Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny “NN” P1001 post SC hari ke 11 dengan indikasi CPD


Di ruang KIA PKM Panggul, Trenggalek

Disusun Oleh :
Dian samtyaningsih
NIM : 05610119

PROGRAM STUDI KEBIDANAN D (III)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2007
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan hidayah-
nya dapat terselesaikan asuhan kebidanan pada Ny “NN” P1001 Post SC dengan indikasi
CPD di ruang KIA PKM Panggul Trenggalek.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr.suhartono sebagai kepala PKM Bodag, Trenggalek
2. Sunarmi,Amd.Keb, sebagai bidan koordinator PKM Panggul, Trenggalek
3. Kususiatur R, Amd.keb, sebagai bidan pembimbing PKM Panggul Trenggalek
4. Ediatmi,SST, selaku Kepala Prodi DIII Kebidanan UNIV Kadiri, Kediri
5. Semua pihak yang telah membantu sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat
terselesikan
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan asuhan kebidanan yang telah saya
buat ini masih terdapat kekurangan.Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan untuk perbaikan dalam penulisan berikutnya.

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya.Diperkirakan bahwa 60% kematianra orang tua ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama biasanya 50% terjadi karena perdarahan dan 50% karena infeksi.
Asuhan post partum sampai dengan masa nifas merupakan upaya kolaboratif
antara orang tua dan pemberi asuhan baik secara terlatih,professional,profesi
tertentu,kelompok anggota masyarakat.
Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat
mencegah beberapa kematian.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan pada
Ny”Su” P2002 2 jam post partum.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada Post Partum Normal dan
mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan kebidanan
dengan 2 jam post partum normal secara komprehensif.
1.2.2 Tujuan khusus
setelah penyusunan ashuhan kebidanan,Mahasiswa diharapkan dapat :
- Melaksanakan pengkajian data
- Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
- Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
- Melaksanakan langsung asuhan kebidanan secara efisien dan aman
- Mengevaluasi inervensi yang telah dilakukan
1.3 Teknik Pengumpulan Data
1.3.1 Anamnese atau wawancara
1. Auto anamnese yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan
penderita.
2. Allo anamnese yaitu mengadakan tanya jawab secra tidak langsung dengan
keluarga/orang terdekat klien.
1.3.2 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik : yang didapat dengan inspeksi,palpasi.perkusi dan
auskultasi.
2. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan lab.
1.3.3 Studi pustaka
Teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data yang ada
direferensi(buku,laporan-laporan,penelitian,majalah ilmiah,jurnal,dsb)
1.3.4 Studi dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data yang ada didalam status
klien.
1.4 Teknik Penulisan
Bab1 Pendahuluan,terdiri dari latar belakang,tujuan,teknik pengumpulan data,teknik
penulisan.
Bab 2 Tinjauan pustaka,terdiri dari,konsep kehamilan dan konsep manajemen.
Bab3 Tinjauan,kasus,terdiridaripengkajian,interpretasi
data,intervensi,implementasi,evaluasi.
Bab 4 Pembahasan
Bab 5 Penutup terdiri dari,kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP MASA NIFAS


2.1.1 Definisi
Masa nifas(puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,yang berlangsung
selama kira0kira 6 minggu.
(Sarwono,2002:122)
Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu.Akan tetapi,seluruh alat genitalbaru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Sarwono,2005:190)
Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu
yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal.
(Manuaba,1998:190)
2.2 KONSEP SEKSIO SESARIA
2.2.1 Definisi
Seksio sesarea adalah suatu persalinan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi dinding
perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta barat janin diatas 500 gram.
(Sarwono, 2005 : 833)
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada uterus
melalui dinding depan perut atau vagina, atau merupakan suatu histerektomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998: 117)
2.2.3 Istilah – istilah dalam seksio sesarea
1. Seksio sesarea primer (efektif)
Seksio yang sejak awal telah direncanakan janin akan dikeluarkan atau dilahirkan
secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa. Misalnya : Pada
panggul sempit (CPD) yang konjugata vera < 8 cm.
2. Seksio sesarea sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan
persalinan atau partus percobaan gagal baru dilahirkan secara seksio sesarea
3. Seksio sesarea ulang (repeat casearean section)
Dilakukan pada ibu yang persalinan lalu mengalami seksio sesarea dan pada
kehamilan berikutnya dilakukan seksio sesarea ulang
4. Seksio sesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung
dilakukan histerektomi dengan sebuah indikasi
5. Operasi porro (Porro operation)
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah
mati), dan langsung dilakukan histerektomi. Misalnya pada pasisn dengan keadaan
infeksi rahim yang berat

2.2.4 Indikasi seksio sesarea


1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2) Panggul sempit, menurut holmer batas terendah untuk melahirkan janin naturalis
ialah conjugata vera : 8 cm. panggul dengan conjugata vera 8 cm dapat dipastikan
tidak dapat melahirkan janin yang normal, harus dengan seksio sesarea. Conjugata
vera antara 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal
dilakukan seksio sesarea sekunder.
3) Disproportion sefalo pelvic (ketidakseimbangan antara ukuran kepada janin dan
panggul)
4) Ruptura uteri mengancam
5) Partus lama, partus tidak maju
6) Malpresentasi janin
7) Distosia serviks
8) Pre-eklampsia dan hipertensi
(mochtar, 1998 : 118)
2.2.5 jenis – jenis operasi seksio sesarea
Abdomen (seksio sesarea abdominalis)
1) Seksio sesarea transperitonealis :
- Seksio sesarea klasik atau forporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri
- Seksio sesarea ismika atau profunda (low cervikal) dengan insisi pada
segmen bawah rahim
2) Seksio sesarea ekstra peritonealis, yaitu tanpa membuka peritonium parietalis
dengan demikian tidan membuka kavum abdominal
Vagina (seksio sesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
- Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kronig
- Sayatan melintang (transversal) menurut kerr
- Sayatan huruf T (T - incision)
Seksio sesarea klasik (korponal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira
sepanjang 10 cm
Kelebihan :
 Mengeluarkan janin lebih cepat
 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung tertarik
 Sayatan bisa diperpanjang proksimal tau distal
Kekurangan :
 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealisai yang baik
 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ryptura uteri spontan
Seksio sesarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melingkar konkaf pada segmen bawah rahim
(low cervical tranversal) kira – kira 10 cm
Kelebihan :
 Penjahitan lebih mudah
 Penutupan luka dengan reperitonealis yang baik
 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus kerongga peritonium
 Perdarahan berkurang
 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang
atau lebih kecil
Kekurangan :
 Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan
arteri uterina putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak
 Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi

2.2.6 Komplikasi
Terjadinya infeksi puerperal (nifas) :
 Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
 Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung
 Ringan : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama
(Mochtar, 1998 : 121)
 Perdarahan, disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan
terbuka , atonia uteri, perdarahan pada placental bed
 Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi
 Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang

2.2.7 Perawatan pasca Operasi


 Kaji ulang prinsip perawatan pasca bedah
 Jika masih ada perdarahan, lakukan masase uterus, beri oksitosin 10 IU
cairan IV (garam fisiologik atau ringer laktat) 50 tetes / menit, ergometrin
0,2 mg secara IM dan prostaglandin
 Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotik kombinasi sampai pasien
bebas demam selama 48 jam : ampisilin 2 gr secara IV setiap 6 jam
ditambah gentamicin 5 mg/kg BB secara IV setiap 24 jam, ditambah
metronidazol 500 mg secara IV setiap 8 jam
 Beri analgesik jika diperlukan

2.2.8 Nasihat pasca operasi


 Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang 1 tahun dengan memakai alat
kontrasepsi
 Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
 Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang benar
 Apakah persalinan yang berikut harus dengan seksio sesarea bergantung dari
indikasi dan keadaan pada kehamilaan berikutnya
 Hampir diseluruh institut di indonesia tidak dianut diktum “one a cesarean
always a cesarean” yang dianut adalah “one a caesarean not always a
caesarean” kecuali pada panggul sempit atau disporposi sefalo pelvic
(Mochtar, 1998 : 121)

2.2.9 Penatalaksanaan
A.MEDIS
1.Analgesik
 Diberikan injeksi meferidine 75 mg secara IM pada tiap 3 jam
 Dapat diberikan morfin secara IM dengan dosis 10 mg
 Apabila ibu sudah boleh makan atau minum maka dapat diberikan
mexanamic 3X/hari
2. Oksigenasi
Oksigenasi diperlukan untuk metabolisme aerob atau suplay O2 dalam proses
penyembuhan luka
 Untuk pedoman umum, pemberian 3X1 larutan, termasuk larutan RL
terbukti sudah cukup selama pembedahan dalam 24 jam pertama pasca
bedah
 Jika input urine kurang dari 30 ml/jam harus segera dievolusi kembali
 Tranfusi diberikan jika terjadi anemia atau bila diperlukan

B.KEPERAWATAN
1.Mengobservasi tanda –tanda vital, antara lain : Tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan
2.Mobilisasi
a) 8 jam pasca operasi, penderita dianjurkan mengangkat kaki dan menarik nafas
dalam
b) Hari ke 2 bila keadaan baik dan bisa dilakukan latihan duduk
c) Hari ke 3 ibu dilatih berdiri dan turun ditempat tidur
d) Hari ke 4 ibu dilatih jalan dan bila ke kamar mandi harus ditemani
3.Nutrisi
a) Hari petama pasca operasi sampai penderita flatus atau sesuai program terapy
b) Dimulai minum sedikit – sedikit 1-2 sendok, bila ibu kembung tunda dulu makan
dan minum
c) Hari ke 2 makanan cair
d) Hari ke 3 makanan lembek
e) Hari ke 4 makanan lunak
f) Hari ke 5 nasi tim atau bubur
4.Perawatan luka
a) Harus diperhatikan kebersihan daerah luka
b) Jaga luka agar jangan sampai basah
c) Hari ke 3 sebaiknya verban diganti, amati apakah ada tanda – tanda infeksi serta
tutup verban dengan kassa yang kering
d) Hari ke 5 jahitan diangkat separuh selang – seling dan verban diganti dengan
yang benar
e) Hari ke 7jahitan diangkat semua dan penderita boleh pulang

Anda mungkin juga menyukai