OLEH :
EVITA HENDRASARI
NIM. G3A020202
TAHUN 2021
A. PENGERTIAN CA BULI/ KANDUNG KEMIH
Kanker kandung kemih adalah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-
sel heterogen yang pertumbuhannya tidak terkontrol di kandung kemih. Kanker kandung kemih
adalah kanker genitourinari kedua yang paling umum. Meskipun superfisial, stadium awal
kanker kandung kemih membawa risiko minimal jika diobati dengan segera, kanker kandung
kemih dapat menjadi keganasan agresif yang rentan terhadap kekambuhan, perkembangan
cepat, dan metastasis(Schub, 2016)
B. ETIOLOGI
Etiologi menurut Broker (2009) Penyebab pasti dari kanker vesika urinaria belum diketahui
secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko kejadian kanker vesika
urinaria, yaitu merokok, inflamasi vesika urinaria, paparan bahan kimia, dan obat-obatan.
C. RISK FACTOR
Menurut Suharyanto dan Majid, (2008:261), Penyebab kanker kandung kemih tidak
diketahui secara pasti. Faktor resiko kanker kandung kemih yaitu:
1. Zat karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet, bahan kulit, tinta atau
cat.
2. Infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada saluran kemih
3. Kebiasaan merokok. Kanker kandung kemih dua kali lebih banyak menyerang perokok
daripada yang bukan perokok.
4. Kebiasaan minum kopi. Terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum kopi
dan kanker kandung kemih
5. Skistosomiasis (infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih).
E. TANDA GEJALA
Gambaran klinis dari kanker sebenarnya adalah dampak skunder dengan adanya peningkatan
kuantitas dan kualitas suatu jaringan. Begitu pula dengan kanker vesika urinaria yang memiliki
tanda dan gejala lokal serta sistemik. Berikut ini adalah tanda dan gejala dari kanker vesika
urinaria(Carol, 2011):
1. Spasme vesika urinaria Penekanan jaringan tumor pada jaringa vesika dan sekitarnya
akan meningkatkan iritabilitas jaringan otot. Hal ini akan memicu adanya regangan
konstaksi otot (spasme).
2. Hematuria Jaringan tumor/ kanker sangat kaya akan pembuluh darah (hipervaskularisasi).
Gesekan minimal antar jaringan atau dengan material sekitar akan meningkatkan resiko
robekan/ ruptur jaringan. Jika terjadi rupture, maka darah akan bercampur dengan urine
(hematuria).
3. Nyeri Biasanya nyeri jaringan sekali timbul (10%), kecuali iritabilitas meningkan dan
mengenai ujung saraf sensoris pada vesika urinaria.
4. Frekuensi dan urgensi Frekensi dan urgensi kadang-kadang terjadi pada klien kanker
vesika urinaria infeksi gejala sistemik ini terjadi karena luka pada jaringan vesika urinaria
dan terkontimasi bakteri pathogen yang bisa berasal dari eksternal atau dari urine
F. PATOFISIOLOGI
Tumor urothelial, lebih dari 90% adalah karsinoma sel transisional. Namun, sampai
dengan 5% kanker kandung kemih berasal dari sel skuamosa dan 2% adalah adenokarsinoma.
Nonurothelial tumor kandung kemih primer sangat langka dan mungkin termasuk karsinoma
sel kecil, carcinosarcoma, limfoma primer dan sarkoma. Kanker kandung kemih sering
digambarkan sebagai mutasi poliklonial yang berpotensi tinggi untuk transformasi ganas.
Namun, kanker kandung kemih juga implantasi dan imigrasi dari kanker lain. Setelah muncul
riwayat, 55-60% pasien biasanya dirawat secara konservatif dengan reseksi transurethral dan
cytoscopy berkala. Sebanyak 40-45% pasien biasanya diperlakukan kistektomi radikal
(Muttaqin da Sari, 2011:217)
Berbagai prekursor telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Initi dari penyakit kanker
adalah adanya perubahan struktur anatomi fisiologis dai sebuah organ atau jaringan. Kanker
pada vesika urinari dengan stadium awal biasanya tidak menimbulkan manifestasi klinis yang
berarti. Seiring dengan pertumbuhan jaringan sekitarnya sehingga menimbulkan beberapa
tanda dan gejala (nyeri, hematuri). Pada kondisi inilah klien akan merasakan pada pola
eliminasinya (Judith, 2006).
G. PATHWAY
G. PENATALAKSANAAN
Penatalakasanaan Medis menurut Lokeshwar (2011)
1. Transurethral Resection of Bladder Tumor (TUR-BT) tidak mebutuhkan insisi, jadi sangat
efisien untuk meminimalisir infeksi. Kelebihan dari tindakan ini adalah tidak terganggunya
fungsi vesika urinaria dan seksual klien. Tindakan ini memungkinkan jika insisi tumor
sederhana (non radical).
2. Radical atau partial cystectomy tindakan dindikasikan jika dimungkinkan tumor/ kanker
telah metastase pada jaringan sekitar, fungsi vesika urinaria yang sudah rusak dan
penyebaran tumor sangat cepat. Pada klien dengan tindakan sistektomi radikal terapi
sistoprostatektomi.
3. Radiasi digunakan untuk melokalisir pertumbuhan sel tumor dengan tindakan non invasif.
4. Kemoterapi secara langsung pada jaringan kanker (internal cavum vesika urinaria) biasanya
dilakukan pada tipe superfisial kanker dengan stadium awal. Obat yang digunakan biasanya
tiotepa, doksorubisin, mitomisin, dan BCG. Saat ini juga dikembangkan terapi interferon
yang memiliki banyak keuntungan dalam peranan mengatasi kanker.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sitologi urin Untuk melihat adanya jaringan abnormal yang ikut dalam aliran
urine(mukosa/ epitel dari jaringan tumor).
2. IVU (intravenous Urethrography) Dilakukan dan sangat menguntungkan jika tumor berada
pada bagian atas (superior) yang tidak mampu dilihat.
3. Sistouretroskopi menggunakan optik dan efektif untuk melihat secara jelas jaringan internal
vesika urinaria di superfisial.
4. DPL (Deep Peritoneal Lavage) Mengetahui adanya internal bleeding di rongga peritoneal.
Biasanya pada klien kanker vesika urinari terjadi anemia.
5. Ureum kreatinin dan elektrolit Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal.
6. USG (Ultrasonografii) Melihat adanya karakteristik jaringan, estimasi ukuran dan ada/
tidaknya obstruksi.
7. CT Scan Pemeriksaan yang lebih detil dan akrat untuk mengetahui invasi lokal jaringan
kanker dan melihat adanya metastase yang jauh
I. KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan menurut Muttaqin dan Sari (2011: 218) adalah: Keluhan yang
paling lazim didapatkan adalah adanya darah pada urin (hemturia), hematuria mungkin dapat
dilihat dengan mata telanjang (gross), tetapi mungkin pula hanya terlihat dengan bantuan
mikroskop (mikroskopis). Hematuria biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Keluhan lainnya
sering BAK dan nyeri saat BAK (disuria). Pasien dengan penyakit lanjut dapat hadir dengan
nyeri panggulatau tulang, edema ekstremitas bawah dari kompresi korpus iliaka, atau nyeri
panggul dari obstruksi saluran kemih. Superfisial kanker kandung kemih jarang ditemukan
selama pemeriksaan fisik. Kadang-kadang, massa abdomen atau pelvis dapat teraba, periksa
untuk limfadenopati.
Pengkajian keperawatan menurut Prabowo dan Pranata (2014: 99) adalah:
1. Identitas Kanker buli-buli (kanker vesika urinari) biasanya diderita oleh laki-laki (laki-
laki : wanita; 3:1)
2. Keluhan utama Biasanya keluham yang dialami adalah hematuria intermitten, disuria,
urgency, frekuensi, nokturia, nyeri supra pubik, kelemahan, dan nyeri pinggang.
3. Pola Nutrisi dan Metabolik Klien dengan kanker biasanya mengalami
hipermetabolisme, sehingga sering terjadi kelemahan, anoreksia, nausea dan vomiting.
Selain itu, berat badan sering mengalami penurunan akibat asupan (intake) yang tidak
adekuat dan peningkatan energi sel.
4. Pola eliminasi Eliminasi urin terjadi gangguan berupa hematuri (gross hematurial
microscopic), disuria, dan anuria.
5. Pola aktivitas istirahat Klien sering mengalami kelemahan, masa otot mengecil, dan
intoleransi aktivitas. Klien sulit mengalami tidur karena adanya kecemasan akan kanker/
tindakan supportif pada penyakitya.
6. Pemeriksaan Fisik, Dari hasil pemeriksaan Tanda- tanda vital biasanya ditemukan suhu
badan sedikit meningkat, tekanan darah relatif normal, nadi relatif normal (kecuali ada
kecemasn) dan penapasan normal. Dari inspeksi regio hipogastric ditemukan adana
pembesaran suprapubik. Palpasi menunjukan adanya masa suprapubic dan hasil
pemeriksaan rectal toucher/ vaginal toucher ditemukan adanya sensasi rabaan tumor
pada vesika urinaria.
Diagnosa Keperawatan
Berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
kanker buli-buli. (NANDA 1 2012-2014):
1. Nyeri akut (00123)
Pain Management Aktivitas Keperawatan:
Lakukan pengkajian secra komprehensif terhadap nyeri, meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau tingkat keparahan dari nyeri dan faktor
pencetus dari nyeri.
Observasi respon non verbal dari rasa ketidak nyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk
berkomunikasi ynag efekstif
Gunakan komunikasi ynag teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan respon dari
nyeri pada klien
Kaji tentang pengetahuan dan kepercayaan klien akan nyeri yang terjadi
Pertimbangkan budaya klien ynag mampu mempengaruhi respon terhadap nyeri
Tenutukan dampak dari nyeri terhadap kualitas hidup (tidur, nafsu makan, aktifitas,
pengetahuan, motivasi, interaksi sosial dan lain sebagainya)
Kaji tentang faktor pada pasien ynag mampu meringankan atau memperburuk nyeri
Evaluasi dengan klien dan tim kesehatan lainnya untuk menentukan teknik dalam
mengatasinya
Evaluasi denagan klien dan tim kesehatan lainnya untuk menetukan teknik dalam mengatasi
nyeri yang bisa digunakan
Anjurkan keluarga untuk mencatat secra rutin perkembangan dari metoda manajemen nyeri
untuk mengetahui efektifitasnya
Berikan informasi yang lengkap dan benar mengenai nyeri (penyebab, lamanya, dan tindakan
antisipasi yang dibutuhkan)
Berikan suasana lingkungan yang kondusif untuk mengurangi nyeri (cahaya hangat, terang
dan tidak ada kebisingan)
Kurangi faktor yang menjadi pemicu timbulnya nyeri atau meningkatkan intensitas nyeri
Pilih dan lakukan beberapa langkah (farmakologis, non farmakologis) untuk mengatasi nyeri
- Ajarkan tentang teknik manajemen nyeri
Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis (biofeedback., TENS, hipnotis, relaksasi,
imajinasi terbimbing/ guidedi imagery, distraksi danlain sebagainya)
Berikan analgesik sesuai denagan anjurkan dokter
Kolaborasi dengan klien atau profesi kesehatan lainnya dalam memeilih teknik-teknik non
farmakologis dalam mengatasi nyeri
Monitor kepuasan klien atas manajemen nyeri yang dilakukan
2. Gangguan Eliminasi Urine (00016)
Tentukan kemampuan untuk menahan kemih
Dorong klien untuk mengatur pola berkemih
Bantu klien jika terjadi inkontinensia urine
Tetapkan interval miksi dengan pembuatan jadwal
Gunakan kekuatan mengejan ketika melakukan kemih
Hindari klien berada ditoilet lebih dari 5 menit
Tingkatkan interval toilet training setiap 1 jam jika pasien tidak mengalami inkontinensia
selama 3 hari
Ajari klien untuk menahan kencing sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
Monitor eliminasi urine termasuk frekuensi, konsistensi, bau, voleme, dan warna urine
Monitor tanda dan gejala dari retensi urin
Identifikasi faktor penyebab inkontinensia
Terangkan kepada pasien tanda dan gejala infeksi traktus urinarius
Instruksikan pasien untuk mencatat output urine setiap berkemih
Ambil urine bagian tengah periode untuk dilakukan urinalisis
Bantu klien untuk melakukan toilet training
Atur asupan cairan sesuai dengan kebutuhan
3. Resiko Infeksi (00004).
Jaga kebersihan lingkungan sekitar pasien
Lakukan perawatan pasien sesuai dengan prosedur Safety yang berlaku
Batasi pengunjung atau keluar masuk keluarga terhadap pasien
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak/ merawat pasien dengan menggunakan
antiseptik
Anjurkan klien untuk cuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah melakukan
aktifitas
Terapkan universal precaution dalam perawatan klien
Lakukan penggantian kateter secara periodek untuk mengurangi insidensi infeksi pda bladder
Tingkatkan asupan nutrisi adekuat
Lakukan ambilan urine tengah periodik untuk urinalisis
Kolaborasi pemberian antibiotik dengan medis
Terangkan pada klien tanda dan gejala terjadinya infeksi
Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sitemik dan lokal
Monitor status kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Jaga teknik septik dan aseptik pada perawat pasien yang beresiko infeksi
Lakukan kultur urine sesuai dengan kebutuhan
Tingkatkan asupan nutrisi yang adekuat
Intuksikan klien untuk minum antibiotik (sesuai advice dokter) dengan tepat waktu sesuai
anjuran
Terangkan pada klien tanda dan gejala terjadinya infeksi dan laporkan jika ada
Hindari tanaman hidup atau benda yang dpat menjadi media berkembang mikroba patogen
Hindari buah segar, sayuran, dan merica dalam makanan pada pasien dengan kondisi
neutropenia
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGKAJIAN
Nama: Tn.M
No RM: C89xxxx
Usia 40 tahun
BB 60 kg
Tgl masuk 29 September 2021
Tanggal pengkajian 4 Oktober 2021 pukul 08.00WIB
Riwayat kesehatan: pasien mengatakan nyeri pada area yang dioperasi skala 2, seperti ditekan,
bertambah saat bergerak dan beraktivitas, hilang timbul.
Keadaan umum: post operasi TURB + nefrostomi dekstra sinistra, pasien terpasang irigasi
threeway kateter dengan cloth, TD 118/61 mmhg, HR 101x/mnt, T 36,5C
Respirasi terpasang NRM 8 lpm SpO2 100%, RR 11 x/mnt
Dada: terpasang double lumen di bahu sebelah kanan
Abdomen tampak luka dan terpasang selang nefrostomi di kiri dan kanan
Ekstremitas: terpasang CVC femoral kiri, tidak ada edema ekstremitas
BAK: terpasang irigasi treeway chateter, warna merah, kecepatan aliran 40tpm
Pemeriksaan genetalia: bersih tidak ada hemoroid
Pemeriksaan MSCT 30/9/2021: hidronefrosis dan hydroureter proksimal kanan dan kiri, massa
solid inhomogen pada vesica urinaria.
Hasil laborat 3/10/2021
Hb 7,6
Ht 23
Eri 2,78
L 4000
Tr 55000
ur/cr 233/5,1
Mg/Ca 2,2/1,7
Na/K/Cl 149/5,1/109
Medikamentosa : RL 40 ml/jam, morphin 0,5cc/jam SP, vascon 0,05 mcg/kgbb/jam SP, inj
moxifloxacin 400mg/24 jam, asam traneksamat 500mg/8jam IV, ketorolac 30mg/8jam IV, Ca
Glukonas 1 ampul/12jam selama 3 hari, asam folat 1mg/24 jam PO, bicnat 500mg/8jam PO
B. ANALISA DATA & DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Hari/Tgl Data Problem Kemungkinan penyebab
2 Senin, 4 Mengganti cairan RO: cairan irigasi warna merah segar, ada Evita
Oktober irigasi secara rutin stosel kecil, tetesan lancar
2021 pukul jangan sampai
09.10 berhenti
1 Senin, 4 Mengidentifikasi RS: Pasien mengatakan nyeri di Area Evita
Oktober lokasi, karakteristik, perut yang dioperasi yang ada selangnya,
2021 pukul durasi, frekuensi, nyeri seperti ditekan, hilang timbul
09.20 kualitas, intensitas bertambah saat bergerak dan beraktivitas
nyeri dengan skala nyeri 2.
Mengidentifikasi RO:
skala nyeri! Tampak pasien sesekali meringis
Mengidentifikasi memegangi perutnya
respon nyeri
nonverbal
1 Senin, 4 Memberikan RS: Evita
Oktober kombinasi relaksasi Pasien mengatakan senang saat
2021 pukul nafas dalam dan mendengarkan terapi murottal Ar
10.00 terapi murottal surah Rahman
Ar Rahman untuk Pasien mengatakan nyeri hilang saat
mengurangi nyeri mendapatkan terapi relaksasi nafas dalam
Mengontrol dan murottal, tapi saat terapi sudah
lingkungan yang selesai pasien masih merasakan nyeri
memperberat nyeri yang sama.
RO:
N TGL/ IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
O HARI
DX
Skala nyeri pasien 2, lingkungan sekitar
pasien tenang, pasien kooperatif
mengikuti petunjuk dan mampu
mendemonstrasi kombinasi terapi nafas
dalam dan terapi murottal surah Ar
Rahman
2 Senin, 4 Kolaborasi RO: Evita
Oktober pemberian antibiotik inj moxifloxacin 400mg/24 jam masusk
2021 pukul untuk pencegahan melalui CVC femoral kiri, tidak ada
10.00 sepsis reaksi alergi
1 Senin, 4 Kolaborasi pemberian RS: Pasien mengatakan nyeri masih Evita
Oktober analgetic morphin dirasa dengan skala 2
2021 pukul 0,5cc/jam SP, RO:
12.00 ketorolac 30mcg/8jam terpasang SP morphin 0,5 cc/jam
Kolaborasi obat ketorolac 30 mg/8jam dan asam
pemberian cairan IV traneksamat 500mg/8jam masuk melalui
Kolaborasi IV line
pemberian anti Rl 40 ml/jam masuk di CVC femoral kiri,
perdarahan! tidak ada reaksi alergi obat
E. EVALUASI
HARI/TGL NO EVALUASI TTD
DX
Senin, 4 1 S: Evita
Oktober Pasien mengatakan nyeri seperti ditekan dibagian perut yang
2021 pukul dioperasi skala nyeri 2 hilang timbul bertambah saat bergerak dan
14.00 berkurang saat istirahat.
Pasien mengatakan senang saat mendengarkan terapi murottal Ar
Rahman
Pasien mengatakan nyeri hilang saat mendapatkan terapi relaksasi
HARI/TGL NO EVALUASI TTD
DX
nafas dalam dan murottal, tapi saat terapi sudah selesai pasien
masih merasakan nyeri yang sama
O:
pasien tampak meringis kadang-kadang sambil memgangi area
post operasi teritama saat bergerak dan batuk.
Obat analgetik ketorolac dan morphin Sp masuk melalui intra vena
tidak ada reaksi alergi
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P lanjutkan intervensi:
Manajemen Nyeri
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
,intensitas nyeri!
Identifikasi skala nyeri!
Identifikasi respon nyeri nonverbal!
Identifikasi faktor yang memperberat nyeri!
Berikan kombinasi relaksasi nafas dalam dan terapi murottal
surah Ar Rahman untuk mengurangi nyeri!
Kolaborasi pemberian analgetic morphin 0,5cc/jam SP, ketorolac
30mcg/8jam
Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri!
Senin, 4 2 S: pasien mengatakan lemas, kepala berkunang-kunang Evita
Oktober O:
2021 pukul cairan irigasi warna merah segar, ada stosel kecil, tetesan lancar
14.00 kondisi 24 jam pasca operasi total cairan irigasi yang keluar
sebanyak 2000cc selama 2 jam
Terdapat mata cekung, nadi 120x/mnt cepat dan lemah, KU lemah
Tidak ada odema
A:masalah resiko syok belum tertasi
P:pertahankan intervensi
Pencegahan syok I.02068
Observasi
HARI/TGL NO EVALUASI TTD
DX
Monitor status kardiopulmonal!
Monitor status oksigenasi!
Monitor status cairan!
Monitor tingkat kesadaran & respon pupil!
Terapeutik
Beri oksigen untuk mempertahankan saturasi!
Pertahankan intubasi!
Pertahankan jalur IV!
Pertahankan DC untuk pemantauan cairan!
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV!
Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila perlu!
Kolaborasi pemberian anti inflamasi!
Pemantauan cairan I.03121
Observasi
Monitor frekuensi dan tekanan nadi!
Monitor frekuensi nafas!
Monitor tekanan darah!
Monitor jumlah, warna dan berat jenis urin!
Monitor intake&output cairan!
Identifikasi tanda hipovolemi!
Identifikasi tanda hipervolemi!
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien!
Dokumentasikan hasil pemanatauan!
Selasa, 5 3 S: Evita
Oktober Pasien mengatakan sudah bisa melakukan terapi kombinasi tarik
2021 pukul nafas dalam dan terapi murottal Ar Rahman dengan mandiri.
14.00 Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 1. Karena
kemarin sudah melakukan terapi sebanyak 3 kali sehari.
HARI/TGL NO EVALUASI TTD
DX
O:
Lingkungan sekitar pasien tenang, pasien tertidur setelah
mendapatkan terapi kombinasi tarik nafas dalam dan terapi
murottal Ar Rahman.
Obat analgetik ketorolac dan morphin Sp masuk melalui intra
vena tidak ada reaksi alergi
A: masalah nyeri akut teratasi
P pertahankan intervensi:
Manajemen Nyeri
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
,intensitas nyeri!
Identifikasi skala nyeri!
Identifikasi respon nyeri nonverbal!
Identifikasi faktor yang memperberat nyeri!
Berikan kombinasi relaksasi nafas dalam dan terapi murottal surah
Ar Rahman untuk mengurangi nyeri!
Kolaborasi pemberian analgetic morphin 0,5cc/jam SP, ketorolac
30mcg/8jam
Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri!
Selasa, 5 1 S: pasien mengatakan lemas, kepala berkunang-kunang Evita
Oktober O:
2021 pukul cairan irigasi warna merah segar, ada stosel kecil, tetesan lancar
14.00 total cairan irigasi yang keluar sebanyak 2000cc selama 4 jam
Hb 8 mg/dl, trombo 60
Terdapat mata cekung, nadi 120x/mnt cepat dan lemah, KU lemah,
tidak ada edema
Obat analgetik ketorolac masuk melalui intra vena tidak ada reaksi
alergi
A:masalah resiko syok belum tertasi
P:pertahankan intervensi
Pencegahan syok I.02068
HARI/TGL NO EVALUASI TTD
DX
Observasi
Monitor status kardiopulmonal!
Monitor status oksigenasi!
Monitor status cairan!
Monitor tingkat kesadaran & respon pupil!
Terapeutik
Beri oksigen untuk mempertahankan saturasi!
Pertahankan intubasi!
Pertahankan jalur IV!
Pertahankan DC untuk pemantauan cairan!
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV!
Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila perlu!
Kolaborasi pemberian anti inflamasi!
Pemantauan cairan I.03121
Observasi
Monitor frekuensi dan tekanan nadi!
Monitor frekuensi nafas!
Monitor tekanan darah!
Monitor jumlah, warna dan berat jenis urin!
Monitor intake&output cairan!
Identifikasi tanda hipovolemi!
Identifikasi tanda hipervolemi!
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien!
Dokumentasikan hasil pemanatauan!