Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN


(NYERI AKUT) PADA Tn.Y DENGAN DIAGNOSA
VERIKOKEL

Disusun Oleh:
Nama : Amir
NIM : 19006

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKKES Dr. Sismadi Jakarta
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
VERIKOKEL

A. Verikokel
1. Definisi
Varikokel adalah varises vena pada korda spermatic (Tambayong,
1999). Varikokel adalah dilatasi pleksus pampiniformis dari vena di atas testis.
Merupakan gambaran lazim dalam pria muda dan paling sering terlihat pada
bagian kiri. Pleksus pampiniformis bermuara ke dalam vena spermatika
interna, yang mengalir ke dalam vena renalis di kiri dan vena kava di kanan
(Sabiston, 1994). Varikokel ini terbentuk dari massa yang mengalami
konvolusi dari vena yang berdilatasi dalam pleksus venosus korda. Karena
varikokel terbentuk dari vena yang terisi darah, maka varikokel tidak
mengirimkan cahaya seperti hidrokel (Purnomo, 2010 ).

2. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab
varikokel, tetapi dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri
lebih sering dijumpai daripada sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70–93
%). Hal ini disebabkan karena vena spermatika interna kiri bermuara pada
vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara
pada vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika interna
kiri lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan
inkompeten. Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral
patut dicurigai adanya: kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat
obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatika kanan pada vena renails
kanan, atau adanya situs inversus.

Etiologi secara umum:


 Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau
kurangnya struktur  penunjang/atrofi otot kremaster, kelemahan
kongenital. Proses degeneratif pleksus pampiniformis.
 Hipertensi vena renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena kava
inferior.
 Turbulensi dari vena supra renalis ke dalam juxta vena renalis
internus kiri berlawanan dengan kedalam vena spermatiak
interna kiri.
 Tekanan segment iliaka (oleh feses) pada pangkal vena
spermatika.
 Tekanan vena spermatika interna meningkat letak sudut turun
vena renalis 90 o
 Sekunder : tumor retroperitoneal, trombus vena renalis,
hidronefrosis.
Faktor penyebab yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya varikokel :
 Faktor genetik. Orang tua dengan varikokel memiliki
kecenderungan menurunkan sifat pembuluh-pembuluh yang
mudah melebar pada anaknya.
 Makanan. Beberapa jenis makanan yang dioksidasi tinggi, dapat
merusak pembuluh darah.
 Suhu. Idealnya, suhu testis adalah 1-2derajat dibawah suhu
tubuh. Suhu yang tinggi di sekitar testis dapat memicu pelebaran
pembuluh darah balik di daerah itu.
 Tekanan tinggi disekitar perut.

3. Klasifikasi
Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3 tingkatan/derajat:

a. Derajat kecil: adalah varikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien


melakukan manuver valsava
b. Derajat sedang: adalah varikokel yang dapat dipalpasi tanpa melakukan
manuver  valsava
c. Derajat besar: adalah varikokel yang sudah dapat dilihat bentuknya tanpa
melakukan manuver valsava.
4. Manifestasi Klinis
Peningkatan Tekanan Vena
Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri
menyebabkan terplintirnya vena spermatika interna kiri, dilatasi dan terjadi
aliran darah retrogard . Darah vena dari testis kanan dibawa menuju vena
cava inferior pada sudut oblique (kira-kira 300). Sudut ini, bersamaan
dengan tingginya aliran vena kava inferior diperkirakan dapat
meningkatkan drainase pada sisi kanan (Venturi effect). Vena renalis kiri
dapat juga terkompres di daerah prok simal diantara arteri mesenterika
superior dan aorta, dan distalnya diantara arteri iliaka komunis dan vena.
Fenomena ini dapat juga menyebabkan peningkatan tekanan pada sistem
vena testikular kiri.
- Anastomosis Vena Kolateral
- Katup yang Inkompeten
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui
beberapa cara, antara lain:
- Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis
mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen.
- Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin
dan prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
- Peningkatan suhu testis.
- Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan,
memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari
testis kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan gangguan
spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas.

5. Manifestasi Klinik
Varicokel memiliki beberapa tanda dan gejala yang sering dijumpai, yaitu:
- Nyeri jika berdiri terlalu lama. Hal ini terjadi karena saat berdiri, maka
beban untuk darah kembali ke arah jantung akan semakin besar, dan
akan semakin banyak darah yang terperangkap di testis. Dengan
membesarnya pembuluh darah, maka akan mengenai ujung saraf,
sehingga terasa sakit.
- Masalah kesuburan. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa 40%
dari pria-pria infertile merupakan penderita varicocele (hal ini akan
dijelaskan lebih lanjut)
- Atrofi testis. Atrofi testis banyak ditemukan pada penderita varicocele,
namun setelah perawatan lebih lanjut biasanya akan kembali ke ukuran
normal

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi/venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk
mendeteksi varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuannya
mendemonstrasikan refluks darah venaabnormal di daerah retrograd
menuju ke ISV dan pleksus pampiniformis. Karena pemeriksaan
venografi ini merupakan pemeriksaan invasif, teknik ini biasanya
hanyadigunakan apabila pasien sedang dalam terapi oklusif untuk
menentukan anatomi dari vena. Biasanya, teknik ini digunakan pada
pasien yang simptomatik
b. Positif palsu/negatif
Vena testikular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari
vena dengan kontrasmedium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat
diatasi dengan menggunakan kanulmenuju vena testikular kanan
c. Ultrasonografi
Penemuan USG pada varikokel meliputi:
 Struktur anekoik terplintirnya tubular yang digambarkan yang
letaknya berdekatandengan testis. Pasien dengan posisi berdiri
tegak, diameter dari vena dominan pada kanalisinguinalis biasanya
lebih dari 2-5 mm dan saat valsava manuever diametermeningkat
sekitar 1 mm
 Varikokel bisa berukuran kecil hingga sangat besar, dengan
beberapa pembesaranpembuluh darah dengan diameter ± 8 mm
 Varikokel dapat ditemukan dimana saja di skrotum (medial, lateral,
anterior,posterior, atau inferior dari testis)
 USG Doppler dengan pencitraan berwarna dapat membantu
mendiferensiasi channel vena dari kista epidermoid atau
spermatokel jika terdapat keduanya
 USG Doppler dapat digunakan untuk menilai grade refluks vena:
statis (grade I), ntermiten (grade II) dan kontinu (gradeIII).
 Varikokel intratestikular dapat digambarkan sebagai area hipoekoik
yang kurang
 jelas pada testis. Gambarnya berbetuk oval dan biasanya terletak di
sekitar mediastinum testis.
Positif palsu/negative
Kista epidermoid dan spermatokel dapat member gambaran seperti varikokel.
Jika meragukan, USG Doppler berwarna dapat digunakan untuk diagnose.
Varikokel intratestikular dapat member gambaran seperti ektasis tubular.

7. Penatalaksanaan
a. Teknik operasi
Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan
dengan infertilitas, penurunan volume testicular, dan nyeri, untuk itu
tidak selalu dilakukan tindakan operasi. Varikokel secara klinis pada
pasien dengan parameter semen yang abnormal harus dioperasi dengan
tujuan membalikkan proses yang progresif dan penurunan durasi
dependen fungai testis. Untuk varikokel subklinis pada pria dengan
faktor infertilitas tidak ada keuntungan dilakukkan tindakan operasi.
Varikokel terkait dengan atrofi testikular ipsilateral atau dengan nyeri
ipsilateral testis yang makin memburuk setiap hari, harus dilakukkan
operasi segera. Ligasi varikokel pada remaja dengan atrofi testikular
ipsilateral memberi hasil peningkatan volume testis, untuk itu tindakan
operasi sangat direkomendasikan pada pria golongan usia ini. Remaja
dengan varikokel grade I-II tanpa atropi dilakukan pemeriksaan tahunan
untuk melihat pertumbuhan testis, jika didapatkan testis yang
menghilang pada sisi varikokel maka disarankan untuk dilakukkan
varikolektomi.

Indikasi dilakukan operasi


 Infertilitas dengan produksi semen yang jelek.
 Ukuran testis mengecil.
 Nyeri kronis atau ketidaknyamanan dari varikokel yang besar.
b. Alternatif Terapi
Untuk pria dengan infertilitas, parameter semen yang abnormal, dan
varikokel klinis, ada beberapa alternatif untuk varikokeletomi. Saat ini
terdapat teknik nonbedah termasuk percutaneous radiographic occlusion
dan skleroterapi. Teknik retrogrard perkutaneus dengan menggunakan
kanul vena femoralis dan memasang balon/coli pada vena spermatika
interna. Teknik ini masih berhubungan dengan bahaya pada
arteritestikular dan limfatik dikarenakan sulitnya menuju vena
spermatika interna. Radiographic occlusion juga memiliki komplikasi
seperti migrasi emboli paru, tromboflebitis, trauma arteri dan reaksi
alergi dari pemberian kontras. Tindakan oklusi antegrad varikokel
dilakukan dengan tindakan kanulasi perkutan dari vena pampiniformis
skrotum dan injeksi agen sklerotik. Teknik ini memiliki angka performa
yang tinggi tetapi angka rekurensi jika dibandingkan dengan yang teknik
retrograd, dapat memberikan risiko trauma pada arteri testikular.
c. Teknik operasi
Ligasi dari vena spermatika interna dilakukkan dengan berbagai teknik.
Teknik yang paling pertama dilakukkan dengan memasang clamp
eksternal pada vena lewat kulit skrotum. Operasi ligasi varikokel
termasuk retroperitoneal, ingunal atau sublingual, laparoskopik dan
mikrokroskopik varikokelektomi.
d. Teknik retroperitoneal (palomo)
Teknik retroperitoneal (palomo) memiliki keuntungan mengisolasi vena
spermatiaka interna kea rah proksimal, dekat dengan lokasi drainase
menuju vena renalis kiri. Pada bagian ini, hanya 1 tau2 vena besar yang
terlihat. Sebagai tambahan, arteri testicular belum bercabang dan
seringkali berpisah dari vena spermatika interna. Kekurangan dari teknik
ini yaitu sulitnya menjaga pembuluh limfatik karena sulitnya mencari
lokasi pembuluh retroperitoneal, dapat menyebabkan hidrokel post
operasi. Sebagai tambahan, angka kekambuhan tinggi karena arteri
testicular terlindungi oleh plexus periarterial (vean comitantes), dimana
akan terjadi dilatasi seiring berjalannya waktu dan akan menimbulkan
kekambuhan. Parallel ingunal atau retroperitoneal kolateral bermula dari
testis dan bersama dengan vena spermatika interna kea rah atas ligasi
(cephalad), dan vena kremaster yang tidak terligasi, dapt menyebabkan
kekambuhan. Ligasi dari atreri testikular disarankan pada anak-anak
untuk meminimalkan kekambuhan, tetapi pada dewasadengan infertilita,
ligasi arteri testicular tidak direkomendasikan karena akan mengganggu
fungsi testis.
1) Pasien dalam posisi supinasi pada meja operasi
2) Insisi horizontal daerah iliaka dari umbilicus ke SIAS sepanjang 7-
10cm tergantung besar tubuh pasien.
3) Aponeurosis M. External oblique
4) internal oblique terpisah 1cm kea rah lateral dari M. Rectus
abdominis dan M. Transversus abdominis diinsisi.
5) Peritoneum dipisahkan dari dinding abdomen dan diretraksi.
6) Pembuluh spermatik terlihat berdekatan dengan peritoneum,
sangatlah penting menjaganya tetap berdekatan dengan peritoneum.
7) Dilanjutkan memotong dinding abdomen menuju M. Psoas posterior.
8) Dengan retraksi luas memudahkan untuk mengidentifikasi vena
spermatika, dan <10% kasus arteri spermatika mudah dilihat,
terisolasi dari seluruh struktur spermatik dan mudah dikendali.
9) Proses operasi ditentukan dari penemuan intraoperatif. Pada kasus
dengan vena multiple, kolateral akan teridentifikasi dan seluruh
pembuluh darah dari ureter menuju dinding abdomen terligasi.
Pembuluh darah spermatika secara terinspeksi pada jarak 7-8cm dan
diligasi dengan pemisahan/ pemotongan, kemudian dijahit permanen.
10) Setelah hemostasis dipastikan, M. Oblique internal, M. Tranversus
abdominalis, dan M.Eksternal oblique ditutp lapis demi lapis dengan
jahitan yang dapat diserap.
11) Fasia scarpa ditutp dengan jaitan yang akan diserap
12) Kulit dijahit subkutikuler dengan jahitan yang dapat diserap.

e. Teknik Inguinal (Ivanissevich)


1) Insisi dibuat 2cm diatas simfisis pubis.
2) Fasia M. External oblique secara hati-hati disingkirkan untuk
mencegah trauma N. Ilioinguinal yang terletak dibawahnya.
3) Pemasangan penrose drain pada saluran sperma.
4) Insisi fasia spermatika, kemudian akan terlihat pembuluh darah
spermatika.
5) Setiap pembuluh darah terisolasi, kemudian diligasi dengan
menggunakan benang yang nonabsorbable.
6) Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia M. External
oblique ditutup dengan benang yang absorbable dan kulit dijahit
subkitikuler.
f. Teknik Laparoskopik
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik retroperitoneal dengan
keuntungan dan kerugian yang hampir sama. Pembesaran optikal
dibutuhkan untuk melakukkan teknik ini, untuk memudahkan
menyingkirkan pembuluh limfatik dan arteri testikular sewaktu
melakukkan ligasi beberapa vena spermatika interna apabila vena
comitantes bergabung dengan arteri testikular. Teknik ini memiliki
beberapa komplikasi seperti trauma usus, pembuluh intarabdominal dan
visera, emboli, dan peritonitis. Komplikasi ini lebih serius dibandingkan
dengan varikokelektomi open.
g. Microsurgical varicocelectomy (Marmar-Goldstein)
Microsurgical subinguinal atau inguinal merupakan teknik terpilih untuk
melakukkan ligasi varikokel. Saluran spermatika dielevasi kearah insisi,
untuk memudahkan pengelihatan, dan dengan menggunakan bantuan
mikroskop pembesaran 6x hingga 25x, periarterial yang kecil dan vena
kremaster akan dengan mudah diiligasi, serta ekstraspermatik dan vena
gubernacular sewaktu testis diangkat. Fasia intraspermatika dan
ekstraspermatika secara hati-hati dibuka untuk mencari pembuluh darah.
Arteri testikular dapat dengan mudah diidentifikasi dengan
menggunakan mikroskop. Pembuluh limfatik dapat dikenali dan
disingkirkan, sehingga menurunkan komplikasi hidrokel.

h. Teknik Embolisasi
1) Embolisasi varikokel dilakukkan dengan anestesi intravea sedai dan
local anastesi.
2) Angiokateter kecil dimasukkan ke system vena, dapat lewat vena
femoralis kanan atau vena jugularis kanan.
3) Kateter dimasukkan dengan guiding fluoroskopi ke vena renalis kiri
(karena kebanyakan varikokel terdapt di sisi kiri) dan kontras
venogram.
4) Dilakukkan ISV venogram sebagai “peta” untuk mengembolisasi
vena.
5) Kateter kemudian dimanuever ke bawah vena menuju kanalis
inguinalis internal.
6) Biasanya vena atau cabangnya terembolisasi dengan injeksi besi atau
platinum spring-like embolization coils.
7) Vena kemudian terblok pada level kanalis inguinalis interna dan
sendi sakroiliaka.
8) Dapat ditambahkan sclerosing foam untuk menyelesaikan
embolisasi.
9) Pada tahap akhir, venogram dilakukkan untuk memastikan semua
cabang ISV terblok, kemudian kateter dapat dikeluarkan.
10) Dibutuhkan tekanan manual pada daerah tusukan selama 10 menit,
untuk mencapai hemostasis.
11) Tidak ada penjahitan pada teknik ini. Setelah selesai, pasien
diobservasi selama beberapa jam, kemudian dipulangkan. Angka
keberhasilan proses ini mencapai 95%.
a.
B. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Definisi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Kemanan adalah bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tenram (potters&perry, 2006). Perubahan Kenyamanan
adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Lapeniti, Linda, 2000)
a. Keamanan
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen,
kelembaban yang optimum, nutrisi dan suhu yang optimum akan
mempengaruhi kemampuan seseorang.
1) Oksigen
Bahaya umum yang ditermukan dirumah adalah sistem pemanasan
yang tidak berfungsi dengan baik
2) Kebutuhan Cairan
Mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban relatif
tinggi maka kulit akan berevaporasi dengan lambat
3) Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda
yang dapat menyebabkan kondisi yang tidak bersih akan
meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan
b. Kenyamanan
Kenyamanan pada kondisi fisik manusia dapat disebabkan oleh Nyeri,
Nyeri adalah kondisi atau mekanisme protektif tubuh yang timbul
bilamana jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu
tersebut untuk bereaksi untuk menghilangkan rangsangan tersebut
(Guyton, 1997)
a.) Nyeri Akut
Adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya
ketidaknyamanan yang hebat, Nyeri Ini Biasanya Mendadak,
durasinya singkat kurang dari 6 bulan
b.) Nyeri Kronik
Adalah suatu keadaan dimana individu mengalami nyeri yang
berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non
keganasan atau intermitten selama 6 bulan atau lebih.
c.) Mual
Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu
ketidaknyamanan, sensai seperti gelombang dibelakang tenggorokan
epigastium atau seluruh abdomen yang mungkin atau mungkin tidak
menimbulkan muntah.

C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Trauma, kecelakaan sehingga testis rusak
b. Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
c. Pernah menjalani operasi yang berefek mengganggu organ reproduksi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
e. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing-
cacing di dalam kantung yang berada di sebelah cranial testis saat
penderita berdiri.
f. Data fokus pengkajian
d. Pre Operasi
Data Subjektif
a. Kien mengeluh belum mempunyai keturunan sampai saat ini
b. Klien mengungkapkan perasaan tidak nyaman karena adanya
benjolan diatas testis dan terkadang terasa nyeri
c. Klien mengungkapkan perasaan bersalah atau rendah diri karena
tidak mampu memberikan keturunan
d. Klien mengungkapkan perasaan cemas terhadap prosedur
pembedahan yang akan dijalaninya
Data Objektif
a. Adanya benjolan di testis saat pasien berdiri dan hilang saat
penderita duduk
b. Kontak mata kurang saat berkomunikasi
c. Jantung berdebar, peningkatan denyut nadi dan tekanan darah
dapat terhadi sesaat sebelum operasi pembedahan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan body image : citra tubuh b.d gangguan infertilitas
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunder akibat pembedahan

D. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan
Keperawatan Intervensi
Gangguan rasa diharapkan setelah Observasi
nyaman dilakukan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(nyeri) intervensi rasa
tidak nyaman frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
berkurang bahkan
- Identifikasi skala nyeri
hilanag dengan
kriteria : - Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Pembengkakan
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
skrotum
berkurang memperingan nyeri
2. Klien merasa
- Monitor keberhasilan terapi komplementer
nyaman
3. Sekala nyeri 0- yang sudah diberikan
3
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing,kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
- Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
perubahan bodydiharapkan setelah - Anjurkan klien mengungkapkan perasaannya
image : citra dilakukan
tentang infertilitas yang dideritanya
tubuh intervensi pasien
tidak merasa - Dorong dan motivasi klien untuk
bahwa
mengidentifikasi aspek positif pada dirinya
penyakitnya
adalah suatu - Berikan informasi mengenai pembedahan
penderitaan
serta alterna tive lain yang diperlukan da lam
memecahkan masalah klien
- Bantu klien untuk memilih alternative yang
tepat dan sesuai dengan klien memecahkan
masalahnya
Daftar Pustaka
Behrman;Kliegman; Arvin. (2000). Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi15. Jakarta:
EGC
Doenges, Marylin E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. (1999). Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC
Sabiston, David C. (1994). Buku ajar bedah. Jakarta: EGC
Willms, Janice L; Schneiderman, Henry; Algranati, Paula S. (2005). Diagnosis fisik:
Evaluasi diagnosis dan fungsi di bangsal . Jakarta: EGC
PPM.T.P. (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indoensia (SDKI) Definisi dan
indikator diagnostik (Cetakan ke III) Jakarta, DPP.PPNI.
PPM.T.P. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Definisi dan
Tidankan Keperawatan (Cetakan ke II) Jakarta, DPP.PPNI.

Anda mungkin juga menyukai