Anda di halaman 1dari 94

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI GAGAL

GINJAL KRONIK DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN


DI RUANG CEMPAKA RSUD. Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Studi Pendidikan Diploma III Keperawatan

RINA WIJI LESTARI


A01401949

PROGRAM STUDI DIII AKADEMI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017

i
ii
iii
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN ORISINALITAS ......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI........................................................ iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

C. Tujuan ....................................................................................................... 6

D. Manfaat ..................................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan dengan Kelebihan Volume Cairan……………….8

B. Kelebihan Volume Cairan pada Gagal Ginjal Kronik .............................. 25

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus ................................................................................... 30

B. Subyek Studi Kasus .................................................................................. 31

C. Fokus Studi Kasus ..................................................................................... 31

v
D. Definisi Operasional ................................................................................. 31

E. Instrumen Studi Kasus .............................................................................. 33

F. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 33

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ................................................................. 34

H. Analisis Data dan Penyajian Data ............................................................. 34

I. Etika Studi Kasus ...................................................................................... 35

BAB IV HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus ..................................................................................... 37


B. Pembahasan .............................................................................................. 51
C. Keterbatasan ............................................................................................. 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 65
B. Saran ........................................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha
Penyayang.Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah –Nya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Gagal Ginjal Kronik Dengan
Kelebihan Volume Cairan “

Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan


hasil ujian komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan
Diploma III Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong.Terwujudnya
laporan ini tidak lepas dari bantuan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu
dalam kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang tulus kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat sehat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.
2. Orang tuaku tercinta, ayahku bapak Silam Purbo Wesesa, ibuku Siti
Megawati,kakakku Sigit Andi Prasetio dan adikku Wigati Mujiasih Handayani
yang telah memberikan dukungan baik moral, materi maupun spiritual
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Herniyatun, M.Kep.Sp.Mat, selaku ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
4. Ibu Nurlaila, S.Kep. Ns, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong.
5. Bapak Dadi SantosoS.Kep. Ns, M.Kep, selaku pembimbing akademik dengan
sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan.
6. Bapak Sawiji S.Kep.Ns.M.Sc, selaku penguji akademik Karya Tulis Ilmiah.
7. Teman – teman seperjuangan kelas 3C yang senantiasa memberikan dukungan
dan membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini.

vii
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan saran sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan

Semoga atas semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan


yang setimpa dari Allah SWT, Amin. Kritik dan saran yang membangun untuk
laporan selanjutnya penulis sangat harapkan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat untuk kita semua, Amin.

Gombong, 12 Juni 2017

Penulis

viii
Program DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2017
Rina Wiji Lestari1, Dadi Santoso2, S.Kep.Ners.M.Kep

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI GAGAL GINJAL


KRONIK DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr.SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang :Gagal Ginjal Kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif,
sehingga kemampuan tubuh penderita gagal untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit.Akibatnya terjadi uremia dan meningkatknya kadar
ureum dan kreatinin dalam darah. Tujuan Penulisan :Menggambarkan asuhan
keperawatan pasien Gagal Ginjal Kronik yang mengalami kelebihan volume cairan.
Metode:Karya tulis ilmiah adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus. Data
diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi
keperawatan. Subyeknya 2 orang pasien gagal ginjal kronik dengan kelebihan volum
cairan.
Hasil :Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pembatasan cairan terbukti efektif untuk
pasien gagal ginjal kronik. Rencana keperawatan telah di implementasikan selama klien
mengalami kelebihan volume cairan dalam pengelolaan 3x24 jam. Evaluasi yang
didapatkan klien I dan Klien II masalah kelebihan volume cairan belum teratasi.
Kesimpulan :Pasien dengan masalah kelebihan volume cairan, , khususnya pada
penyandang hemodialisa regular 2 kali seminggu membutuhkan perawatan jangka
panjang untuk dapat menyeimbangkan kebutuhan cairan. Kenaikan BB antar waktu
hemodialisa tidak melebihi 2 kg sehingga ultrafiltrasi pada saat hemodialisa sekitar 2
liter.

Kata Kunci : Cara perawatan, Gagal ginjal kronik, kelebihan volume cairan, pembatasan
cairan, hemodialisa
1. Mahasiswa
2. Dosen

ix
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Scientific Paper, July 2017
Rina Wiji Lestari1, Dadi Santoso2, S.Kep.Ns.M.Kep

ABSTRACT

THE NURSING CARE FOR CHRONIC RENAL FAILURE CLIENTS


WITH EXCESSIVE FLUID VOLUME IN CEMPAKA WARD OF DR.
SOEDIRMAN HOSPITAL OF KEBUMEN

Background: Chronic renal failure is a progressive renal function disorder so that the
body's ability fails to maintain metabolism, fluid and electrolyte balance. Consequently,
this results in uremia and elevating level of urea and creatinine in the blood.
Objective: Describing the nursing care for chronic renal failure patients having excessive
fluid volume.
Method: This scientific paper is an analytical descriptive with a case study approach. The
data were obtained through interview, observation, physical examination, and
documentation study. The subjects were 2 patients suffering from chronic renal failure
with excessive fluid volume.
Result: After having nursing care, the fluid volume was decreasing. The nursing plans
were implemented during the clients had excessive fluid volume in the management of
3x24 hours time. Evaluation showed that the excessive fluid volume of patient I and
patient II was not totally solvable.
Conclusion: Patients with excessive fluid volume, especially those with regular
hemodialisis twice a week, require long-term care to balance the need of fluid. The
increase in the body weight of in between-hemodialysis is not more than 2 kg so that
ultrafiltration of hemodialysis is about 2 liters.

Keywords: Nursing care, chronic renal failure, excessive fluid volume, hemodialysis
1. Student
2. Lecturer

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Lembar Persetujuan


2. Lampiran 2 : Lembar Konsultasi
3. Lampiran 3 : Format Pengkajian
4. Lampiran 4 : Catatan Asuhan Keperawatan
5. Lampiran 5 : Monitoring Balance Cairan
6. Lampiran 6 : Lembar SAP
7. Lampiran 7 : Lembar Balik dan Leaflet
8. Lampiran 8 : Jurnal Keperawatan

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease ( CKD ) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. Chronic Kidney Disease ( CKD ) disebabkan oleh
berbagai keadaan, meliputi penyakit – penyakit yang mengenai ginjal atau
pasokan darahnya misalnya glumeluropati, hipertensi, diabetes, Pada gagal
ginjal kronis ( GGK ) yang sudah lanjut kadar natrium, kalium,
magnesium, amino dan fosfat didalam darah semuanya akan mengalami
peningkatan sementara kadar kalsium menurun. Retensi natrium dan air
akan menaikan volume intravaskuler yang menyebabkan hipertensi
(Berkowitz,2012).
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2007) dan
Burden of disease, Gagal Ginjal Kronik telah menjadi masalah kesehatan
serius di dunia. Penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan
kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukan
bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian.
Prevelensi gagal ginjal kronik telah mengalami peningkatan cukup tinggi.
Di Amerika Serikat angka kejadian penyakit ginjal meningkat tajam dalam
10 tahun, dari data tahun 2002 terjadi 34.500 kasus, tahun 2007 menjadi
80.000 kasus, dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu 2 juta
orang yang menderita penyakit ginjal. Dari data tersebut pravelensi
penyakit ginjal kronik meningkat hingga 43% selama decade tersebut
(Lukman et al., 2011 ).
Penyakit Gagal Ginjal di Indonesia menempati urutan ke 10 dalam
penyakit tidak menular (Kemenkes RI, 2013). Pravelensi gagal ginjal di

1
2

Indonesia mencapai 400.000 juta orang tetapi belum semua pasien


tertangani oleh tenaga medis, baru sekitar 25.000 orang pasien yang dapat
ditangani, artinya ada 80% pasien yang tidak mendapat pengobatan
dengan baik. Pada bulan November 2011 dinas kesehatan Provinsi Jawa
Tengah berkerjasama dengan Rumah Sakit Umum pusat dr.Kariardi
Semarang melakukan penelitian dengan hasil penderita gagal ginjal kronik
terbesar adalah kabupaten Surakarta dengan 54,2% dari jumlah total 56
ribu penderita. Diperkirakan tiap tahun ada 2000 pasien baru. Berdasarkan
data tersebut sekitar 60%-70% dari pasien tersebut berobat dalam kondisi
sudah masuk tahap gagal ginjal terminal. Sedangkan untuk kabupaten
Kebumen prevelensinya mencapai 3% atau sekitar 456 penderita (Dinkes
Jateng, 2011).
Masalah yang dapat muncul pada pasien Gagal ginjal kronik yaitu
dapat mengalami gangguan dalam fungsi kognitif, adaptif, atau sosialisasi
dibandingkan dengan orang normal lainnya. Permasalahan psikologis yang
dialami pasien hemodialisa sebenarnya sudah ditunjukan dari sejak
pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal kronik. Penanganan
optimal pasien dewasa dengan penyakit kronik tidak hanya terbatas pada
masalah medis, tetapi harus memperhatikan faktor perkembangan,
psikososial, dan keluarga sebab penyakit kronik berdampak terhadap tahap
perkembangan selanjutnya yang menimbulkan berbagai masalah dan
menurunkan kualitas hidupnya ( Rusmail, 2009 ). Akibat dari stress yang
dialami pasien menimbulkan ketidakpatuhan terhadap modifikasi diet,
pengobatan, uji diagnostic, pembatasan asupan cairan, dan terapi
hemodialisa ( Yeh dan Chou, 2007 ). Hal ini jelas menunjukan, bahwa
dampak stress lainnya pada pasien yang menjalani cuci darah darah (
hemodialisa ) adalah dapat memperburuk kesehatan pasien.
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dilakukan dua tahap
yaitu dengan terapi konservatif dan terapi pengganti ginjal. Tujuan dari
terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara
progresif, meringankan keluhan – keluhan akibat akumulasi toksin
3

azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal, dan memelihara


keseimbangan cairan elektrolit. Beberapa tindakan konservatif yang dapat
dilakukan dengan pengaturan diet pada pasien gagal ginjal kronis.
Tujuan dari terapi hemodialisa adalah untuk mengambil zat – zat
nitrogen yang toksik dari dalam darah pasien ke dialyzer tempat darah
tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ke tubuh pasien. Ada
tiga prinsip mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis hemodialisa akan
mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyebabkan
penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu
mengimbangi hilangnya aktivitas metabolic atau endokrin yang
dilaksanakan ginjal dan tampak dari ginjal serta terapinya terhadap
kualitas hidup pasien ( Cahyaningsih, 2009 ). Jika kondisi ginjal sudah
tidak berfungsi diatas 75% ( gagal ginjal terminal atau tahap akhir ),
proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat membantu
penderita. Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan
sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak dapat
menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang di derita pasien tetapi
hemodialisa dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang
gagal ginjal ( Wijayakusuma, 2008 ).
Pada penderita Chronic Kidney Disease gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan akan menunjukan beberapa tanda dan gejala, mayor
harus ada edema, kulit tegang dan mengilap, minor yang mungkin ada
asupan cairan lebih banyak daripada haluaran, sesak nafas, penambahan
berat badan (carpenito, 2009). Keparahan kondisi bergantung pada tingkat
kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari adalah usia pasien,
manifestasi kardio vaskuler diantaranya hipertensi, gagal ginjal kongestif,
edema pulmonal, perikarditis, gejala – gejala dermatalogis diantaranya
gatal – gatal hebat atau proritus, serangan uremik karena pengobatan dini
dan agresif, gejala gastrointestinal diantaranya anoreksia, mual, muntah
dan cegukan, haus, rasa kecap logam dalam mulut, perubahan
4

neuromuskuler perubahan tingkat kesadaran kecuali mental ( Elizabeth,


2009 ).
Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan
proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan
kesehatan dan kehidupannya. Air menepati proporsi yang besar dalam
tubuh. Terdapat sekitar 50 liter air dalam tubuh seseorang dengan berat
badan 70 kg. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria
dewasa, dan 55% tubuh pria usia lanjut. Karena wanita memiliki simpanan
lemak yang relative banyak ( relative bebas air ), kandungan air dalam
tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam
dua kompartemen utama dalam tubuh yaitu, cairan intra seluler dan cairan
ekstra seluler.
Kelebihan volume cairan adalah kondisi dimana ketika individu
mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler
atau interstisial, adapun batasan karakteristiknya mayor terdapat edema,
kulit tegang dan mengilap, minor yang mungkin ada asupan cairan lebih
banyak daripada haluaran, sesak napas, penambahan berat badan.
Sedangkan kekurangan volume cairan adalah kondisi ketika individu tidak
mampu meminum cairan dan mengalami atau beresiko mengalami
dehidrasi vaskuler, interstesiel atau intraseluler ( Carpenito, 2009 ).
Pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik, sangat
perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema dan
komplikasi kardiovaskuler. Air yang masuk kedalam tubuh dibuat
seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun IWL. Dalam
melakukan pembatasan asupan cairan, bergantung dengan haluaran urin
dalam 24 jam dan ditambahkan dengan IWL, ini merupakan jumlah yang
diperbolehkan untuk pasien dengan gagal ginjal kronik yang mendapatkan
dialysis ( Almatsier, 2006; Smeltzer & Bare, 2008 ). Sebagai contoh
seseorang yang mengeluarkan urin 300 cc/24 jam, maka cairan yang boleh
dikonsumsi adalah : 600cc + 300cc = 900cc/24jam.
5

Apabila pasien tidak membatasi jumlah asupan cairan yang


terdapat dalam minuman maupun makanan, maka cairan akan menumpuk
di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh. Kondisi ini
akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung.
Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru – paru sehingga membuat
pasien mengalami sesak nafas, karena itu pasien perlu mengontrol dan
membatasi jumlah asupan cairan yang masuk kedalam tubuh.Pembatasan
tersebut penting agar pasien tetap merasa nyaman pada saat sebelum,
selama dan sesudah terapi hemodialisis ( Ferrario, at al, 2014; Smeltzer &
Bare; 2002 ; YGDI,2008 ).
Pelaksanaan konseling makanan, pembatasan cairan, modifikasi
gaya hidup, penyakit dan pengobatan pada pasien gagal ginjal pada
kelompok intervensi menunjukan peningkatan kualitas hidup 2%,
sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan kualitas hidup.
Jadi konseling valid dapat memperbaiki kualitas hidup pada pasien gagal
ginjal kronik sehingga dapat sebagai model di dalam merawat pasien gagal
ginjal kronik ( Thomas, 2009 ). Manajemen diri merupakan kepatuhan dan
mitra pendukung individu dalam pengobatan mereka, pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki untuk merawat diri mereka, membuat
keputusan tentang perawatan mereka sendiri, mengidentifikasi masalah,
menetapkan tujuan, monitoring dan mengelola gejala.
Dari latar belakang diatas penulis menyimpulkan bahwa
diakibatkan tingginya angka kejadian Gagal ginjal kronik tiap tahun ya
maka ini menjadi hal penting untuk diketahui pembaca dan perawat untuk
dapat mengetahui tanda gejala dan penyebab dan hal – hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul oleh Gagal
ginjal kronik terkhususnya pada penyakit gagal ginjal kronik dalam
pemenuhan kebutuhan cairan yaitu kelebihan volume cairan dan akibat
jika peran perawat tidak mengetahui cara mengatasi maka angka kematian
penderita gagal ginjal kronik akan semakin tinggi dan menurunkan angka
6

kesejahteraan hidup pada penderita. Oleh karena itu dilakukan asuhan


keperawatan agar dapat diberikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini “ Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan klien Gagal
Ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan” ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan klien Gagal ginjal kronik dengan
kelebihan volume cairan
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien Gagal ginjal
kronik dengan Kelebihan volume cairan
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien
Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien Gagal ginjal
kronik dengan kelebihan volume cairan
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien Gagal ginjal kronik
dengan kelebihan volume cairan
f. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
klien Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan
7

D. Manfaat Penelitian
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tantang kebutuhan
cairan serta cara mengatur keseimbangan cairan yang dapat diterapkan
dirumah.
2. Bagi Pengembangan ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan tehnologi terapan bidang keperawatan
dengan kelebihan volume cairan pada klien Gagal ginjal kronik
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan kelebihan
volume cairan pada klien Gagal ginjal kronik
DAFTAR PUSTAKA

Almtsier. S. ( 2006 ). Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan, Jakarta: EGC

Berkowitz. Aaron. (2012), Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Yasmin


Asih.Jakarta : EGC
Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar.RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
Black.J.M.& Hawks. J. H. (2009). Medical – surgical nursing: Clinical
management for positive outcomes (8th Ed ). St. Louis: Saunders Elsevier.
Diakses tanggal 28 Mei 2017 jam 13.00 WIB
Carpenito. Lyndia Jual, (2009), Diagnosa Keperawatan Aplikasipada praktek
klinik, Ed 9 Jakarta : EGC
Dinkes Pemprop Jateng. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2011. http:/www.dinkesjatengprov.go.id/. Diakses tanggal 7 Juni 2017 jam
05.00 WIB

Elizabet J. Crowin. (2009). Patofisiologi. Buku Saku. ED 3. Jakarta : EGC

Haryanti.I,A. P & Nisa,K. (2015). Terapi Konservatif dan terapi pengganti ginjal
sebagai penatalaksanaan pada Gagal Ginjal Kronik. Majority. Volume 4.
Nomor 7. Juni.Diakses tanggal 25 Mei 2017 jam 15.30 WIB
http://www.who.int/subtanceabuse/researchtools/en/indonesianwhoqol.pdf.
Diakses tanggal 02 Juni 2017 jam 03.00 WIB
Lukman, N.(2013). Hubungan Tindakan Hemodialisa Terhadap Tingkat Deprasi
Klien Gagagl Ginjal Kronik di Ruangan Dahlia Rsup PROF Dr.R.D
KANDOU MANADO (Karya Akhir). Manado:Universitas Sam
Ratulangi.2015.Diakses tanggal 10 Juni 2017 jam 9.30 WIB
Morton.P.G.dkk (2014). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Volume
1. Jakarta : EGC
Nutritional management stage 5 of chronic kidney disease. Jurnal of renal care,38
(1), 50-58. Doi: 10.1111/j.1755-6686.2012.00266.x.Diakses tanggal 25 Mei
2017 jam 7.25 WIB
Nanda. (2015) .aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis
Nanda, Jilid 1.Medication.Diakses tanggal 12 Juni 2017 jam 22.30
WIB
Pasticci. F. Fantuzzi. A.L.Pegaroro M.Meccan.M.& Bedogni.G. (2012). Thomas
et, al, 2009, Effect of pacient counseling on quality of life of hemodialysis
patien india, Pharmacy practice (internet ) 2009 juli-sept;7(3):181-184.
Diakses tanggal 3 Mei 2017 jam 1.55 WIB

Potter & Perry. (2009). Fundamental of nursing 7 th Edition.Jakarta:EGC

Setiadi. ( 2012 ). Konsep & praktik penulisan keperawatan.Yogyakarta: Graha


Ilmu
Smeltzer,s.c dan Bare.b.g (2011). Buku keperawatan medical bedah Bruner &
suddarth.Edisi.jakarta:EGC.Jurnal Ners Indonesia.Diakses tanggal 10 Juni
2017 jam 19.35 WIB
Abboud, H & Henrich, W. L. (2010). Stage 1V chronic kidney disease The New
England journal of medicine, N Engl J Med 2010,362.56-6
Meliana, R. (2013). Hubungan kepatuhan terhadap terjadinya overload pada
pasien gagal ginjal kronik post hemodialisa di rumah sakit Fatmawati
(Skripsi, tidak dipublikasikan). Program Studi sarjana Falkutas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok- jawa barat, Indonesia.
Pasticci, F., Fantuzzi, A. L., Pegagaro M., Mc Cann, M., & Bedogni, G. (2012).
Nutritional management stage 5 of chronic kidney disease. Jurnal of
renal care, 38 (1), 50-58. doi: 10.1111/j.1755-6686.2012.00266.x
Shepherd. A. (2011) Measuring and managing fluid balance. Nursing times 107
(28), 12-16. Diperoleh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p ubmed/
21941718
Dewi, IGAPA. (2010). Hubungan antara Quick of Blood (QB) dengan Adekuasi
Hemodialisis pada pasien yang menjalani Terapi Hemodialisa di Ruang
HD BRSU Daerah Tabanan Bali. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S.A. & Wilson L.M.(2009). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi Keempat. Jakarta:EGC
Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing (11th ed).
Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Wayan, P.S.Y.,S.Herawati.(2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Vol III Ed 4.
Jakarta:EGC.
Ignatavicius, D. G. & Workman, M. L. (2009). Medical Surgical Nursing:
Pattient-Centered Collaborative Care. United States of America:
Sounders Elsevier.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S.A. & Wilson L.M.(2009). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi Keempat. Jakarta:EGC
Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing (11th ed).
Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Wayan, P.S.Y.,S.Herawati.(2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Vol III Ed 4.
Jakarta:EGC.
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DEWASA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2017

Tanggal masuk RS :

Tanggal pengkajian:

A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Tanggal Masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa Medis :
No Rekam Medis :
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Hub. dengan pasien :

B. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama

2. Riwayat Penyakit Sekarang

3. Riwayat Penyakit Dahulu

4. Riwayat Penyakit Keluarga


5. Pengkajian pola fungsional
a) Oksigenasi
b) Nutrisi
c) Eliminasi
d) Istirahat dan tidur
e) Aktivitas
f) Berpakaian
g) Personal Hygiene
h) Aman dan Nyaman ( Menghindar dari Bahaya )
i) Mempertahankan suhu tubuh
j) Pola berpakaian
k) Komunikasi
l) Spiritual
m) Rekreasi
n) Belajar
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran :
Suara Bicara:
TTV :
b. Kepala :
c. Telinga:
d. Mata :
e. Mulut:
f. Leher:
g. Dada
Paru – Paru:
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
Jantung:
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
h. Abdomen
Inspeksi:
Auskultasi:
Palpasi:
Perkusi:
i. Genetalia:
j. Pemeriksaan Integumen:
k. Ekstermitas :
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan CT Scan
8. Terapi
C. ANALISA DATA
No Hari / Data Fokus Problem Etiologi
Tanggal

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No DX Keperawatan Tujuan (NOC) NIC(intervensi)

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam DX Implementasi Respon Paraf

G. EVALUASI KEPERAWATAN
NO Hari/tanggal DX EVALUASI PARAF
LEMBAR PANTAUAN BALANCE CAIRAN
Nama : Sdr. D (19 thn)/ BB 40 kg (Tgl 10 Juli 2017)

JAM INPT Jmlh OUTPUT Jmlh


ORL IV METAB BAK BAB MNTH IWL BC
7 8,3 25
8 100 16,6 50
9 300 24,9 75
10 33,2 100
11 41,5 125

12 100 49,8 150


13 100 58.1 175
14 600 200 66.4 866.4 100 100 50 200 450 +416.4
15 74.7 225
16 83 250
17 91.3 275
18 100 99.6 300
19 200 107.9 325
20 116.2 350
21 124.5 375
22 300 150 132.8 582.8 100 200 300 +282.8
23 200 141.1 225
24 149.4 250
1 157.7 275
2 166 300
3 174.3 325
4 182.6 350
5 200 190.9 375
6 400 150 200 750 300 600 900 - 150
LEMBAR PANTAUAN BALANCE CAIRAN
Nama : Sdr. D (19 thn) / Tgl 11 Juli 2017 (jadwal Hemodialysis)
BB kering : 37 kg, BB basah : 40 kg

JAM INPUT Jmlh OUTPUT


ORL IV METAB BAK BAB MNTH IWL HD jmlh BC
7 8.3 25
8 100 16.6 50
9 200 24.9 75
10 33.2 100
11 41.5 125
12 100 49.8 150
13 58.1 175
14 400 100 66.4 566.4 100 100 100 200 500 +216.4
15 74.7 225
16 83 250
17 91.3 275
18 100 99.6 300
19 100 107.9 325
20 116.2 350
21 124.5 375
22 200 100 132.8 432.8 100 400 500 - 67.2
23 100 141.1 425 3000
24 149.4 450
1 157.7 475
2 166 500
3 174.3 525
4 182.6 550
5 250 190.9 575
6 350 150 200 700 200 600 3000 3800 - 3100
LEMBAR PANTAUAN BALANCE CAIRAN
Nama : Sdr. D ( 19 Thn)/ 40 kg (Tanggal 12 Juli 2017)

JAM INPT Jmlh OUTPT Jmlh


ORL IV METAB BAK BAB MNTH IWL BC
7 8.3 25
8 100 16.6 50
9 24.9 75
10 33.2 100
11 41.5 125
12 100 49.8 150
13 100 58.1 100 200 175
14 200 100 66.4 366.4 200 200 200 600 -233.6

15 74.7 225
16 83 250
17 50 91.3 275
18 99.6 300
19 100 107.9 100 50 325
20 116.2 350
21 124.5 375
22 150 100 132.8 382.8 100 100 50 400 650 -267.2
23 100 141.1 425
24 149.4 450
1 157.7 475
2 166 500
3 174 100 525
4 100 182.6 550
5 150 190.9 100 575
6 350 100 200 650 200 100 50 600 950 -300
LEMBAR PANTAUAN BALANCE CAIRAN

Nama : Tn.K (55 tahun)/ 70 kg (Tanggal 10 Juli 2017)

JAM INPUT Jmlh OUTPUT Jmlh


ORL IV METB BAK BAB MNTH IWL BC
7 14.5 43.75
8 100 29 87.5
9 100 43.5 100 131.25
10 100 58 175
11 72.5 218.75
12 100 87 262.5
13 100 100 101.5 100 306.25
14 400 200 116 716 200 100 350 650 +66
15 130.5 393.75
16 145 437.5
17 150 159.5 481.25
18 174 100 525
19 188.5 568.75
20 203 612.5
21 150 100 217.5 100 656.25
22 300 100 232 632 200 700 900 -268
23 100 246.5 734.75
24 261 787.5
1 275.5 831.25
2 50 290 100 875
3 50 304.5 918.75
4 100 319 965.75
5 200 100 333.5 1005.5
6 450 150 350 950 100 200 1050 1350 -400
LEMBAR PANTAUAN BALANCE CAIRAN
Nama : Tn.K (55 tahun)/ 70 kg,( Tanggal 11 Juli 2017)
BB Kering : 68 kg, BB,Basah 70 kg

JAM INPUT Jmlh OUTPT jmlh BC


ORL IV METB BAK BAB MNTAH IWL HD
7 14.5 43.75
8 100 29 87.5
9 200 43.5 131.25
10 100 58 175
11 72.5 218.75
12 87 262.5
13 50 100 101.5 100 306.25
14 350 200 116 666 100 350 450 +166
15 130.5 393.75
16 145 437.5
17 100 159.5 481.25
18 100 174 525
19 100 188.5 100 568.75
20 203 612.5
21 217.5 100 656.25
22 300 100 232 632 200 700 900 - 216
23 100 246.5 743.75 2000
24 261 787.5
1 275.5 831.25
2 290 875
3 304.5 918.75
4 100 319 961.75
5 200 333.5 1.005.5
6 400 150 350 900 100 250 1050 2000 3400 - 2500
LEMBAR PANTAUAN BALANCE CAIRAN

Nama : Tn.K (55 tahun)/ 70 kg (Tanggal 12 Juli 2017)

JAM INPUT Jmlh OUTPUT jmlh


ORL IV METB BAK BAB MUNTH IWL BC
7 14.5 43.75
8 100 29 87.5
9 100 43.5 100 131.25
10 100 58 175
11 72.5 218.75
12 100 87 262.5
13 100 101.5 100 306.25
14 300 200 116 616 200 100 350 650 -34
15 130.5 393.75
16 145 437.5
17 100 159.5 481.25
18 100 174 525
19 188.5 100 568.75
20 203 612.5
21 217.5 100 656.25
22 200 100 232 532 200 700 900 -368
23 100 246.5 734.75
24 261 787.5
1 275.5 831.25
2 100 290 875
3 304.5 918.75
4 100 319 965.75
5 200 50 333.5 1005.5
6 400 150 350 900 100 150 1050 1300 -400
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

GAGAL GINJAL KRONIS ( CKD )

RINA WIJI LESTARI

A01401949

PROGRAM STUDI DIII AKADEMI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

GAGAL GINJAL KRONIS ( CKD )

Pokok Bahasan : Gagal Ginjal Kronis ( CKD )

Sasaran : Pasien dan keluarganya

Hari / tanggal : 12 Juli 2017

Waktu : 30 menit

Tempat : Ruang Cempaka , RSUD Dr.Soedirman Kebumen

I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan
keluarga pasien dapat memahami tentang Kebutuhan Nutrisi Gagal Ginjal
Kronis.

II. TUJUAN KHUSUS

1. Keluarga dapat menyebutkan

2. Keluarga dapat berperan dalam mel Kebutuhan Nutrisi Gagal Ginjal


Kronis..

III. MATERI

Terlampir

IV. METODE

Ceramah dan tanya jawab.


V. MEDIA

Leaflet dan lembar balik.

VI. KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Waktu Evaluasi

1. Memberi salam, 5’ Pasien dan keluarga menjawab


menanyakan keadaan salam, mempersilahkan masuk
pasien dan menyampaikan keadaan
Pasien.

2. Menjelaskan maksud 5’ Pasien dan keluarga


kedatangan dan mendengarkan dengan seksama
membuat kontrak dan menyetujui kontrak waktu
waktu yang ditetapkan bersama

3. Melakukan pendidikan 10’ Pasien memperhatikan dengan


kesehatan tentang seksama.
Efusi pleura

4. Menanyakan kepada 5’ Menanggapi dengan


pasien dan keluarga memberikan pertanyaan
tentang kejelasan
materi yang
disampaikan. Menjawab pertanyaan dari
pasien atau keluarganya
Mempersilahkan
pasien/ keluarga pasien
mengajukan
pertanyaan
5. Mengakhiri kontrak 5’ Pasien dan keluarga
waktu dan berpamitan mempersilahkan dengan baik
kepada pasien dan
keluarganya

VIII. EVALUASI

Evaluasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dan melihat proses


selama penyuluhan dan evaluasi hasil berdasarkan tujuan yang telah
ditetapkan.

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian

Chronic Kidney Disease ( CKD ) merupakan gangguan fungsi


renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. Chronic Kidney Disease ( CKD ) disebabkan oleh
berbagai keadaan, meliputi penyakit – penyakit yang mengenai ginjal atau
pasokan darahnya misalnya glumeluropati, hipertensi, diabetes, Pada gagal
ginjal kronis ( GGK ) yang sudah lanjut kadar natrium, kalium,
magnesium, amino dan fosfat didalam darah semuanya akan mengalami
peningkatan sementara kadar kalsium menurun. Retensi natrium dan air
akan menaikan volume intravaskuler yang menyebabkan hipertensi
(Berkowitz,2012).
Tahapan penyakit gagal ginjal kronis berlangsung secara
terusmenerus dari waktu ke waktu. The Kidney Disease Outcomes Quality
Initiative (K/DOQI)mengklasifikasikan gagal ginjal kronis sebagai
berikut:

Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR >90 mL/min/1.73 m2)

Stadium 2: ringan (GFR 60-89 mL/min/1.73 m2)

Stadium 3: sedang (GFR 30-59 mL/min/1.73 m2)

Stadium 4: gagal berat (GFR 15-29 mL/min/1.73 m2)

Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 mL/min/1.73 m2)

Pada gagal ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-


tanda kerusakan ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin
yang abnormal (Arora, 2009)

B. Penyebab
Penyebab gagal ginjal yang utama disebabkan oleh diabetes, tekanan darah
yang tinggi, sedangkan penyebab gagal ginjal yang ketiga adalah oleh
karena penyakit genetic seperti kelainan kekebalan, cacat lahir dan sebab-
sebab lainnya seperti Keracunan dan trauma, misalnya terkena pukulan
berat langsung pada ginjal, dapat mengakibatkan penyakit ginjal. Beberapa
obat, termasuk obat tanpa resep, dapat meracuni ginjal bila sering dipakai
selama jangka waktu yang panjang. Produk yang menggabungkan aspirin,
asetaminofen, dan obat lain misalnya ibuprofen ditemukan paling
berbahaya untuk ginjal. Bila kita sering memakai obat penawar nyeri,
sebaiknya kita membahas dengan dokter untuk memastikan bahwa tidak
beresiko untuk ginjal kita.
C. Tanda dan Gejala CKD ( Chronic Kidney Disease )

Nah bagi anda yang memiliki resiko tinggi terkena penyakit gagal ginjal
kronik maka sangat penting bagi anda mengetahui gejala dan tanda CKD
(Chronic Kidney Disease) dan berikut ini adalah beberapa gejala
tersebut:
1. Mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil serta tejadinya
perubahan yang nyata pada warna air kencing
2. Sering buang air kecil dimalam hari
3. Retensi air dalam tubuh yang ditandai dengan membengkaknya
pergelangan kaki & tangan
4. Merasa seperti buang air kecil tetapi tidak ada urin yang keluar
5. Merasakan lelah yang berlebihan
6. Erupsi dan gatal pada kulit
7. Nafsu makan berkurang
8. Napas buruk/sesak nafas
9. Mual dan muntah
10. Sakit kepala
11. Otot sering kram
12. Warna kulit dan kuku pucat
13. Munculnya darah dalam urine
Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:toksik uremia yang
kurang terdialisis, Peningkatan kadar kalium phosphor, Alergi bahan-
bahan dalam proses HD, Kering bersisik

D. Patofisiologi Gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti


gangguan metabolic (Diabetes mellitus), pielonefritis, obstruksi traktus
urinarius, gangguan imunologis, hipertensi, gangguan tubulus primer
(nefrotoksin) dan gangguan congenital yang menyebabkan Glomerular
filtration rate (GFR) menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron untuh). Nefron - nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan Glomerular filtration rate (GFR) atau daya saring.
Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron -nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
dari pada yang bisa direabsorpsi berakibat dieresis osmotik disertai poliuri
dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produksi sisa. Titik dimana timbulnya gejala
- gejala pada pasien menjadi lebiih jelas dan muncul gejala khas kegagalan
ginjal bila kira – kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%.Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai
15ml/menit atau lebih rendah itu (Barbara C Long). Fungsi renal menurun,
produk air mmetabolisme protein (yang normalnya diekskresikan kedalam
urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap
sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011)

E. Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik

Pengaturan diet yang terlalu ketat pada pasien gagal ginjal dapat
menyebabkan malnutrisi pada pasien gagal ginjal. Diet ginjal; yang
membatasi asupan protein, garam, kalium, phosphor dan air semakin
menyebabkan malnutrisi dan rendahnya intake makanan. Intervensi diet
seharusnya tidak terlalu ketat sebelum status gizi dan kebiasaan makan
diketahui serta pasien gagal ginjal sudah jelas membutuhkan pembatasan
diet. Selain itu, beberapa hal perlu diperhatikan dalam menyebabkan
abnormalitas elektrolit seperti rendahnya kontrol terhadap glukosa,
penggunaan kalium dalam pengganti garam, atau obat yang menyebabkan
hyperkalemia. Sehingga pembatasan diet harus memperhatikan beberapa
faktor diatas. Pasien dengan dialisis biasanya akan menyebabkan
peningkatan serum leptin dan serum mediator fase akut seperti IL-6 dan
TNF (Tumor Necrosis Factor). Mediator ini dihubungkan dengan anorexia
dan penurunan intake makanan pada pasien dengan gagal ginjal. Selain itu,
uremia juga merupakan faktor lainnya yang dapat menyebabkan turunnya
nafsu makan dan intake makanan. Penyebab malnutrisi lainnya pada
pasien gagal ginjal adalah meningkatnya kehilangan zat gizi. Pada pasien
dialisis, akan terjadi kehilangan asam amino sebanyak 6-12 gram, 2-3
gram peptida dan sedikit protein per sesi dialisis. Selama dialisis
peritoneal, pasien akan mengalami kehilangan asam amino sebesar 2-4
gram, tetapi pada realitanya kehilangan ini meningkat menjadi 8-9 gram
(termasuk 5-6 gram albumin). Pasien dengan dialisis peritoneal akan
mengalami kehilangan protein total sebesar 15 gram per sesi dialisis.
Pengeluaran ini akan terus meningkat sampai peritonitis diobati. Pasien
dengan dialisis juga dapat kehilangan protein akibat dari sampling darah
untuk check laboratorium. Pasien dengan kadar Hb yang normal, akan
mengalami kehilangan protein sebesar 16 gram setiap 100 mL darah
diambil dari tubuh. Malnutrisi pada pasien gagal ginjal juga dapat
disebabkan karena aktivitas bakteri pada usus dan meningkatnya
katabolisme tubuh. Studi kohort yang dilakukan pada 22 pasien dengan
dengan gagal ginjal kronis, 36% pasien mengalami overgrowth bakteri di
dalam usus. Pasien dengan gagal ginjal selalu dihadapkan dengan
"anabolism challanged". Meningkatnya reactan acute-phase pada pasien
gagal ginjal dan dialisis akan menghambat produksi albumin dari hati dan
meningkatkan katabolisme dari jaringan otot. Asidosis merupakan faktor
tambahan yang menggambarkan katabolisme dalam tubuh pasien.
Beberapa data hasil penelitian menunjukkan aktivitas dari ubiquitine-
proteasome akan menyebabkan proteolitik pada jaringan otot yang
merupakan jalur primer dalam katabolisme protein. Acidosis pada pasien
gagal ginjal akan menghambat aktivitas osteoblast dan meningkatkan
aktiovitas osteoclast yang menyebabkan osteodystrophy pada pasien gagal
ginjal.

F. Kebutuhan Cairan
1. Pengaturan Kelebihan Volume Cairan pada Gagal ginjal kronik
Pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik, sangat
perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema
dan komplikasi kardiovaskular. Air yang masuk kedalam tubuh dibuat
seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun Insensible
Water Loss (IWL). Dalam melakukan pembatasan asupan cairan,
bergantung dengan haluaran urin dalam 24 jam dan ditambahkan
dengan Insensible Water Loss (IWL), ini merupakan jumlah yang
diperbolehkan untuk pasien dengan gagal ginjal kronik yang
mendapatkan dialysis ( Almatsier, 2006; Smeltzer & Bare, 2008 ).
Sebagai contoh seseorang yang mengeluarkan urin 300 cc/24 jam, maka
cairan yang boleh dikonsumsi adalah : 600 cc + 300 cc = 900 cc/24 jam.
Penyokong terapi untuk mencegah kelebihan beban cairan adalah
pembatasan asupan cairan dan garam. Untuk memperlambat kebutuhan
akan dialysis dapat juga dengan menggunakan diuretic. Saat gagal
ginjal kronik memburuk oliguria biasanya akan muncul, merupakan
tanda dan gejala kelebihan volume cairan. Pada pasien gagal ginjal
kronik, pengkajian status cairan yang berkelanjutan sangat lah penting,
yang meliputi melakukan pembatasan asupan dan pengukuran haluaran
cairan yang akurat, menimbang berat badan setiap hari dan memantau
adanya kompikasi cairan. Bila tidak melakukan pengukuran asupan dan
haluaran cairan akan mengakibatkan edema, hipertensi, edema paru,
gagal jantung, dan distensi vena jugularis, kecuali akan dilakukan terapi
dialysis (Morton, 2014)
2. Pembatasan Cairan
Pembatasan cairan dapat bervariasi untuk setiap pasien tergantung
faktor – faktor seperti berat badan antara perawatan, urin dan bengkak.
Untuk pasien dialysis, komplikasi akibat kelebihan volume cairan
adalah : Tekanan darah tinggi, penurunan tekanan darah secara tiba
(Saat hemodialisis), sesak nafas, masalah jantung denyut jantung cepat
otot jantung melemah.
3. Tips untuk mengontrol dahaga atau rasa haus
a. Membatasi jumlah natrium dan makanan pedas
b. Minum sedikit – sedikit secara sering haus akan berkurang.
c. Cobalah es.mencoba jus buah yang di bekukan .
d. Jika memiliki diabetes, jagalah kadar glukosa agar tetap normal
karena glukosa tinggi akan meningkatkan rasa haus
G. Kebutuhan nutrisi pasien gagal ginjal
a. Kebutuhan Energi
Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan
pasien dengan hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang.
Menurut National Kidney Foundation's, kebutuhan kalori pada pasien
gagal ginjal pada hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang
adalah 30-35 kalori/Kg. Sedangkan pada pasien yang dihemolisis
dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari
dekstrose dalam larutan diasylate. Sehingga kalori ini perlu
diperhatikan. Sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal akan
mengalami edema, sehingga perlu diketahui berat badan aktual pasien
agar pemenuhan kebutuhan energi dapat diketahui. Berdasarkan
National Kidney Foundation dan data NHANES II apabila berat pasien
<95%>115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan perhitungan
rumus) digunakan dalam menentukan energi. Rumus untuk mengetahui
berat badan perkiraan adalah sebagai berikut: berat badan ideal+[(aktual
edema-free weight-ideal weight)x0,25].
b. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada
jenis gagal ginjal yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang
dilakukan oleh pasien. Pada pasien dewasa dengan gagal ginjal kronis
yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi nitrogen per kilogram
bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori terpenuhi dan
protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai biologis
yang tinggi. Penurunan asupan protein dapat mereduksi sindrom uremik
dan menghambat dialisis pada pasien dengan gagal ginjal kronis yang
stabil. Akan tetapi, penurunan asupan protein ini tidak diharapkan
karena dapat menimbulkan malnutrisi atau intake kalori yang tidak
adekuat. Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah
sekitar 0,6- 0,8 gram per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi
ginjal sudah menurun dan tidak mengalami dialisis. Sedangkan apabila
fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat perlakuan dialisis maka
lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan. Pada
pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram
per kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang
stabil dan sebesar 1,2-1,3 gram untuk pasien dengan heodialisis
peritoneal yang stabil. Pasien dengan malnutrisi, acute catabolic illness
atau luka postoperatif sebaiknya mendapat protein lebih dari 1,3 gram
per kilogram berat badan per hari. Sebuah studi menunjukkan konsumsi
protein sebesar 2-2,5 gram per kilogram berat badan per hari dapat
memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada pasien dengan gagal ginjal
akut. Akan tetapi, konsumsi protein diatas 1,5-1,6 gram per hari per
kilogram berat badan akan meningkatkan frekuensi dari dialisis.
c. Kebutuhan Vitamin
Pasien dengan gagal ginjal sangat riskan untuk defisiensi beberapa
mikronutient. Pasien dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air
seperti thiamine, asam folate, pyridoxine dan asam askorbat (vitamin
C). Akan tetapi, pasien dengan gagal ginjal akan menyebabkan
turunnya ekskresi vitamin A dan menyebabkan hypervitaminosis A.
Sehingga konsumsi vitamin A perlu mendapat perhatian. Vitamin E
sangat dibutuhkan sebagai antioxidant sehingga mencegah asidosis
pada pasien. Konsumsi vitamin E sebesar 300-800 IU dapat mencegah
oksidasi pada sel. Akan tetapi, hal ini masih menjadi sesuatu yang
controversial. Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi
karena salah satu fungsi ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D.
Selain itu, meningkatnya level PTH (Pituitary Hormon) akan
menyebabkan vitamin D menurun. Pasien dengan penurunan fungsi
ginjal kronis (GFR 20-60 mL/min) yang disertai dengan meningkatnya
level PTH harus dilakukan pengecekan vitamin D dalam bentuk 25-
Hidroksi kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D. Pasien dengan kadar 25-
OH vitamin D <75> Berikut adalah rekomendasi intake vitamin pada
pasien dengan hemodialisis: Tabel 3. Rekomendasi intake vitamin
pasien hemodialisis Vitamin Rekomendasi Thiamin Riboflavin Niacin
Asam pantotenat Piridoksin Sianokobalamin Biotin Asam askorbat
Asam folat Zink 1,1-1,2 mg/hari 1,1-1,3 mg/hari 14-16 mg/hari 5
mg/hari 10 mg/hari 2,4 mg/hari 30 mcg/hari 75-90 mg/hari 1 mg/hari
15 mg/hari
4. Kebutuhan Mineral
a. Kalsium Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk
pembentukan tulang yang kuat. Namun makanan yang
mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga mengandung
kadar fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah
hilangnya kalsium adalah dengan membatasi asupan makanan yang
mengandung fosfat yang tinggi. Untuk menjaga keseimbangan
kadar kalsium dan fosfat biasanya penderita diminta
mengkonsumsi obat pengikat fosfat (phosphate binder) dan
bijaksana dalam mengkonsumsi makanan. Pemasukan kalsium
sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau menunda
kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat
dari asidosis kronis dan gangguan metabolisme vitamin D. Karena
pemasukan susu biasanya dibatasi hanya 1 mangkuk sehari untuk
mengurangi pemasukan protein dan fosfat, maka diperlukan
suplemen tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh
diberikan bila kadar fosfat serum tidak terkontrol, karena bahaya
terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.
b. Fosfat Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk
membuang fosfat dari darah yang menyebabkan tingginya kadar
fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat menyebabkan
tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang
menjadi sangat lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar
fosfat dalam darah, penderita seyogyanya mengkonsumsi makanan
yang mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di
sebagian besar makanan namun pada beberapa jenis makanan
berikut ini terkandung kadar fosfat yang tinggi yaitu : · Produk
susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream · Kacang
kacangan, selai kacang · Minuman seperti bir, cola maupun jenis
soft drink lainnya Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih
lambat dengan diet yang mengandung fosfat kurang dari 600
mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan yang disebutkan diatas
cukup untuk membatasi protein yang masuk, dan memungkinkan
tercapainya kadar pemasukan yang diinginkan. Antasida
aluminium hidroksida diberikan secara oral bila diperlukan untuk
mengikat fosfat makanan dan mencegah absorpsinya. Aluminium
hidroksida ini dapat ditambahkan dalam adonan kue supaya dapat
lebh mudah diterima oleh pasien. Namun, kecenderungan saat ini
adalah lebih banyak menurunkan kadar fosfat dari makanan dan
minuman daripada penggunaan zat pengikat secara rutin.
Penggunaan aluminium hidroksida yang menahun dapat
mengakibatkan keracunan aluminium dengan gejala ataksia,
demensia, dan memperburuk osteodistrofi tulang.
c. Kalium Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi
tubuh kita terutama untuk membantu otot dan jantung bekerja
dengan baik.Kalium dengan kadar yang cukup tinggi banyak
ditemukan pada sebagian besar makanan seperti : · Beberapa buah
dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang · Susu dan
Yoghurt Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi
seperti daging sapi, daging babi,dan ikan.Terlalu banyak kalium
atau terlalu sedikit akan berbahaya bagi tubuh. Tiap penderita gagal
ginjal mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda – beda, ada
yang membutuhkan banyak kalium, sementara ada juga yang harus
membatasi kalium. Semua itu tergantung dari tingkat kerusakan
ginjal dari penderita.
d. Sodium Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk
membatasi asupan sodium. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan
antara asupan sodium, penyakit ginjal dan hipertensi. Sodium juga
banyak ditemukan pada makanan namun pada beberapa jenis
makanan berikut ini terkandung kadar sodium yang tinggi.
G. Tujuan Diet

Gagal Ginjal Akut :

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.

2. Menurunkan kadar ureum darah.

3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan


mempercepat penyembuhan. ·

Gagal Ginjal Kronis :

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan


memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja
ginjal.

2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.

3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan


memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus.

Gagal Ginjal dengan Dialisis :

1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki


status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal.

2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

3. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan. 2


Gagal Ginjal Kronik (CKD)

APA SIH GAGAL GINJAL (CKD)??


Pengertian
 Gagal Ginjal Kronis ( CKD ) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh
tersebut gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
terjadi uremia

Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala

 Mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil serta tejadinya perubahan yang nyata pada
warna air kencing

 Sering buang air kecil dimalam hari

 Retensi air dalam tubuh yang ditandai dengan membengkaknya pergelangan kaki & tangan

 Merasa seperti buang air kecil tetapi tidak ada urin yang keluar

 Merasakan lelah yang berlebihan, Erupsi dan gatal pada kulit, Nafsu makan berkurang

 Napas buruk/sesak nafas

 Mual dan muntah, Sakit kepala, Otot sering kram, Warna kulit dan kuku pucat, Munculnya
darah dalam urine

 Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:toksik uremia yang kurang terdialisis,
Peningkatan kadar kalium phosphor, Alergi bahan-bahan dalam proses HD, Kering bersisik

Penyebab Gagal Ginjal


Penyebab Gagal Ginjal
1. Rusak fungsi Ginjal
2. Pola hidup ,makan dan istirahat kurang baik : Minuman
berwarna, perokok, istirahat kurang, pengkonsumsi
alkohol,jarang olahraga,makanan cepat saji, kurang
minum air putih
3. Hipovolemia (volume darah yang rendah) karena
kehilangan darah
4. Dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (misalnya,
muntah , diare , berkeringat, demam )
5. Asupan cairan kurang; Obat, misalnya, diuretik dapat
menyebabkan kehilangan air yang berlebihan, dan Aliran
darah yang abnormal ke dan dari ginjal karena
penyumbatan arteri atau

Syarat Diet Gagal Ginjal Kronik??


1. Energi :Energi cukup, yaitu 35 kkal/Kg BBI

2. Lemak : Lemak cukup, yaitu antara 20–30% dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda

3. Protein :Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang

selama dialisis. Protein diberikan 1,2g/KgBBI/Hari untuk dewasa dan 1,5–2 g /KgBB/hari untuk anak–anak.

4. Karbohidrat : Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal lemak karena

kondisi pasien koma (kegawatan). Untuk pasien yang menjalani cuci darah karbohidrat diberikan 55% dari total

energi yang dibutuhkan (Andry Hartono, 2008).

5. Natrium :Natrium dibatasi bila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Banyaknya natrium yang

diberikan antara 1-3 g. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urine yang keluar selama 24 jam yaitu : - 1 g +

penyesuaian terhadap urine sehari, yaitu 1 g setiap ½ ltr urin HD- 1-4 g + penyesuaian terhadap urine sehari

yaitu 1-4 g setiap ½ ltr urin HD

6. Fosfor : Pada klien yang menjalani cuci darah, asupan fosfor dapat sedikit dinaikkan menjadi 17 mg/kg BB/hari.

7. Kalium : Kalium dibatasi (40–70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq) oliguria, atau anuria.

- 2 g + penyesuaian terhadap urine sehari, yaitu setiap ½ ltr urin HD

- 3 g + penyesuaian terhadap urine sehari yaitu setiap ½ ltr urin HD

Kadar kalium dalam serum harus dijaga dalam kisaran 3,5–5 mEq/l, untuk mencegah akibat yang

seriusterhadap otot jantung

8. Kalsium : Kalsium tinggi yaitu 1000 mg/hari bila perlu diberikan suplemen kalsium.

Kebutuhan Cairan
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pasien gagal ginjal kronik perlu belajar mengenal tanda
ketidakseimbangan cairan, mengatur asupan cairan sesuai
program dokter, dan menerapkan terapi diet. Pasien harus
memantau asupan dan haluarannya. Mengatur asupan
natrium dapat menjadi tantangan berat bagi pasien.
Tambahan berat badan yang tiba-tiba dapat menunjukkan
retensi cairan yang disebabkan kelebihan asupan natrium,
yang menyebabkan rasa haus dan membuat pasien banyak
minum. Kata natrium atau "garam" pada label makanan
yang dibeli dipasar harus diperhatikan. Pengganti garam
harus dihindari karena mengandung banyak kalium.

Tips untuk mengontrol dahaga atau rasa haus

1. Membatasi jumlah natrium dan makanan pedas


2. Minum sedikit – sedikit secara sering haus akan berkurang.
3. Cobalah es.mencoba jus buah yang di bekukan .
4. Jika memiliki diabetes, jagalah kadar glukosa agar tetap
normal karena glukosa tinggi akan meningkatkan rasa haus.
5. Kurangi konsumsi makanan berminyak seperti Gorengan

Anda mungkin juga menyukai