Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Studi Pendidikan Diploma III Keperawatan
i
ii
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ....................................................................................................... 6
D. Manfaat ..................................................................................................... 7
v
D. Definisi Operasional ................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha
Penyayang.Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah –Nya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Gagal Ginjal Kronik Dengan
Kelebihan Volume Cairan “
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat sehat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.
2. Orang tuaku tercinta, ayahku bapak Silam Purbo Wesesa, ibuku Siti
Megawati,kakakku Sigit Andi Prasetio dan adikku Wigati Mujiasih Handayani
yang telah memberikan dukungan baik moral, materi maupun spiritual
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Herniyatun, M.Kep.Sp.Mat, selaku ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
4. Ibu Nurlaila, S.Kep. Ns, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong.
5. Bapak Dadi SantosoS.Kep. Ns, M.Kep, selaku pembimbing akademik dengan
sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan.
6. Bapak Sawiji S.Kep.Ns.M.Sc, selaku penguji akademik Karya Tulis Ilmiah.
7. Teman – teman seperjuangan kelas 3C yang senantiasa memberikan dukungan
dan membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini.
vii
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan saran sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan
Penulis
viii
Program DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2017
Rina Wiji Lestari1, Dadi Santoso2, S.Kep.Ners.M.Kep
ABSTRAK
Latar Belakang :Gagal Ginjal Kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif,
sehingga kemampuan tubuh penderita gagal untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit.Akibatnya terjadi uremia dan meningkatknya kadar
ureum dan kreatinin dalam darah. Tujuan Penulisan :Menggambarkan asuhan
keperawatan pasien Gagal Ginjal Kronik yang mengalami kelebihan volume cairan.
Metode:Karya tulis ilmiah adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus. Data
diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi
keperawatan. Subyeknya 2 orang pasien gagal ginjal kronik dengan kelebihan volum
cairan.
Hasil :Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pembatasan cairan terbukti efektif untuk
pasien gagal ginjal kronik. Rencana keperawatan telah di implementasikan selama klien
mengalami kelebihan volume cairan dalam pengelolaan 3x24 jam. Evaluasi yang
didapatkan klien I dan Klien II masalah kelebihan volume cairan belum teratasi.
Kesimpulan :Pasien dengan masalah kelebihan volume cairan, , khususnya pada
penyandang hemodialisa regular 2 kali seminggu membutuhkan perawatan jangka
panjang untuk dapat menyeimbangkan kebutuhan cairan. Kenaikan BB antar waktu
hemodialisa tidak melebihi 2 kg sehingga ultrafiltrasi pada saat hemodialisa sekitar 2
liter.
Kata Kunci : Cara perawatan, Gagal ginjal kronik, kelebihan volume cairan, pembatasan
cairan, hemodialisa
1. Mahasiswa
2. Dosen
ix
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Scientific Paper, July 2017
Rina Wiji Lestari1, Dadi Santoso2, S.Kep.Ns.M.Kep
ABSTRACT
Background: Chronic renal failure is a progressive renal function disorder so that the
body's ability fails to maintain metabolism, fluid and electrolyte balance. Consequently,
this results in uremia and elevating level of urea and creatinine in the blood.
Objective: Describing the nursing care for chronic renal failure patients having excessive
fluid volume.
Method: This scientific paper is an analytical descriptive with a case study approach. The
data were obtained through interview, observation, physical examination, and
documentation study. The subjects were 2 patients suffering from chronic renal failure
with excessive fluid volume.
Result: After having nursing care, the fluid volume was decreasing. The nursing plans
were implemented during the clients had excessive fluid volume in the management of
3x24 hours time. Evaluation showed that the excessive fluid volume of patient I and
patient II was not totally solvable.
Conclusion: Patients with excessive fluid volume, especially those with regular
hemodialisis twice a week, require long-term care to balance the need of fluid. The
increase in the body weight of in between-hemodialysis is not more than 2 kg so that
ultrafiltration of hemodialysis is about 2 liters.
Keywords: Nursing care, chronic renal failure, excessive fluid volume, hemodialysis
1. Student
2. Lecturer
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease ( CKD ) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. Chronic Kidney Disease ( CKD ) disebabkan oleh
berbagai keadaan, meliputi penyakit – penyakit yang mengenai ginjal atau
pasokan darahnya misalnya glumeluropati, hipertensi, diabetes, Pada gagal
ginjal kronis ( GGK ) yang sudah lanjut kadar natrium, kalium,
magnesium, amino dan fosfat didalam darah semuanya akan mengalami
peningkatan sementara kadar kalsium menurun. Retensi natrium dan air
akan menaikan volume intravaskuler yang menyebabkan hipertensi
(Berkowitz,2012).
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2007) dan
Burden of disease, Gagal Ginjal Kronik telah menjadi masalah kesehatan
serius di dunia. Penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan
kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukan
bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian.
Prevelensi gagal ginjal kronik telah mengalami peningkatan cukup tinggi.
Di Amerika Serikat angka kejadian penyakit ginjal meningkat tajam dalam
10 tahun, dari data tahun 2002 terjadi 34.500 kasus, tahun 2007 menjadi
80.000 kasus, dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu 2 juta
orang yang menderita penyakit ginjal. Dari data tersebut pravelensi
penyakit ginjal kronik meningkat hingga 43% selama decade tersebut
(Lukman et al., 2011 ).
Penyakit Gagal Ginjal di Indonesia menempati urutan ke 10 dalam
penyakit tidak menular (Kemenkes RI, 2013). Pravelensi gagal ginjal di
1
2
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini “ Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan klien Gagal
Ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan” ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan klien Gagal ginjal kronik dengan
kelebihan volume cairan
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien Gagal ginjal
kronik dengan Kelebihan volume cairan
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien
Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien Gagal ginjal
kronik dengan kelebihan volume cairan
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien Gagal ginjal kronik
dengan kelebihan volume cairan
f. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
klien Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan
7
D. Manfaat Penelitian
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tantang kebutuhan
cairan serta cara mengatur keseimbangan cairan yang dapat diterapkan
dirumah.
2. Bagi Pengembangan ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan tehnologi terapan bidang keperawatan
dengan kelebihan volume cairan pada klien Gagal ginjal kronik
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan kelebihan
volume cairan pada klien Gagal ginjal kronik
DAFTAR PUSTAKA
Haryanti.I,A. P & Nisa,K. (2015). Terapi Konservatif dan terapi pengganti ginjal
sebagai penatalaksanaan pada Gagal Ginjal Kronik. Majority. Volume 4.
Nomor 7. Juni.Diakses tanggal 25 Mei 2017 jam 15.30 WIB
http://www.who.int/subtanceabuse/researchtools/en/indonesianwhoqol.pdf.
Diakses tanggal 02 Juni 2017 jam 03.00 WIB
Lukman, N.(2013). Hubungan Tindakan Hemodialisa Terhadap Tingkat Deprasi
Klien Gagagl Ginjal Kronik di Ruangan Dahlia Rsup PROF Dr.R.D
KANDOU MANADO (Karya Akhir). Manado:Universitas Sam
Ratulangi.2015.Diakses tanggal 10 Juni 2017 jam 9.30 WIB
Morton.P.G.dkk (2014). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Volume
1. Jakarta : EGC
Nutritional management stage 5 of chronic kidney disease. Jurnal of renal care,38
(1), 50-58. Doi: 10.1111/j.1755-6686.2012.00266.x.Diakses tanggal 25 Mei
2017 jam 7.25 WIB
Nanda. (2015) .aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis
Nanda, Jilid 1.Medication.Diakses tanggal 12 Juni 2017 jam 22.30
WIB
Pasticci. F. Fantuzzi. A.L.Pegaroro M.Meccan.M.& Bedogni.G. (2012). Thomas
et, al, 2009, Effect of pacient counseling on quality of life of hemodialysis
patien india, Pharmacy practice (internet ) 2009 juli-sept;7(3):181-184.
Diakses tanggal 3 Mei 2017 jam 1.55 WIB
2017
Tanggal masuk RS :
Tanggal pengkajian:
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Tanggal Masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa Medis :
No Rekam Medis :
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Hub. dengan pasien :
B. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan CT Scan
8. Terapi
C. ANALISA DATA
No Hari / Data Fokus Problem Etiologi
Tanggal
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No DX Keperawatan Tujuan (NOC) NIC(intervensi)
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam DX Implementasi Respon Paraf
G. EVALUASI KEPERAWATAN
NO Hari/tanggal DX EVALUASI PARAF
LEMBAR PANTAUAN BALANCE CAIRAN
Nama : Sdr. D (19 thn)/ BB 40 kg (Tgl 10 Juli 2017)
15 74.7 225
16 83 250
17 50 91.3 275
18 99.6 300
19 100 107.9 100 50 325
20 116.2 350
21 124.5 375
22 150 100 132.8 382.8 100 100 50 400 650 -267.2
23 100 141.1 425
24 149.4 450
1 157.7 475
2 166 500
3 174 100 525
4 100 182.6 550
5 150 190.9 100 575
6 350 100 200 650 200 100 50 600 950 -300
LEMBAR PANTAUAN BALANCE CAIRAN
A01401949
Waktu : 30 menit
I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan
keluarga pasien dapat memahami tentang Kebutuhan Nutrisi Gagal Ginjal
Kronis.
III. MATERI
Terlampir
IV. METODE
VIII. EVALUASI
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
B. Penyebab
Penyebab gagal ginjal yang utama disebabkan oleh diabetes, tekanan darah
yang tinggi, sedangkan penyebab gagal ginjal yang ketiga adalah oleh
karena penyakit genetic seperti kelainan kekebalan, cacat lahir dan sebab-
sebab lainnya seperti Keracunan dan trauma, misalnya terkena pukulan
berat langsung pada ginjal, dapat mengakibatkan penyakit ginjal. Beberapa
obat, termasuk obat tanpa resep, dapat meracuni ginjal bila sering dipakai
selama jangka waktu yang panjang. Produk yang menggabungkan aspirin,
asetaminofen, dan obat lain misalnya ibuprofen ditemukan paling
berbahaya untuk ginjal. Bila kita sering memakai obat penawar nyeri,
sebaiknya kita membahas dengan dokter untuk memastikan bahwa tidak
beresiko untuk ginjal kita.
C. Tanda dan Gejala CKD ( Chronic Kidney Disease )
Nah bagi anda yang memiliki resiko tinggi terkena penyakit gagal ginjal
kronik maka sangat penting bagi anda mengetahui gejala dan tanda CKD
(Chronic Kidney Disease) dan berikut ini adalah beberapa gejala
tersebut:
1. Mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil serta tejadinya
perubahan yang nyata pada warna air kencing
2. Sering buang air kecil dimalam hari
3. Retensi air dalam tubuh yang ditandai dengan membengkaknya
pergelangan kaki & tangan
4. Merasa seperti buang air kecil tetapi tidak ada urin yang keluar
5. Merasakan lelah yang berlebihan
6. Erupsi dan gatal pada kulit
7. Nafsu makan berkurang
8. Napas buruk/sesak nafas
9. Mual dan muntah
10. Sakit kepala
11. Otot sering kram
12. Warna kulit dan kuku pucat
13. Munculnya darah dalam urine
Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:toksik uremia yang
kurang terdialisis, Peningkatan kadar kalium phosphor, Alergi bahan-
bahan dalam proses HD, Kering bersisik
Pengaturan diet yang terlalu ketat pada pasien gagal ginjal dapat
menyebabkan malnutrisi pada pasien gagal ginjal. Diet ginjal; yang
membatasi asupan protein, garam, kalium, phosphor dan air semakin
menyebabkan malnutrisi dan rendahnya intake makanan. Intervensi diet
seharusnya tidak terlalu ketat sebelum status gizi dan kebiasaan makan
diketahui serta pasien gagal ginjal sudah jelas membutuhkan pembatasan
diet. Selain itu, beberapa hal perlu diperhatikan dalam menyebabkan
abnormalitas elektrolit seperti rendahnya kontrol terhadap glukosa,
penggunaan kalium dalam pengganti garam, atau obat yang menyebabkan
hyperkalemia. Sehingga pembatasan diet harus memperhatikan beberapa
faktor diatas. Pasien dengan dialisis biasanya akan menyebabkan
peningkatan serum leptin dan serum mediator fase akut seperti IL-6 dan
TNF (Tumor Necrosis Factor). Mediator ini dihubungkan dengan anorexia
dan penurunan intake makanan pada pasien dengan gagal ginjal. Selain itu,
uremia juga merupakan faktor lainnya yang dapat menyebabkan turunnya
nafsu makan dan intake makanan. Penyebab malnutrisi lainnya pada
pasien gagal ginjal adalah meningkatnya kehilangan zat gizi. Pada pasien
dialisis, akan terjadi kehilangan asam amino sebanyak 6-12 gram, 2-3
gram peptida dan sedikit protein per sesi dialisis. Selama dialisis
peritoneal, pasien akan mengalami kehilangan asam amino sebesar 2-4
gram, tetapi pada realitanya kehilangan ini meningkat menjadi 8-9 gram
(termasuk 5-6 gram albumin). Pasien dengan dialisis peritoneal akan
mengalami kehilangan protein total sebesar 15 gram per sesi dialisis.
Pengeluaran ini akan terus meningkat sampai peritonitis diobati. Pasien
dengan dialisis juga dapat kehilangan protein akibat dari sampling darah
untuk check laboratorium. Pasien dengan kadar Hb yang normal, akan
mengalami kehilangan protein sebesar 16 gram setiap 100 mL darah
diambil dari tubuh. Malnutrisi pada pasien gagal ginjal juga dapat
disebabkan karena aktivitas bakteri pada usus dan meningkatnya
katabolisme tubuh. Studi kohort yang dilakukan pada 22 pasien dengan
dengan gagal ginjal kronis, 36% pasien mengalami overgrowth bakteri di
dalam usus. Pasien dengan gagal ginjal selalu dihadapkan dengan
"anabolism challanged". Meningkatnya reactan acute-phase pada pasien
gagal ginjal dan dialisis akan menghambat produksi albumin dari hati dan
meningkatkan katabolisme dari jaringan otot. Asidosis merupakan faktor
tambahan yang menggambarkan katabolisme dalam tubuh pasien.
Beberapa data hasil penelitian menunjukkan aktivitas dari ubiquitine-
proteasome akan menyebabkan proteolitik pada jaringan otot yang
merupakan jalur primer dalam katabolisme protein. Acidosis pada pasien
gagal ginjal akan menghambat aktivitas osteoblast dan meningkatkan
aktiovitas osteoclast yang menyebabkan osteodystrophy pada pasien gagal
ginjal.
F. Kebutuhan Cairan
1. Pengaturan Kelebihan Volume Cairan pada Gagal ginjal kronik
Pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik, sangat
perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema
dan komplikasi kardiovaskular. Air yang masuk kedalam tubuh dibuat
seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun Insensible
Water Loss (IWL). Dalam melakukan pembatasan asupan cairan,
bergantung dengan haluaran urin dalam 24 jam dan ditambahkan
dengan Insensible Water Loss (IWL), ini merupakan jumlah yang
diperbolehkan untuk pasien dengan gagal ginjal kronik yang
mendapatkan dialysis ( Almatsier, 2006; Smeltzer & Bare, 2008 ).
Sebagai contoh seseorang yang mengeluarkan urin 300 cc/24 jam, maka
cairan yang boleh dikonsumsi adalah : 600 cc + 300 cc = 900 cc/24 jam.
Penyokong terapi untuk mencegah kelebihan beban cairan adalah
pembatasan asupan cairan dan garam. Untuk memperlambat kebutuhan
akan dialysis dapat juga dengan menggunakan diuretic. Saat gagal
ginjal kronik memburuk oliguria biasanya akan muncul, merupakan
tanda dan gejala kelebihan volume cairan. Pada pasien gagal ginjal
kronik, pengkajian status cairan yang berkelanjutan sangat lah penting,
yang meliputi melakukan pembatasan asupan dan pengukuran haluaran
cairan yang akurat, menimbang berat badan setiap hari dan memantau
adanya kompikasi cairan. Bila tidak melakukan pengukuran asupan dan
haluaran cairan akan mengakibatkan edema, hipertensi, edema paru,
gagal jantung, dan distensi vena jugularis, kecuali akan dilakukan terapi
dialysis (Morton, 2014)
2. Pembatasan Cairan
Pembatasan cairan dapat bervariasi untuk setiap pasien tergantung
faktor – faktor seperti berat badan antara perawatan, urin dan bengkak.
Untuk pasien dialysis, komplikasi akibat kelebihan volume cairan
adalah : Tekanan darah tinggi, penurunan tekanan darah secara tiba
(Saat hemodialisis), sesak nafas, masalah jantung denyut jantung cepat
otot jantung melemah.
3. Tips untuk mengontrol dahaga atau rasa haus
a. Membatasi jumlah natrium dan makanan pedas
b. Minum sedikit – sedikit secara sering haus akan berkurang.
c. Cobalah es.mencoba jus buah yang di bekukan .
d. Jika memiliki diabetes, jagalah kadar glukosa agar tetap normal
karena glukosa tinggi akan meningkatkan rasa haus
G. Kebutuhan nutrisi pasien gagal ginjal
a. Kebutuhan Energi
Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan
pasien dengan hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang.
Menurut National Kidney Foundation's, kebutuhan kalori pada pasien
gagal ginjal pada hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang
adalah 30-35 kalori/Kg. Sedangkan pada pasien yang dihemolisis
dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari
dekstrose dalam larutan diasylate. Sehingga kalori ini perlu
diperhatikan. Sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal akan
mengalami edema, sehingga perlu diketahui berat badan aktual pasien
agar pemenuhan kebutuhan energi dapat diketahui. Berdasarkan
National Kidney Foundation dan data NHANES II apabila berat pasien
<95%>115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan perhitungan
rumus) digunakan dalam menentukan energi. Rumus untuk mengetahui
berat badan perkiraan adalah sebagai berikut: berat badan ideal+[(aktual
edema-free weight-ideal weight)x0,25].
b. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada
jenis gagal ginjal yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang
dilakukan oleh pasien. Pada pasien dewasa dengan gagal ginjal kronis
yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi nitrogen per kilogram
bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori terpenuhi dan
protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai biologis
yang tinggi. Penurunan asupan protein dapat mereduksi sindrom uremik
dan menghambat dialisis pada pasien dengan gagal ginjal kronis yang
stabil. Akan tetapi, penurunan asupan protein ini tidak diharapkan
karena dapat menimbulkan malnutrisi atau intake kalori yang tidak
adekuat. Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah
sekitar 0,6- 0,8 gram per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi
ginjal sudah menurun dan tidak mengalami dialisis. Sedangkan apabila
fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat perlakuan dialisis maka
lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan. Pada
pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram
per kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang
stabil dan sebesar 1,2-1,3 gram untuk pasien dengan heodialisis
peritoneal yang stabil. Pasien dengan malnutrisi, acute catabolic illness
atau luka postoperatif sebaiknya mendapat protein lebih dari 1,3 gram
per kilogram berat badan per hari. Sebuah studi menunjukkan konsumsi
protein sebesar 2-2,5 gram per kilogram berat badan per hari dapat
memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada pasien dengan gagal ginjal
akut. Akan tetapi, konsumsi protein diatas 1,5-1,6 gram per hari per
kilogram berat badan akan meningkatkan frekuensi dari dialisis.
c. Kebutuhan Vitamin
Pasien dengan gagal ginjal sangat riskan untuk defisiensi beberapa
mikronutient. Pasien dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air
seperti thiamine, asam folate, pyridoxine dan asam askorbat (vitamin
C). Akan tetapi, pasien dengan gagal ginjal akan menyebabkan
turunnya ekskresi vitamin A dan menyebabkan hypervitaminosis A.
Sehingga konsumsi vitamin A perlu mendapat perhatian. Vitamin E
sangat dibutuhkan sebagai antioxidant sehingga mencegah asidosis
pada pasien. Konsumsi vitamin E sebesar 300-800 IU dapat mencegah
oksidasi pada sel. Akan tetapi, hal ini masih menjadi sesuatu yang
controversial. Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi
karena salah satu fungsi ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D.
Selain itu, meningkatnya level PTH (Pituitary Hormon) akan
menyebabkan vitamin D menurun. Pasien dengan penurunan fungsi
ginjal kronis (GFR 20-60 mL/min) yang disertai dengan meningkatnya
level PTH harus dilakukan pengecekan vitamin D dalam bentuk 25-
Hidroksi kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D. Pasien dengan kadar 25-
OH vitamin D <75> Berikut adalah rekomendasi intake vitamin pada
pasien dengan hemodialisis: Tabel 3. Rekomendasi intake vitamin
pasien hemodialisis Vitamin Rekomendasi Thiamin Riboflavin Niacin
Asam pantotenat Piridoksin Sianokobalamin Biotin Asam askorbat
Asam folat Zink 1,1-1,2 mg/hari 1,1-1,3 mg/hari 14-16 mg/hari 5
mg/hari 10 mg/hari 2,4 mg/hari 30 mcg/hari 75-90 mg/hari 1 mg/hari
15 mg/hari
4. Kebutuhan Mineral
a. Kalsium Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk
pembentukan tulang yang kuat. Namun makanan yang
mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga mengandung
kadar fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah
hilangnya kalsium adalah dengan membatasi asupan makanan yang
mengandung fosfat yang tinggi. Untuk menjaga keseimbangan
kadar kalsium dan fosfat biasanya penderita diminta
mengkonsumsi obat pengikat fosfat (phosphate binder) dan
bijaksana dalam mengkonsumsi makanan. Pemasukan kalsium
sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau menunda
kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat
dari asidosis kronis dan gangguan metabolisme vitamin D. Karena
pemasukan susu biasanya dibatasi hanya 1 mangkuk sehari untuk
mengurangi pemasukan protein dan fosfat, maka diperlukan
suplemen tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh
diberikan bila kadar fosfat serum tidak terkontrol, karena bahaya
terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.
b. Fosfat Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk
membuang fosfat dari darah yang menyebabkan tingginya kadar
fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat menyebabkan
tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang
menjadi sangat lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar
fosfat dalam darah, penderita seyogyanya mengkonsumsi makanan
yang mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di
sebagian besar makanan namun pada beberapa jenis makanan
berikut ini terkandung kadar fosfat yang tinggi yaitu : · Produk
susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream · Kacang
kacangan, selai kacang · Minuman seperti bir, cola maupun jenis
soft drink lainnya Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih
lambat dengan diet yang mengandung fosfat kurang dari 600
mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan yang disebutkan diatas
cukup untuk membatasi protein yang masuk, dan memungkinkan
tercapainya kadar pemasukan yang diinginkan. Antasida
aluminium hidroksida diberikan secara oral bila diperlukan untuk
mengikat fosfat makanan dan mencegah absorpsinya. Aluminium
hidroksida ini dapat ditambahkan dalam adonan kue supaya dapat
lebh mudah diterima oleh pasien. Namun, kecenderungan saat ini
adalah lebih banyak menurunkan kadar fosfat dari makanan dan
minuman daripada penggunaan zat pengikat secara rutin.
Penggunaan aluminium hidroksida yang menahun dapat
mengakibatkan keracunan aluminium dengan gejala ataksia,
demensia, dan memperburuk osteodistrofi tulang.
c. Kalium Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi
tubuh kita terutama untuk membantu otot dan jantung bekerja
dengan baik.Kalium dengan kadar yang cukup tinggi banyak
ditemukan pada sebagian besar makanan seperti : · Beberapa buah
dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang · Susu dan
Yoghurt Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi
seperti daging sapi, daging babi,dan ikan.Terlalu banyak kalium
atau terlalu sedikit akan berbahaya bagi tubuh. Tiap penderita gagal
ginjal mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda – beda, ada
yang membutuhkan banyak kalium, sementara ada juga yang harus
membatasi kalium. Semua itu tergantung dari tingkat kerusakan
ginjal dari penderita.
d. Sodium Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk
membatasi asupan sodium. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan
antara asupan sodium, penyakit ginjal dan hipertensi. Sodium juga
banyak ditemukan pada makanan namun pada beberapa jenis
makanan berikut ini terkandung kadar sodium yang tinggi.
G. Tujuan Diet
Mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil serta tejadinya perubahan yang nyata pada
warna air kencing
Retensi air dalam tubuh yang ditandai dengan membengkaknya pergelangan kaki & tangan
Merasa seperti buang air kecil tetapi tidak ada urin yang keluar
Merasakan lelah yang berlebihan, Erupsi dan gatal pada kulit, Nafsu makan berkurang
Mual dan muntah, Sakit kepala, Otot sering kram, Warna kulit dan kuku pucat, Munculnya
darah dalam urine
Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:toksik uremia yang kurang terdialisis,
Peningkatan kadar kalium phosphor, Alergi bahan-bahan dalam proses HD, Kering bersisik
2. Lemak : Lemak cukup, yaitu antara 20–30% dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda
3. Protein :Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang
selama dialisis. Protein diberikan 1,2g/KgBBI/Hari untuk dewasa dan 1,5–2 g /KgBB/hari untuk anak–anak.
4. Karbohidrat : Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal lemak karena
kondisi pasien koma (kegawatan). Untuk pasien yang menjalani cuci darah karbohidrat diberikan 55% dari total
5. Natrium :Natrium dibatasi bila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Banyaknya natrium yang
diberikan antara 1-3 g. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urine yang keluar selama 24 jam yaitu : - 1 g +
penyesuaian terhadap urine sehari, yaitu 1 g setiap ½ ltr urin HD- 1-4 g + penyesuaian terhadap urine sehari
6. Fosfor : Pada klien yang menjalani cuci darah, asupan fosfor dapat sedikit dinaikkan menjadi 17 mg/kg BB/hari.
7. Kalium : Kalium dibatasi (40–70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq) oliguria, atau anuria.
Kadar kalium dalam serum harus dijaga dalam kisaran 3,5–5 mEq/l, untuk mencegah akibat yang
8. Kalsium : Kalsium tinggi yaitu 1000 mg/hari bila perlu diberikan suplemen kalsium.
Kebutuhan Cairan
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pasien gagal ginjal kronik perlu belajar mengenal tanda
ketidakseimbangan cairan, mengatur asupan cairan sesuai
program dokter, dan menerapkan terapi diet. Pasien harus
memantau asupan dan haluarannya. Mengatur asupan
natrium dapat menjadi tantangan berat bagi pasien.
Tambahan berat badan yang tiba-tiba dapat menunjukkan
retensi cairan yang disebabkan kelebihan asupan natrium,
yang menyebabkan rasa haus dan membuat pasien banyak
minum. Kata natrium atau "garam" pada label makanan
yang dibeli dipasar harus diperhatikan. Pengganti garam
harus dihindari karena mengandung banyak kalium.