Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DENGAN MEDIS VARIKOKEL PADA Tn. R DI RUANG
PUNTADEWA RS PERMATA BUNDA`

DISUSUN OLEH :

YANIK PRATIKA SARI (2001044)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AN NUUR

TAHUN 2020/2021
I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi

Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatikus internus. Kelainan ini terdapat pada
15% pria. Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria,
dan didapatkan 21-41% pria yang mandul menderita varikokel.(Purnomo, 2008)
Varikokel adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) pada leher buah zakar
yang menimbulkan rasa nyeri dan bisa menyebabkan kemandulan. Pengobatan
varikokel dengan tindakan operasi. (Djojodibroto, 2012)
Varikokel adalah suatu keadaan pembuluh darah yang menuju buah zakar terlalu
besar, sehingga jumlah dan kemmapuan gerak spermatozoa berkurang yang juga
mengurangi kemampuannya menimbulkan kehamilan. (Aprillia, 2010)

B. Etiologi
Hingga sekarang ini masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokrl, tetapi
dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai
daripada sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70-93%). Hal ini disebabkan
karena vena spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah
tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada vena kava dengan arah miring.
Disamping itu vana spermatika interna kiri lebih panjang daripada yang kanan dan
katupnya lebih sedikit dan inkompeten. Jika terdapat varikokel disebelah kanan
atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya : kelainan pada rongga
retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatika
kanan pada avena renalis kanan, atau adanya situs inversus.
Etiologi secara umum
1. Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau kurangnya struktur
penunjung / atrofi otot kremaster, kelemahan congenital. Proses degenerative
pleksus pampiniformis .
2. Hipertensi vena renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena kava inferior
3. Turbulensi dari vena supra renalis ke dalam juxta vena renalis internus kiri
berlawanan dengan kedalaman vena spermatiak interna kiri
4. Tekanan segment ilika (oleh fases) pada pangkal vena spermatika
5. Tekanan vena spermatika intrena meningkat letak sudut vena renalis 900
6. Sekunder : tumor retroperitoneal. Thrombus vena renalis, hidronefrosis

Faktor penyebab yang diduga dapat memopengaruhi terjadinya varikokel


1. Faktor genetalic. Orang tua dengan varikokel memiliki kecendurungan
menurunkan sifat pembuluh-pembuluh yang mudah melebar pada anaknya
2. Makanan. Beberapa jenis makanan yang dioksidasi tinggi,dapat merusak
pembuluh darah
3. Suhu. Idelnya,.suhu testis adalah 1- 2 derajat dibawah dibawah suhu tubuh.
Suhu yang tinggi disekitar testis dapat memicu pelebaran pembuluh darah
balik di daerah itu
4. Tekanan tinggi disekitar perut
C. Patofisiologi

Peningkatan Tekanan Vena


Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri menyebabkan
terplintirnya vena spermatika interna kiri,dfilantasi dan terjadi aliran darah
retrogard. Darah vena dari testis kanan dibawa menuju vena cava inferior
pada sudut oblique (kira-kira 300 ). Sudut ini, bersamaan dengan tingginya
aliran vena kava inferior diperkirakan dapat meninggalkan drainase pada sisi
kanan (Venturi effect). Vena renalis kiri dapat juga berkompres di daerah
prok simal diantara arteri iliaka komunis dan vena. Fenomena ini dapat juga
menyebabkan peningkatan tekanan pada system vena testicular kiri.
Anastomosis Vena Kolateral
Katup yang inkompeten
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui
beberapa cara, antara lain :
Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami
hipoksia karena kekurangan oksigen.
Refleks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
Peningkatan suhu testis.
Adanya anastomis antarea pleksus pampiniformis kiri dan kanan,
memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke
testis kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis testis klanan
dan pada akhirnya terjadi infertilitas.

D. Klasifikasi

Ukuran varikokel bervariasi,dapat dikelompokan menjadi 3 yaitiu :


1. Large : mudah diidentifikasi hanya dengan imnspeksi
2. Moderate : dapat diidentifikasi dengan palpasi tanpa meneuver valsava
3. Small : diidentifikasi dengan meneuver valsava dengan peningkatan
tekanan intrabdominal menyebabkan pembesaran ukuran varikokel.

E. Manifestasi Klinik

Varikokel memiliki beberapa tanda dan gejala yang sering dijumpai,yaitu :


1. Nyeri jika berdiri terlalu lama.Hal ini terjadi karena saat berdiri, maka
beban untuk darah kembali kea rah jantung akan semakin besar, dan akan
semakin banyak darah yang terperangkap di testis. Dengan membesarnya
pembuluh darah, maka akan mengenai ujung saraf, sehingga terasa sakit.
2. Masalah kesuburan. Besarkan penelitian. Ditemukan bahwa 40% dari pria-
pria infertilemerupakan penderita varikokel
3. Astrofi testis. Astrofi testis banyak ditemukan pada penderita varikokel,
namun setelah perawatan lebih lanjut banyak biasanya akan kembali ke
ukuran normal

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Angiopgrafi/venografi
Venografi merupakan modalis yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuanya mendesmostrasikan
refleks darah vena abnormal di daerah retrograde menuju ke ISV dan pleksus
pampiniformis. Karena pemeriksaan venografi ini merupakan pemeriksaan
invasive,teknik ini biasanya hanya digunakan apabila pasien sedang dalam terapi
oklusif untuk menentukan anatomi dari vena. Biasanya, teknik ini digunakan pada
pasien yang simptomatik.
Positif palsu/negative
Vana testicular sering kali spasme, dan terkadang ada opasifikasi dari vena dengan
kontrasmedium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasai dengan
menggunakan kanul menuju vena testicular kanan.

2. Ultrasnonografi

Penemuan USG pada varikokel meliputi :


a. Struktur anekoik templintirnya tubular yang digambarkan letaknya berdekatan
berdekatan dengan testis. Pasien dengan posisi tegak, diameter dari vena
dominan pada kanalis inguinalis biasanya lebih dari 2-5 mm dan saat valvasa
maneuver diameter meningkat sekitar 1 mm
b. Varikokel bisa berukuran kecil hingga sangat besar, dengan beberapa
pembesaran pembuluh darah dengan diameter 8mm
c. Varikokel dapat ditemukan dimana saja di skrotum
(medial,lateral,anterior,posterior,atau inferior dan testis)
d. USG Doppler dengan pencitraan berwarna dapat membantu mendiferensiasi
chanel vena dari kista epidermoid atau spermatokel jika terdapat keduannya
e. USG Doppler dapat digunakan untuk menilai grade refluks vena :
statis (grade I), intermiten (Grade II) dan kontinu (grade III)
f. Varikokel intratestikular dapat digambarkan sebagai area hipoekoik
yang kurang jelas pada testis. Gambarnya berbentuk oval dan biasanya
terletak di sekitar mediastinum testis.

G. Penatalaksanaan

1. Teknik operasi
Kebanyakan pasien menderita varikokel tidak selalu berhunungan dengan
infertilitas, penurunan volume testicular dan nyeri, untuk itu tidak selalu
dilakukan tindakan operasi. Varikokel secara klinis pada pasien dengan
parameter semen yang abnormal harus dioperasi dengan tujuan
membalikkan proses yang progresif dan penurunan durasi dependen fungsi
testis. Untuk varikokel subklinis pada pria dengan faktor infertilitas tidak
ada keuntungan dilakukan tindakan operasi. Varikokel terkait dengan atrofi
testicular ipsilateral atau dengan nyeri ipsilateral testis yang makin
memburuk setiap hari, harus dilakukan operasi segera. Ligasi varikokel pada remaja
dengan atrofi testicular ipsilateral member hasil peningkatan volume
testis, untuk itu tindakan operasi sangat direkomendasikan pada pria
golongan usia ini. Remaja dengan varikokel grade I-II tanpa atrofi dilakukan
pemeriksaan tahunan untuk melihat pertumbuhan testis, jika didapatkan
testis yang menghilang pada sisi varikokel maka disarankan untuk
dilakukkan varikolektomi
Indikasi dilakukan operasi :
a. Infretilitas dengan produksi semen yang jelek
b. Ukuran testis mengecil
c. Nyeri kronis atau ketidaknyamanan dari varikokel yang besar
2. Alternative terapi

Untuk pria dengan infertilitas, parameter semen yang abnormal dan varikokel
klinis ada beberapa alternative untuk varikokeletomi. Saat ini terdapat tehnik
non bedah termasuk percutaneous radiographic occlusion dan skleroterapi.
Teknik retrogrard perkutaneus dengan menggunakan kanul vena femoralis dan
memasang balon/coli pada vena spermatika interna. Tehnik ini masih
berhubungan dengan bahaya pada arteritestikulkar dan limfatik dikarenakan
sulitinya menuju vena spermatika interna, radiographic occlusion juga
memiliki komplikasi seperti migrasi emboli paru, tromboflebitis, trauma
arteri dan reaksi alergi dari pemberian kontras
Tindakan oklusi antegrad varikokel dilakukan dengan tindakan kanulasi
perkutan dari vena pampiniformis skrotum dan injeksi agen sklerotik. Tehnik
ini memiliki angka performa yang tinggi tetapi angka rekurensi jika
dibandingkan dengan tehnik retrograde dapat memberikan risiko trauma pada
arteri testicular

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien termasuk data etnis, budaya dan agama
2. Status kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Trauma, kecelakaan sehingga testis rusak
Konsumsi obat-obatan yang memenggangu spermatogenesis
Pernah menjalani operasi yang berefek mengganggu organ reprodulsi
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki riwayat saudara/ keluarga dengan abrasi genetic
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing-
cacing di dalam kantung yang berada di sebelah cranial testis saat pendrita
berdiri
4 .Pemeriksaan penunjang

B. Diagnosa :

1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflex spasme otot sekunder
akibat pembedahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organism sekunder
akibat Pembedahan.

III. RENCANA TINDAKAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflex spasme otot
sekunder akibat pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawtan nyeri pasien berkurabg
atau terkontrrol
Criteria hasil :
5. Klien mengatakan nyeri berkurang
6. Skala nyeri 0-4
7. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
8. Klien terlihat rileks dan nyaman
Intervensi

a. Pantau lokasi dan intansitas nyeri


b. Pantau tanda-tanda vital
c. Berikan posisi yang nyaman
d. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
e. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organism sekunder akibat
Pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi
Criteria hasil
9. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor
dan fungsiolesa
10. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
11. Nilai WBC dalam batas normal
Intervensi :
12. Lakukan perawatan luka pasca operasi seseuai indikasi dengan
teknik aseptic
13. Pantau ttv
14. Pantau WBC sesuai indikasi
15. Berikan pengertian kepada keluarga untuk membatasi pengunjung
16. Barikan antibiotic sesuai indikasi

IV. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah trindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat
serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan
kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

V. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian dari hasil implementasi keperawatan yang


berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, B B. 2008. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.

Djojodibroto, D. 2003. Seluk-Beluk Pemeriksaan Kesehatan (General Medical

Check Up). Edisi 3. Jakarta : Pustaka Popular Obor

Aprillia, Y. 2010. Hipnostetri : Rileks, Nyaman, Dan Aman Saat Hamil Dan

Melahirkan. Jakarta : Gagasmedia

Behrman;Kliegman; Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi15.

Jakarta: EGC

Doenges, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Tambayong,

Jan. (1999). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Sabiston, David C. (1994). Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai