“ PERITONITIS “
DIsusun Oleh :
CI LAHAN CI INSTITUSI
--------------- --------------------
2022/2023
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI
Peritonitis adalah suatu peradangan dan peritoneum, pada membrane serosa, pada
bagian rongga perut. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum - lapisan membrane serosa
rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronik/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan
dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga
perut (peritoneum) lapisan membrane serosarongga abdomen dan dinding perut bagian
dalam.
2. ETIOLOGI
Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan
penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus
abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena
trauma abdomen.
Infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan tergantung dari penyakit yang
mendasarinya. Penyebab utama peritonitis adalah spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena infeksi intrabdomen, namun
biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik.
Penyebab lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi appendiksitis,
perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat devertikulisis, volvusus
atau kanker dan strangulasi colon asenden. Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi
disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ – organ dalam dengan
inokulasi bakteri rongga peritoneal.
Adapun penyebab spesifik dari peritonitis adalah :
1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi
2. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual.
3. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang disebabkan oleh gonore dan infeksi
clamedia.
4. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana bisa terjadi asites dan mengalami infeksi.
5. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.
3. PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.
Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel
menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan
biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita
fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami
kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat
menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin,
dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan
selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi
dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut
menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu
terjadi hipovolemia. Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen
mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-
organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-
lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen
termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah
dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan
di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen,
membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila
infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis
umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian
menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus,
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat
terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu
pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
4. PHATWAY
5. MANIFESTASI KLINIS
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda – tanda
rangsangan peritonium. Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan defans
muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma. Peristaltik
usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah terjadi
peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi dan
penderita tampak letargik dan syok. Rangsangan ini menimbulkan nyeri pada setiap
gerakan yang menyebabkan pergeseran peritonium dengan peritonium. Nyeri subjektif
berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan.
Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas,
atau tes lainnya.
Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis
umum.
Demam
Distensi abdomen
Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung
pada perluasan iritasi peritonitis.
Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang
jauh dari lokasi peritonitisnya.
Nausea, vomiting
Penurunan peristaltik.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana
komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu : (chushieri)
1. Komplikasi dini
Septikemia dan syok septic
Syok hipovolemik
Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan multi
system
Abses residual intraperitoneal
Portal Pyemia (misal abses hepar)
2. Komplikasi lanjut
Adhesi
Obstruksi intestinal rekuren
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit yang
meningkat dan asidosis metabolik. Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal
mengandung banyak protein (lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil
tuberkel diidentifikasi dengan kultur.
b) Biopsi peritoneum per kutan atau secara laparoskopi memperlihatkan granuloma
tuberkuloma yang khas, dan merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan
didapat.
c) Pemeriksaan X-Ray
Ileus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis; usus halus dan usus besar
berdilatasi. Udara bebas dapat terlihat pada kasus-kasus perforasi. Pemeriksaan
radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan dalam
memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Pada peritonitis dilakukan foto polos
abdomen 3 posisi :
Tiduran telentang ( supine ), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior (AP ).
Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan
Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,
proyeksi AP.
Gambaran radiologis pada peritonitis secara umum yaitu adanya kekaburan pada cavum
abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
subdiafragma atau intra peritoneal.
8. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan adalah pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi saluran
cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal, penggantian cairan dan elektrolit
yang hilang yang dilakukan secara intravena, pembuangan fokus septik atau penyebab
radang lainnya, bila mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan – tindakan
menghilangkan nyeri.
Biasanya yang pertama dilakukan adalah pembedahan eksplorasi darurat, terutama bila
disertai appendisitis, ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis. Pada
peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul pada wanita,
pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan.
Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan
bersamaan. Cairan dan elektrolit bisa diberikan melalui infus1.
9. PENCEGAHAN
Cara pencegahan peritonitis utamanya adalah menghindari semua penyebabnya, baik
penyebab utama maupun penyebab sekundernya
1. Mengurangi minum alcohol dan obat yang dapat menyebabkan sirosis.
2. Menghindari appendicitis dan diverticulitis (memakan makanan banyak serat dan
makan-makanan yang bersih.
3. Menghindari salpingitis dengan cara berhubungan badan yang sehat.
4. Menghindari peritonitis dan abses yang disebabkan pasca operasi dengan memakai
alat-alat operasi yang bersih dan septis, tidak meninggalkan sisa-sisa pada operasi,
dll.
2. Diagnosa keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress, keengganan utuk
makan) dibuktikan dengan nafsu makan menurun
2. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan dibuktikan dengan mengekspresikan
keinginan untuk meningkatkan keseimbangan cairan
3. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma) dibuktikan dengan mengeluh nyeri dan tampak meringis
4. . Hipertermia berhubungan dengan ketidaksesuaian pakaiandengan suhu lingkungan
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal
3. Intervensi keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress, keengganan utuk
makan) dibuktikan dengan nafsu makan menurun
Penyebab
1. Ketidakmampuan menenlan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentag ideal
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
-
Kolarobasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
b. Promosi berat badan
Observasi :
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
Terapeutik :
- Beriakan perawatan mulut sebelum pemberian makanan,
jika perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis.
Makanan dengan tekstur halus, makanan yang diblender,
makanan cair yand diberikan melalui NGT atau
gastrostomi, total perenteral nutrition sesua indikasi)
- Hidangkan makanan secara menarik
- Berikan suplemen, jika perlu
- Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan
yang dicapai
Edukasi :
Objektif
Objektif
1. Urin berwarna kuning bening dengan berat jenis dalam rentang normal
2. Haluaran urin sesuai dengan asupan
3. Berat badan stabil
Intervensi utama
a. Manajemen cairan
Observasi :
- Monitor status hidrasi (mis. Frekuesi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
darah)
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematocrit, Na,
K, Cl, berat jenis urine, BUN)
- Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika
tersedia)
Terapeutik :
Kolaborasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Penyebab
1. Agen pencendera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencendera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak tesedia
Objektif
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Terapeutik :
Kolaborasi :
Terapeutik :
Edukasi :
- Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara
dingin
- Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru (PMK)
untuk bayi BBLR
Kolaborasi :
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan berpengaruh pada rencana atau intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan atau dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, intervensi, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “M” DENGAN MASALAH GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN “PERITONITIS” DIRUANG HESTI
RUMAH SAKIT Dr. M. YASIN
Disusun Oleh :
Nama : Yudistira Rusdi
Nim : LPT. 13201933
CI LAHAN CI INSTITUSI
------------- ---------------
I. DATA DEMOGRAFI
a. Identitas pasien
keluarga klien mengatakan klien sering mengeluh nyeri di seluruh perutnya. Nyeri
dirasakan semakin lama semakin berat. Keluarga juga mengatakan klien sering
mengeluh muntah, mual, dan nafsu makan menurun. Karena klien pingsan, maka
keluarga membawanya ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Ket :
G II : ibu dan ayah klien masih hidup dan tinggal serumah dengan pasien dan
kedua saudara kandungnya
2. Support sistem dalam keluarga :Keluarga pasien selalu memberi dukungan Dan
Menemani pasien
V. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan kulit : turgor clastic, cyanosis tidak ada, lesi tidak ada
- Kesadaran : somnolen
2. Vital Sign
- Suhu : 36,7°C
- Nadi : 16 x/menit
- Respirasi : 96 x/menit
3. Keadaan Fisik
- Kepala : bentuk bulat, warna rambut hitam, tidak ada lesi
- Leher : pembesaran atau bendungan Vena jugularis dan parotis tidak ada.
Tidak ada nyeri menelan.
- Thorax
- Abdomen : terdapat nyeri tekan saat palpasi, distensi ada, lesi tidak ada,acites
tidak ada, turgor kulit elastis, benjolan tidak ada.
- Ekstremitas
Atas : terpasang infus di tangan kanan, edema dan cyanosis tidak ada
1. Nutrisi
- Sebelum sakit : Pasien biasanya makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk,
sayuran. Klien biasanya minum air putih.
2. Eliminasi
- Saat pengkajian : Keluarga klien mengatakan klien sulit buang air besar. Pasien
BAK sama dengan sebelum sakit, tidak ada keluhan.
- Sebelum sakit : klien biasanya tidur pukul 22:00 WIB ann bangun pukul 05:00
WIB
- Saat pengkajian : klien durasi tidur lebih lama 11-15 jam karena kondisi yang
lemah.
- Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien rajin dalam mengurus rumah
selain itu klien sangat Bekerja keras dalam mendapatkan pekerjaan
- Saat pengkajian : klien lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur karena
merasa las.
5. Kebersihan diri
- Saat pengkajian : klien hanya dilap di tempat tidur, perawatan diri dibantu oleh
keluarga.
DATA FOKUS
- Ibu klien mengatakan nafsu makan - Klien tampak lemas dan porsi makan tidak
klien menurun habis
- Klien mengatakan nyeri pada - Berat badan menurun, sebelum sakit 48 kg
perutnya saat sakit 46 kg
- Ibu klien mengatakan badan - Klien tampak meringis skala (5)
anaknya panas - TD : 100/80 mmHg
N : 96 x/menit
P : 16 x/menit
S : 38,6 derajatcelcius
ANALISA DATA
DO : perlekatan fibrosa
- Klien tampak lemas dan
porsi makan tidak habis
- Berat badan menurun, obstruksi usus
sebelum sakit: 48 kg
saat sakit : 46 kg
refluk makan keatas
mual, muntah,
anoreksia
intake inadekuat
2. DS : Nyeri bakteri
- Klien mengatakan nyeri
pada perutnya
masuk saluran cerna
DO :
- Klien tampak meringis skala
(5) peradangan saluran cerna
masuk ke rongga
peritoneum
merangsang pusat
nyeri
3. DS : Hipertermia virus/bakteri
- Ibu klien mengatakan badan
anaknya panas
lapisan epitel dinding
DO : faring
- TD : 100/80 mmHg
N : 96 x/menit
P : 16 x/menit proses inflamasi radang
S : 38,6 derajatcelcius
bakteri melepas
endotoksi merangsang
tubuh untuk melepas zat
pathogen oleh leukosit
implus disampaikan ke
hypothalamus bagian
termoregulator
hipertermi
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress, keengganan utuk
makan) dibuktikan dengan nafsu makan menurun
2. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma) dibuktikan dengan mengeluh nyeri dan tampak meringis
3. . Hipertermia berhubungan dengan ketidaksesuaian pakaiandengan suhu lingkungan
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria hasil Intervensi
1. Defisit nutrisi berhubungan setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
dengan faktor psikologis 3x24 jam diharapkan nafsu (I.03119).
(mis. Stress, keengganan makan membaik (5), dengan
utuk makan) dibuktikan kriteria hasi : O:
dengan nafsu makan Porsi makanan yang 1. Indetifikasi status
menurun nutrisi.
dihabiskan meningkat
(5). 2. Identifikasi alergi dan
Nafsu makan intoleransi makanan.
membaik (5) 3. Monitor berat badan.
BB meningkat
4. Monitor mual dan
muntah
T:
1. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
2. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
E:
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan
K:
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukkan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan