Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

“ PERITONITIS “

DIsusun Oleh :

Nama : Yudistira Rusdi

Nim : LPT. 13201933

CI LAHAN CI INSTITUSI

--------------- --------------------

AKADEMIK KEPERAWATAN LAPATAU BONE

2022/2023
A. KONSEP DASAR MEDIS

1. DEFINISI
Peritonitis adalah suatu peradangan dan peritoneum, pada membrane serosa, pada
bagian rongga perut. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum - lapisan membrane serosa
rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronik/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan
dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga
perut (peritoneum) lapisan membrane serosarongga abdomen dan dinding perut bagian
dalam.

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan pembungkus


visera dalam rongga perut. Peritoneum adalah lapisan tunggal dari sel-sel mesoepitelial
diatas dasar fibroelastik. Terbagi menjadi bagian visceral, yang menutupi usus dan
mesenterium, dan bagian parietal yang melapisi dinding abdomen dan berhubungan
dengan fasia muskularis. Peritoneum viselare yang menyelimuti organ perut dipersyarafi
oleh system syaraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan. Dengan
demikian sayatan atau penjahita pada usus dapat dilakukan tanpa dirasakan oleh pasien.
Akan tetapi bila dilakukan tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang
berlebihan pada otot yang menyebabkan ischemia misalnya pada colic atau radang seperti
appendicitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang merasakan nyeri visceral biasanya tidak
dapat menunjukan dengan tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh
telapak tangannya dengan menunjuk daerah yang nyeri.

2. ETIOLOGI

Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan
penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus
abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena
trauma abdomen.
Infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan tergantung dari penyakit yang
mendasarinya. Penyebab utama peritonitis adalah spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena infeksi intrabdomen, namun
biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik.
Penyebab lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi appendiksitis,
perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat devertikulisis, volvusus
atau kanker dan strangulasi colon asenden. Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi
disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ – organ dalam dengan
inokulasi bakteri rongga peritoneal.
Adapun penyebab spesifik dari peritonitis adalah :
1.      Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi
2.      Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual.
3.      Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang disebabkan oleh gonore dan infeksi
clamedia.
4.      Kelainan hati atau gagal jantung, dimana bisa terjadi asites dan mengalami infeksi.
5.      Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.

3. PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.
Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel
menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan
biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita
fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami
kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat
menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin,
dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan
selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi
dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut
menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu
terjadi hipovolemia. Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen
mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-
organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-
lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen
termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah
dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan
di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen,
membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila
infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis
umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian
menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus,
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat
terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu
pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
4. PHATWAY
5. MANIFESTASI KLINIS
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda – tanda
rangsangan peritonium. Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan defans
muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma. Peristaltik
usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah terjadi
peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi dan
penderita tampak letargik dan syok. Rangsangan ini menimbulkan nyeri pada setiap
gerakan yang menyebabkan pergeseran peritonium dengan peritonium. Nyeri subjektif
berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan.
Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas,
atau tes lainnya.
Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis
umum.
 Demam
 Distensi abdomen
 Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung
pada perluasan iritasi peritonitis.
 Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang
jauh dari lokasi peritonitisnya.
 Nausea, vomiting
 Penurunan peristaltik.

6. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana
komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu : (chushieri)
1. Komplikasi dini
  Septikemia dan syok septic
  Syok hipovolemik
  Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan multi
system
  Abses residual intraperitoneal
  Portal Pyemia (misal abses hepar)
2. Komplikasi lanjut
  Adhesi
  Obstruksi intestinal rekuren

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit yang
meningkat dan asidosis metabolik. Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal
mengandung banyak protein (lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil
tuberkel diidentifikasi dengan kultur.
b) Biopsi peritoneum per kutan atau secara laparoskopi memperlihatkan granuloma
tuberkuloma yang khas, dan merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan
didapat.
c) Pemeriksaan X-Ray
Ileus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis; usus halus dan usus besar
berdilatasi. Udara bebas dapat terlihat pada kasus-kasus perforasi. Pemeriksaan
radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan dalam
memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Pada peritonitis dilakukan foto polos
abdomen 3 posisi :
        Tiduran telentang ( supine ), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior (AP ).
         Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan
        Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,
proyeksi AP.
Gambaran radiologis pada peritonitis secara umum yaitu adanya kekaburan pada cavum
abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
subdiafragma atau intra peritoneal.
8. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan adalah pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi saluran
cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal, penggantian cairan dan elektrolit
yang hilang yang dilakukan secara intravena, pembuangan fokus septik atau penyebab
radang lainnya, bila mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan – tindakan
menghilangkan nyeri.
Biasanya yang pertama dilakukan adalah pembedahan eksplorasi darurat, terutama bila
disertai appendisitis, ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis. Pada
peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul pada wanita,
pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan.
Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan
bersamaan. Cairan dan elektrolit bisa diberikan melalui infus1.
9. PENCEGAHAN
Cara pencegahan peritonitis utamanya adalah menghindari semua penyebabnya, baik
penyebab utama maupun penyebab sekundernya
1. Mengurangi minum alcohol dan obat yang dapat menyebabkan sirosis.
2. Menghindari appendicitis dan diverticulitis (memakan makanan banyak serat dan
makan-makanan yang bersih.
3. Menghindari salpingitis dengan cara berhubungan badan yang sehat.
4. Menghindari peritonitis dan abses yang disebabkan pasca operasi dengan memakai
alat-alat operasi yang bersih dan septis, tidak meninggalkan sisa-sisa pada operasi,
dll.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian.
a. Identitas Klien : termasuk nama, usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan dan
pendidikan peritonitis biasanya lebih sering terjadi pada usia dewasa.
b. Riwayat Kesehatan.
a) Keluhan utama:
Klien dengan Peritonitis biasanya mengeluhkan perut kembung, Mual dan
muntah serta demam.
b) Riwayat penyakit sekarang:
Sebagian besar atau penyebab terbanyak peritonitis adalah infeksi sekunder
dari apendisitis perforasi, perforasi ulkus peptikum, tifus abdominalis, klien biasanya
nampak lemah dengan demam dan mual, muntah.
c) Riwayat penyakit dahulu:
Klien dengan peritonitis sering terdapat riwayat penyakit saluran cerna atau organ dalam
pencernaan.
d) Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada kasus pada anggota keluarga terhadap kejadian peritonitis.
c. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi : tahapan yang bertujuan melihat bagian tubuh da menentukan


apakah seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal.
Inspeksi dilakukan secara langsung (seperti penglihatan, pendengaran,
dan penciumann) dan tidak langsung (dengan alat bantu)
2. Palpasi : pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan
dilakukan bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dilakukan menggunakan
telapak tangan, jari, dan ujung jari. Tujuannya untuk mengecek
kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi, ukuran, kecepatan, dan
kualitas nadi perfier pada tubuh.
3. Auskultasi : proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk
membedakan suara normal dan abnormal menggunakan alat bantu
stetoskop. Suara yang didengarkan berasal dari system kardiovaskuler,
respirasi, dan gastrointestinal.
4. Perkusi : tahapan ini bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur
dibawah kulit. Perkusi bias dilakukan secara langsung dan tidak
langsung.
d. Pemeriksaan Penunjang .
1. Test laboratorium
Leukositosis
Hematokrit meningkat
Asidosis metabolic
2. X-Ray
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan:
Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis, usus halus
dan usus besar dilatasi, udara bebas (cairan udara level) dalam rongga
perut terlihat pada kasus perforasi.

2. Diagnosa keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress, keengganan utuk
makan) dibuktikan dengan nafsu makan menurun
2. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan dibuktikan dengan mengekspresikan
keinginan untuk meningkatkan keseimbangan cairan
3. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma) dibuktikan dengan mengeluh nyeri dan tampak meringis
4. . Hipertermia berhubungan dengan ketidaksesuaian pakaiandengan suhu lingkungan
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal

3. Intervensi keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress, keengganan utuk
makan) dibuktikan dengan nafsu makan menurun

Kriteria hasil : - nafsu makan membaik (5)

 Penyebab
1. Ketidakmampuan menenlan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
 Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentag ideal
 Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun

Objektif

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
 Intervensi utama
a. Manajemen nutrisi
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifiasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor BB
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik :

- Lakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu


- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kontisipasi
- Berikan mkanan tinggi kalori dan tinggin protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi :

- Anjurkan posisi duduk, jika mampu


- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :

-
Kolarobasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
b. Promosi berat badan
Observasi :
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum

Terapeutik :
- Beriakan perawatan mulut sebelum pemberian makanan,
jika perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis.
Makanan dengan tekstur halus, makanan yang diblender,
makanan cair yand diberikan melalui NGT atau
gastrostomi, total perenteral nutrition sesua indikasi)
- Hidangkan makanan secara menarik
- Berikan suplemen, jika perlu
- Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan
yang dicapai

Edukasi :

- Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap


terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

2. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan dibuktikan dengan mengekspresikan


keinginan untuk meningkatkan keseimbangan cairan

Kriteria hasil : - intake cairan membaik (5)

 Gejala dan tanda Mayor


Subjektif
1. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan keseimbangan cairan

Objektif

1. Membran mukosa lembab


2. Asupan makanan dan cairan adekuat untuk kebutuhan harian
3. Turgor jaringan kulit
4. Tidak ada tanda edema atau dehidrasi
 Gejala dan tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif

1. Urin berwarna kuning bening dengan berat jenis dalam rentang normal
2. Haluaran urin sesuai dengan asupan
3. Berat badan stabil

 Intervensi utama
a. Manajemen cairan
Observasi :
- Monitor status hidrasi (mis. Frekuesi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
darah)
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematocrit, Na,
K, Cl, berat jenis urine, BUN)
- Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika
tersedia)

Terapeutik :

- Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam


- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian obat diuretic, jika perlu


b. Pemantauan cairan
Observasi :
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi nadi
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisisan kapiler
- Monitor elastistas atau turgor kulit
- Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
- Monitor kadar albumin dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urin menurun, hemotakrit meningkat, haus, lemah,
konsenterasi urin meningkat, berat badan menurun dalam wktu
singkat)
- Identifikasi tanda-tanda hypervolemia (mis. Dyspnea, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojugular
positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
- Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar,
aferesis, obstruksi intestinal, peradangan pancreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi intestinal)

Terapeutik :

- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien


- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

3. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,


neoplasma) dibuktikan dengan mengeluh nyeri dan tampak meringis

Kriteri hasil : - keluhan nyeri menurun (5)

- meringis menurun (5)

 Penyebab
1. Agen pencendera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencendera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
 Gejala dan tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
 Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak tesedia

Objektif

1. Tekanan darah meningkat


2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
 Intervensi utama
a. Manajemen nyeri
Observasi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhdap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin. Terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur)
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi :

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


b. Pemberian analgesik
Observasi :
- Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. Narkotika, non-
narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesic
- Monitor efektifitas analgesic

Terapeutik :

- Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai


analgesia optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oploid
untuk mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan
respons pasien
- Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek
yang tidak diinginkan

Edukasi :

- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi

4. Hipertermia berhubungan dengan ketidaksesuaian pakaiandengan suhu lingkungan


dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal

Kriteria hasil : - suhu tubuh membaik (5)

 Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
 Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif

1. Suhu tubuh diatas nilai normal


 Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
 Intervensi utama
a. Manajemen hipertermia
Observasi :
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar eloktrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik :

- Sediakan lingkungan yang dingin


- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :

- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian cairan dan eloktrolit intravena, jika


perlu
b. Regulasi temperature
Observasi :
- Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5-37,5) derajat celcius
- Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
hipertermia

Terapeutik :

- Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu


- Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
- Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan
panas
- Masukkan bayi BBLR ke dalam plastik segera setelah lahir
(mis. Bahan polyethylene,polyurethane)
- Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir
- Tempatkan bayi baru lahir dibawah radiant warmer
- Pertahankan kelembaban inkubator 50% atau lebih utnuk
mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi
- Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
- Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak
dengan bayi (mis. Selimut, kain bedongan, stetoskop)
- Hindari meletakkan bayi didekat jendela terbuka atau di area
aliran pendingin ruangan atau kipas angina
- Gunakan matras penghangat, selimut hangat, dan penghangat
ruangan, untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu
- Gunakan kasur pendingin, water circulating blankets, ice
pack atau gel pad dan intravascular cooling catheterization
untuk menurunkan suhu tubuh
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

Edukasi :
- Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara
dingin
- Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru (PMK)
untuk bayi BBLR

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan berpengaruh pada rencana atau intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan atau dibuat.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, intervensi, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “M” DENGAN MASALAH GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN “PERITONITIS” DIRUANG HESTI
RUMAH SAKIT Dr. M. YASIN

Disusun Oleh :
Nama : Yudistira Rusdi
Nim : LPT. 13201933

CI LAHAN CI INSTITUSI

------------- ---------------

AKADEMIK KEPERAWATAN LAPATAU BONE


2022/2023
RUANG RAWAT : Ruang Hesti
TANGGAL MASUK : 18 Agustus 2022
TANGGAL PENGKAJIAN : 19 Agustus 2022

I. DATA DEMOGRAFI

a. Identitas pasien

Nama : Ny. “M”


Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku bangsa : Bugis
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Barebbo
Tgl. Masuk r.s : 18 Agustus 2022

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. “Z”


Umur : 61 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Barebbo
Hub. Dengan pasien : orang tua pasien

II. RIWAYAT PENYAKIT

1. Keluhan utama : nyeri

2. Riwayat penyakit sekarang :

keluarga klien mengatakan klien sering mengeluh nyeri di seluruh perutnya. Nyeri
dirasakan semakin lama semakin berat. Keluarga juga mengatakan klien sering
mengeluh muntah, mual, dan nafsu makan menurun. Karena klien pingsan, maka
keluarga membawanya ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit dahulu :

Sebelumnya klien mengalami apendistis yang Diobati sendiri dengan antibiotic


dari salinan resep dokter.
GENOGRAM :

Ket :

G I: kakek dan nenek pasien meninggal karena faktor usia

G II : ibu dan ayah klien masih hidup dan tinggal serumah dengan pasien dan
kedua saudara kandungnya

G III : pasien merupakan anak ke tiga dari 3 bersaudara


III. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

1.Pola konsep diri


- Citra tubuh :pasien mengatakan bahwa tidak ada yang istimewa pada dirinya
- Harga diri :Pasien mengatakan bahwa dirinya dihargai oleh
keluarganya
- Peran diri :Pasien berperan sebagai anak
- Identitas diri :Pasien merupakananak ketiga dari 3bersaudara
2.Pola kognitif :Pasien sebelumnya tidak mengetahui penyakitnya
3.Pola koping :pasien sadar dan menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Allah
swt.
4.Pola interaksi :Pasien dapat berinteraksi dengan keluarga,perawat,dan petugas
kesehatanlainnya

IV. RIWAYAT SPRITUAL

1. Ketaatan pasien dalam beribadah : Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit,pasien


sholat 5waktu,namun setelah sakit pasien hanya bisa berdoa,keluarga pasien juga
berdoa untuk kesembuhanpasien

2. Support sistem dalam keluarga :Keluarga pasien selalu memberi dukungan Dan
Menemani pasien

3. Ritual yang biasa dijalankan :Berdoa sebelum makan

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : lemah

- Kebersihan klien : cukup

- Keadaan kulit : turgor clastic, cyanosis tidak ada, lesi tidak ada

- Kesadaran : somnolen

2. Vital Sign

- Suhu : 36,7°C

- Nadi : 16 x/menit

- Respirasi : 96 x/menit

- TTD : 90/60 mmHg

3. Keadaan Fisik
- Kepala : bentuk bulat, warna rambut hitam, tidak ada lesi

- Mata : sclera putih,kongjungtiva anemis, pupil isokor

- Mulut : mukosa bibir kering, pecah-pecah, perdarahan gusi tidak ada,caries


ada 2 pada graham, kebersihan cukup,lidah anemia dipinggir dan ditengah putih
(kotor)

- Hidung : epistaksis tidak ada,nyeri tekan tidak ada, kebersihan cukup,nafas


cuping hidung tidak ada

- Telinga : kebersihan cukup

- Leher : pembesaran atau bendungan Vena jugularis dan parotis tidak ada.
Tidak ada nyeri menelan.

- Thorax

 Paru : tidak ada reaksi otot dada,whezzing, ronchi

 Jantung : suara S1 S2 reguler, mumur dan galop tidak ada.

- Abdomen : terdapat nyeri tekan saat palpasi, distensi ada, lesi tidak ada,acites
tidak ada, turgor kulit elastis, benjolan tidak ada.

- Ekstremitas

 Atas : terpasang infus di tangan kanan, edema dan cyanosis tidak ada

 Bawah : edema dan cyanosis tidak ada

- Genetalia : kelainan tidak ada, kebersihan cukup

- Anus : hemoroid tidak ada, kebersihan tidak ada


VI. KEBUTUHAN SEHARI-HARI

1. Nutrisi

- Sebelum sakit : Pasien biasanya makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk,
sayuran. Klien biasanya minum air putih.

- Saat pengkajian : keluarga klien mengatakan nafsu makan klien menurun,


disertai mual dan muntah.

2. Eliminasi

- Sebelum sakit : klien biasanya BAB 1kali sehari dengan konsistensi


lembek,warna kuning,bau feses normal. BAK 3-5 kali sehari dengan warna jernih.

- Saat pengkajian : Keluarga klien mengatakan klien sulit buang air besar. Pasien
BAK sama dengan sebelum sakit, tidak ada keluhan.

3. Istirahat dan tidur

- Sebelum sakit : klien biasanya tidur pukul 22:00 WIB ann bangun pukul 05:00
WIB

- Saat pengkajian : klien durasi tidur lebih lama 11-15 jam karena kondisi yang
lemah.

4. Aktivitas dan latihan

- Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien rajin dalam mengurus rumah
selain itu klien sangat Bekerja keras dalam mendapatkan pekerjaan

- Saat pengkajian : klien lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur karena
merasa las.

5. Kebersihan diri

- Sebelum sakit : perawatan/kebersihan diri dilakukan sendiri

- Saat pengkajian : klien hanya dilap di tempat tidur, perawatan diri dibantu oleh
keluarga.
DATA FOKUS

Mama : Ny. “M” Diagnosa : Peritonitis

Umur : 20 Tahun Ruang : Hesti

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal pengkajian : 19 Agustus 2022

Data subjektif Data objektif

- Ibu klien mengatakan nafsu makan - Klien tampak lemas dan porsi makan tidak
klien menurun habis
- Klien mengatakan nyeri pada - Berat badan menurun, sebelum sakit 48 kg
perutnya saat sakit 46 kg
- Ibu klien mengatakan badan - Klien tampak meringis skala (5)
anaknya panas - TD : 100/80 mmHg
N : 96 x/menit
P : 16 x/menit
S : 38,6 derajatcelcius
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS : Defisit Nutrisi fase penyembuhan


- Ibu klien mengatakan nafsu
makan klien menurun

DO : perlekatan fibrosa
- Klien tampak lemas dan
porsi makan tidak habis
- Berat badan menurun, obstruksi usus
sebelum sakit: 48 kg
saat sakit : 46 kg
refluk makan keatas

mual, muntah,
anoreksia

intake inadekuat
2. DS : Nyeri bakteri
- Klien mengatakan nyeri
pada perutnya
masuk saluran cerna
DO :
- Klien tampak meringis skala
(5) peradangan saluran cerna

masuk ke rongga
peritoneum

merangsang pusat
nyeri
3. DS : Hipertermia virus/bakteri
- Ibu klien mengatakan badan
anaknya panas
lapisan epitel dinding
DO : faring
- TD : 100/80 mmHg
N : 96 x/menit
P : 16 x/menit proses inflamasi radang
S : 38,6 derajatcelcius
bakteri melepas
endotoksi merangsang
tubuh untuk melepas zat
pathogen oleh leukosit

implus disampaikan ke
hypothalamus bagian
termoregulator

hipertermi

peningkatan suhu tubuh

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress, keengganan utuk
makan) dibuktikan dengan nafsu makan menurun
2. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma) dibuktikan dengan mengeluh nyeri dan tampak meringis
3. . Hipertermia berhubungan dengan ketidaksesuaian pakaiandengan suhu lingkungan
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal

X. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria hasil Intervensi
1. Defisit nutrisi berhubungan setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
dengan faktor psikologis 3x24 jam diharapkan nafsu (I.03119).
(mis. Stress, keengganan makan membaik (5), dengan
utuk makan) dibuktikan kriteria hasi : O:
dengan nafsu makan  Porsi makanan yang 1. Indetifikasi status
menurun nutrisi.
dihabiskan meningkat
(5). 2. Identifikasi alergi dan
 Nafsu makan intoleransi makanan.
membaik (5) 3. Monitor berat badan.
 BB meningkat
4. Monitor mual dan
muntah
T:
1. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
2. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
E:
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan
K:
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukkan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan

2. Nyeri berhubungan dengan setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


agen pencedera fisiologis keperawatan 3x24 jam (I .08238)
(mis. Inflamasi, iskemia, diharapkan keluhan nyeri
neoplasma) dibuktikan menurun (5), dengan O:
dengan mengeluh nyeri dan kriteria hasil :
tampak meringis  Keluhan nyeri 1. Identifikasi skala
menurun (5) nyeri
 Meringis menurun 2. Identifikasi faktor
(5) yang memperberat
dan memperingan
nyei
T:
1. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
E:
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan perode,
dan pemicu nyeri

3. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia


dengan ketidaksesuaian keperawatan 3x24 jam (I .15506)
pakaian dengan suhu diharapkan suhu tubuh
lingkungan dibuktikan kembali normal, dengan O:
dengan suhu tubuh diatas Kriteria hasil : 1. Monitor suhu tubuh
nilai normal  Suhu tubuh T:
membaik (5) 1. Longgarkan atau
lepaskan baju
2. Lakukan pendinginan
ekternal (mis. Selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
E:
1. Anjurkan tirah baring
XI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO DIAGNOSA WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Defisit nutrisi 19 Agustus 2022 1. Mengidentifikasi S:
berhubungan dengan status nutrisi. 1. Pasien mengatakan
faktor psikologis (mis. 09:25 H: Status nutrisi pasien tidak nafsu
Stress, keengganan utuk buruk karena pasien tidak makan,makan hari ini
makan) dibuktikan nafsu makan,hanya makan 5 hanya 5 sendok.
dengan nafsu makan sendok. 2. Pasien mengatakan
menurun 2. Mengidentifikasi tidak ada tanda-tanda
alergi dan intoleransi alergi.
makanan. O:
H: Pasien mengatakan tidak 1. Terjadi penurunan
terjadi tanda-tanda alergi BB setelah sakit
makanan. menjai 51 kg
10:30 2. TTV
3. Monitoring berat TD : 100/60 mmHg N :
badan. 99x/menit
H: Pasien mengalami RR : 30x/menit.
penurunan berat badan dari S : 38,5 derajat Celsius.
54kg setelah sakit menjadi 3. Pasien diberikan
51kg makanan seperti
4. Monitoring tanda bubur.
vital.
H: TD : 100/60 mmHg A: Masalah deficit nutrisi
N : 99x/menit belum teratasi.
RR : 30x/menit.
S : 38,5 derajat Celsius. P: Intervensi dilanjutkan.
1. Jelaskan tujuan
5. Memberikan kepatuhan diet
terhadap kesehatan.
makanan tinggi
2. Monitor TTV
kalori dan protein. Jelaskan jenis obat,alasan
pemberian.
H: pasien diberikan
13:00 makanan tinggi kalori
seperti bubur.
6. Menjelaskan tujuan
kepatuhan diet
terhadap kesehatan.
H: Perawat menjelaskan
tentang porsi makanan yang
harus dihabiskan,pasien
terlihat mengerti.
7. Menjelaskan jenis
obat ,alasan
pemberian.
H: Pasien diberikan injeksi
ranitidine melalui IV.
Ranitidine digunakan untuk
mengurangi masalah asam
lambung tinggi.
8. Mengkolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukkan
jumlah kalori dan
jenis nutrien jika
dibutuhkan.
H: Pasien diberi diet
BTKTP oleh ahli gizi.
2. Nyeri berhubungan 20 Agustus 2022 1. Mengidentifikasi S:
dengan agen pencedera skala nyeri Klien masih mengeluh nyeri
fisiologis (mis. 10:00 H : Klien mengatakan pada perut
Inflamasi, iskemia, perutnya masih terasa
neoplasma) dibuktikan sakit O:
dengan mengeluh nyeri 2. Mengidentifikasi Keadaan klien masih tampak
dan tampak meringis faktor yang lemah
memperberat dan
memperingan nyei A:
H : klien tampak sudah Masalah belum teratasi
mengetahui faktor yang
memperberat dan P : Intervensi dilanjutkan
meperingan nyeri - Identifikasi skala
11:00 3. Mengontrol nyeri
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
H : klien mengatakan
nyaman jika suhu
ruangan tidak terlalu
dingi
4. Menjelaskan
penyebab, periode,
dan dan pemicu
nyeri
H : klien mengetahui
penyebab pemicu nyeri

3. Hipertermia 21 Agustus 2022 1. Memonitor suhu S:


berhubungan dengan tubuh Ibu klien mengatakan
09:10
ketidaksesuaian pakaian H : suhu tubuh pasien anaknya masih mengeluh
dengan suhu 37,5 derajat celcius badannya panas
lingkungan dibuktikan
dengan suhu tubuh 2. Longgarkan atau O:
diatas nilai normal lepaskan baju Klien tampak lemah
H : Pasien tampak s : 37,5 derajat celcius
melonggarkan bajunya
A:
3. Melakukan Masalah belum teratasi
pendinginan ekternal
(mis. Selimut P:
hipotermia atau Intervensi dilanjutkan
kompres dingin pada - Monitor suhu tubuh
dahi, leher, dada, - Lakukan pendinginan
abdomen, aksila eksternal (mis.
H : Ibu klien Selimut hipotermia
mengompres anaknya atau kompres dingin
pada bagian dahi pada dahi, leher,
4. Menganjurkan tirah dada, abdomen,
baring aksila)
H : Pasien bersedia
melakukan tirah baring

Anda mungkin juga menyukai