Anda di halaman 1dari 59

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, ridho , dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Adapun makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Cancer of Bladder ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang
diberikan pembimbing kepada penulis.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada:
1. Lailatun Ni’mah, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen dari mata kuliah
Ilmu Keperawatan Sistem Perkemihan I yang telah meluangkan waktu
dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
2. Teman-teman , selaku pendorong motivasi dalam menyelesaikan
makalah ini.
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari
Allah SWT. Saran dan kritik sangat diterima karena penulis menyadari makalah
ini jauh dari kata sempurna. Mohon maaf bila ada kesalahan kata dari penulis.
Akhir kata semoga ilmu dalam makalah ini dapat bermanfaat dan diterapkan
secara efektif. Terimakasih.

Surabaya , 6 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Depan................................................................................................................i
Kata Pengantar ...............................................................................................................ii
Daftar Isi .......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Cancer of Bladder ..............................................................................3
2.2. Staging Cancer of Bladder................................................................................3
2.3. Etiologi Cancer of Bladder...............................................................................5
2.4. Patofisiologi Cancer of Bladder........................................................................6
2.5. WOC Cancer of Bladder...................................................................................7
2.6. Manifestasi Klinis Cancer of Bladder...............................................................8
2.7. Pemeriksaan Diagnostik Cancer of Bladder.....................................................8
2.8. Penatalaksanaan Cancer of Bladder................................................................12
2.9. Asuhan Keperawatan Umum Cancer of Bladder............................................23
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1. Kasus...............................................................................................................30
3.2. Pengkajian.......................................................................................................30
3.3. Analisa Data....................................................................................................33
3.4. Diagnosa..........................................................................................................35
3.5. Intervensi.........................................................................................................35
3.6. Implementasi dan Evaluasi.............................................................................39
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ....................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................60

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker kandung kemih adalah kanker yang berasal dari mukosa
kandung kemih (urotel). Biasanya pasien dengan penyakit ini akan
mengeluhkan kencing berwarna merah (hematuria) dan nyeri pada daerah
pinggang. Kanker ini merupakan keganasan ketujuh paling sering pada pria
dan ke-17 pada wanita. Insidensi di seluruh dunia adalah 9 per 100.000
untuk laki-laki dan 2 per 100.000 untuk perempuan. Insidensi di Indonesia
belum diketahui secara pasti. Insidensi di Indonesia mencapai 5,8 per
100.000 penduduk. Angka kematian global akibat kanker kandung kemih
adalah 3.2 per 100.000 dengan perbandingan 3 laki-laki berbanding 1
wanita per 100.000. sedangkan data di Indonesia mencapai 3.1 per 100.000
pada populasi dewasa (Globocan, 2008).
Kejadian kanker kandung kemih berkaitan dengan lingkungan. Faktor
lingkungan disebut sebagai faktor risiko apabila terbukti meningkatkan
risiko terjadinya kanker kandung kemih. Faktor tersebut antara lain :
merokok, terpapar bahan kimia, radiasi, infeksi, dan iritasi kronis serta
beberapa kemoterapi yang terbukti dapat meningkatkan kejadian kanker
kandung kemih. Seseorang jika sudah mengalami kanker kandung kemih
akan mengalami nyeri pada perut bagian bawahnya, selain itu klien juga
akan mengeluarkan kencing berwarna merah (Gross Hematuria). Hal
tersebut akan menyebabkan klien merasa cemas.
Sebagai seorang perawat, kita perlu mengetahui asuhan apa saja yang
dapat kita berikan baik untuk mencegah, menangani, maupun memberikan
perawatan kepada klien dengan penyakit kanker kandung kemih. Dengan
tertanganinya penyakit ini, diharapkan dapat mengurangi angka penderita
maupun kematian klien dengan kanker kandung kemih.
Oleh karena itu, disusunlah makalah “Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Cancer of Bladder” guna menjadi panduan bagi perawat
dalam membuat asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kandung
kemih.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Cancer of Bladder?
2. Apa saja Staging Cancer of Bladder?
3. Apa saja etiologi dari Cancer of Bladder?
4. Apa saja patofisiologi dari Cancer of Bladder?
5. Bagaimana WOC dari Cancer of Bladder?
6. Apa saja manifestasi klinis dari Cancer of Bladder?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk klien dengan Cancer of
Bladder?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Cancer of Bladder?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Cancer of Bladder?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Membantu perawat dalam membuat asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit Cancer of Bladder.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Cancer of Bladder
2. Mengetahui Staging Cancer of Bladder
3. Mengetahui etiologi dari Cancer of Bladder
4. Mengetahui patofisiologi dari Cancer of Bladder
5. Mengetahui WOC dari Cancer of Bladder
6. Mengetahui manifestasi klinis dari Cancer of Bladder
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk klien dengan Cancer
of Bladder
8. Mengetahui penatalaksanaan dari Cancer of Bladder
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Cancer of
Bladder

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Cancer of Bladder


Kanker kandung kemih merupakan massa abnormal yang dapat
ditemukan di dalam kandung kemih. Gejala yang dapat ditimbulkan oleh
kanker kandung kemih meliputi ditemukannya darah pada urin (hematuria),
urgensi untuk mengosongkan kandung kemih, peningkatan frekuensi
berkemih, diperlukannya usaha tambahan untuk mengosongkan kandung
kemih serta adanya rasa nyeri saat berkemih (National Cancer Institute,
2010).
Kanker kandung kemih ini merupakan keganasan saluran kemih yang
paling sering terjadi setelah kanker prostat. Sekitar 7% kasus keganasan
baru pada pria dan 2% pada wanita adalah kanker kandung kemih. Rata-rata
usia pasien saat didiagnosis menderita kanker kandung kemih adalah 65
tahun, dengan 75% merupakan keganasan setempat dan 25% telah terjadi
metastase ke kelenjar limfe regional (Konety dan Carroll, 2013).
Kanker kandung kemih adalah kanker yang berasal dari mukosa
kandung kemih (urotel). Kanker ini merupakan keganasan ketujuh paling
sering pada pria dan ke-17 pada wanita.1 Insidensi di seluruh dunia adalah 9
per 100.000 untuk laki-laki dan 2 per 100.000 untuk perempuan
(GLOBOCAN 2008).
2.2. Staging Cancer of Bladder
Staging dan grading kanker kandung kemih sangat penting untuk
menentukan prognosis dan tata laksana yang sesuai bagi pasien. Staging
keganasan pada pasien dapat dilakukan dengan menggunakan sistem TNM
(Tumour-Nodes-Metastasis). Sistem ini menilai keadaan tumor primer,
kelenjar getah bening dan metastase ke jaringan lain yang pada akhirnya
akan menentukan stadium penyakit pasien. Penilaian tumor primer dapat
dilakukan dengan pemeriksaan bimanual dan konfirmasi histologis. Selain
itu, pemeriksaan radiologis untuk perkembangan tumor primer ke kelenjar
getah bening dan organ lainnya juga perlu dilakukan untuk menilai
progresifitas tumor (American Joint Committee on Cancer, 2010).

3
Klasifikasi sistem TNM menurut American Joint Committee on
Cancer (2010) adalah sebagai berikut :
a. T (Tumor)
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ditemukan tumor primer
Ta Karsinoma papilari non invasive
Tis Karsinoma in situ: “tumor sel datar”
T1 Tumor menginvasi jaringan ikat sub epitel
T2 Tumor menginvasi otot
T2a: Tumor menginvasi otot superficial (1/2 luar)
T2b: Tumor menginvasi otot dalam (1/2 dalam)
T3 Tumor menginvasi jaringan perivesika
T3a: Secara mikroskopis
T3b: Secara makroskopis (masa ekstravesika)
T4 Tumor menginvasi salah satu dari: prostat, uterus,
vagina, dinding pelvis, dinding abdomen
T4a: Tumor menginvasi prostat, uterus, atau vagina
T4b: Tumor menginvasi dinding pelvic atau dinding
abdomen
b. N : Nodul
NX Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ditemukan metastasis kelenjar limfe regional
N1 Metastasis ke satu kelenjar limfe regional di true pelvis
(hipogastrik, obturator, iliaka eksternal, atau preskaral)
N2 Metastasis ke kelenjar limfe regional multiple
(hipogastrik, obtuartor, iliaka eksternal, atau presakral)
N3 Metastasis ke kelenjar limfe di iliaka komunis
c. Metastasis
MX Metastasis tidak dapat dinilai
M0 Tidak ada metastasis
M1 Ditemukan metastasis
Penentuan stadium tumor bedasarkan American Joint Committee on
Cancer, 2010, yaitu:
STADIUM Tumor (T) Nodul (N) Metastasis (M)
Stadium 0a Ta N0 M0
Stadium 0is Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2a N0 M0
T2b N0 M0
Stadium III T3a N0 M0
T3b N0 M0
T4a N0 M0

4
Stadium IV T4b N0 M0
T apapun N1-3 M0
T apapun N apapun M1
Grading merupakan penilaian sel-sel tumor secara mikroskopis.
World Health Organization (WHO) dan International Society of Urologic
Pathology (ISUP) merekomendasikan sistem grading: Low Grade (LG) dan
High Grade (HG). Jika sistem grading tidak spesifik, secara umum
digunakan: (1) Grade tidak dapat dinilai (GX), (2) Sel terdiferensiasi
dengan baik (G1), (3) Sel terdiferensiasi secara moderat (G2), (4) Sel
terdiferensiasi dengan buruk (G3), dan (5) Sel tidak terdiferensiasi (G4)
(American Joint Committee on Cancer, 2010).
2.3. Etiologi Cancer of Bladder
Etiologi dari kanker kandung kemih ialah (Black, 2014) :
1. Merokok
2. Paparan industrial (cat anilin, asbestos, dan amin aromatic (benzidin
dan 2-naphthylamine)) dengan periode laten mencapai 18 hingga 45
tahun
3. Pemanis
4. Faktor risiko lain (sistitis kronis, radiasi panggul, dan penggunaan obat
kemoterapi siklofosfamid (cytoxan))
5. Kurangnya asupan cairan
2.4. Patofisiologi Cancer of Bladder
Kanker kandung kemih terjadi karena dinding kandung kemih
terpapar oleh karsinogen. Hal ini menyebabkan terjadinya sintesis metabolit
karsinogenik oleh metabolisme triptofan abnormal. Kemudian, metabolit
karsinogenik ini diekskresikan melalui urine (Black, 2014).
Pada umumnya kanker kandung kemih berasal dari tumor sel
transitional atau papiler dan meliputi hingga 70% tumor kandung kemih.
Pada sel transitional sering terjadi perubahan proliferatif permalignan yang
disebut juga displasia. Hal ini mengarah pada pembentukan sel abnormal
pada beberapa derajat keparahan (ringan, sedang, dan berat) (Black, 2014).
Penentuan derajat tumor dapat dilakukan dengan menggunakan
radiografi dada, limfangiografi, isotope bone scan, computed tomografi
(CT), dan analisis fungsi liver. Sistem yang digunakan ialah Jewett-
Marshall-Strong dan Tumor-Node-Metastasis (TNM). Penentuan derajat

5
tumor harus dilakukan untuk menentukan modalitas terapi yang tepat bagi
klien (Black, 2014).
Metastasis terjadi ketika kanker mulai menginvasi lapisan submukosa
dan otot kandung kemih. Kemudian, berlanjut hingga melalui kelenjar getah
bening pelvis, menyebar ke organ lain (hati, tulang, dan paru-paru), dan
dapat sampai ke rektum, vagina, jaringan lunak pelvis, serta struktur
retroperitoneal (Black, 2014).

2.5. Web Of Caution (WOC) Cancer of Bladder

6
2.6. Manifestasi Klinis Cancer of Bladder
Manifestasi klinis dari kanker kandung kemih ialah (American Cancer
Society, 1991):
1. Hematuria masif
2. Iritabilitas kandung kemih (dysuria, urgensi dan frekuensi)
3. Gejala dari obstruksi saluran kencing (nyeri panggul dan hidronefrosis)
4. Kompresi nodus limfa pelvis menyebabkan obtruksi rektal, nyeri pelvis,
dan edema ekstremitas bawah (American Cancer Society, 1991)
2.7. Pemeriksaan Diagnostik Cancer of Bladder
Untuk mendeteksi kanker kandung kemih, hal pertama yang mungkin
dilakukan adalah riwayat medis yang lengkap dan juga apa pun yang
meningkatkan risiko terhadap penyakit ini, seperti memiliki anggota
keluarga yang menderita kanker kandung kemih. Selanjutnya, akan
dilakukan pemeriksaan fisik. Jika ditemukan sesuatu yang tidak normal,
maka akan dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.
Pengujian yang biasanya dilakukan dokter untuk mendiagnosis kanker
kandung kemih adalah:
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan colok dubur, palpasi
bimanual ginjal dan palpasi kandung kemih. Pemeriksaan palpasi
bimanual kandung kemih dilakukan saat pasien dalam narkose sebelum
dan sesudah reseksi transuretra dari tumor (Rainy Umbas, 2014).
Pemeriksaan pelvis (untuk wanita) atau pemeriksaan rektal digital
(DRE) dengan meraba perut dan panggul untuk mencari tumor dan
mungkin termasuk pemeriksaan dubur atau vagina (SingHealth, 2014).
Dalam prosedur ini, dokter akan mengenakan sarung tangan dan
memasukkan satu jari ke dalam rektum. Jika ada tumor di kandung

7
kemih maka akan terasa. Ini juga akan memberi gambaran seberapa
besar tumor atau apakah telah menyebar.
2. Tes urin
 Urinalisis: memeriksa apakah ada darah atau zat lain dalam urin
(Martin, 2016).

 Sitologi urin: sampel urin penderita akan diteliti menggunakan


mikroskop untuk mengetahui apakah mengandung sel kanker
(Martin, 2016). Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang tinggi
pada kanker kandung kemih derajat tinggi. Untuk meningkatkan
sensitivitas diagnostik dapat dilakukan pemeriksaan penanda
molekuler seperti, Bladder Tumor Antigen (BTA) stat, Nuclear
Matrix Protein (NMP) 22, sitokeratin, dll (Rainy Umbas, 2014).
 Kultur urin: mengirimkan urin klien ke laboratorium. Setelah
beberapa hari, teknisi laboratorium akan memeriksa untuk melihat
jenis kuman yang tumbuh di dalamnya. Hasil ini akan memberi
jawaban apakah klien memiliki infeksi kandung kemih.
 Urine tumor marker tests: Mencari zat yang dilepaskan oleh sel
kanker kandung kemih. Dokter mungkin menggunakan satu atau
lebih dari ini bersama dengan sitologi urin untuk mengetahui
apakah klien menderita penyakit ini. (SingHealth, 2014).
3. Imaging Test
Tes ini menggunakan sinar-X, medan magnet, gelombang suara, atau
zat radioaktif untuk membuat gambar dari apa yang terjadi di dalam
tubuh klien. Berikut adalah beberapa tes pencitraan yang dapat
digunakan untuk mengetahui apakah klien menderita kanker kandung
kemih:
 Intravenous pyelogram (IVP): Ini menggunakan sinar-X dari
sistem saluran kencing. Dokter akan menyuntikkan pewarna ke
pembuluh darah pasien dan akan menyoroti tumor di saluran kemih
(Martin, 2016).
 Retrograde pyelogram: Dokter akan memasukkan tabung tipis
(kateter) ke dalam uretra dan kandung kemih. Dia akan
menyuntikkan pewarna melalui kateter sehingga ia bisa melihat
lapisan kandung kemihnya (Martin, 2016).

8
 Ultrasonografi (USG): Merupakan tes yang aman dan tidak
menyakitkan yang menggunakan gelombang suara untuk
menggambarkan organ dan struktur di dalam tubuh. Tes ini dapat
digunakan untuk mendiagnosa kanker kandung kemih (SingHealth,
2014). Pemeriksaan USG dalam langkah diagnostik kanker
kandung kemih memiliki peranan yang penting. Pemeriksaan ini
dapat digunakan untuk melihat massa intravesika, mendeteksi
adanya bekuan darah, dan melihat adanya obstruksi pada traktus
urinarius bagian atas. Selain itu, USG juga berperan dalam
pemantauan pasien kanker kandung kemih pasca terapi. (Rainy
Umbas, 2014)itid
 B – Ultrasound : Dengan melalui pengisian kandung kemih,
peregangan dinding mukosa kandung kemih, B-Ultrasound dapat
mengetahui ukuran dari tumor, lokasi dan tingkat infiltrasi mukosa
(asiancancer.com,2018)..
 Rontgen dada: Biasanya digunakan ketika kanker di kandung
kemih menyebar ke paru-paru (Martin, 2016).
 Bone scan: Kanker yang telah menyebar dari kandung kemih ke
tulang Anda akan terlihat melalui pemindaian ini (Martin, 2016).
 CT scan: Ini akan memberi gambaran tentang ginjal, kandung
kemih, dan ureter klien (tabung yang membawa kencing dari ginjal
ke kandung kemih). Ini akan menunjukkan tumor di saluran
kencing klien. Hal ini juga bisa menunjukkan kelenjar getah bening
yang mengandung kanker (Martin, 2016). Dapat ditemukan di
kelenjar getah bening dan tumor membesar, tingkat akurasi 80%
(asiancancer.com,2018).
 MRI: Tes ini menggunakan gelombang radio dan magnet suara
untuk membuat gambar saluran kemih (Martin, 2016). Digunakan
untuk mendeteksi adanya pembesaran kelenjar getah bening
regional serta dapat mendeteksi adanya metastasis ke hati.
 CT urogram or intravenous urogram (IVU): Untuk mendeteksi
tumor kandung kemih (berupa space occupying lesion (SOL)
(Rainy Umbas, 2014), dan memberikan gambaran atas seluruh
saluran kemih dari ginjal hingga kandung kemih. Serangkaian

9
Sinar X atau CT scan gambar diambil setelah pewarna disuntikkan
dan kemudian dikeluarkan melalui saluran kemih (SingHealth,
2014).
 Pemeriksaan kontras ray: dengan melalui pemeriksaan kontras
ray dapat mempelajari keseluruhan kondisi dalam kandung kemih,
infiltrasi dan kedalaman tumor, dari hasil radiografi dari renal
pelvis dan saluran kencing dapat diketahui apakah terjadi
hidronefrosis dan infiltrasi saluran kemih (asiancancer.com,2018).
4. Sistoskopi
Cytoscope adalah tabung tipis dengan kamera lampu dan video di
bagian ujungnya (Martin, 2016). Alat ini dapat melihat secara langsung
tempat tumbuhnya tumor, ukuran, jumlah, bentuk dan berbagai invasif,
pada saat yang sama juga bisa dilakukan tes biopsi
(asiancancer.com,2018). Alat ini berisikan sebuah sistem dengan lensa
dan cahaya yang membantu dokter melihat bagian dalam kandung
kemih untuk menentukan adanya tumor yang menyebabkan perdarahan
(SingHealth, 2014). Dokter akan menyuntikkan air garam melalui
tabung dan masuk ke kandung kemih melalui pembukaan uretra pada
penis (Martin, 2016). Jika prosedurnya dilakukan di ruang operasi,
maka akan diberi anestesi sehingga klien tidak akan terjaga (Martin,
2016).
Sistokopi dapat dilakukan bersamaan dengan biopsi/reseksi.
Sistokopi juga dikerjakan untuk evakuasi bekuan darah jika terjadi
retensi urin akibat bekuan darah. Penatalaksanaan definitif kanker
kandung kemih dilakukan berdasarkan hasil sistoskopi dan patologi
anatomi. Biopsi acak dikerjakan pada pasien dengan sitologi/penanda
molecular urin positif namun tidak terlihat adanya massa tumor. Biopsi
uretra pars prostatika dikerjakan bila massa tumor terdapat pada daerah
leher kandung kemih (Rainy Umbas, 2014). Contoh: jaringan dapat
diperoleh dari kandung kemih dan dikirim ke laboratorium untuk
mencari sel-sel kanker.

5. Reseksi Tumor Kandung Kemih Transuretra (TURBT)


Jika tidak menemukan sesuatu yang tidak terlihat benar selama
sistoskopi, maka bisa mengambil sampelnya (biopsi) untuk diuji apakah

10
itu kanker (Martin, 2016). Prosedur pengambilan sampel ini biasanya
dikenal dengan singkatan TURBT (transurethral resection of bladder
tumor) (Alodokter, 2018). Selama TURBT, dokter bedah akan
mengeluarkan tumor dan beberapa otot kandung kemih di dekatnya.
Mereka akan dikirim ke laboratorium untuk memeriksa kanker (Martin,
2016).
Teknik baru dalam melakukan TURBT adalah dengan
menggunakan kauter bipolar. Keuntungan cara ini dibandingkan dengan
kauter monopolar adalah dapat mengurangi terjadinya komplikasi
seperti perforasi kandung kemih akibat stimulasi saraf obturator blok.
Reseksi kedua dikerjakan 2-6 minggu setelah reseksi awal bila reseksi
awal tidak lengkap, tidak didapatkan spesimen otot, tumor T1, dan
kanker dengan diferensiasi derajat tinggi. (Rainy Umbas, 2014)
6. Patologi Anatomi
Pemeriksaan patologi anatomi merupakan alat baku emas untuk
menentukan diagnosis pasti, jenis, derajat diferensiasi dan derajat invasi
(keterlibatan lapisan otot kandung kemih, apakah sudah atau belum
mengenai lapisan otot kandung kemih), adanya carsinoma in situ (CIS)
dan invasi limfovaskuler. Spesimen biopsi dasar tumor diperlukan ntuk
mengetahui adanya invasi tumor pada lapisan otot. Laporan patologi
anatomi harus meliputi jenis, derajat diferensiasi dan dasar tumor
apakah sudah atau belum mengenai lapisan otot kandung kemih, adanya
CIS dan invasi limfovaskuler. (Rainy Umbas, 2014)
2.9. Penatalaksanaan Cancer of Bladder
Penatalaksanaan karsinoma kandung kemih dilakukan berdasarkan
sistem TNM. Pada karsinoma kandung kemih yang superfisial (TIS, Ta, T1)
biasanya dilakukan reseksi tumor transuretral dan diikuti pemberian obat
kemoterapi atau imunoterapi intravesika. (Samuel S. Senduk, LindaW. A.
Rotty, 2010)
Standar terapi untuk karsinoma kandung kemih yang invasif sampai
ke otot (T2, T3) adalah sistektomi radikal yang di beberapa negara telah
digunakan sebagai terapi standar utama. Radioterapi sebesar 5000–7000

11
cGy selama periode pemberian 5–8 minggu berperan sebagai pengobatan
alternatif dengan angka harapan hidup lima tahun sebesar 30- 45%. (Samuel
S. Senduk, LindaW. A. Rotty, 2010)
1. Transurethral Resection of Bladder Tumor (TURBT)
TURBT digunakan untuk sebagai pemeriksaan diagnostik untuk
mengetahui apakah seseorang mempunyai kanker kandung kemih atau
tidak dan apakah kanker tersebut sudah menjalar ke jaringan otot pada
dinding kandung kemih atau belum. Selain digunakan sebagai alat
diagnostik, TURBT digunakan sebagai metode pengobatan pada
stadium awal atau kanker kandung kemih superficial (non-muscle
invasive). (American Cancer Society, 2018)
Metode ini tidak membedah abdomen, akan tetapi memasukkan
alat melalui uretra. Pasien akan dilakukan anestesi, baik general
maupun regional. Sistoskop yang kaku, resectoscope, diletakkan pada
kandung kemih melalui uretra. Ujung dari resectoscope ini digunakan
untuk mengambil jaringan abnormal atau tumor pada kandung kemih,
kemudian dikirim ke laboratorium untuk diidentifikasi oleh ahli
patologi. (American Cancer Society, 2018)
Setelah diambil, beberapa terapi perlu dilakukan untuk memastika
bahwa kanker tersebut benar-benar sudah hilang seluruhnya. Beberapa
sel kanker yang masih tersisa dapat diterapi dengan menggunakan
fulgurasi (burning the base of the tumor) yang diamati melalui
sistoskopi. Kanker juga dapat dihancurkan menggunakan laser energy
tinggi melalui sistoskopi. (American Cancer Society, 2018)
Efek samping yang bisa ditimbulkan dari metode ini tidak
bertahan terlalu lama. Beberapa efek samping yang bisa muncul antara
lain:
1. Nyeri
2. Perdarahan saat berkermih
Setelah prosedur diatas, pasien bisa langsung pulang pada hari itu
juga atau hari berikutnya dan bisa melajutkan aktivitas sehari-harinya
satu minggu kemudian.

12
Walaupun jaringan kanker telah diambil seluruhnya, kanker
kandung kemih bisa terjadi kembali di bagian kandung kemih yang lain.
Jika hal ini terjadi, TURBT bukanlah pilihan terapi yang bisa
digunakan, karena jika metode ini dilakukan berulang kali, kandung
kemih bisa menjadi kehilangan kapasitasnya untuk menampung urin
dalam jumlah yang banyak. Beberapa efek samping yang ditimbulkan
seperti sering berkemih, atau bisa juga mengalami inkontinensia urin.
(American Cancer Society, 2018)
Pada pasien dengan angka rekurensi yang tinggi, non-invasive
low-grade tumors, ahli bedah terkadang hanya menggunakan fulgurasi
untuk membakar tumor kecil yang di lihat dari sistoskopi dengan
anestesi lokal.

2. Sistektomi
Sistektomi merupakan metode yang digunakan untuk mengangkat
kandung kemih. Metode ini dilakukan jika kanker bersifat invasif,
sehingga seluruh atau bagian dari kandung kemih harus diangkat. Ada
dua jenis sistektomi, yaitu:
a. Sistektomi Parsial
Jika tumor telah menyerang lapisan otot dinding kandung
kemih, tidak terlalu luas dan hanya pada satu tempat, terkadang
bisa dihilangkan bersama dengan dinding kandung kemih tanpa
harus mengangkat seluruh kandung kemih. Lubang yang terjadi
akibat pengangkatan sebagian dinding kandung kemih kemudian di
tutup. Kelenjar getah bening terdekat juga diangkat dan diperiksa

13
untuk mengetahui penyebaran sel kanker. Hanya sebagian orang
dengan kanker yang menyebar ke otot yang bisa di tangani dengan
metode ini. (American Cancer Society, 2018)
Keuntungan dari metode ini adalah pasien tidak perlu
melakukan operasi rekonstruktif dan masih mempunyai kandung
kemih. Akan tetapi kerugiannya adalah kandung kemih tidak bisa
menampung urin lebih banyak sehingga pasien akan lebih sering
untuk berkemih. Selain itu, kanker kandung kemih juga masih bisa
terjadi. (American Cancer Society, 2018)
b. Sistektomi Radikal
Metode ini dilakukan jika kanker sudah meluas dan
menyerang lebih dari satu bagian kandung kemih. Metode ini
mengangkat seluruh kandung kemih dan kelenjar getah bening
terdekat. Pada laki-laki, prostat dan vesika seminalis juga diangkat.
Pada wanita, ovarium, tuba fallopi, uterus, seviks, dan sebagian
kecil vagina juga diangkat bersama dengan kandung kemih.
(American Cancer Society, 2018)
Prosedur yang dilakukan adalah dengan melakukan insisi
pada abdomen. Pasien akan MRS selama beberapa hari dan masa
pemulihan bisa sampai beberapa minggu. Prosedur ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. (American Cancer
Society, 2018)
Efek samping yang bisa diperoleh dari prosedur sistektomi antara
lain:
1. Reaksi terhadap anestesi
2. Perdarahan
3. Gumpalan darah di kaki atau paru-paru
4. Kerusakan organ disekitarnya
5. Infeksi pada lokasi pembedahan
6. Nyeri pascaoperasi

14
7. Sering berkemih, jika dilakukan sistektomi parsial maka
kandung kemih tidak bisa menampung urin lebih banyak
sehingga pasien akan sering berkemih
8. Pada laki-laki
Sistektomi radikal akan mengangkat vesika seminalis
sehingga mereka tidak akan bisa memproduksi cairan semen.
Setelah operasi, kebanyakan dari mereka akan mengalami
kerusakan saraf sehingga mempengaruhi kemampuannya
untuk ereksi. Pada beberapa kasus, hal ini bisa disembuhkan.
9. Pada perempuan
 Sistektomi radikal akan merusak saraf yang berada di
sepanjang vagina sehingga kemampuan orgasm menjadi
terganggu
 Pada sistektomi radikal juga mengangkat sebagian dari
vagina sehingga akan menimbulkan sediit ketidaknyamanan
ketika berhubungan seksual
Pada sistektomi radikal, perlu dilakukan prosedur
rekonstruksi karena kandung kemih diangkat seluruhnya.
Beberapa prosedur rekonstruksi antara lain:
a. Ileal Condulit
Prosedur yang dilakukan adalah dengan
menangkat sejumlah kecil usus dan disambungkan ke
ureter. Hal ini merupakan jalan bagi urin agar bisa di
ekskresikan dari ginjal keluar tubuh. Jalan yang
diciptakan ini disebut ileal conduit. Urin mengalir dari
ginjal melalui ureter ke dalam ileal conduit. Muara dari
ileal conduit ini adalah kulit, jadi dikeluarkan ke luar
tubuh, disebut stoma (urostomy). (American Cancer
Society, 2018)
Setelah itu, sebuah kantong diletakkan di stoma
untuk menampung urin yang secara kontinu keluar

15
dengan jumlah tertentu. Kantong tersebut harus di
kosongkan ketika sudah penuh.

b. Diversi Kontinen
Prosedur ini hampir sama dengan ileal conduit,
akan tetapi diluar tidak diberi kantong untuk
menampung urin, jadi urin dialirkan melalui kateter
sesuai jadwal (pengeluaran urin di beri jadwal tertentu).
Di dalamnya sudah terdapat kantong yang disambung
dengan ureter dan dibuat stoma keluar. Kantong
tersebut juga terbuat dari potongan usus. (American
Cancer Society, 2018)

c. Neobladder
Prosedur ini menggunakan sebagian kecil usus
halus untuk disambungkan ke ureter, disebut

16
neobladder. Perbedaan dari prosedur sebelumnya, tidak
dibentuk stoma dalam prosedur ini, akan tetapi
neobladder ini disambungkan juga ke uretra sehingga
pasien bisa berkemih secara normal tanpa perlu
menggunakan kantong diluar tubuh. (American Cancer
Society, 2018)

3. Kemoterapi
Obat kemoterapi bisa digunakan sendiri ataupun kombinasi,
tergantung indikasinya, kondisi pasien, dan faktor yang lain. Ketika
kemoterapi digunakan bersamaan dengan radiasi, obat kemoterapi yang
digunakan antara lain:
 Cisplatin
 Cisplatin plus fluorouracil (5-FU)
 Mitomycin with 5-FU
Sedangkan jika kemoterapi digunakan tanpa radiasi, obat yang biasa
digunakan antara lain:
 Gemcitabine dan cisplatin
 Methotrexate, vinblastine, doxorubicin (Adriamycin), dan cisplatin
(MVAC)
 Cisplatin, methotrexate, dan vinblastine (CMV)
 Carboplatin dan paclitaxel atau docetaxel (untuk pasien dengan
fungsi ginjal yang buruk)
Karsinoma kandung kemih metastasis (T4) yang menggunakan
obat kemoterapi, biasanya berupa kombinasi M-VAC (Methotrexate,
Vinblastin, Adriamycin, dan Cisplatin), PT (Ciplastin dan Paklitaksel),

17
GTC (Gemsitabin, Paklitaksel, Ciplastin), atau CISCA (Cisplatin,
Siklofosfamid, Adriamycin). (Samuel S. Senduk, LindaW. A. Rotty,
2010)
a. Intravesical chemotherapy
Obat langsung dimasukkan ke kandung kemih menggunakan
kateter. Obat ini secaraaktif membunuh pertumbuhan sel kanker.
Kebanyakan dari obat ini juga bisa diberikan secara sistemik
(melalui vena) untuk mengobati kanker kandung kemih dengan
stadium lanjut.
Mitomycin adalah obat yang sering digunakan untuk
kemoterapi intravesikal. Obat lain yang bisa digunakan antara lain
valrubicin,, doceraxel, thiotepa, dan gemcitabine.
Pada beberapa penelitian penggunaan MMC dosis minimal
sebagai kemoterapi intravesika telah menunjukkan efektifitas yang
sangat tinggi terhadap karsinoma kandung kemih. Selain itu tidak
mengakibatkan efek samping yang serius. MMC paling efektif
diberikan sesegera mungkin setelah operasi, dimana MMC akan
melapisi lapisan mukosa kandung kemih dan bekerja menghentikan
pertumbuhan menghentikan pertumbuhan serta pembelahan sel-sel
kanker tersebut. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mematikan sel-
sel kanker sehingga mukosa kandung kemih akan terbebas dari sel-
sel kanker, yang dengan demikian akan mengurangi angka
kekambuhan sampai dengan 40%. (Samuel S. Senduk, LindaW. A.
Rotty, 2010)
Keuntungan yang bisa didapatkan dari pemberian obat
kemoterapi langsung ke kandung kemih adalah obat-obatan
tersebut tidak menyentuh bagian tubuh yang lain. Hal ini bertujuan
untuk menghindari beberapa efek samping yang timbul akibat
kemoterapi. Efek samping yang muncul dari kemoterapi
intravesikal adalah iritasi dan rasa terbakar pada kandung kemih.
(American Cancer Society, 2018)
b. Systemic chemotherapy

18
Obat diberikan melalui oral, diinjeksi melalui IV atau IM
sehingga obat masuk ke pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh
tubuh. Kemoterapi sistemik ini dapat mempengaruhi bagian tubuh
yang tidak terserang kanker. Kemoterapi sistemik dapat diberikan
sebelum atau sesudah operasi. Kemoterapi yang diberikan sebelum
operasi disebut kemoterapi neoadjuvan. Tujuan dilakukan
kemoterapi ini adalah untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga
mudah diambil saat operasi dilakukan. Sedangkan kemoterapi yang
diberikan setelah operasi (atau terkadang setelah radiasi) disebut
kemoterapi adjuvant. Tujuannya adalah untuk membunuh sisa sel
kanker yang masih dan tidak terlihat, sehingga hal ini akan
meminimalkan kemungkinan kejadian kanker yang berulang.
(American Cancer Society, 2018)
Efek samping kemoterapi tergantung pada jenis obat dan
lama durasi pemakaian obat tersebut. Beberapa efek samping yang
ditimbulkan antara lain:
 Mual dan muntah
 Penurunan BB, kehilangan nafsu makan
 Rambut rontok
 Luka pada mulut
 Diare atau konstipasi
 Peningkatan resiko infeksi (karena umur sel darah putih yang
memendek)
 Mudah mengalami perdarahan (akibat penurunan trombosit)
 Kelelahan (akibat sel darah merah yang berumur pendek)
4. Radiasi
Terapi radiasi sendiri tidak selektif untuk kanker kandung kemih
sepeti bedah dan kemoterapi; angka keselamatan 5 tahun setelah radiasi
sendiri hanyalah 40. Terapi radiasi jarang digunakan kecuali sebagai
paliasi untuk penyakit berat yang tidak dapat dieradikasi dengan
pengobatan intravesika atau pembedahan radikal. Kebanyakan kanker

19
kandung kemih tidak radiosensitive, dan radiasi dosis tinggi diperlukan.
(Joyce, M, Black, Jane Hokanson. 2014)
Radiasi supervoltase eksternal, yang tidak berhasil dengan
sendirinya ketika digunakan dengan kombinasi bedah dan kemoterapi.
Terapi radiasi hiperbarik meningkatkan tekanan oksigen sel tumor dan
radiosensitifnya.radiasi paliatif dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri, mencegah, dan mengurangi obstruksi saluran cerna,
mengendalikan potensi perdarahan, dan mengurangi edema kaki
sekunder terhadap obstruksi vena atau limfatik. (Joyce, M, Black, Jane
Hokanson. 2014)
Efek samping mayor dari radiasi adalah sistitis perdarahan dan
iritasi lambung kemih. Instilasi formalin local untuk mengontrol
perdarahan dapat mengurangi perdarahan dari kanker atau terapinya.
Perdarahan sistitis dapat terjadi hingga 10 tahun setelah radiasi.
Komplikasi lainnya mencakup manifestasi sistitis dan proktitis, seperti
disuria, frekuensi, urgensi, dan nokturia, dan diare. Efek buruk yang
terlambat termasuk ileitis, colitis, sistitis persisten, ulserasi kandung
kemih, dan fistula, dapat terjadi 6 sampai 12 bulan setelah radiasi.
(Joyce, M, Black, Jane Hokanson. 2014)
5. Imunoterapi
Pemberian BCG (Bacillus Calmete-Guerin) intravesika bersifat
imunoterapi dengan menekan rekurensi serta progresifitas dari
karsinoma kandung kemih sehingga diindikasikan untuk penderita-
penderita yang cenderung mengalami kekambuhan setelah operasi
reseksi transuretral. BCG mengurangi kekambuhan 40% - 45%,
dibanding obat intravesika lain yang hanya sebesar 8-18%. ( Samuel S.
Senduk, LindaW. A. Rotty, 2010)
Biasanya BCG diinstilasikan ke dalam kandung kemih melalui
kateter uretra. Kateter diklem atau dilepas. Klien diarahkan untuk
menahan cairan sampai 2 jam, dengan perubahan posisi dari sisi ke sisi
atau supinasi ke pronasi setiap 15 sampai 30 menit. Ketika 2 jam sudah
berlalu, klien berkemih dalam posisi duduk atau klem kateter dilepas.

20
Terakhir, klien dianjurkan minimum 2 gelas air untuk membilas
kandung kemih. Steroid dan siprofloksasin telah diberikan setelah terapi
BCG untuk mencegah kekambuhan. Jika dua siklus terapi BCG
intravesika telah inefektif, kebanyakan urologis merekomendasikan
sistektomi. (Samuel S. Senduk, LindaW. A. Rotty, 2010)/
Mekanisme pasti BCG dalam proses penyembuhan kanker kandung
kemih masih belum dipahami, aktivitas antitumor diduga berasal dari
kemampuannya untuk menginisiasi reaksi inflamasi local luas di dinding
kandung kemih. Kaskade imunologi kompleks dimulai dengan adanya
mycobacteria hidup yang dilemahkan pada lapisan urothelial, yang
kemudian diikuti dengan respon imun oleh sel-sel Natural Killer (NK) dan
limfosit sebagai mediator. Efek samping yang bisa timbul dari intravesikal
BCG adalah demam, kelalahan, dan kedinginan.

21
2.10. Asuhan Keperawatan Umum Cancer of Bladder
A. Pengkajian
 Anamnesa
 Identitas
Nama
Umur : Risiko terkena kanker kandung kemih semakin tinggi
dengan bertambahnya usia. 9 dari 10 orang penderita
kanker kandung kemih pada usia diatas 55 tahun
(ACS, 2016).
Jenis kelamin : Penderita kanker kandung kemih lebih banyak
laki-laki daripada perempuan. Menmpati
posisi keempat penyebab kanker pada laki-laki
(ACS, 2016).
Agama
Suku bangsa : Orang berkulit putih berisiko 2 kali lipat
daripada orang Amerika-Afrika dan
Hispanik. Alasan perbedaan ini belum
dipahami dengan baik (ACS, 2016).
Pendidikan
Pekerjaan : Bekerja di bidang industry, seperti produsen karet,
kulit, tekstil, cat, perusahaan percetakan berisiko
tinggi menderita kanker kandung kemih. Pekerja
pelukis masinis, dan penata rambut juga berisiko.
Hal ini dikarenakan bahan kimia indsutri seperti
benzidine dan beta-naphthylamine untuk pewarna
faktor penyebab kanker kandung kemih. Bahan
kimia organic tertentu juga dapat berisiko (ACS,
2016).
Alamat : Tempat tinggal disekitar lingkungan pabrik mudah
terpapar bahas industri dapat berisiko terkenan
kanker kandung kemih (ACS, 2016).
 Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh BAK berdarah atau hematuria tanpa
rasa sakit.
 Riwayat penyakit sekarang
Adanya darah saat berkemih atau hematuria gross adalah
gejala yang paling sering dilaporkan. Hematuria dapat bersifat

22
terlihat dengan mata telanjang (Gross) dan terlihat melalui
mikroskopik, yaitu positif eritrosit saat pemeriksaan urin
lengkap. Hematuria bisa terjadi intermittent atau constant.
Disuria dan peningkatan frekuensi kencing juga dilaporkan.
Pada stadium lanjut, nyeri panggul dubur, dan tulang, hilang
nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan, dan
kelelahan.
 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat infeksi saluran kemih, penggunaan kateter jangka
panjang dan penyebab lain chronic bladder inflammation,
infeksi cacing parasit atau schistosomiasis meningkatkan risiko
kanker kandung kemih squamous cell. Selain itu, memiliki
riwayat kanker ginjal, ureter, dan uretra dapat berisiko karena
kanker bisa bermestatase ke kandung kemih. Menderita kanker
kandung kemih yang telah mendapatkan perawatan
sebelumnya dapat muncul kembali. Selain itu, memiliki
riwayat Menjalani kemoterapi dan radioterapi daerah pelvis
untuk waktu yang lama dapat mengganggu sel kadung kemih,
sehingga berisiko terkenan kanker kandung kemih.
 Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga yang menderita kandung kemih
berisiko tinggi juga. Hal ini mungkin terjadi karena terpapar
bahan kanker yang sama seperti asap rokok. Mutasi beberapa
gen yang diwariskan yang menyulitkan detoksifikasi toksin
tertentu dapat berisiko kanker kandung kemih. Namun hal ini
tidak diaggap sebagai penyebab utama.
 Kebiasaan sehari-hari
 Merokok adalah faktor risiko kanker paling penting.
Perokok berisiko 3 kali terkena kanker kandung kemih
daripada tidak merokok (ACS, 2016).
 Orang yang minum sedikit juga birisiko. Minum banyak
akan mengosongkan kandung kemih lebih sering,
menghambat bahan kimia melekat pada kandung kemih.
 Pola eliminasi BAK

23
Pasien dengan kanker kandung kemih mengalami perubahan
pada pola berkemih, diantaranya adalah sebagai berikut:
 Disuria atau nyeri saat berkemih.
 Sering buang air kecil, tapi urin keluar sedikit.
 Nokturia, atau sering buang air kecil di malam hari.
 Rasa ingin berkemih tinggi, tetapi tidak bisa mengeluarkan
urin.
 Pemeriksaan Fisik
B1 : tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada penggunaan
otot bantu nafas, bentuk dada simetris.
B2 : fungsi renal terganggu dapat menyebabkan gangguan pada
fungsi aldosterone yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah yang berakibat pada hipertensi. Saat terjadi hematuria, maka
banyak darah yang dikeluarkan dan tubuh kekurangan Hb
berdampak pada anemia.
B3 : kesadaran kompos mentis, GCS 456, kepala dan wajah tidak
ada kelainan, pucat, sklera ikterus, konjungtiva pucat, pupil isokor,
persepsi sensori tidak ada kelainan.
B4 : kencing sedikit dan sering, hematuria, pancaran melemah, dan
terasa nyeri. Kadang ada retensi urin. Warna merah dan bau agak
amis, teraba masa supra pubis.
B5 : penurunan nafsu makan dan berat badan mengalami
penurunan.
B6 : kemampuan pergerakan sendi bebas. Gangguan renin-
angiotensin yang berakibat pada gangguan Na-K, sehingga tidak
dapat dikeluarkan yang menyebabkan pada edema ekstermitas.
 Pemeriksaan Penunjang
 Urinalisis: ditemukan eritrosit pada urin.
 Urine cytology: sampel urin dianalisis pada mikroskop untuk
melihat apakah ada sel kanker.
 USG, CT-Scan, MRI
 Cystoscopy: memeriksa apakah ada tanda pertumbuhan kanker
dengan melihat langsung kedalan uretra dan kandung kemih
 Biopsi: mengambil sampel sel untuk diperiksa dibawah
mikroskop dan menentukan apakah selnya berubah menjadi
kanker.

B. Diagnosa Keperawatan

24
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri.
 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
 Risiko infeksi berhubungan dengan proedur invasive penggunaan
kateter
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis.
 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
mengenai penyakit dan self-care.
C. Intervensi
Diagnosa: Nyeri akut
Tujuan:
Klien mampu mengontrol rasa nyeri, melaporkan rasa nyeri yang
dialaminya, mengikuti program pengobatan, mendemonstrasikan teknik
relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin.
Intervensi Rasional
1. Kaji rasa nyeri secara 1. Memberikan informasi yang
komperhensif untuk menentukan diperlukan untuk
riwayat nyeri, lokasi, karakteristik, merencanakan asuhan.
2. Untuk meningkatkan
frekuensi dan durasi, intensitas,
kenyamanan klien.
dan faktor pencetus.
3. Untuk mengetahui terapi yang
2. Kontrol faktor lingkungan yang
dilakukan sesuai atau tidak,
mungkin menyebabkan respon
efektif untuk menurunkan nyeri
ketidaknyamanan klien.
3. Pilih dan terapkan terapi non- atau menimbulkan komplikasi.
4. Agar terapi yang diberikan
farmakologi dan farmakologi untuk
tepat sasaran.
meringankan nyeri.
4. Evaluasi nyeri

Diagnosa: Gangguan eliminasi urin


Tujuan:
Eliminasi urin tidak terganggu, berkemih secara normal, dan output sama
dengan input.
Intervensi Rasional
1. Monitor jumlah, warna, 1. Penurunan haluran urin membutuhkan
dan kejernihan haluran intervensi cepat untuk mencegah
urin. hidronefrosis. Perubahan warna dan
2. Anjurkan asupan cairan
kejernihan dapat mengindikasikn
3000 mL per hari.
komplikasi seperti hemoragi atau infeksi.

25
3. Anjurkan aktivitas untuk 2. Peningkatan asupan cairan
toleransi. mempertahankan haluran urin tinggi,
yang mengurangi risiko infeksi dan
pembentukan batu.
3. Ambulasi meningkatkan drainase urin
dan membantu mencegah kehilangan
kalsium dari tulang yang dapat memicu
pembentukan batu.

Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


Tujuan:
Klien menunjukkan berat badan stabil dan tidak ada malnutrisi,
menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat, dan
berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet.
Intervensi Rasional
1. Monitor intake makanan tiap hari. 1. Memberikan informasi tentang
2. Timbang dan ukur berat badan,
status gizi klien.
ukuran trisep serta amati 2. Memberikan informasi tentang
terjadinya penurunan berat badan penambahan dan penurunan
3. Anjurkan klien mengkonsumsi
berat badan.
makanan tinggi kalori dengan 3. Kalori merupakan sumber
intake cairan yang adekuat. energy.
4. Kontrol fakor lingkungan dan 4. Mencegah mual dan muntah
ciptakan suasana makan yang yang menyebabkan penurunan
menyenangkan nafsu makan.

Diagnosa: Risiko infeksi


Tujuan:
Klien mampu mengidentidikasi dan berpartisipasi dalam tindakan
pencegahan infeksi, dan tidak menunjukan tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1. Cuci tangan sebelum 1. Mencegah terjadinya infeksi silang.
2. Menurunkan adanya organisme
melakukan tindakan,
hidup
pengunjung diharapkan
3. Peningkatan suhu merupaka tanda
melakukan yang sama.
terjadinya infeksi
2. Jaga personal hygiene klien
4. Mencegah dan mengurangi
dengan baik
teradinya risiko infeksi

26
3. Monitor temperature 5. Indikasi pemberian antibiotik yang
4. Kaji tanda-tanda infeksi
jelas dapat mengatasi organisme
5. Berikan antibiotik jika
penyebab infeksi.
diindikasikan

Diagnosa: Defisiensi pengetahuan


Tujuan:
Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan,
mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengobatan.
Intervensi Rasional
1. Review pengertian klien dan 1. Menghindari adanya duplikasi
keluarga tentang diagnose, dan pengulangan terhadap
pengobatan, dan akibatnya. pengetahuan klien.
2. Beri informasi yang akurat dan 2. Memungkinkan dilakukan
factual. Jawab pertanyaan secara pembenaran terhadap kesalahan
spesifik dan hindarkan informasi persepsi dan konsepsi serta
yang tidak diperlukan. kesalahan pengertian.
3. Berikan bimbingan kepada 3. Membantu klien dalam
klien/keluarga sebelum memahami prosedur pengobatan
mengikuti prosedur pengobatan. dan membuat keputusan.
4. Anjurkan klien untuk 4. Mengetahui sejauh mana
memberikan umpan balik verbal. pemahaman klien dan keluarga.

27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

3.1. Kasus
Tn. A berumur 59 tahun datang ke RSUD Dr. Soetomo dengan keluhan
nyeri pinggang disebelah kiri sejak 8 bulan yang lalu. Klien merasa cemas
karena nyerinya tidak segera sembuh, selain itu ketika nyeri timbul terasa
sangat mengganggu aktivitas klien maupun mengganggu waktu istirahat
saat malam hari. Klien mengatakan sering merokok selama 3 tahun terakhir,
dengan jumlah 10 batang setiap hari. Klien memiliki kebiasaan konsumsi air
mineral 600 ml/hari. Klien mengkonsumsi amlodipine 10 mg sejak 3 tahun
yang lalu karena memiliki riwayat penyakit hipertensi yang diturunkan dari
ibunya. TB : 172 cm, BB : 101 kg, TD : 120/80 mmHg, Suhu : 37,0 oC, RR :
18x/menit, Nadi : 80x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
Hb : 18 gr/dl, WBC : 9,58x103µL, Na : 145 mg/dl, K : 4,3 mg/dl, Cl : 100
mg/dl, BUN : 12 mg/dl.
3.2. Pengkajian
 Data demografi
Nama : Tn. A
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Prambon, Sidoarjo
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
 Keluhan Utama
Tn. A mengatakan nyeri pinggang disebelah kiri sejak 8 bulan yang
lalu.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Sejak 8 bulan yang lalu klien mengeluhkan nyeri pada bagian pinggang
sebelah kiri. Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan tidak mengganggu
aktivitas maupun tidur. Ketika nyeri timbul klien hanya membutuhkan
istirahat sebentar kemudian nyeri yang dirasakannya hilang. Namun
sejak 1 bulan terakhir nyeri yang dirasakannya semakin parah, hingga
mengganggu aktivitas dan tidur, karena merasa tidak bisa menahan
nyeri klien langsung membawa ke RSUD Dr. Soetomo.
 Riwayat Kesehatan Terdahulu

28
Klien tidak memiliki memiliki riwayat penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan penyakitnya sekarang.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi tipe 1 yang diturunkan dari
ibunya, namun untuk mengatasinya klien memiliki riwayat pengobatan
konsumsi amlodipine 10mg/hari peroral.
 Pola Kebiasaan
Klien memiliki kebiasaan merokok 10 batang/hari selama 3 tahun
terakhir. Klien memiliki kebiasaan konsumsi air mineral 600 ml/hari
 Pemeriksaan Fisik
o Keadaan Umum
Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
o Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah :120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 37,0oC
o Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris, kulit kepala bersih, rambut hitam,
bersih, pertumbuhan rambut merata, tidak ada kerontokan
rambut.
b. Mata
Inspeksi : Konjungtiva anemis (-), pupil isokor, icterus (-),
pergerakan bola mata simetris, visus dekstra (+1,75) dan visus
sinistra (+1,75)
c. Hidung
Inspeksi : Tidak ada pernapasan cuping hidung, obstruksi (-),
polip (-)
d. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, mulut dan lidah bersih, gigi
berwarna kekuningan
e. Leher
Inspeksi : tidak ada jaringan parut, tidak ada nyeri telan.
Palpasi : tidak ada pembesaran tyroid.
f. Thorax
- Paru-paru
Inspeksi : Irama nafas reguler, frekuensi pernafasan
eupnea, tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak ada
lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

29
Perkusi : Suara paru sonor.
- Jantung
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada jejas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,
Auskultasi : Denyut jantung 80x/menit, Tekanan darah
120/80x/menit, irama reguler, tidak ada bunyi jantung
tambahan
g. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran hati dan abdomen
Palpasi : Tidak ada pembesaran organ hati maupun limfa
h. Ekstremitas
Inspeksi : Tangan dan kaki tidak ada tanda kelemahan, tidak
terdapat sianosis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, akral hangat, CRT : 1 detik
i. Integumen
Inspeksi : Tidak ada ruam
Palpasi : Turgor kulit baik

 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
- Hemoglobin : 18 gr/dl (normalnya 13-18 gr / dl)
- WBC : 9,58x103µL (normalnya 3,5-10,0 103µL)
- Na : 145 mg/dl (normalnya 136-145 mg/dl)
- K : 4,3 mg/dl (normalnya 3,5-5,1 mg/dl)
- Cl : 100 mg/dl (normalnya 98-107 mg/dl)
- BUN : 12 mg/dl (normalnya 10-20 mg/dl)
- SK : 1,04 mg/dl (normalnya 0,6-1,3 mg/dl)
Pemeriksaan Sistoskopi
Transitional Cell Carcinoma Buli cT1NxMo
3.3. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Perilaku merokok 10 Nyeri Kronis (00133)
Klien mengatakan nyeri Domain 12 :
batang/hari selama 3
pinggang disebelah kiri Kenyamanan
tahun terakhir
Kelas 1 : Kenyamanan
sejak 8 bulan yang lalu ↓
Q : Nyeri terasa seperti Metabolisme triptofan Fisik
ditusuk tusuk abnormal
R : Nyeri pada bagian ↓
Metabolit karsinogenik
pinggang sebelah kiri

S : Skala 7 dari 0-10
Pembentukan tumor pada
T : Nyeri tidak dirasakan
kandung kemih
setiap hari, namun ketika

nyeri timbul mengganggu Kompresi nodus limfa

30
aktivitas maupun tidur pelvis
DO : ↓
P : Adanya tumor pada Nyeri lebih dari 3 bulan

kandung kemih
Nyeri Kronis
DS : Perilaku merokok 10 Perilaku Kesehatan
Klien mengatakan
batang/hari selama 3 Cenderung Beresiko
merokok 10 batang/hari
tahun terakhir dan (00188)
selama 3 tahun terakhir Domain 1 : Promosi
konsumsi air mineral
Klien mengatakan
Kesehatan
kurang
memiliki kebiasaan Kelas 2 : Manajemen

konsumsi air mineral 600 Metabolisme triptofan Kesehatan
ml/hari abnormal
DO : ↓
Mukosa bibir klien kering Metabolit karsinogenik
Gigi berwarna ↓
Pembentukan tumor pada
kekuningan
kandung kemih

Perilaku Kesehatan
Cenderung Beresiko
DS : Perilaku merokok 10 Ansietas (00146)
Klien mengatakan cemas Domain 9 :
batang/hari selama 3
karena nyerinya tidak Koping/Toleransi Stress
tahun terakhir
Kelas 2 : Respons Koping
segera sembuh ↓
Klien mengatakan ketika Metabolisme triptofan
nyeri timbul terasa sangat abnormal

mengganggu aktivitas
Metabolit karsinogenik
dan mengganggu waktu ↓
Pembentukan tumor pada
tidur saat malam hari
DO : kandung kemih
Wajah klien terlihat ↓
Kompresi nodus limfa
gelisah
pelvis

Nyeri lebih dari 3 bulan

Klien merasa cemas nyeri
tidak kunjung sembuh

31
Ansietas

3.4. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis b.d. kompresi nodus limfa pelvis ditandai dengan klien
mengeluhkan nyeri pada pinggang sebelah kiri
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d. metabolit karsinogenik yang
dapat merangsang pembentukan tumor pada daerah karsinogesik ditandai
dengan klien merokok 10 batang/hari, mukoa bibir kering, dan gigi
berwarna kekuningan
3. Ansietas b.d. nyeri yang timbul lebih dari 3 bulan ditandai dengan klien
merasa cemas karena nyeri tidak kunjung sembuh
3.5. Intervensi Keperawatan
Diagnosa:
Nyeri Kronis (00133)
Domain 12. Kenyamanan
Kelas 1. Kenyamanan Fisik
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 1x24 jam, klien 1. Lakukan pengkajian nyeri
dapat menunjukkan kriteria hasil: komprehensif yang meliputi lokasi,
Tingkat Nyeri karakteristik, onset/durasi,
1. Klien melaporkan nyeri yang frekuensi, intensitas atau beratnya
dirasakan berkurang (skala 3 dari nyeri dan faktor pencetus
2. Gunakan strategi komunikasi
0-10)
terapeutik untuk mengetahui
Kontrol Nyeri
pengalaman nyeri dan sampaikan
1. Klien dapat menggunakan tindakan
penerimaan pasien terhadap nyeri
pengurangan nyeri tanpa analgesik
3. Kendalikan faktor lingkungan yang
Nyeri: Efek yang Mengganggu
dapat mempengaruhi respon pasien
1. Nyeri yang dirasakan tidak
terhadap ketidaknyamanan
mengganggu aktivitas dan tidur
misalnya, suhu ruangan,
klien
pencahayaan, kebisingan
4. Kurangi atau eliminasi faktor-
faktor yang dapat mencetuskan
atau menyebabkan nyeri misalnya
ketakutan, kelelahan

32
5. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi, seperti napas dalam,
relaksasi, distraksi, aplikasi
panas/dingin, musik
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesik
7. Berikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan pengetahuan
dan respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri
8. Evaluasi dan dokumentasi respon
terhadap terapi relaksasi

Diagnosa:
Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko (00188)
Domain 1. Promosi Kesehatan
Kelas 2. Manajemen Kesehatan
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan perawatan Modifikasi Perilaku
selama 3x24 jam, diharapkan klien 1. Pilah perilaku menjadi bagian
dapat menunjukkan kriteria hasil: bagian kecil untuk dirubah menjadi
Perilaku Berhenti Merokok unit perilaku yang terukur, seperti
1. Klien mampu membangun strategi berhenti merokok: jumlah rokok
yang efektif untuk berhenti yang dihisap, minum delapan gelas
merokok air setiap hari
2. Klien dapat menyesuaikan gaya 2. Kenalkan pasien pada orang atau
hidup sehat untuk berhenti kelompok yang telah berhasil
merokok melewati pengalaman yang sama
3. Fasilitasi konseling atau
Perilaku Promosi Kesehatan
keterlibatan dari perawatan
1. Klien mampu menggunakan
kesehatan lain
perilaku yang menghindari risiko
4. Fasilitasi keterlibatan keluarga
2. Klien mampu minum delapan gelas
dalam modifikasi perilaku
air setiap hari
Pengajaran: Proses Penyakit
1. Diskusikan perubahan gaya hidup

33
yang mungkin diperlukan untuk
mengontrol proses penyakit
Bantuan Penghentian Merokok
1. Catat status merokok saat ini dan
riwayat merokok
2. Berikan saran yang jelas untuk
berhenti merokok
3. Bantu pasien mengidentifikasi
alasan untuk berhenti dan
hambatan untuk berhenti
4. Ajarkan pasien mengenai gejala
fisik pemutusan nikotin (misal,
sakit kepala, pusing, mual,
tenggorokan gatal, dan perasaan
gelisah) dan yakinkan bahwa
gejala tersebut bersifat sementara
5. Informasikan pasien mengenai
produk pengganti nikotin,
misalnya permen karet, inhaler
6. Berikan dorongan untuk
mempertahankan gaya hidup bebas
asap rokok, misalnya mendorong
menabung, yang sebelumnya untuk
membeli rokok diganti untuk
membeli hadiah khusus atau
kebutuhan lain

Diagnosa:
Ansietas (00146)
Domain 9. Koping/Toleransi Stres
Kelas 2. Respons Koping
NOC NIC

34
Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan
keperawatan selama 1x24 jam, klien 1. Bantu klien mengidentifikasi
dapat menunjukkan kriteria hasil: situasi yang memicu kecemasan
2. Kaji untuk tanda verbal dan non
Tingkat Kecemasan
verbal kecemasan
1. Klien tidak menyampaikan adanya
3. Berikan informasi faktual terkait
perasaan cemas
diagnosis, perawatan dan
2. Tidak ada tanda gelisah pada klien
prognosis
Terapi Relaksasi
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
dan tanpa distraksi dengan lampu
yang redup dan suhu lingkungan
yang nyaman
2. Ajarkan klien untuk menggunakan
teknik relaksasi, seperti bernafas
dalam, menggunakan musik atau
bayangan yang menenangkan
3. Dorong klien untuk mengulang
praktik relaksasi
4. Evaluasi dan dokumentasikan
respon terhadap terapi relaksasi

3.6. Implementasi dan Evaluasi


Diagnosa:
Nyeri kronis b.d. kompresi nodus limfa pelvis ditandai dengan klien mengeluhkan
nyeri pada pinggang sebelah kiri
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Rabu, 28 Mengimplementasikan intervensi S = Klien
Februari manajemen nyeri: mengatakan
2018 15.00 1. Melakukan pengkajian nyeri masih
menggunakan PQRST, dan mengalami nyeri
didapatkan hasil: (skala 6 dari 0-
P : Kanker pada vesika urinary
10)
Q : Nyeri terasa seperti ditusuk
O = Klien
tusuk
R : Nyeri pada bagian pinggang terkadang

35
sebelah kiri nampak
S : Skala 7 dari 0-10
kesakitan, klien
T : Nyeri hilang timbul, tapi saat
bisa menirukan
ini klien merasakan nyeri
Respon klien: Klien kooperatif teknik relaksasi
dan terlihat menahan sakit yang diajarkan
2. Menggunakan strategi
perawat dan bisa
komunikasi terapeutik dengan
melakukannya
melakukan kontak mata dengan
15.00 secara mandiri
klien, posisi menghadap klien,
A = Laporan
berbicara dengan nada yang
subyektif dan
sesuai (tidak terlalu tinggi dan
obyektif belum
tidak terlalu rendah),
memuaskan,
mendengarkan keluhan klien
kriteria hasil
untuk mengetahui pengalaman
tercapai
nyeri klien kemudian
sebagian, dan
memberitahu klien bahwa nyeri
masalah teratasi
yang ditimbulkan merupakan
sebagian.
akibat dari kanker yang diderita
P = Intervensi
dan akan diberikan obat
dilanjutkan
penghilang nyeri, yaitu
(1,3,5,6,8)
paracetamol yang diminum 3 kali
sehari
Respon klien: Klien terlihat lebih
tenang dan memahami
keadaannya
3. Menyesuaikan suhu ruangan,
mengatur pencahayaan,
memberikan selimut, sesuai
15.10 kenyamanan klien
Respon klien: Klien mengatakan
sudah merasa nyaman
4. Mengurangi faktor-faktor yang
dapat mencetuskan atau
menyebabkan nyeri dengan

36
memberi tahu klien untuk tidak
15.15 perlu merasa takut atau
melakukan hal yang membuat
lelah karena dapat memicu rasa
nyeri
Respon klien: Klien memahami
apa yang dikatakan perawat
5. Mengajarkan kepada klien teknik
non farmakologi dengan latihan
napas dalam dan relaksasi
Respon klien: Klien dapat
melakukan dengan baik dan
15.20 mampu melakukan teknik
tersebut secara mandiri
6. Memberikan paracetamol 500
mg PO untuk meredakan nyeri
yang dialami klien dan meminta
klien untuk meminumnya
Respon klien: Klien
mengonsumsi obat sesuai dosis
15.25
yang diberikan
7. Memberikan informasi kepada
klien dan keluarga untuk
mengatasi rasa nyeri yang timbul
apabila sudah mengonsumsi obat
yang diberikan dengan teknik
nafas dalam dan relaksasi yang
15.30 telah dipraktikkan sebelumnya
Respon klien: Klien dan keluarga
dapat memahami penjelasan
perawat
8. Melakukan dokumentasi

37
15.35
Rabu, 28 Mengimplementasikan intervensi S = Klien
Februari manajemen nyeri: mengatakan
2018 23.00 1. Melakukan pengkajian nyeri nyeri sudah
menggunakan PQRST, dan berkurang (skala
didapatkan hasil: 4 dari 0-10)
P : Kanker pada vesika urinary
O = Klien
Q : Nyeri terasa seperti ditusuk
terlihat sudah
tusuk
R : Nyeri pada bagian pinggang lebih tenang
sebelah kiri karena nyerinya
S : Skala 5 dari 0-10
berkurang, klien
T : Nyeri hilang timbul, saat
bisa
dilakukan pengkajian klien
menggunakan
merasa nyeri
Respon klien: Klien kooperatif teknik relaksasi
dan masih terlihat menahan sakit musik yang
2. Menyesuaikan suhu ruangan,
diajarkan
mengatur pencahayaan,
perawat dan
memberikan selimut, membuka
23.10 dapat
tirai untuk kenyamanan klien
melakukannya
Respon klien: Klien mengatakan
secara mandiri
sudah merasa nyaman
3. Mengajarkan kepada klien teknik A = Laporan
non farmakologi yang lainnya subyektif dan
yaitu dengan mendengarkan obyektif belum
23.15 musik untuk mengalihkan nyeri memuaskan,
Respon klien: Klien melakukan
kriteria hasil
dengan baik dan mampu
tercapai
melakukan teknik tersebut secara
sebagian, dan
mandiri
masalah teratasi
4. Memberikan paracetamol 500
sebagian.
mg PO pada klien diminum
Respon klien: Klien P = Intervensi

38
mengonsumsi obat sesuai dosis dilanjutkan
23.25 yang diberikan (1,2,4,5)
5. Melakukan dokumentasi

23.30
Kamis, 1 Mengimplementasikan intervensi S = Klien
Maret 2018 manajemen nyeri: mengatakan
07.00 1. Melakukan pengkajian nyeri nyeri sudah
menggunakan PQRST, dan berkurang (skala
didapatkan hasil: 3 dari 0-10)
P : Kanker pada vesika urinary
O = Klien
Q : Nyeri terasa seperti ditusuk
terlihat tenang
tusuk
R : Nyeri pada bagian pinggang dan menerapkan
sebelah kiri teknik relaksasi
S : Skala 4 dari 0-10
yang sudah
T : Nyeri hilang timbul, saat
diajarkan
dilakukan pengkajian klien
A = Laporan
merasa nyeri
Respon klien: Klien kooperatif, subyektif dan
masih terlihat menahan sakit dan obyektif
lebih tenang memuaskan,
2. Menyesuaikan suhu ruangan,
kriteria hasil
mengatur pencahayaan,
tercapai, dan
memberikan selimut, membuka
07.10 masalah teratasi
tirai untuk kenyamanan klien
keseluruhan
Respon klien: Klien mengatakan
P = Intervensi
sudah merasa nyaman
3. Memberikan paracetamol 500 diberhentikan
mg PO pada klien untuk
diminum
Respon klien: Klien
07.20
mengonsumsi obat sesuai dosis
yang diberikan

39
4. Melakukan dokumentasi

07.25

Diagnosa:
Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d. metabolit karsinogenik yang dapat
merangsang pembentukan tumor pada daerah karsinogesik ditandai dengan klien
merokok 10 batang/hari, mukoa bibir kering, dan gigi berwarna kekuningan
Hari/
Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal
Rabu, 28 Mengimplementasikan intervensi S = Klien belum
Februari modifikasi perilaku, pengajaran: bersedia untuk
2018 proses penyakit dan bantuan berhenti modifikasi gaya
merokok: hidup dengan cara
15.00 1. Memilah perilaku klien yang bisa mengurangi merokok
menjadi faktor resiko terjadinya ca dan menambah
bladder dalam kesehariannya. konsumsi minum
Respon klien : perilaku merokok
O = Mukosa bibir
10 batang/hari, konsumsi mineral
klien kering
600 ml/hari
A = Laporan
2. Memberikan cerita pengalaman
15.05 subyektif dan
kepada pasien tentang seseorang
obyektif belum
atau kelompok yang pernah
memuaskan, kriteria
sembuh dari penyakit yang sama
hasil belum tercapai,
dengan klien dengan faktor resiko
dan masalah belum
yang hampir sama
Respon klien : klien mendengarkan teratasi
dengan seksama P = Intervensi
3. Memberikan fasilitas konseling
dilanjutkan (2,3,5,8)
kepada klien dan memberikan
15.15
informasi tenaga kesehatan apa
saja yang bisa dikonsultasikan
yaitu dokter tentang proses

40
penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengobati
penyakitnya, perawat tentang
perawatan status kesehatannya,
gizi untuk mengetahui nutrisi yang
dianjurkan dan dihindari, apoteker
untuk mengetahui respon obat
yang diberikan kepada klien.
Respon klien : memahami
penjelasan fasilitas yang diberikan
dan klien bersedia untuk menerima
konseling yang diberikan oleh
perawat maupun tenaga kesehatan
lain
4. Bekerja sama dengan keluarga
untuk membantu modifikasi
15.20
perilaku untuk mengurangi
merokok dan menambah konsumsi
air mineral
Respon klien : keluarga klien
bersedia berkerjasama untuk
modifikasi perilaku klien
5. Mendiskusikan bersama klien
untuk merubah gaya hidup klien
yang mungkin diperlukan untuk
15.25
mengontrol proses penyakit yaitu
gaya hidup konsumsi air mineral
1,5 liter setiap hari
Respon klien : klien masih
menolak untuk konsumsi air lebih
dari 600 ml
6. Dokumentasi status merokok klien
dan riwayat merokok
Respon klien : klien mengatakan
merokok 10 batang/hari dan

41
15.30 konsumsi air mineral 600 ml/hari
7. Memberikan penjelasan kepada
klien tentang faktor resiko
merokok yang dapat menyebabkan
kanker kandung kemih
Respon klien : klien mendengarkan
15.35
penjelasan perawat
7. Meminta kesediaan klien untuk
mengurangi jumlah rokok yang
dikonsumsi dan menambah jumlah
air yang dikonsumsi
Respon klien : klien belum
bersedia untuk mengurangi
15.40
merokok dan menambah konsumsi
minum
8. Menjelaskan kepada pasien
mengenai gejala fisik pemutusan
nikotin (misal, sakit kepala,
pusing, mual, tenggorokan gatal,
dan perasaan gelisah) dan
meyakinkan bahwa gejala tersebut
15.45
bersifat sementara
Respon klien : klien paham dengan
penjelasan perawat
9. Menginformasikan pasien
mengenai produk pengganti
nikotin, misalnya permen karet,
inhaler
Respon klien : klien paham dengan
penjelasan perawat
10. Menjelaskan kepada klien tentang
15.50 efek positif dari mempertahankan
gaya hidup bebas asap rokok,
misalnya mendorong menabung,
yang sebelumnya untuk membeli

42
rokok diganti untuk membeli
hadiah khusus atau kebutuhan lain
Respon klien : klien menerima
15.55
penjelasan perawat

Rabu, 28 Mengimplementasikan intervensi S = Klien belum


Februari modifikasi perilaku, pengajaran: bersedia untuk
2018 proses penyakit dan bantuan berhenti modifikasi gaya
merokok: hidup dengan cara
23.05 1. Memberikan cerita pengalaman mengurangi
kepada pasien tentang seseorang merokok, namun
atau kelompok yang pernah klien sudah mau
sembuh dari penyakit yang sama konsumsi air mineral
dengan klien dengan faktor resiko lebih dari 600ml/hari
yang hampir sama O = Mukosa bibir
Respon klien : klien mendengarkan
klien kering
dengan seksama
A = Laporan
2. Memberikan fasilitas konseling
23.10 subyektif dan
kepada klien dan memberikan
obyektif belum
informasi tenaga kesehatan apa
memuaskan, kriteria
saja yang bisa dikonsultasikan
hasil belum tercapai,
yaitu dokter tentang proses
dan masalah belum
penyakit dan tindakan yang akan
teratasi
dilakukan untuk mengobati
P = Intervensi
penyakitnya, perawat tentang
dilanjutkan (1,2,3,4)
perawatan status kesehatannya,
gizi untuk mengetahui nutrisi yang
dianjurkan dan dihindari, apoteker
untuk mengetahui respon obat
yang diberikan kepada klien.
Respon klien : klien berkonsultasi

43
tentang perjalanan penyakitnya
dan terapi yang diberikan
kepadanya
3. Mendiskusikan bersama klien
untuk merubah gaya hidup klien
23.15
yang mungkin diperlukan untuk
mengontrol proses penyakit yaitu
gaya hidup konsumsi air mineral
1,5 liter setiap hari
Respon klien : klien bersedia untuk
konsumsi air mineral lebih banyak
menjadi 650 ml/hari
4. Meminta kesediaan klien untuk
mengurangi jumlah rokok yang
23.20 dikonsumsi dan menambah jumlah
air yang dikonsumsi
Respon klien : klien belum
bersedia untuk mengurangi
merokok dan mau menambah
konsumsi air mineral
Kamis, 1 Mengimplementasikan intervensi S = Klien
Maret modifikasi perilaku, pengajaran: mengatakan bersedia
2018 proses penyakit dan bantuan berhenti memulai mengurangi
merokok: merokok dan
07.00 1. Memberikan cerita pengalaman menambah konsumsi
kepada pasien tentang seseorang air mineral
atau kelompok yang pernah O = Mukosa bibir
sembuh dari penyakit yang sama klien kering
dengan klien dengan faktor resiko A = Laporan
yang hampir sama subyektif dan
Respon klien : klien mendengarkan
obyektif belum
dengan seksama
memuaskan, kriteria
2. Memberikan fasilitas konseling
07.05 hasil belum tercapai,
kepada klien dan memberikan
dan masalah belum
informasi tenaga kesehatan apa

44
saja yang bisa dikonsultasikan teratasi
yaitu dokter tentang proses P = Intervensi
penyakit dan tindakan yang akan dilanjutkan (1,2,3,4)
dilakukan untuk mengobati
penyakitnya, perawat tentang
perawatan status kesehatannya,
gizi untuk mengetahui nutrisi yang
dianjurkan dan dihindari, apoteker
untuk mengetahui respon obat
yang diberikan kepada klien.
Respon klien : klien berkonsultasi
tentang perjalanan penyakitnya
dan terapi yang diberikan
kepadanya
3. Mendiskusikan bersama klien
untuk merubah gaya hidup klien
07.10
yang mungkin diperlukan untuk
mengontrol proses penyakit yaitu
gaya hidup konsumsi air mineral
1,5 liter setiap hari
Respon klien : klien mengatakan
akan berusaha untuk mengurangi
merokok dan klien bersedia untuk
konsumsi air mineral lebih banyak
menjadi 700 ml/hari
4. Meminta kesediaan klien untuk
mengurangi jumlah rokok yang
dikonsumsi dan menambah jumlah
07.15
air yang dikonsumsi
Respon klien : klien bersedia untuk
mengurangi merokok dan mau
menambah konsumsi air mineral
Kamis, 1 Mengimplementasikan intervensi S = Klien
Maret modifikasi perilaku, pengajaran: mengatakan bersedia

45
2018 proses penyakit dan bantuan berhenti mengurangi merokok
merokok: dan menambah
15.00 1. Memberikan cerita pengalaman konsumsi air mineral
kepada pasien tentang seseorang O = Mukosa bibir
atau kelompok yang pernah klien kering
sembuh dari penyakit yang sama A = Laporan
dengan klien dengan faktor resiko subyektif dan
yang hampir sama obyektif belum
Respon klien : klien mendengarkan
memuaskan, kriteria
dengan seksama
hasil belum tercapai,
2. Memberikan fasilitas konseling
15.05 dan masalah belum
kepada klien dan memberikan
teratasi
informasi tenaga kesehatan apa
P = Intervensi
saja yang bisa dikonsultasikan
dilanjutkan (1,2,3,4)
yaitu dokter tentang proses
penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengobati
penyakitnya, perawat tentang
perawatan status kesehatannya,
gizi untuk mengetahui nutrisi yang
dianjurkan dan dihindari, apoteker
untuk mengetahui respon obat
yang diberikan kepada klien.
Respon klien : klien berkonsultasi
tentang perjalanan penyakitnya
dan terapi yang diberikan
kepadanya
3. Mendiskusikan bersama klien
untuk merubah gaya hidup klien
15.10
yang mungkin diperlukan untuk
mengontrol proses penyakit yaitu
gaya hidup konsumsi air mineral
1,5 liter setiap hari
Respon klien : klien bersedia untuk

46
konsumsi air mineral lebih banyak
menjadi 750 ml/hari
4. Meminta kesediaan dan monitor
klien untuk mengurangi jumlah
rokok yang dikonsumsi dan
15.15
menambah jumlah air yang
dikonsumsi
Respon klien : klien bersedia untuk
mengurangi merokok dan
menambah konsumsi air mineral
Kamis, 1 Mengimplementasikan intervensi S = Klien
Maret modifikasi perilaku, pengajaran: mengatakan bersedia
2018 proses penyakit dan bantuan berhenti mengurangi merokok
merokok: dan menambah
23.00 1. Memberikan cerita pengalaman konsumsi air mineral
kepada pasien tentang seseorang O = Mukosa bibir
atau kelompok yang pernah klien kering
sembuh dari penyakit yang sama A = Laporan
dengan klien dengan faktor resiko subyektif dan
yang hampir sama obyektif belum
Respon klien : klien mendengarkan
memuaskan, kriteria
dengan seksama
hasil belum tercapai,
2. Memberikan fasilitas konseling
23.05 dan masalah belum
kepada klien dan memberikan
teratasi
informasi tenaga kesehatan apa
P = Intervensi
saja yang bisa dikonsultasikan
dilanjutkan (1,2,3,4)
yaitu dokter tentang proses
penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengobati
penyakitnya, perawat tentang
perawatan status kesehatannya,
gizi untuk mengetahui nutrisi yang
dianjurkan dan dihindari, apoteker
untuk mengetahui respon obat

47
yang diberikan kepada klien.
Respon klien : klien berkonsultasi
tentang perjalanan penyakitnya
dan terapi yang diberikan
kepadanya
3. Mendiskusikan bersama klien
untuk merubah gaya hidup klien
23.10
yang mungkin diperlukan untuk
mengontrol proses penyakit yaitu
gaya hidup konsumsi air mineral
1,5 liter setiap hari
Respon klien : klien bersedia untuk
konsumsi air mineral lebih banyak
menjadi 800 ml/hari
4. Meminta kesediaan dan monitor
klien untuk mengurangi jumlah
rokok yang dikonsumsi dan
23.15
menambah jumlah air yang
dikonsumsi
Respon klien : klien mencoba
untuk mengurangi merokok dan
menambah konsumsi air mineral
Jumat, 2 Mengimplementasikan intervensi S = Klien
Maret modifikasi perilaku, pengajaran: mengatakan bersedia
2018 proses penyakit dan bantuan berhenti mengurangi merokok
merokok: dan menambah
07.00 1. Memberikan cerita pengalaman konsumsi air mineral
kepada pasien tentang seseorang O = Mukosa bibir
atau kelompok yang pernah klien kering
sembuh dari penyakit yang sama A = Laporan
dengan klien dengan faktor resiko subyektif dan
yang hampir sama obyektif belum
Respon klien : klien mendengarkan
memuaskan, kriteria
dengan seksama
hasil belum tercapai,
2. Memberikan fasilitas konseling

48
07.05 kepada klien dan memberikan dan masalah belum
informasi tenaga kesehatan apa teratasi
saja yang bisa dikonsultasikan P = Intervensi
yaitu dokter tentang proses dilanjutkan (1,2,3,4)
penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengobati
penyakitnya, perawat tentang
perawatan status kesehatannya,
gizi untuk mengetahui nutrisi yang
dianjurkan dan dihindari, apoteker
untuk mengetahui respon obat
yang diberikan kepada klien.
Respon klien : klien berkonsultasi
tentang perjalanan penyakitnya
dan terapi yang diberikan
kepadanya
3. Mendiskusikan bersama klien
untuk merubah gaya hidup klien
07.10
yang mungkin diperlukan untuk
mengontrol proses penyakit yaitu
gaya hidup konsumsi air mineral
1,5 liter setiap hari
Respon klien : klien bersedia untuk
konsumsi air mineral lebih banyak
menjadi 850 ml/hari
4. Monitor klien untuk mengurangi
jumlah rokok yang dikonsumsi dan
menambah jumlah air yang
07.15
dikonsumsi
Respon klien : klien mencoba
untuk mengurangi merokok dan
menambah konsumsi air mineral

49
Jumat, 2 Mengimplementasikan intervensi S = Klien
Maret modifikasi perilaku, pengajaran: mengatakan bersedia
2018 proses penyakit dan bantuan berhenti mengurangi merokok
merokok: dan menambah
15.00 1. Memberikan cerita pengalaman konsumsi air mineral
kepada pasien tentang seseorang O = Mukosa bibir
atau kelompok yang pernah klien kering
sembuh dari penyakit yang sama A = Laporan
dengan klien dengan faktor resiko subyektif dan
yang hampir sama obyektif belum
Respon klien : klien mendengarkan
memuaskan, kriteria
dengan seksama
hasil belum tercapai,
2. Memberikan fasilitas konseling
15.05 dan masalah belum
kepada klien dan memberikan
teratasi
informasi tenaga kesehatan apa
P = Intervensi
saja yang bisa dikonsultasikan
dilanjutkan (1,2,3,4)
yaitu dokter tentang proses
penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengobati
penyakitnya, perawat tentang
perawatan status kesehatannya,
gizi untuk mengetahui nutrisi yang
dianjurkan dan dihindari, apoteker
untuk mengetahui respon obat
yang diberikan kepada klien.
Respon klien : klien berkonsultasi
tentang perjalanan penyakitnya
dan terapi yang diberikan
kepadanya
3. Mendiskusikan bersama klien
untuk merubah gaya hidup klien
15.10
yang mungkin diperlukan untuk
mengontrol proses penyakit yaitu
gaya hidup konsumsi air mineral

50
1,5 liter setiap hari
Respon klien : klien bersedia untuk
konsumsi air mineral lebih banyak
menjadi 1000ml/hari
4. Monitor klien untuk mengurangi
jumlah rokok yang dikonsumsi dan
menambah jumlah air yang
15.15
dikonsumsi
Respon klien : klien mencoba
untuk mengurangi merokok dan
menambah konsumsi air mineral

Jumat, 2 Mengimplementasikan intervensi S = Klien


Maret modifikasi perilaku, pengajaran: mengurangi merokok
2018 proses penyakit dan bantuan berhenti dan menambah
merokok: konsumsi air mineral
23.05 1. Memberikan cerita pengalaman O = Mukosa bibir
kepada pasien tentang seseorang klien kering
atau kelompok yang pernah A = Laporan
sembuh dari penyakit yang sama subyektif dan
dengan klien dengan faktor resiko obyektif belum
yang hampir sama memuaskan, kriteria
Respon klien : klien mendengarkan
hasil tercapai, dan
dengan seksama
masalah teratasi
2. Memberikan fasilitas konseling
23.10 P = Intervensi
kepada klien dan memberikan
dihentikan
informasi tenaga kesehatan apa
saja yang bisa dikonsultasikan
yaitu dokter tentang proses
penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengobati

51
penyakitnya, perawat tentang
perawatan status kesehatannya,
gizi untuk mengetahui nutrisi yang
dianjurkan dan dihindari, apoteker
untuk mengetahui respon obat
yang diberikan kepada klien.
Respon klien : klien berkonsultasi
tentang perjalanan penyakitnya
dan terapi yang diberikan
kepadanya
3. Mendiskusikan bersama klien
untuk merubah gaya hidup klien
23.15
yang mungkin diperlukan untuk
mengontrol proses penyakit yaitu
gaya hidup konsumsi air mineral
1,5 liter setiap hari
Respon klien : klien bersedia untuk
konsumsi air mineral lebih banyak
menjadi 1500 ml/hari
4. Monitor klien untuk mengurangi
jumlah rokok yang dikonsumsi dan
menambah jumlah air yang
dikonsumsi
Respon klien : klien mencoba
untuk mengurangi merokok dan
menambah konsumsi air mineral

Diagnosa:
Ansietas b.d. nyeri yang timbul lebih dari 3 bulan ditandai dengan klien merasa
cemas karena nyeri tidak kunjung sembuh
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Rabu, 28 Mengimplementasikan intervensi S = Klien

52
Februari pengurangan kecemasan dan terapi mengatakan
2018 relaksasi: sudah tidak
15.00 1. Menanyakan pada klien hal atau merasa cemas
keadaan yang memicu O = Klien tidak
kecemasannya nampak gelisah
Respon klien: Klien mengatakan
A = Laporan
merasa cemas karena kanker
subyektif dan
yang diderita dan nyeri yang
obyektif
dirasakan
memuaskan,
2. Mengkaji tanda verbal dan non
15.05 kriteria hasil
verbal kecemasan klien
Respon klien: Klien mengatakn tercapai, dan
bahwa merasa cemas dan terlihat masalah teratasi
gelisah P = Intervensi
3. Memberikan informasi terkait
diberhentikan
penyakit yang diderita klien
15.10
bahwa kanker yang diderita
berdasarkan diagnosis akan
diatasi dengan kemoterapi dan
akan diberikan obat serta
perawatan untuk mengatasi efek
sampingnya
Respon klien: Klien
mendengarkan dengan baik,
dapat memahami dan terlihat
lebih tenang
4. Menciptakan lingkungan yang
tenang dengan mengatur
15.15 pencahayaan dan suhu
lingkungan untuk kenyamanan
klien
Respon klien: Klien merasa
nyaman
5. Mengajarkan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi

53
nafas dalam untuk mengatasi
15.20 kecemasan
Respon klien: Klien dapat
menirukan teknik relaksasi yang
diajarkan dan melakukannya
secara mandiri
6. Mendorong klien untuk
mengulang praktik relaksasi yang
diajarkan saat merasa cemas
Respon klien: Klien mengatakan
`15.30 akan menggunakan teknik
relaksasi nafas dalam dan musik
apabila merasa cemas
7. Melakukan dokumentasi

15.30

54
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah disampaikan dalam makalah ini, maka
dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dapat dilakukan perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kandung
kemih diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Mengendalikan faktor resiko, yaitu penghentian kebiasaan merokok
dan proteksi terhadap pekerja industri dapat menurunkan risiko
terjadinya kanker kandung kemih.
b. Melakukan health education mengenai pola hidup sehat,
menghindari merokok dan mengkonsumsi makanan maupun cairan
yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
c. Melakukan pengobatan pada penderita sesuai dengan keluhan yang
dirasakan.

55
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2016. Bladder Cancer.


https://www.cancer.org/cancer/bladder-cancer.html. Diakses pada 23
Februari 2018 pada 10.00 WIB.
American Cancer Society.1991.A Cancer Source Book for Nurses.USA:
Professional Education Publication.
Black, Joyce M. dan Jane Hokanson Hawks.2014.Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2.Singapura:
Elsevier.
Blackwell, Willey.2014.NANDA Internasional, Inc. NURSING DIAGNOSIS:
Definition & Classification 2015-2017.USA:NANDA Internasional, Inc.
Bulechek, Gloria M, and others.2013.Nursing Interventions Classification
(NIC).USA:Mosby, Elsevier Inc.
Ellsworth, Pamela I. 2017. Bladder Cancer.
https://www.emedicinehealth.com/bladder_cancer/article_em.htm#what_is
_bladder_cancer. Diakses pada 23 Februari 2018 pada 10.00 WIB.
Globocan. 2008. Estimated incidence, mortality and 5-year prevalence.
Kanker Kandung Kemih. (2018). Retrieved from St. Stamford International
Medical - Modern Cancer Hospital Guangzhou:
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-topics/bladder-cancer/
Kevin, Gagan, dan Charles. 2016. Bladder Cancer (Cancer of the Urinary
Bladder).
https://www.medicinenet.com/bladder_cancer/article.htm#bladder_cancer_
facts. Diakses pada 23 Februari 2018 pada 10.00 WIB.
Martin, L. J. (2016, 11 28). How Do I Know If I Have Bladder Cancer? Retrieved
from WebMD: https://www.webmd.com/cancer/bladder-cancer/do-i-have-
bladder-cancer#2
Moorhead, Sue, others.2013.Nursing Outcomes Classification (NOC).Mosby,
Elsevier Inc.
Pierce A. Grace, N. R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Ed. 3. Jakarta: Erlangga.

56
Rainy Umbas, S. H. (2014). PANDUAN PENANGANAN KANKER KANDUNG
KEMIH TIPE UROTELIAL, . Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia
(IAUI).
SingHealth, D. U. (2014). Kondisi dan Perawatan Kanker Kandung Kemih.
Retrieved from SingHealth:
https://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-
Referral/bh/Conditions/Pages/bladder-cancer-surgery.aspx

57

Anda mungkin juga menyukai