingan
semua menjadi amal sholeh dan mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa.

Palembang, April 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................................. 1

I.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

I.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

I.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ............................................................................................................. 3

BAB III Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................. 12

BAB III Penutup .................................................................................................................. 21

III.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 21

III.2. Saran ................................................................................................................... 21

Daftar Pustaka ............................................................................................................. 22

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel
crest neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf
simpatis. Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf
simpatis. Meninfestasi klinis neuroblastoma berkaitan dengan lokasi
timbulnya tumor dan metastasisnya.
Kebanyakan pasien saat datang sudah stadium lanjut. Penyakit ini
memiliki kekhasan dapat remisi spontan dan transformasi ke tumor jinak,
terutama pada anak dalam usia 1 tahun. Terapi meliputi operasi, radioterapi,
kemoterapi dan terapi biologis. Survival 5 tahun untuk stadium I dan II pasca
terapi kombinasi adalah 90% lebih, stadium III kira-kira 40%-50%, stadium
IV berprognosis buruk yaitu hanya 15%-20%.
Neuroblastoma adalah tumor padat ekstrakranial pada anak yang paling
sering, meliputi 8-10% dari seluruh kanker masa kanak-kanak, dan merupakan
neoplasma bayi yang terdiagnosis adalah 2 tahun, 90% terdiagnosis sebelum 5
tahun. Insiden tahunan 8,7 perjuta anak, atau 500-600 kasus baru tiap tahun di
Amerika Serikat. Insiden sedikit lebih tinggi pada laki-laki dan pada kulit
putih. Ada kasus-kasus keluarga dan neuroblastoma telah didiagnosis pada
penderita dengan neurofibrogematosis, nesidioblastosis dan penyakit
Hischrung.
Angka ketahanan hidup bayi dengan penyakit neuroblastoma yang
berstadium rendah melebihi 90% dan bayi dengan penyakit metastasis
mempunyai angka ketahanan hidup jangka panjang 50% atau lebih. Anak
dengan penyakit stadium stadium rendah umumnya mempunyai prognosis
yang sangat baik, tidak tergantung umur. Makin tua umur penderita dan makin
menyebar penyakit, makin buruk prognosisnya. Meskipun dengan terapi
konvensional atau CST yang agresif, angka ketahanan hidup bebas penyakit
untuk anak lebih tua dengan penyakit lanjut jarang melebihi 20%.

1
Mengingat penyakit neuroblastoma adalah penyakit yang perlu diwaspadai
dan dapat dicegah kemunculannya, maka sebagai calon perawat sangat penting
untuk mengetahui tentang apakah neuroblastoma dan bagaimana kita melakukan
asuhan keperawatan yang baik dan benar pada anak dengan neuroblastoma.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah neuroblastoma ini sebagai bahan
acuan pembelajaran bidang neurologi pada anak. Diharapkan dengan adanya
makalah ini, dapat membantu proses belajar mahasiswa dan akhirnya mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan bauk dan benar pada anak
dengan gangguan neuroblastoma.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi neuroblastoma?


2. bagaimana etiologi neuroblastoma?
3. Bagaimana patofisiologi neuroblastoma?
4. apa manifestasi klinis neuroblastoma?
5. bagaimana stadium dari neuroblastoma?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik neuroblastoma?
7. Bagaimana penatalaksanaan neuroblastoma?
8. Apa komplikasi neuroblastoma?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi neuroblastoma
2. Memahami etiologi neuroblastoma
3. Memahami patofisiologi neuroblastoma
4. Mengetahui manifestasi klinis neuroblastoma
5. Mengetahui stadium dari neuroblastoma
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik neuroblastoma
7. Mengetahui penatalaksanaan neuroblastoma
8. Mengetahui komplikasi neuroblastoma

2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Neuroblastoma adalah tumor embrional dari system saraf otonom yang
mana sel tidak berkembang sempurna. Neuroblastoma umumnya terjadi bayi
usia rata-rata 17 bulan. Tumor ini berkembang dalam jaringan sistem saraf
simpatik, biasanya dalam medula adrenal atau ganglia paraspinal, sehingga
menyebabkan adanya sebagai lesi massa di leher, dada, perut, atau panggul.
Insiden neuroblastoma adalah 10,2 kasus per juta anak di bawah 15 tahun. Yang
paling umum kanker didiagnosis ketika tahun pertama kehidupan (Jhon, 2010).
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel
crest neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf
simpatis. Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf
simpatis. Tempat tumor primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal
atau ganglia paraspinal toraks, leher dan pelvis. Neuroblastoma umumnya
bersimpati dan seringkali bergeseran dengan jaringan atau organ yang
berdekatan (Cecily & Linda, 2002)
Neuroblastoma adalah tumor padat ekstrakranial pada anak yang paling
sering, meliputi 8-10% dari seluruh kanker masa knak-kanak, dan merupakan
neoplasma bayi yang terdiagnosis adalah 2 tahun, 90% terdiagnosis sebelum 5
tahun.Neuroblastoma berasal dari sel krista neuralis sistem saraf simpatis dan
karena itu dapat timbul di manapun dari fossa kranialis posterior sampai koksik.
Sekitar 70% tumor tersebut timbul di abdomen, 50% dari jumlah itu di kelenjar
adrenal. Dua pulu persen lainnta timbul di toraks, biasanya di mediastinum
posterior. Tumor itu paling sering meluas ke jaringan sekitar dengan invasi lokal
dan ke kelenjar limfe regional melalui nodus limfe. Penyebaran hematogen ke
sumsum tulang, kerangka, dan hati sering terjadi. Dengan teknik imunologik sel
tumor dapat dideteksi dalam darah tepi pada lebih dari 50% anak pada waktu
diagnosis atau relaps. Penyebaran ke otak dan paru pada kasus jarang (Nelson,
2000).

3
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel Krista neurak
embronik, dapat timbul disetiap lokasi system saraf simpatis, merupakan tumor
padat ganas paling sering dijumpai pada anak. Insiden menempati 8% dari tumor
ganas anak, atau di posisi ke-4. Umumnya ditemukan pada anak balita, puncak
insiden pada usia 2 tahun. Lokasi predeileksi di kelenjar adrenal retroperitoneal,
mediastrinum, pelvis dan daerah kepala-leher. Tingkat keganasan neuroblastoma
tinggi, sering metastasis ke sumsum tulang, tulang, hati, kelenjar limfe, dll
(Willie, 2008).
Tumor ini biasanya tidak memungkiri asalnya, dengan mengeluarkan
hormon katekolamin. Tekanan darah tinggi yang merupakan akibat tumor ini
jarang menimbulkan keluhan, tetapi dapat berfungsi sebagai zat penanda tumor:
di dalam air kemih dapat dilihat hormon yang dikeluarkan, sehingga diagnosis
tumor menjadi jelas. Dengan dapat dipastikan, apakah tumornya neuroblastoma
atau nefroblastoma (Wim De Jong, 2005)

II.2 Stadium
Beberapa system penentuan stadium staging, system kelompok evans dan
kelompok Onkologi Pediatrik (Pediatrik Oncology Group POG ). System
klasifikasi stadium neuroblastoma terutama memakai system klasifikasi stadium
klinis neuroblastoma internasional (INSS).
Klasifikasi stadium INSS :

 Stadium I
Tumor terbatas pada organ primer, secara makroskopik reseksi utuh, dengan
atau tanpa residif mikroskopik. Kelenjar limfe regional ipsilateral negative.
 Stadium IIA
Operasi tumor terbatas tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe regional
ipsilateral negative.
 Stadium IIB
Operasi tumor terbatas dapat ataupun tak dapat mengangkat total, kelenjar
limfe regional ipsilateral positif.
 Stadium III

4
Tumor tak dapat dieksisi, ekspansi melewati garis tengah, dengan atau tanpa
kelenjar limfe regional ipsi atau tanpa kelenjar limfe regional ipsilateral
positif.
 Stadium IV :
Tumor primer menyebar hingga kelenjar limfe jauh, tulang, sumsum tulang,
hati, kulit atau organ lainnya.
 Stadium IVS
Usia <1 tahun, tumor metastasis ke kulit,hati, sumsum tulang, tapi tanpa
metastasis tulang(Willie, 2008).

System Pediatric Oncologic group (POG) membagi stadium neuroblastoma


menjadi :

 Stadium A
Tumor yang direseksi sacara kasar.
 Stadium B
Tumor local tidak direseksi.
 Stadium C
Metastasis ke kelenjar limfe intraktivita yang tidak berdekatan
 Stadium D
Metastasis di luar kelenjar limfe
 Stadium Ds
Bayi dengan adrenal kecil terutama dengan penyakit metastasis terbatas pada
kulit, hati dan sumsum tulang
 Stadium D Neonatus
Telah diketahui dengan mengalami remisi spontan. Keterlibatan sumsum
tulang pada stadium ini merupakan factor prognosis yang buruk (Nelson,
2000).

5
II.3 Etiologi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui.
Ada laporan yang menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantile (pada
anak-anak) berkaitan dengan orang tua atau selama hamil terpapar obat-obatan
atau zat kimia tertentu seperti hidantoin, etanol, dll. (Willie , 2008).
Kelainan sitogenik yang terjadi pada neuroblastoma kira-kira pada 80%
kasus, meliputi penghapusan (delesi) parsial lengan pendek kromosom 1,
anomali kromosom 17, dan ampifilatik genomik dari oncogen N-Myc, suatu
indikator prognosis buruk (Nelson, 2000).

II.4 Patofisiologi

Sel-sel kanker yang berasal dari medula adrenal dan system


saraf simpatik berploriferasi,menekan jaringan sekitarnya, kemudian
menginfasi sel-sel normal disekitarnya.

Tahap-tahap pada neuroblastoma:

 Tahap I : tumor terlokalisasi pada daerah asal tumor, nodus limfe


belum terkna
 Tahap II : tumor unilateral, nodus limfe belumterkena
 Tahap III : tumor menginfiltrasi kearaah tengah, tumor unilateral
dengan terkenanya nodus limfe, tumor mengenai seluruh nodus
limfe.
 Tahap IV : tumor menginvasi nodus limfelebih jauh, mengenai
tulang sumsum tulang, hati dan organ lain.
 Tahap IV-S : tumor dengan cirri tahap I atau II tetapi dngan
metastase pada hati, sumsum tulang atau kulit.simpatis

Neuroblastoma berasal dari sel Krista neuralis system saraf dan


karena itu dapat timbul dimanapun dari fossa kranialis sampai koksik.

6
Secara histologis, Neuroblastoma terdiri atassel bulat kecil dengan
granula yang banyak.

II.5 Manifestasi Klinis


Menurut Cecily & Linda (2002), gejala dari neuroblastoma yaitu:
Gejala yang berhubungan dengan massa retroperitoneal, kelenjar adrenal,
paraspinal.

1. Massa abdomen tidak teratur,tidak nyeri tekan, keras, yang melintasi garis
tengah.
2. Perubahan fungsi usus dan kandung kemih
3. Kompresi vaskuler karena edema ekstremitas bawah
4. Sakit punggung, kelemahan ekstremitas bawah
5. Defisit sensoris
6. Hilangnya kendali sfingter

Gejala-gejala yang berhubunngan dengan masa leher atau toraks.

1. Limfadenopati servikal dan suprakavikular


2. Kongesti dan edema pada wajah
3. Disfungsi pernafasan
4. Sakit kepala
5. Proptosis orbital ekimotik
6. Miosis
7. Ptosis
8. Eksoftalmos
9. Anhidrosis

Menurut Willie (2008) manifestasi klinis dari neuroblastoma berbeda


tergantung dari lokasi metastasenya:
 Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat timbul nyeri
abdomen, pemeriksaan menemukan masa abdominal yang konsistensinya

7
keras dan nodular, tidak bergerak, massa tidak nyeri dan sering melewati
garis tengah. Pasien stadium lanjut sering disertai asites, pelebaran vena
dinding abdomen, edema dinding abdomen.

 Neurobalstoma mediastinal
Kebanyakan di para vertebral mediastinum posterior, lebih sering
di mediastinum superior daripada inferior. Pada awalnya tanpa gejala,
namun bila massa besar dapat menekan dan timbul batuk kering, infeksi
saluran nafas, sulit menelan. Bila penekanan terjadi pada radiks saraf
spinal, dapat timbul parastesia dan nyeri lengan.
 Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan, namun mudah disalahdiagnosis sebagai
limfadenitis atau limfoma maligna. Sering karena menekan ganglion
servikotorakal hingga timbul syndrome paralisis saraf simpatis
leher(Syndrom horner), timbiul miosis unilateral, blefaroptosis dan
diskolorasi iris pada mata.
 Neuroblastoma pelvis

Terletak di posterior kolon presakral, relative dini menekan organ


sekitarnya sehingga menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi, dan
retensi urin.

 Neuroblastoma berbentuk barbell


yaitu neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral
ekstensi ke dalam canalis vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa
tulang belakang kaku tegak, kelainan sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi
hipomiotonia ekstremitas bawah bahkan paralisis.

II.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik pada neuroblastoma menurut Suriadi dan Rita (2006),
antara lain :

8
a. Foto abdomen bisa memperlihatkan klasifikasi tumor. Tumor adrenalis
menggeser ginjal, tetapi biasanya tidak merubah system pelvicalyces pada
urogram intravena atau pemeriksaan ultrasonografi.
b. Peningkatan kadar kartekolamin urina (VMA dan VA) mengkonfirmasi
diagnosis pada 90% kasus dan juga merupakan indicator rekuensi yang
sensitive. Kadang-kadang timbul metastasis tulang (Thomas, 1994)
c. CT Scan untuk mengetahui keadaan tulang pada tengkorak, leher, dada dan
abdomen.
d. Punksi sumsum tulang untuk mengetahui lokasi tumor atau metastase tumor.
e. Analisa urine untuk mengetahui adanya Vanillymandelic acid (VMA)
homovillic acid (HVA), dopamine, norepinephrine.
f. Analisa kromosom untuk mengetahui adanya gen N myc.
g. Meningkatnya ferritin, neuron spesific enolase (NSE), ganglioside (GDZ).
II.7 Penatalaksanaan
Menurut Cecily (2002), International Staging System untuk neuroblastoma
menetapkan definisi standar untuk diagnosis, pertahapan, dan pengobatan serta
mengelompokkkan pasien berdasarkan temuan-temuan radiografik dan bedah,
ditambah keadaan sumsum tulang.
Tumor yang terlokalisasi dibagi menjadi tahap I, II, III, tergantung cirri
tumor primer dan status limfonodus regional. Penyakit yang telah mengalami
penyebaran dibagi menjadi tahap IV dan IV (S untuk spesial ), tergantung dari
adanya keterlibatan tulang kortikal yang jauh, luasnya penyakit sumsum tulang
dan gambaran tumor primer.
Anak dengan prognosis baik umumnya tidak memerlukan pengobatan,
pengobatan minimal, atau banyak reseksi. Reseksi dengan tumor tahap I. Untuk
tahap II pembedahan saja mungkin sudah cukup, tetapi kemoterapi juga banyak
digunakan dan terkadang ditambah dengan radioterpi lokal. Neuroblastoma tahap
IVS mempunyai angka regresi spontan yang tinggi, dan penatalaksanaannya
mungkin hanya terbatas pada kemoterapi dosis rendah dan observasi ketat.
Neuroblastoma tahap II dan IV memerlukan terapi intensif, termasuk kemoterapi,
terapi radiasi, pembedahan, transplantasi sumsum tulang autokolog atau alogenik,

9
penyelamatan sumsum tulang, metaiodobenzilquainid (MIBG), dan imunoterapi
dengan antibody monklonal yang spesifik terhadap neuroblastoma.
Pengobatan terdiri atas penggunaan kemoterapi multiagens secara simultan atau
bergantian.

1. Siklofosfamid – menghambat replikasi DNA.


2. Doksorubisin – mengganggu sintesis asam nukleat dan memblokir
transkripsi DNA.
3. VP-16 – menghentikan metaphase dan menghambat sintesis protein dan
asam nukleat.

Jenis terapi :
A. Neuroblastoma berisiko rendah
Perawatan untuk pasien neuroblastoma beresiko rendah meliputi:
a. Operasi yang diikuti oleh watchful waiting (penungguan yang
diawasi dengan ketat).
b. Watchful waiting sendirian untuk bayi-bayi tertentu.
c. Operasi diikuti oleh kemoterapi, jika kurang dari separuh dari tumor
yang dikeluarkan atau jika gejala-gejala serius tidak dapat dibebaskan
dengan operasi.
d. Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan
persoalan-persoalan serius dan tidak merespon secara cepat pada
kemoterapi.
e. Kemoterapi dosis rendah.
f. Neuroblastoma beresiko sedang
B. Perawatan untuk pasien neuroblastoma berisiko sedang mungkin
meliputi :
a. Kemoterapi.
b. Kemoterapi yang diikuti oleh operasi dan/atau terapi radiasi.
c. Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan
persoalan-persoalan yang serius dan tidak merespon secara cepat
pada kemoterapi.
C. Neuroblastoma beresiko tinggi

10
a. Kemoterapi dosis tinggi yang diikuti oleh operasi untuk
mengeluarkan sebanyak mungkin tumor.
b. Terapi radiasi pada tempat tumor dan, jika diperlukan, pada bagian-
bagian lain tubuh dengan kanker.
c. Transplantasi sel induk (Stem cell transplant).
d. Kemoterapi yang diikuti oleh 13-cis retinoic acid.
e. Percobaan klinik dari monoclonal antibody therapy setelah
kemoterapi.
f. Percobaan klinik dari terapi radiasi dengan yodium ber-radioaktif
sebelum stem cell transplant.
g. Percobaan klinik dari stem cell transplant yang diikuti oleh 13-cis
retinoic acid.
II.8 Komplikasi
Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif
dini ke berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara
hematogen ke sum-sum tulang, tulang, hati, otak, paru, dan lain-lain. Metastasis
tulang umumnya ke tulang cranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering
menimbulkan nyeri ekstremitas, artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sum-
sum tulang menyebabkan anemia, hemoragi, dan trombositopenia (Willie, 2008)
1. , 2008)

11
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

III.1 Pengkajian
 Pemeriksaan fisik
 Riwayat penyakit
 Kaji adanya rasa nyeri, demam, kelemahan, berat badan menurun,
anemia.
 Kaji Adanya Masa Diabdomen, Inkontinensia Atau Retensi Urin,
Ekimosis Pada supsaorbital, exoptalmus, paralysis akibat kompresi
III.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan massa di


servikal posterior
2. Hipertermi berhubungan dengan leukositopenia karena metastase ke
sum-sum tulang
3. Pk Anemia berhubungan dengan metastase ke sum-sum tulang
4. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia
5. Nyeri berhubungan dgn dilakukannya pemeriksaan diagnostic, efek
fisiologi neoplasma.
6. Risiko injury berhubungan dgn mengganasnya tumor, proliferasi sel, &
dampak pengobatan.
7. Risiko infeksi berhubungan dgn menurunnya system pertahanan tubuh

III.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan NOC NIC

1 Hipertermi OC : NIC :
berhubungan dengan Thermoregulation Fever treatment
leukositopenia karena Kriteria Hasil : Monitor suhu sesering mungkin
metastase ke sum-sum Suhu tubuh dalam Monitor IWL

12
tulang rentang normal Monitor warna dan suhu kulit
Nadi dan RR dalam Monitor tekanan darah, nadi dan RR
rentang normal Monitor penurunan tingkat kesadaran
Tidak ada § Monitor WBC, Hb, dan Hct
perubahan warna § Monitor intake dan output
kulit dan tidak ada § Berikan anti piretik
pusing, merasa Berikan pengobatan untuk mengatasi
nyaman penyebab demam
§ Selimuti pasien
§ Lakukan tapid sponge
§ Berikan cairan intravena
§ Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
§ Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil

Temperature regulation
§ Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
§ Monitor TD, nadi, dan RR
§ Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek

13
negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

14
2 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
Nutrisi kurang  Nutritional Status :
dari Nutrition Management

kebutuhan berhubungan food and Fluid Kaji adanya alergi makanan


Intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dengan anoreksia
Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Adanya yang dibutuhkan pasien.
peningkatan berat Anjurkan pasien untuk meningkatkan
badan sesuai intake Fe
dengan tujuan Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Berat badan ideal protein dan vitamin C
sesuai dengan Berikan substansi gula
tinggi badan Yakinkan diet yang dimakan
Mampu mengandung tinggi serat untuk
mengidentifikasi mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi Berikan makanan yang terpilih ( sudah
Tidak ada tanda dikonsultasikan dengan ahli gizi)
tanda malnutrisi Ajarkan pasien bagaimana membuat
Tidak terjadi catatan makanan harian.
penurunan berat Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
badan yang berarti kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan

15
Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan muntah
monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

3 Nyeri berhubungan dgn NOC NIC


dilakukannya v Pain Level, Pain Management
pemeriksaan diagnostic,v Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara
efek fisiologi v Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
neoplasma. Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
 Mampu kualitas dan faktor presipitasi
mengontrol nyeri  Observasi reaksi nonverbal dari
(tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu  Gunakan teknik komunikasi
menggunakan terapeutik untuk mengetahui
tehnik pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi  Evaluasi pengalaman nyeri masa
untuk lampau
mengurangi  Evaluasi bersama pasien dan tim

16
nyeri, mencari kesehatan lain tentang
bantuan) ketidakefektifan kontrol nyeri masa
 Melaporkan lampau
bahwa nyeri  Bantu pasien dan keluarga untuk
berkurang dengan mencari dan menemukan dukungan
menggunakan  Kurangi faktor presipitasi nyeri
manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik non
 Mampu farmakologi
mengenali nyeri  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
(skala, intensitas,  Tingkatkan istirahat
frekuensi dan  Kolaborasikan dengan dokter jika
tanda nyeri) ada keluhan dan tindakan nyeri
 Menyatakan rasa tidak berhasil
nyaman setelah  Monitor penerimaan pasien tentang
nyeri berkurang manajemen nyeri
 Tanda vital dalam
rentang normal

4 Risiko injury NOC :


NIC : Environment Management
berhubungan dgn Risk Kontrol
mengganasnya tumor, Kriteria Hasil : (Manajemen lingkungan)
proliferasi sel, &  Klien terbebas  Sediakan lingkungan yang aman
dampak pengobatan dari cedera
untuk pasien
 Klien mampu
 Identifikasi kebutuhan keamanan
menjelaskan
cara/metode pasien, sesuai dengan kondisi fisik
untukmencegah
dan fungsi kognitif pasien dan
injury/cedera
riwayat penyakit terdahulu pasien
 Klien mampu
menjelaskan  Menghindarkan lingkungan yang

factor resiko berbahaya (misalnya memindahkan


dari
perabotan)

17
lingkungan/peri
 Memasang side rail tempat tidur
laku personal
 Mampumemodi  Menyediakan tempat tidur yang
fikasi gaya nyaman dan bersih
hidup
 Menempatkan saklar lampu
untukmencegah
injury ditempat yang mudah dijangkau

 Menggunakan pasien.
fasilitas  Membatasi pengunjung
kesehatan yang
 Memberikan penerangan yang
ada
 Mampu cukup

mengenali  Menganjurkan keluarga untuk


perubahan
menemani pasien.
status
 Mengontrol lingkungan dari
kesehatan
kebisingan

 Memindahkan barang-barang yang

dapat membahayakan

 Berikan penjelasan pada pasien dan

keluarga atau pengunjung adanya

perubahan status kesehatan dan

penyebab penyakit.

5 Risiko infeksi NOC : NIC :


berhubungan dgn Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
menurunnya system Knowledge :  Bersihkan lingkungan setelah
pertahanan tubuh Infection control dipakai pasien lain
Risk control  Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila

18
 Klien bebas perluInstruksikan pada pengunjung
dari tanda dan untuk mencuci tangan saat
gejala infeksi berkunjung dan setelah berkunjung
 Mendeskripsika meninggalkan pasien
n proses  Gunakan sabun antimikrobia untuk
penularan cuci tangan
penyakit, factor  Cuci tangan setiap sebelum dan
yang sesudah tindakan kperawatan
mempengaruhi  Gunakan baju, sarung tangan
penularan serta sebagai alat pelindung
penatalaksanaa  Pertahankan lingkungan aseptik
nnya, selama pemasangan alat
 Menunjukkan  Ganti letak IV perifer dan line
kemampuan central dan dressing sesuai dengan
untuk petunjuk umum
mencegah  Gunakan kateter intermiten untuk
timbulnya menurunkan infeksi kandung
infeksi kencing
 Jumlah leukosit  Tingktkan intake nutrisi
dalam batas  Berikan terapi antibiotik bila perlu
normal
 Menunjukkan Infection Protection (proteksi
perilaku hidup terhadap infeksi)
sehat  Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap
penyakit menular

19
 Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi

Laporkan kultur positif

20
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari
sel-sel crest neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan
sistem saraf simpatis. Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya
jaringan saraf simpatis.cvfev Tempat tumor primer yang umum adalah
abdomen, kelenjar adrenal atau ganglia paraspinal toraks, leher dan pelvis.
Neuroblastoma umumnya bersimpati dan seringkali bergeseran dengan
jaringan atau organ yang berdekatan (Cecily & Linda, 2002). Kebanyakan
etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Adapun manifestasi
klinis dari neuroblastoma yaitu tergantung lokasinya, di retroperitoneal,
mediastinal leher, pelvis, dan lain-lain. Sedangkan penatalaksanaannya
tergantung stadium dari neuroblastoma itu sendiri

IV.2 Saran

semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi para pembaca


pada umumnya dan khususnya mahasiswa dilingkungan politeknik
kesehatan palembang.

21
Daftar pustaka

Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3 . Jakarta: EGC.
Suriadi .Yulianni,Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak .Jakarta: CV.
SAGUNG SETO.T

Wilkinson,Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan .Jakarta : EGC

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35565
Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Neuroblastoma.html#popup (diunduh
pada tanggal 16 April 2016)

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/diagnosa-keperawatan-nanda-versi-
3.html#.Vws7Afl97IU (diunduh pada tanggal 16 April 2016)

https://www.scribd.com/doc/188871254/Lp-Nuroblastoma(diunduh pada tanggal


16 April 2016)

http://bedahanakugm.blogspot.co.id/2013/05/neuroblastoma.html(diunduh pada
tanggal 16 April 2016)

https://dianprastyawan.wordpress.com/2009/01/15/neuroblastoma-pada-anak/
(diunduh pada tanggal 16 April 2016)

http://askep.asuhan-keperawatan.com/2012/03/askep-neuroblastoma-
87313.html(diunduh pada tanggal 16 April 2016)

http://akiraalie.blogspot.co.id/2011/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html(diunduh pada tanggal 16 April 2016)

22

Anda mungkin juga menyukai