i
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwaskripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum
pernah dikumpulkan orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
Yang menyatakan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan dalam ujian akhir program
Sakinah Mojokerto
NIM : 201807024
Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Pada Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Kabupaten
Mojokerto
Judul : Perawatan Mandiri Kateter Double Lumen Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Dilakukan Hemodialisa di Rumah Sakit Islam
Sakinah Mojokerto
Nama : HENI DWI MASYITAH
NIM : 201807024
Pada tanggal : Agustus 2020
Mengesahkan:
Tim Penguji
Mengetahui,
Ka.Prodi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto
iv
KATA PENGANTAR
Mojokerto”. Selesainya penulisanskripsi ini tak lepas dari bantuan dan dukungan
1. Direktur RSI Sakinah Mojokerto dan Kepala Ruangan Hemodialisa yang telah
2. Dr. M. Sajidin, S.Kp, M.Kes selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto
5. Lutfi Wahyuni, S.Kep. Ns., M.Kes selaku pembimbing IISkripsi yang telah
6. Staff Dosen dan Karyawan STIKes Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto.
v
Akhirnya penulis menyadari bahwaskripsi ini jauh dari sempurna sehingga
Penulis
vi
MOTTO
Percayalah pada dirimu dan semua yang kamu miliki. Kamu harus sadar bahwa
vii
PERSEMBAHAN
kemudahan dan kesulitan selama dilakukan proses mengerjakan Skripsi ini dari
awal hingga akhir. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita
1. Ayah dan ibu tercinta yang selalu mendo’akan di setiap langkahku, yang telah
memberikan kasih sayang yang sangat besar dan tulus, segala dukungan dan
cinta kasih tiada mungkin dapat ku balas, selalu menssuport selama saya
merasa down.
buat sri andini yang selalu ku repotkan, selalu menemani dan memberikan
4. Terima kasih kepada pembimbing Skripsiku, ibu Duwi Basuki, M,Kep dan Ibu
Lutfi Wahyuni, S.Kep. Ns., M.Kes atas ilmu yang telah diberikan selama ini.
Hingga saya bisa menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya. Terima
kasih kepada Ibu Ifa Ro’ifah, S.Kep. Ns, M.Kes atas waktunya untuk bersedia
5. Seluruh dosen pengajar di STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Terima kasih
banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang
viii
ABSTRACT
By:
Heni Dwi Masyitah
The increasing incidence of chronic renal failure made sufferers have to undergo
hemodialysis as a substitute for renal function through vascular access double
lumen catheters. Infection of the hemodialysis catheter was a cause of increased
morbidity and mortality in hemodialysis patients. The purpose of this study was to
determine the independent treatment of double lumen catheter in chronic renal
failure patients who underwent hemodialysis at RSI Sakinah Mojokerto. The
research design used a descriptive survey method. The population in this study
were 120 patients with chronic renal failure who were undergoing hemodialysis at
RSI Sakinah Mojokerto. The sampling technique used simple random sampling to
obtain 30 respondents. The variable of this study was self-care double lumen
catheter in chronic renal failure patients who were undergoing hemodialysis. The
measuring instrument in this study was the standard operational checklist for self-
care procedures for double lumen catheters. Data analysis used mode. The results
suggested that the respondents who performed double lumen catheter care
according to the Standar Operasional Prosedur (SOP) were 17 people (56.7%),
and those who did not comply with the Standar Operasional Prosedur (SOP) were
14 people (43.3%). The analysis suggested that most of the respondents
performed double lumen catheter treatment according to the Standar Operasional
Prosedur (SOP). This is because the respondent has undergone hemodialysis for
more than 1 year, so they already know what to do to keep the catheter clean and
care for it independently.
ix
ABSTRAK
Oleh:
Heni Dwi Masyitah
x
DAFTAR ISI
xi
2.1.6 Pendekatan Klinik 15
2.1.7 Patofisiologi 17
2.1.8 Pathway 19
2.1.9 Penatalaksanaan 20
2.1.10 Komplikasi 20
2.2 Hemodialisa 23
2.2.1 Pengertian 23
2.2.2 Tujuan Hemodialisa 25
2.2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Hemodialisa 25
2.2.4 Prosedur Hemodialisis26
2.3 Konsep Pemasangan Kateter Hemodialisa 31
2.3.1 Akses Vaskuler Hemodialisis 31
2.3.2 Prosedur Membuat Akses Vaskuler 38
2.3.3 Prosedur Perawatan Akses Vaskuler Mandiri oleh Pasien 39
2.4 Jurnal Pendukung 40
2.5 Kerangka Teori 44
2.6 Kerangka Konseptual 45
BAB 3METODE PENELITIAN 46
3.1 Desain Penelitian 46
3.2 Populasi, Sampling, dan Sampel 46
3.2.1 Populasi 46
3.2.2 Sampling 47
3.2.3 Sampel47
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 48
3.3.1 Variabel 48
3.3.2 Definisi Operasional 49
3.4 Prosedur Penelitian 49
3.5 Pengumpulan Data 52
3.5.1 Instrumen 52
3.5.2 Lokasi dan waktu penelitian 52
3.6 Analisis data 52
xii
3.6.1 Teknik Pengolahan Data 52
3.7 Etika Penelitian 54
3.7.1 Tanpa Nama (anonymity) 54
3.7.2 Lembar persetujuan responden (informed concent) 55
3.7.3 Kerahasiaan (cofidentiallity) 55
BAB 4HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55
4.1 Hasil Penelitian 55
4.1.1 Data Umum 55
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 55
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 55
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 56
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama HD 56
4.1.2 Data Khusus Perawatan Mandiri Kateter Double Lumen 57
4.2 Pembahasan Perawatan Mandiri Kateter Double Lumen pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang Dilakukan Hemodialisa 57
BAB 5SIMPULAN DAN SARAN 62
5.1 Simpulan 62
5.2 Saran 62
5.2.1 Bagi Pasien 62
5.2.2 Bagi Tempat Penelitian 62
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya 64
DAFTAR PUSTAKA 65
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
glomerulus sehingga ginjal tidak lagi mampu menjalankan fungsinya, hal ini
menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat
adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan plastic PVC mempunyai 2 cabang,
selang merah (arteri) untuk keluarnya darah dari tubuh ke mesin dan selang
al, 2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%. Menurut hasil
1
2
Global Burden of Disease oleh WHO tahun 2010, PGK merupakan penyebab
kematian peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan
ke-18 pada tahun 2010 (Kemenkes RI, 2017). Hasil Riset Kesehatan Dasar
0,8% (Kemenkes RI, 2019). Unit dialisis untuk Penyakit Ginjal Kronik di
Jawa Timur sebanyak 83 unit yang memiliki 1024 atau 11% dari 9119 alat
bahwa insidensi PGK di Indonesia sebesar 30.831 pasien dan di Jawa Timur
orang setiap hari. Hasil observasi pada pasien yang terpasang CDL dari 33
menyebabkan kerusakan ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronik (Wijaya &
yang dimasukkan ke dalam suatu vena sentral di daerah leher, dada atau lipat
paha. Kateter ini di luar tubuh memisah menjadi dua saluran, melalui prosedur
operasi. Akses ini sangat tidak ideal karena dapat menimbulkan berbagai
macam komplikasi seperti bekuan darah yang menyumbat akses, infeksi dan
sehingga tidak dapat digunakan lagi untuk akses hemodialisis. Semua tindakan
menyebabkan infeksi. Bila pada CDL (Catheter Double Lument) adanya rasa
nyeri pada tempat keluarnya kateter, pendarahan atau keluar cairan dari daerah
kateter, suhu tubuh lebih dari 38 celsius dan keteter keluar dari tempat
penusuk maka akan terjadi resiko infeksi. Infeksi merupakan penyebab utama
kateter double lumen, kateter dapat digunakan dalam waktu tertentu dan aliran
area kulit di sekitar lokasi penusukan (exit site) dengan menggunakan alkohol
70% dan diulangi sampai kulit bebas dari kotoran, kemudian berikan
4
desinfektan dengan bethadine solution secara sirkuler dari arah dalam keluar
dan berikan heparin pekat sesuai dengan anjuran yang tertera dalam selang
Sakinah Mojokerto.
1 Tujuan Penelitian
Mojokerto.
2 Manfaat Penelitian
Prosedur (SOP) atau belum sehingga dapat meringankan tugas perawat sendiri
untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan berkualitas demi keselamatan
pasien.
5
Bagi Responden
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan tentang tinjauan teori yang mendasari penelitian ini
Konseptual
2.1.1 Pengertian
yang tetap berupa dialysis atau transplantasi ginjal (Lubis et al., 2014).
6
7
menyebabkan uremia atau terjadi retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah (S. & Smeltzer & Bare, 2017). Gagal ginjal kronik adalah
gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang bersifat lambat dan
progresif > 3 bulan yang ditandai dengan penurunan lanju filtrasi ginjal.
2.1.2 Etiologi
sebagai berikut:
2. Penyakit Peradangan
3. Nifrosklerosis Hipertensif
5. Gangguan Metabolik
amiloidosis.
6. Nefropati Toksik
2.1.3 Stadium
Dalam Wijaya dan Putri (2013), gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
meningkat.
mL/menit/1,73m2
29mL/menit/1,73m2
Menurut (Pranandari & Supadmi, 2015), faktor resiko gagal ginjal kronik
antara lain:
1. Usia
fungsi ginjal dalam skala kecil merupakan proses normal bagi setiap
wajar yang dapat ditoleransi ginjal dan tubuh. Namun, akibat ada
berbagai keluhan dari ringan sampai berat, kondisi ini disebut gagal
2. Jenis Kelamin
obat karena perempuan lebih dapat menjaga diri mereka sendiri serta
3. Riwayat Hipertensi
mempunyai risiko terhadap kejadian gagal ginjal kronik 4,1 kali lebih
12
timbulnya albuminuria
5. Kebiasaan Merokok
Dalam Wijaya dan Putri (2013) disebutkan bahwa manifestasi klinik GGK
antara lain:
1. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.
berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001 dalam Wijaya & Putri, 2013)
1. Gangguan kardiovaskuler
2. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
3. Gangguan gastrointestinal
4. Gangguan muskuloskeletal
ekstremitas.
5. Gangguan Integumen
penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
6. Gangguan endokrim
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
hipokalsemia.
8. System hematologi
trombositopeni.
1. Gambaran Klinis
2. Gambaran Laboratoris
cast, isosteinuria
3. Gambaran Radiologis
mengalami kerusakan.
17
indikasi.
indikasi
2.1.7 Patofisiologi
fungsi ginjal yang progresif. Total laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun
dan klirens menurun, BUN dan kreatinin meningkat. Nefron yang masih
Pada gagal ginjal kronik, fungsi ginjal menurun secara drastis yang
berasal dari nefron. Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai
50% dalam hal GFR (Glomerular Filtration Rate). Pada penurunan fungsi
rata-rata 50% , biasanya muncul tanda dan gejala azotemia sedang, poliuri,
18
nokturia, hipertensi dan sesekali terjadi anemia. Selain itu, selama terjadi
terganggu. Pada hakikatnya tanda dan gejala gagal ginjal kronis hampir
sama dengan gagal ginjal akut, namun awitan waktunya saja yang
2.1.8 Pathway
Gangguan metabolik Infeksi Gangguan Gangguan tubulus Gangguan kongenital &
(pielonefritis) Obat tr. urinarius Hipertensi
(DM) imunologis primer herediter
Sekresi eritropetin Sekresi air dan zat Retensi cairan Konsentrasi vit D Peningkatan PO4 dan Penimbunan asam
ginjal terlarut elektrolit aktif ↓ Ca dalam plasma dalam cairan tubuh
Kristalisasi urea
Produksi sel darah Produksi renin Konsentrasi Ca pH darah ↓
Ca + dalam tulang ↓
merah menurun terionisasi serum
Akumulasi toksin plasma ↓
Angiotensin I Asidosis metabolik
Anemia
Resti kerusakan Osteomalasia
Angiotensin II
integritas kulit Kussmaul sign
Perubahan perfusi Perubahan proses
jaringan pikir Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas Perubahan nutrisi Peningkatan TD Pola nafas tidak efektif
condition)
2.1.10 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada gagal ginjal kronis menurut (Alam
1. Anemia
20
21
tertentu. Tanpa oksigen dan nutrisi, saraf tersebut perlahan akan mati.
3. Komplikasi kardiopulmoner
bagian kiri, bagian kanan atau keduanya. Gagal jantung pada GGK
biasanya didahului oleh anemia. Jika tidak diobati, anemia pada GGK
bisa menimbulkan masalah yang serius. Jumlah sel darah merah yang
rendah akan memicu jantung sehingga jantung bekerja lebih keras. Hal
ini menyebabkan pelebaran bilik jantung kiri yang disebut LVH (left
kardiorenal.
4. Komplikasi Gastrointestinal
5. Disfungsi seksual
merangsang libido dan untuk fungsi seksual yang normal. Selain itu,
6. Defek skeletal
fosfat dalam darah. Jika kadar fosfat dan kalsium dalam darah sangat
tinggi (hasil kali kadar kalsium dan fosfat mencapai > 70 mg/dL) maka
makanan ke dalam tulang dan darah. Jika kadar kalsitriol turun sangat
4 Hemodialisa
2.1.11 Pengertian
pemisah antara darah dan cairan diaksat yang sengaja dibuat dalam
biasanya memakan waktu sekitar tiga hingga enam jam dan dilakukan
kompartemen yaitu :
semipermiabel buatan
2013).
dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma
Sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia itu
dapat berupa air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan
< 5 ml)
terdapat indikasi :
b. Asidosis
e. Kelebihan cairan
sebagai berikut:
akut, dialisis bebas heparin menjadi lebih populer dan secara rutin
diinginkan.
resirkulasi.
3. Memulai dialisis.
100 mL / menit, sampai seluruh sirkuit darah terisi dengan darah. Saat
sirkuit darah terisi, cairan priming dalam dialyzer dan tubing dapat
darah dan kadar darah yang tepat di ruang infus vena dipastikan, laju
Tingkat tekanan pada monitor inflow (arteri), antara situs akses dan
bahwa pompa darah akan berhenti dan alarm akan berbunyi jika terjadi
darah akan dengan cepat mendekati nol. Seperti itu, itu harus memicu
saklar batas tekanan yang ditetapkan dengan benar. Batas tekanan yang
lebih rendah pada pengukur tekanan vena harus diatur dalam 10-20
mungkin tidak menghentikan pompa jika jarum vena terlepas atau jika
6. Bunyi bip, bel, dan alarm. monitor pada mesin solusi dialisis. Monitor
tetapi setidaknya setiap 15 menit untuk dialisis akut pada pasien yang
selama dialisis
tekanan darah pasien rendah pada akhir dialisis, bolus saline akan
digunakan, pompa darah pertama kali dimatikan, dan garis darah arteri
dijepit dekat dengan pasien. Garis darah arteri kemudian terputus hanya
kali terlihat pada garis darah vena, garis vena dijepit, pompa darah
beberapa bulan, yang berarti pasien dengan penyakit ginjal kronis dapat,
untuk pertama kalinya, diobati dengan dialisis. Pirau berada di piring kecil
yang akan melekat pada tubuh pasien, misalnya pada lengan. Satu kanula
(Melnick, 2016).
Ma’ruf, 2018):
dengan ujung teflon yang sesuai ke dalam arteri radialis dan vena
dengan selang darah dan mesin dialisa, jika tidak digunakan maka
hemodialisis.
CDL adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan plastic PVC
darah dari tubuh ke mesin dan selang biru (vena) untuk masuknya
1) Vena Femoralis
2) Vena Subclavia
thrombosis.
atau lebih sampai fistula siap dipakai dan dapat gagal karena fistula
b. AV Graft
femoralis).
kanulasi.
dengan aman per unit protokol. Jika darahkilas balik terlihat, aspirasi
dilakukan dengan meremas bola karet pada lengan yang terdapat AV fistula
akses
3. Jangan mengukur tekanan darah pada lengan yang terdapat akses vaskuler
vaskuler
5. Jangan menggunakan perhiasan atau baju yang sempit pada lengan yang
7. Cek akses anda setiap hari dengan merabanya, adakah getaran yang kuat
6 Jurnal Pendukung
Jurnal Promosi
Kesehatan
Indonesia Vol.
12 / No. 1 /
Agustus 2017
3 Analisis Pelaksanaan Deskriptif Standar
Pelaksanaan Rekam Medis kualitatif Operasional
Rekam Medis Bagian Filing Prosedur (SOP)
42
Nopita
Cahyaningrum
INFOKES, VOL.
3 NO. 1 Agustus
2013
4 Hubungan Independen: Analitik Penerapan
Penerapan penerapan korelasi dengan Standar
Standar Standar rancangan cross Operasional
Operasional Operasional sectional Prosedur (SOP)
Prosedur (SOP) Prosedur (SOP) penerimaan
Penerimaan penerimaan pasien baru di
Pasien Baru pasien unit rawat inap
Dengan Puskesmas
Tingkat Kepuasan Dependen: Bareng adalah
Pasien kepuasan tidak sesuai
pasien prosedur
Wemvi Kusuma
Sari, Iswanto
Karso, Miftachul
Huda
Jurnal Ilmiah
Keperawatan, Vol
3 No 2 September
2017 ISSN :
2528-3022
5 Tinjauan Pelaksanaan Jenis penelitian Petugas dalam
43
IJMS –
Indonesian
Journal On
Medical Science –
Volume 2 No 1 –
Agustus 2015
44
7 Kerangka Teori
8 Kerangka Konseptual
Prosedur hemodialisa
1. Akses internal
2. Akses
eksternal
Faktor yang 1. AV
mempengaruhi shunt/fistula
Perawatan Mandiri: 2. AV graft
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Tingkat
pendidikan Perawatan Mandiri
Kateter Double Lumen
:
: diteliti
: tidak diteliti
METODE PENELITIAN
9 Desain Penelitian
fenomena dalam menemukan ide baru (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini
3.1.1 Populasi
46
47
3.1.2 Sampling
Menurut Arikunto (2012), apabila besar populasi lebih dari 100, maka
sampel boleh diambil 10-15% atau 20-25% dari total populasi. Sampel
25
n x 120
100
3000
n
100
n = 30 orang
3.1.3 Sampel
2012). Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau yang
ini adalah Sebagian pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan hemodialisa
3.1.4 Variabel
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti tentang sesuatu
mandiri kateter double lumen pada pasien gagal ginjal kronik yang
dilakukan hemodialisa.
49
12 Prosedur Penelitian
dan ilmiah) mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya yaitu
1. Mengurus perizinan dari Ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto dan
hemodialisa
responden
Populasi :
Sebagian pasien gagal ginjal kronik diruang Hemodialisa di RSI Sakinah
Mojokerto sejumlah 120 orang.
Sampling :
Teknik simple random sampling.
Sampel:
Seluruh pasien gagal ginjal kronik diruang Hemodialisa di RSI Sakinah
Mojokerto sejumlah 30 orang
Pengumpulan data :
Dengan melakukan pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan
Standar Operasional Prosedur (SOP) perawatan kateter double lumen.
Pengolahan data :
Editing. Coding, Scoring, Tabulating
Penyajian data :
Tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisa data dengan analisis
deskriptif
Diseminasi :
Perawatan Mandiri Kateter Double Lumen Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Yang Dilakukan Hemodialisa
13 Pengumpulan Data
3.1.6 Instrumen
14 Analisis data
berikut :
3.6.1.1 Editing
terisi seluruhnya dan tidak ada satu tindakan yang terlewatkan dari
penilaian.
3.6.1.2 Coding
a) Usia
Kode 4: 46-59tahun
Kode 5: ≥ 60 tahun
b) Jenis Kelamin
Kode 1: Laki-laki
Kode 2: Perempuan
c) Pendidikan Pasien
Kode 1: SD
Kode 2: SMP
Kode 3: SMA
d) Lama HD
Data Khusus
3.6.1.3 Scoring
Scoring untuk variabel perawatan kateter doble lumen adalah nilai 0 untuk
infeksi) dan nilai 1 untuk langkah tindakan yang dilakukan sesuai dengan
observasi.
3.6.1.4 Tabulating
15 Etika Penelitian
confidentially/rahasia.
16 Keterbatasan Penelitian
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Agustus
2020 tentang karakteristik responden dan data khusus perawatan mandiri kateter
double lumen pada pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan hemodialisa.
17 Hasil Penelitian
55
56
perawatan kateter double lumen sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu
17 orang (56,7%), dan yang tidak sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)
oleh (Wijayanti et al., 2018) dimana lebih dari separuh responden mempunyai self
kateter. CDL (Catheter Double Lument) adalah suatu saluran yang dimasukkan ke
58
dalam suatu vena sentral di daerah leher, dada atau lipat paha. Kateter ini di luar
tubuh memisah menjadi dua saluran, melalui prosedur operasi. Akses ini sangat
tidak ideal karena dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti bekuan
darah yang menyumbat akses, infeksi dan jangka lama vena tempat pemasangan
kateter akan mengalami penyempitan sehingga tidak dapat digunakan lagi untuk
akses hemodialisis. Semua tindakan perawatan ini harus dilakukan dengan benar
(Catheter Double Lument) adanya rasa nyeri pada tempat keluarnya kateter,
pendarahan atau keluar cairan dari daerah kateter, suhu tubuh lebih dari 38 celsius
dan keteter keluar dari tempat penusuk maka akan terjadi resiko infeksi. Infeksi
diajarkan cara melakukan perawatan kateter yang benar agar menghindari infeksi,
karena perlukaan pada tubuh yang terbuka merupakan jalan masuk untuk
Prosedur (SOP) terjadi pada responden yang baru masa-masa awal menjalani
berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, rata-rata infeksi timbul setelah 3-4
kuman mudah masuk, karena lingkungan area akses vaskuler yang lembab akan
mudah ditempeli kuman, dan luman terbuka akan memudah kuman masuk.
(SOP) adalah 50% dari responden yang berusia 36-45 tahun, 62,5% dari
responden yang berusia 46-59 tahun, dan 57,1% dari responden yang berusia ≥ 60
tahun, sedangkan yang tidak sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah
100% dari responden yang berusia 26-35 tahun, 50% dari responden yang berusia
36-45 tahun, 37,5% dari responden yang berusia 46-59 tahun, dan 42,9% dari
yang lebih tua (Wijayanti et al., 2018). Usiayang semakin tua, cenderung lebih
mematuhi SOP karena sudah lebih lama mengalami sakit dan menjalani
yang tidak sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah 50% dari responden
Prosedur (SOP) dikarenakan perempuan lebih telaten dan lebih sabar dalam
melakukan perawatan dirinya sendiri, sehingga lebih bersih dalam menjaga akses
kurang sabar dalam melakukan perawatan diri, apalagi yang dilakukan setiap hari,
informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi
yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek
ini akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak
aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap positif terhadap
responden, maka perilaku responden semakin baik, demikian juga halnya dengan
61
perawatan kateter yang juga termasuk dalam bentuk perilaku kesehatan, sehingga
sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) karena pendidikan yang lebih tinggi
19 Simpulan
Perawatan mandiri kateter double lumen pada pasien gagal ginjal kronik yang
20 Saran
oleh rumah sakit, terutama dalam hal membiarkan ujung kateter terbuka
disampaikan saja kepada pasien, tetapi ada wujud fisik berupa leaflet atau
62
63
infeksi
64
Alam, S., & Hadibroto, I. (2012). Gagal Ginjal. PT Gramedia Pustaka Utama.
Anang Ma’ruf. (2018). Penatalaksanaan-Akses-Vaskuler. 031, 1–49.
http://ipdijatim.org/wp-content/uploads/2017/12/penatalaksanaan-akses-
vaskuler.pdf
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta.
Astuti, P., Herawati, T., & Kariasa, I. made. (2018). Faktor-faktor yang
Berhubungan Dengan Self Management pada Pasien Hemodialisis di Kota
Bekasi. Health Care Nursing Journal, 1.
Bayhakki. (2013). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronik. EGC.
Daugirdas, J. T., Blake, P. G., & Ing, T. S. (2015). Handbook of dialysis: Fifth
edition. In Handbook of Dialysis: Fifth Edition.
FRESENUIS MEDICAL CARE. (2018). Understanding hemodialysis. Fresenuis
Medical Care.
Hidayat, A. A. A. (2012). Metode Penelitian Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Salemba Medika.
Kemenkes RI. (2017). InfoDATIN Ginjal.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-
2018.pdf
Lubis, A., Tarigan, R. R., Nasution, B. R., Ramadani, S., & Vegas, A. (2014).
Pedoman penatalaksanaan gagal ginjal kronik. Medan: Divisi Nefrologi-
Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara RSUP. H Adam Malik Medan, 1–31.
Melnick, D. M. (2016). Vascular access for hemodialysis. Illustrative Handbook
of General Surgery: Second Edition, 747–757. https://doi.org/10.1007/978-3-
319-24557-7_41
Nuari, N, A., & Widayati, D. (2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan &
Penatalaksanaan Keperawatan. In Gangguan Pada Sistem Perkemihan &
Penatalaksanaan Keperawatan.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
65
66
Pranandari, R., & Supadmi, W. (2015). Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik Di
Unit Hemodialisis Rsud Wates Kulon Progo. Applied Physics Letters, 25(7),
415–418. https://doi.org/10.1063/1.1655531
Sari, D. K. (2017). Hubungan Lama Menjalani Terapi Hemodialisis Dengan
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di Instalasi Hemodialisis
RSUD Abdul Moeloek. Medikal Bedah.
Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu.
Smeltzer, S. &, & Bare, B. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8. EGC. https://doi.org/10.1037/1524-9220.4.1.3
Smeltzer, S. C. (2016). Buku Saku Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Tim IRR. (2018). 10 th Report Of Indonesian Renal Registry 2017 10 th Report
Of Indonesian Renal Registry 2017.
Trianto, Semadi, N., & Widiana, G. R. (2015). FAKTOR RISIKO INFEKSI
KATETER HEMODIALISIS DOUBLE LUMEN NON-TUNNELLED.
Jurnal Ilmiah Kedokteran, 46(September), 152–155.
Wijaya, A., & Putri, Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.
Wijayanti, D., Dinarwiyata, D., & Tumini, T. (2018). Self Care Management
Pasien Hemodialisa Ditinjau Dari Dukungan Keluarga Di Rsud Dr.Soetomo
Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), 109.
https://doi.org/10.32831/jik.v6i2.162
67
Dengan hormat,
NIM :201807024
Mojokerto,Agustus 2020
Hormat saya
Peneliti
70
Kode responden :
Alamat :
Apabila sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka
saya akan bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut di
kemudian hari.
Mojokerto,Agustus 2020
Yang bersangkutan
71
Lampiran 6. Kuesioner
Kode Responden :( )
Umur :
( ) 17-25 tahun
( ) 26-35 tahun
( ) 36-30 tahun
( ) 46-59 tahun
( ) ≥ 60 tahun
Jenis kelamin :
( ) Laki-laki
( ) Perempuan
Pendidikan :
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( )Perguruan Tinggi
Lama Hemodialisa :
( ) < 1 tahun
( ) 1-2 tahun
( ) 2-3 tahun
( ) > 3 tahun
72
LEMBAR OBSERVASI
Tabulasi Responden
Perawatan Mandiri Kateter Double Lumen Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Dilakukan Hemodialisa di Rumah Sakit Islam
Sakinah Mojokerto
Sesuai Standar
16 5 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Operasional 1
Prosedur (SOP)
Sesuai Standar
17 4 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Operasional 1
Prosedur (SOP)
Sesuai Standar
18 4 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Operasional 1
Prosedur (SOP)
Tidak sesuai
Standar
19 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 2
Operasional
Prosedur (SOP)
Sesuai Standar
20 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Operasional 1
Prosedur (SOP)
Tidak sesuai
Standar
21 4 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 2
Operasional
Prosedur (SOP)
Tidak sesuai
Standar
22 5 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 2
Operasional
Prosedur (SOP)
Tidak sesuai
Standar
23 5 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 9 2
Operasional
Prosedur (SOP)
Tidak sesuai
Standar
24 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 2
Operasional
Prosedur (SOP)
Sesuai Standar
25 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Operasional 1
Prosedur (SOP)
Tidak sesuai
Standar
26 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 8 2
Operasional
Prosedur (SOP)
Sesuai Standar
27 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Operasional 1
Prosedur (SOP)
Sesuai Standar
28 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Operasional 1
Prosedur (SOP)
Tidak sesuai
Standar
29 5 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 2
Operasional
Prosedur (SOP)
Tidak sesuai
Standar
30 4 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 2
Operasional
Prosedur (SOP)
75
Frequency Table
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 26-35 tahun 1 3.3 3.3 3.3
36-45 tahun 6 20.0 20.0 23.3
46-59 tahun 16 53.3 53.3 76.7
>= 60 tahun 7 23.3 23.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 22 73.3 73.3 73.3
Perempuan 8 26.7 26.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 11 36.7 36.7 36.7
SMA 18 60.0 60.0 96.7
Perguruan Tinggi 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Lama_HD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 1 tahun 19 63.3 63.3 63.3
1-2 tahun 10 33.3 33.3 96.7
2-3 tahun 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
76
Perawatan_Kateter
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sesuai Standar
Operasional Prosedur 17 56.7 56.7 56.7
(SOP)
Tidak Sesuai Standar
Operasional Prosedur 13 43.3 43.3 100.0
(SOP)
Total 30 100.0 100.0
77